Pasukan keamanan sedang mencari gerilyawan Bodo yang disalahkan atas terjadinya kekerasan sehingga memaksa beberapa ribu orang meninggalkan rumah mereka karena ketakutan, kata para pejabat.
Hidayatullah.com – Polisi India menemukan lima mayat perempuan dan anak-anak pada hari Rabu (7/5/2014), setelah satu suku separatis melakukan serangan ”barbar” terhadap penduduk Muslim di timur laut Assam, menyebabkan jumlah yang tewas menjadi 43 orang.
Mayat-mayat itu ditemukan setelah penguasa setempat melanjutkan pencarian terhadap para korban di perkebunan teh yang berlokasi cukup jauh di dua distrik, di mana orang-orang bersenjata bertopeng pekan lalu menembak mati warga Muslim, termasuk bayi, saat mereka tidur.
Polisi menuduh pemberontak suku Bodo membunuh umat Islam tersebut, yang merupakan migran dan telah tinggal selama bertahun-tahun, kemudian bersengketa tanah dengan kelompok pribumi di negara yang berbatasan dengan Bhutan dan Bangladesh.
Media lokal melaporkan, suku Bodo menyerang Muslim sebagai hukuman karena kandidat mereka gagal terpilih dalam pemilihan umum bulan lalu di wilayah-wilayah di India, yang saat ini mendekati usai.
Menteri Utama Assam, Tarun Gogoi, mengatakan kepada wartawan saat berada di Desa Narayanguri yang mencekam: “Sejauh ini korban tewas berjumlah 43. Pembunuhan itu betul-betul biadab, bahkan bayi usia lima bulan juga tak luput diserang. Untungnya masih bisa diselamatkan. Sebelas orang lainnya masih hilang.”
Seorang juru bicara polisi yang mendampingi Gogoi mengatakan, mayat tiga anak dan dua perempuan merupakan penemuan terbaru di distrik Baksa, sekitar 130 km sebelah barat kota Assam Guwahati.
Dalam beberapa hari telah ditemukan sejumlah korban tewas, sedang korban yang mengalami luka dalam pembantaian pada tanggal 1 dan 2 Mei itu juga telah meninggal di rumah sakit.
Gogoi mengatakan 15 anak, berusia delapan bulan sampai 14 tahun, menjadi yatim piatu karena pertumpahan darah itu. Mereka telah dikirim ke rumah amal di Guwahati.
Penduduk desa menangis saat mengingat penderitaan mereka. Mereka meminta pada para pejabat berkunjung bersama Menteri Utama untuk membantu membawa mereka ke rumah sakit untuk perawatan.
“Saya melihat ibu dan ayah meninggal di depan saya. Saya berhasil menyelamatkan diri bersembunyi di bawah tempat tidur saat orang-orang bersenjata bertopeng menembaki orang tua saya,” kata Habiba Nessa (14 tahun) kepada AFP, yang dilansir Guardian.
Pasukan keamanan sedang mencari gerilyawan Bodo yang disalahkan atas terjadinya kekerasan sehingga memaksa beberapa ribu orang meninggalkan rumah mereka karena ketakutan, kata para pejabat.
Kekerasan itu terjadi selama berlangsungnya pemilihan umum, yang menyebabkan terjadinya ketegangan agama dan etnis saat penganut Hindu nasionalis garis keras Narendra Modi dan partai oposisi bertarung sengit.*
Seorang anak yang selamat sedang dirawat di rumah sakit Guwahati, didampingi kakeknya. |
Mayat-mayat itu ditemukan setelah penguasa setempat melanjutkan pencarian terhadap para korban di perkebunan teh yang berlokasi cukup jauh di dua distrik, di mana orang-orang bersenjata bertopeng pekan lalu menembak mati warga Muslim, termasuk bayi, saat mereka tidur.
Polisi menuduh pemberontak suku Bodo membunuh umat Islam tersebut, yang merupakan migran dan telah tinggal selama bertahun-tahun, kemudian bersengketa tanah dengan kelompok pribumi di negara yang berbatasan dengan Bhutan dan Bangladesh.
Media lokal melaporkan, suku Bodo menyerang Muslim sebagai hukuman karena kandidat mereka gagal terpilih dalam pemilihan umum bulan lalu di wilayah-wilayah di India, yang saat ini mendekati usai.
Menteri Utama Assam, Tarun Gogoi, mengatakan kepada wartawan saat berada di Desa Narayanguri yang mencekam: “Sejauh ini korban tewas berjumlah 43. Pembunuhan itu betul-betul biadab, bahkan bayi usia lima bulan juga tak luput diserang. Untungnya masih bisa diselamatkan. Sebelas orang lainnya masih hilang.”
Seorang juru bicara polisi yang mendampingi Gogoi mengatakan, mayat tiga anak dan dua perempuan merupakan penemuan terbaru di distrik Baksa, sekitar 130 km sebelah barat kota Assam Guwahati.
Dalam beberapa hari telah ditemukan sejumlah korban tewas, sedang korban yang mengalami luka dalam pembantaian pada tanggal 1 dan 2 Mei itu juga telah meninggal di rumah sakit.
Gogoi mengatakan 15 anak, berusia delapan bulan sampai 14 tahun, menjadi yatim piatu karena pertumpahan darah itu. Mereka telah dikirim ke rumah amal di Guwahati.
Penduduk desa menangis saat mengingat penderitaan mereka. Mereka meminta pada para pejabat berkunjung bersama Menteri Utama untuk membantu membawa mereka ke rumah sakit untuk perawatan.
“Saya melihat ibu dan ayah meninggal di depan saya. Saya berhasil menyelamatkan diri bersembunyi di bawah tempat tidur saat orang-orang bersenjata bertopeng menembaki orang tua saya,” kata Habiba Nessa (14 tahun) kepada AFP, yang dilansir Guardian.
Pasukan keamanan sedang mencari gerilyawan Bodo yang disalahkan atas terjadinya kekerasan sehingga memaksa beberapa ribu orang meninggalkan rumah mereka karena ketakutan, kata para pejabat.
Kekerasan itu terjadi selama berlangsungnya pemilihan umum, yang menyebabkan terjadinya ketegangan agama dan etnis saat penganut Hindu nasionalis garis keras Narendra Modi dan partai oposisi bertarung sengit.*
No comments:
Post a Comment