Eramuslim.com – Jika sedang bepergian ke Eropa, tanyalah pada penduduk sekitar apakah mereka mengenal ada negara yang bernama “Belanda”? Pasti mereka akan menggelengkan kepalanya. Atau bahkan kalau sedang berada di ‘Belanda’ sendiri, kita bertanya pada penduduknya tentang hal yang sama, mereka juga pasti akan menggelengkan kepalanya. Kenapa? Karena negara bernama Belanda itu memang tidak pernah ada!
Jika tidak pernah ada, lantas siapa yang pernah menjajah sebagian besar wilayah Republik Indonesia dulu itu?
Mereka adalah bangsa Nederland. Atau mereka juga biasa menyebutnya sebagai bangsa Hollandia. Lantas darimana sesungguhnya asal-usul penyebutan istilah ‘Belanda’ pada bangsa Nederland? Ada dua kisah mengenai hal ini.
Pertama, syahdan, tidak jauh dari kota Palembang, tepatnya di sekitar daerah Pagar Alam, pada tahun 1650 M, pernah berkumpul sekitar 50 alim ulama dari berbagai daerah di Nusantara, seperti dari Kerajaan Mataram Islam, Pagaruyung, Malaka, dan sebagainya.
Tokoh utama pertemuan itu, adalah Syech Nurqodim al Baharudin (Puyang Awak), salah seorang keturunan dari Sunan Gunung Jati. Trahnya adalah melalui puterinya Panembahan Ratu, yang menikah dengan Danuresia (Ratu Agung Empu Eyang Dade Abang).
Hasil dari Mudzakarah Ulama abad ke-17, yang dipelopori oleh Syech Baharudin, antara lain:
Memunculkan perluasan dakwah Islam. Dengan demikian, paham animisme yang masih berkembang di masyarakat semakin berkurang dan terkikis.
Munculnya kader-kader mujahid, yang mengadakan perlawanan terhadap penjajah Eropa.
Dari peristiwa Mudzakarah inilah, munculnya istilah Belanda sebagai sebutan bagi bangsa Nederland, yang dianggap berniat menguasai Nusantara ketika itu. Adapun makna kata Belanda, berasal dari kata belahnde (belah = memecah, nde = keluarga). Belanda memiliki arti “Memecah Belah Keluarga”
Dan dengan menyebarnya, istilah Belanda ke seluruh pelosok Nusantara, menjadikan bukti bahwa hasil Mudzakarah tahun 1650M telah menjadi satu “Konsensus Nasional“.
Sementara, di sekitar tempat terjadinya peristiwa Mudzakarah, dinamai semende, yang bermakna satu keluarga (seme = same = sama = satu; nde = keluarga), yang merupakan lawan dari kata Belanda.
Kisah kedua, adalah dari nama asli bangsa tersebut yakni Holland, atau Hollander, atau Hollandia. Dalam lidah orang Melayu, biasa disebut sebagai Hollanda. Dan dalam perkembangannya kemudian menjadi ‘Belanda”, yang memili arti yang sama yakni “Memecah-belah keluarga”. (rz)
Jika tidak pernah ada, lantas siapa yang pernah menjajah sebagian besar wilayah Republik Indonesia dulu itu?
Mereka adalah bangsa Nederland. Atau mereka juga biasa menyebutnya sebagai bangsa Hollandia. Lantas darimana sesungguhnya asal-usul penyebutan istilah ‘Belanda’ pada bangsa Nederland? Ada dua kisah mengenai hal ini.
Pertama, syahdan, tidak jauh dari kota Palembang, tepatnya di sekitar daerah Pagar Alam, pada tahun 1650 M, pernah berkumpul sekitar 50 alim ulama dari berbagai daerah di Nusantara, seperti dari Kerajaan Mataram Islam, Pagaruyung, Malaka, dan sebagainya.
Tokoh utama pertemuan itu, adalah Syech Nurqodim al Baharudin (Puyang Awak), salah seorang keturunan dari Sunan Gunung Jati. Trahnya adalah melalui puterinya Panembahan Ratu, yang menikah dengan Danuresia (Ratu Agung Empu Eyang Dade Abang).
Hasil dari Mudzakarah Ulama abad ke-17, yang dipelopori oleh Syech Baharudin, antara lain:
Memunculkan perluasan dakwah Islam. Dengan demikian, paham animisme yang masih berkembang di masyarakat semakin berkurang dan terkikis.
Munculnya kader-kader mujahid, yang mengadakan perlawanan terhadap penjajah Eropa.
Dari peristiwa Mudzakarah inilah, munculnya istilah Belanda sebagai sebutan bagi bangsa Nederland, yang dianggap berniat menguasai Nusantara ketika itu. Adapun makna kata Belanda, berasal dari kata belahnde (belah = memecah, nde = keluarga). Belanda memiliki arti “Memecah Belah Keluarga”
Dan dengan menyebarnya, istilah Belanda ke seluruh pelosok Nusantara, menjadikan bukti bahwa hasil Mudzakarah tahun 1650M telah menjadi satu “Konsensus Nasional“.
Sementara, di sekitar tempat terjadinya peristiwa Mudzakarah, dinamai semende, yang bermakna satu keluarga (seme = same = sama = satu; nde = keluarga), yang merupakan lawan dari kata Belanda.
Kisah kedua, adalah dari nama asli bangsa tersebut yakni Holland, atau Hollander, atau Hollandia. Dalam lidah orang Melayu, biasa disebut sebagai Hollanda. Dan dalam perkembangannya kemudian menjadi ‘Belanda”, yang memili arti yang sama yakni “Memecah-belah keluarga”. (rz)
No comments:
Post a Comment