16.4.14

Ratna Sarumpaet Menilai Biaya Blusukan dan Kampanye Jokowi Dibiayai James Riyadi

Rata juga mengatakan asing saat ini sudah menguasai bangsa Indonesia, termasuk ikut mengkonsep 70 Undang-undang perekonomian

Hidayatullah.com—Aktivis perempuan Ratna Sarumpaet mengatakan, asing tidak akan sukarela (ridha) melepas dominasinya politik ekonomi pada bangsa Indonesia, karenanya mereka akan melakukan apa pun untuk memenangkan calon presiden (Capres) yang mereka harap bisa jadi bonekanya.

Ia bahkan mengatakan, semua biaya blusukan dan kampanye yang dilakukan Gubernur DKI Joko Widodo atau Jokowi dipengaruhi oleh konglomerat Indonesia yang pernah dekat mantan presiden AS, Bill Clinton, James Riady.

Konglomerat hitam ini punya hubungan sangat dekat dengan Bill Clinton dan isterinya dan makelar-makelar di USA,” tukasnya kepada hidayatullah.com, Senin (14/04/2014) saat diminta tanggapan adanya “kampanye” Jokowi di naskah Ujian Nasional (UN).

Ia mengingatkan bahaya dominasi asing dan menuntut segera digelar SI MPRS 2014.

Silahkan berkampanye securang-curangnya tapi jangan memanipulasi pendidikan dan generasi muda,” tandas Ratna.

Sebelumnya, salah satu Capres disebut-sebut melakukan kampanye terselubung melalui soal Ujian Nasional (UN) tingkat SLTA. Pada soal Bahasa Indonesia, Senin 14 April 2014, diketemukan soal di mana ada nama Joko Widodo.

Soal ujian Bahasa Indonesia ini dinilai sebagai kampanye terselubung, karena memasuki ranah pendidikan yang seharusnya terbebas dari hingar bingar politik. Aksi terselubung tersebut sontak saja mendapat kecaman di dunia maya.

Rata juga mengatakan asing saat ini sudah menguasai bangsa Indonesia, termasuk ikut mengkonsep 70 Undang-undang perekonomian.

Asing mengkonsep sekitar 70 Undang-undang perekonomian kita dan dengan bodohnya DPR dan Pemerintah mensahkannya. Dengan cara itulah mereka bisa menguasai SDA kita,” katanya.*


“Kampanye” Jokowi di Lembar UN dinilai Keterlaluan
Selasa, 15 April 2014 - 04:48 WIB

Biaya blusukan dan kampanye Jokowi digarap dan dibiayai oleh James Riyadi, ujar Ratna Sarumpaet

Hidayatullah.com – Beredarnya gambar soal Ujian Nasional (UN) 2014 pelajaran Bahasa Indonesia yang salah satu soalnya mengesankan bentuk kampanye calon presiden (Capres) Joko Widodo atau Jokowi dinilai keterlaluan.

Aktifis perempuan, Ratna Sarumpaet menilai kampanye terselubung dan intervensi itu bisa dibuat oleh dua kemungkinan. Kemungikan pertama, jelas dia, ini adalah intervensi asing. Karena seperti diketahui Ujian Nasional (UN) adalah proyek yang digagas dan dibiayai oleh asing atau World Bank.

Kemungkinan kedua, menurut Ratna, hal itu merupakan intervensi rezim Susilo B Yudoyono (SBY) sebagai black-campaign. Namun Ratna mengaku lebih cenderung pada alasan pertama pengaruh asing, juga karena dua alasan.

Asing mengkonsep sekitar 70 Undang-undang perekonomian kita dan dengan bodohnya DPR dan Pemerintah mensahkannya. Dengan cara itulah mereka bisa menguasai SDA kita,” kata Ratna dalam keterangan tertulisnya kepada hidayatullah.com, Senin (14/04/2014).

Ditegaskan Ratna, asing tentu saja tidak akan sukarela melepas dominasinya atas politik ekonomi kita dan akan melakukan apa pun untuk memenangkan Capres yang mereka harap bisa jadi bonekanya.

Alasan kedua, jelas Ratna, biaya blusukan dan kampanye Jokowi digarap dan dibiayai oleh James Riyadi.

Konglomerat hitam ini punya hubungan sangat dekat dengan Bill Clinton dan Isterinya dan makelar-makelar di USA,” tukasnya.

Apapun dalih yang dilontarkan, jika benar kampanye Jokowi melalui soal ujian sekolah ini sangatlah keterlaluan, demikian ditegaskan tokoh vokal ini yang kerap mengingatkan bahaya dominasi asing dan menuntut segera digelar SI MPRS 2014.

Silahkan berkampanye securang-curangnya tapi jangan memanipulasi pendidikan dan generasi muda,” tandas Ratna Sarumpaet

Sebelumnya, salah satu Capres disebut-sebut melakukan kampanye terselubung melalui soal Ujian Nasional tingkat SLTA. Pada soal Bahasa Indonesia, Senin 14 April 2014, diketemukan soal dimana ada nama Joko Widodo.

Soal ujian Bahasa Indonesia ini dinilai sebagai kampanye terselubung, karena memasuki ranah pendidikan yang seharusnya terbebas dari hingar bingar politik. Aksi terselubung tersebut sontak saja mendapat kecaman di dunia maya.*

No comments:

Post a Comment