Media dalam pemberitaannya kerap mencitrakan simbol agama, seperti pengajian, jenggot, cadar, jilbab, dengan aksi terorisme. Masyarakat meminta media adil dan berimbang
Hidayatullah.com--Ketua RT 02/05 Gang Asem, Jalan Setiabudi, Pamulang, Tangerang, Hermawan, yang letak rumahnya tidak jauh dari TKP terbunuhnya tersangka “teroris” oleh Densus-88, resah dengan pemberitaan media massa yang dinilainya kurang berimbang.
Kepada hidayatullah.com di lokasi, ia mengaku pernah melihat pengajian yang kerap digelar di rumah Fauzi. Tapi menurut Hermawan, itu pengajian biasa, dan hal itu tidak bisa langsung dikatakan sebagai gerakan penyelundupan gerakan terorisme, meski dia juga tidak menampik jika kemungkinan itu tetap ada.
"Saya melihat pengajian biasa. Pada waktu sholat mereka juga ikut berjamaah di masjid kompleks. Mereka menegur dan menyapa, tidak ada yang mencurigakan," kata Hermawan.
Hermawan mengimbau warganya untuk tidak ikut tersulut pola pikirnya dengan stigmatisasi pada pemberitaan di media yang kerap mengaitkan simbol agama Islam, seperti pengajian, jilbab, sorban, cadar, jenggot, dan semacamnya, dengan gerakan terorisme.
"Seperti jilbab, kan keharusan untuk perempuan. Jenggot, sunah untuk laki-laki. Saya sendiri kalau ada tumbuh jenggot, saya pelihara. Jadi harus tetap berimbang menilai. Islam tidak mengajarkan kekerasan," tukas Hermawan.
Selain itu, Hermawan juga meminta kepada warga agar tidak asal-asalan memilih tempat belajar agama dan mengaji. Ia meminta agar masyarakat tidak mudah percaya kepada orang yang tidak dikenal dan tidak diketahui latar belakangnya.
"Ngajilah kepada guru yang sudah dikenal baik," ujarnya. [ain/www.hidayatullah.com]
No comments:
Post a Comment