Homoseksual dan lesbian merupakan kasus moral yang terus mengguncang dan memicu kontroversi hebat di Barat dan kalangan gereja
Hidayatullah.com--Ratusan penganut homoseksual dan simpatisan mereka, hari Ahad di Den Bosch, Belanda selatan, menggelar demonstrasi terhadap pastor Luc Buyens. Demo terhadap pastur ini karena telah menolak memberi komuni kepada seorang homoseksual dari Desa Reusel.
Mereka yang berdemonstrasi berbondong-bondong mendatangi gereja Katedral Sint-Jan di Den Bosch, menanggapi seruan COC, organisasi kalangan homoseksual Belanda, seruan Gaykrant, koran kalangan homoseksual, dan Lilianne Ploumen, Ketua Partai Buruh Belanda (PvdA). Baik kalangan homoseksual maupun heteroseksual diajak mendatangi misa di gereja katedral Sint-Jan.
Riuh rendah
Ahad pagi 28 Februari itu beragam orang mendatangi Basilik Sint-Jan. Bukan hanya kalangan homoseksual, tetapi juga para lesbian, transeksual, dan politisi.
Mereka memasang segitiga ungu (begitu Nazi mencap kaum homoseksual) pada pakaian mereka dan membawa beberapa papan protes. Karena protes, misa berlangsung tidak tenang. Tiga perempuan yang mengenakan gaun merah muda menyala dan rambut palsu, menarik perhatian orang ketika masuk gereja pada saat misa sudah mulai. Satpam dan pengawal katedral Sint-Jan gagal menjaga ketenangan. Polisi hadir di luar gereja, tetapi tidak sampai turun tangan.
Sebelumnya sudah diputuskan untuk tidak membagikan komuni. Selama berlangsung misa, pastor Geertjan van Rossem menjelaskan keputusan tidak membagikan hosti itu.
Menurutnya, pembagian komuni itu bukanlah sesuatu yang berlangsung dengan sendirinya. Komuni itu hanya untuk kalangan yang menjalani kehidupan seksualitasnya dengan tepat. "Sakramen yang sangat suci ini tidak seharusnya menjadi permainan protes," demikian pastor Van Rossem. Khotbahnya dibuat menjadi tidak mungkin karena para pengunjung misa dengan riuh rendah keluar dari gereja.
Paling suci
Aksi protes digelar karena Pastor Luc Buyens di Desa Reusel awal Februari lalu menolak memberi komuni kepada Gijs Vermeulen, seorang warga setempat yang kebetulan homoseksual. Sepekan kemudian berlangsung aksi protes di gereja Reusel, sehingga pastor Buyens membatalkan pembagian hosti.
Gereja berpendirian komuni adalah sakramen paling suci yang ditawarkan gereja. Orang yang menerima komuni menunjukkan bahwa mereka bersatu dengan gereja dan dengan Yesus Kristus.
Pendirian semacam ini menimbulkan protes. Kalangan homoseksual sekarang mengadukan para pastor kepada polisi.
Christian Ouwens dan Robert Cooijmans, keduanya warga Belanda selatan, berpendapat pastor telah melakukan diskriminasi. Untuk menjembatani jurang antara gereja katolik dengan kalangan homoseksual, pekan silam Uskup Den Bosch mengadakan pembicaraan dengan Henk Krol, pemimpin redaksi majalah Gaykrant.
Dari pembicaraan itu jelas bahwa gereja Katolik tidak sudi mengubah pendiriannya. Uskup Hurkmans menjelaskan, kalangan homoseksual boleh masuk gereja, tetapi tidak boleh menerima komuni. Selain itu, gereja juga menegaskan hubungan seks hanya bisa berlangsung di dalam pernikahan dan hanya antara pria wanita.
COC, organisasi pembela kepentingan kaum homoseksual, kecewa terhadap ucapan itu. "Pembicaraan itu berlangsung terbuka dan saling menghormati, tetapi hasilnya keras dan menyedihkan. Karena pesannya adalah komuni tidak bisa diterima oleh mereka yang menjalankan homoseksualitas atau lesbian. Itu sangat berat bagi orang Katolik," demikian Vera Bergkamp, wakil ketua COC.
Homoseksual dan lesbian merupakan kasus moral yang terus mengguncang dan memicu kontroversi hebat di Barat dan kalangan gereja hingga saat ini. Kalangan gereja Kristen kini diguncang hebat dalam soal penentuan batas-batas moral soal homoseksualitas. [rnw/www.hidayatullah.com]
No comments:
Post a Comment