Belum ada sistem yayasan formal yang menangani muallaf (pemeluk Islam baru) di Indonesia, demikian ujar muallaf asal negeri Kanguru, Australia.
Hidayatullah.com--Penceramah asal Australia Gene Netto mengatakan, hingga saat ini belum ada sistem atau yayasan formal yang menangani muallaf di Indonesia. Padahal jumlah muallaf bertambah terus setiap hari.
Untuk menangani muallaf, dibutuhkan yayasan yang bisa mengumpulkan dan menyebarkan nama-nama ustadz dan kiai di setiap kecamatan, di seluruh Indonesia yang bisa menerima dan membimbing muallaf dalam agama, ucap Gene Netto saat ceramah maulid di Masjid Istiqlal Jakarta, pekan lalu.
Gene Netto, muallaf yang kini belajar di Pondok Pesantren Darussunah Jakarta menuturkan, para muallaf kini sering bingung dan malu karena merasa bodoh.
Mereka tidak bisa datang ke masjid dan mengetuk pintu. Tetapi ulama tidak kompak dan serius untuk menangani muallaf secara resmi, sehingga banyak dari mereka yang menjadi goyang. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.
Dalam ceramahnya, Netto mengkritik pemimpin bangsa yang selalu korupsi. Menurutnya, akhlak Nabi Muhammad SAW telah hilang. Apakah Nabi SAW pernah melakukan korupsi? Kenapa Indonesia menjadi terkenal karena korupsinya? Apakah orang asing yang kafir akan tertarik pada Islam, kalau dia tahu tentang tingkat korupsi di sini?
Manakala tingkat korupsi di Indonesia ini nol persen, maka orang Barat akan tertarik untuk mengetahui. Kita bisa bilang korupsi nol persen, karena kita muslim. Kita mengikuti Nabi Muhammad SAW, papar Netto. Jika demikian, lanjut Netto, orang Barat akan tertarik pada Islam.
Netto mengungkapkan, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Mayoritas dari penduduk yang muslim juga miskin. Tapi banyak sekali pemimpin agama, pemimpin daerah, pemimpin organisasi, pemimpin partai politik dan pemimpin negara justru kaya sekali. Kenapa bisa begitu?
Dia mempertanyakan, apakah hidup dalam keadaan kaya raya dan mengutamakan hidup bagi diri sendiri itu contoh dari Nabi Muhammad? Agama Islam mengajarkan untuk memanfaatkan uang dan berjuang di jalan Allah. Uang itu titipan dari Allah, dan bukan milik kita. Tapi kita merasa uang itu didapatkan karena kehebatan kita sendiri, bukan karena Allah memberikannya.
Banyak umat Islam yang kaya, kata Netto, tetapi mayoritas dari anak yatim miskin, dan masih banyak yang tidak diurus. Umat Islam ingat pada anak yatim pada bulan puasa saja. Apakah anak yatim hanya makan satu bulan setiap tahun?
Netto mengingatkan, alangkah baiknya bila Presiden Indonesia memberikan contoh mengadakan santunan kepada anak-anak yatim setiap minggu di Istana Negara. Dan setiap menteri, sekjen, dirjan, gubernur, walikota, bupati, camat, dan lain-lain bisa diajak mengikuti contoh seperti itu.
Seluruh negara akan terpancing untuk lebih peduli pada anak yatim kalau semua pemimpin di Indonesia memberikan contoh yang baik. Tetapi sampai sampai sekarang, para pemimpin kita lebih peduli pada deposito daripada anak yatim, dan hanya ingat pada anak yatim sewaktu-waktu saja, kata Netto. [pel/www.hidayatullah.com]
No comments:
Post a Comment