Jumat, 13 Nopember 09
Seperti diberitakan, banyak jamaah Indonesia yang mengalami gangguan jiwa saat berada di Tanah Suci. Pekan lalu misalnya, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah merawat belasan jamaah yang mengalami gangguan jiwa, tiga di antaranya mengalami gangguan jiwa berat. (http://www.republika.co.id/koran)
JAKARTA -- Jamaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci diminta untuk menanggalkan semua jimat
beraroma syirik yang dimilikinya. Hal itu dimaksudkan untuk menghindari
gangguan jiwa yang biasanya diderita pemilik jimat ketika di Tanah
Suci.
Demikian dikatakan
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan, Dr Firdaus Yusuf Rusdi, saat dimintai
tanggapannya mengenai banyaknya jamaah haji Indonesia yang mengalami
gangguan jiwa di Tanah Suci. Menurut dia, jamaah yang memiliki jimat,
biasanya memang akan mengalami gangguan jiwa ketika berada di Mekah
ataupun Madinah.
''Tapi kalau sudah keluar (dari Mekah atau Madinah), mereka sembuh dengan sendirinya,'' ujar Firdaus.
Firdaus menjelaskan, fenomena
itu diketahuinya berdasarkan pengalamannya memimpin petugas kesehatan
jiwa para jamaah haji selama empat tahun. Setiap tahun, imbuh dia,
ditemukan sekitar 20 jamaah haji pengguna jimat yang akhirnya mengalami
gangguan jiwa. ''Itu bukan tergolong kelainan jiwa secara medis,'' kata Firdaus.
Karenanya,
lanjut Firdaus, pengobatan terhadap pasien tersebut tidak bisa
dilakukan oleh dokter secara medis. Dia menyatakan, pasien hanya bisa
diobati dengan bantuan seorang pembimbing ibadah yang akan membimbing
pasien melepaskan diri dari pengaruh jimat yang dimilikinya.
Caranya,
lanjut Firdaus, dengan melakukan taubat yang sebenar-benarnya karena
penggunaan jimat mengandung unsur syirik. Setelah itu, imbuh dia, pasien
diperintahkan untuk minum air zam-zam. ''Dengan cara pengobatan tersebut, pasien akan langsung sembuh,'' tandas Firdaus.
Firdaus
mengakui, selain disebabkan pengaruh jimat, gangguan jiwa juga bisa
disebabkan karena alasan medis yang memang diidap jamaah sejak di Tanah
Air. Untuk mengatasi hal tersebut, imbuh dia, para petugas kesehatan
telah menyiapkan obat-obatan dan penanganan medis yang tepat.
Firdaus
menambahkan, perbedaan sosio-kultural antara Indonesia dan Arab Saudi
juga bisa memicu kepanikan hingga syok yang tinggi di kalangan jamaah
terutama yang berasal dari daerah terpencil. Meski belum dikategorikan
gangguan jiwa, namun jamaah tersebut biasanya disangka menderita
gangguan jiwa.
Lebih
lanjut Firdaus mengatakan, untuk menghindari gangguan jiwa di Tanah
Suci, para jamaah harus mengikuti pembinaan spiritual yang digelar pihak
Departemen Agama (Depag) ketika latihan manasik haji. Dengan demikian,
para jamaah akan memiliki kesiapan mental untuk menghadapi situasi sulit
di Tanah Suci.
Seperti diberitakan, banyak jamaah Indonesia yang mengalami gangguan jiwa saat berada di Tanah Suci. Pekan lalu misalnya, Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah merawat belasan jamaah yang mengalami gangguan jiwa, tiga di antaranya mengalami gangguan jiwa berat. (http://www.republika.co.id/koran)
No comments:
Post a Comment