Oleh: Ust Fathuddin Ja’far, MA.
Sudah 30 tahun lebih kami berinteraksi dengan Al-Qur’an baik belajar maupun mengajarkanya. Pernah kami mengajrakan Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, karya monumental Syahid Sayyid Qutub di salah satu masjid sekitar 10 tahun, namun hasilnya nyaris kalau tidak dapat dikatakan nol besar, paling hanya sekedar JIPING (pengajian kuping), masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Begitu juga kebanyakan pengajian-pengajian yang berkembangan dalam masyarakt sejak puluhan tahun yang lalu, baik yang bersifat umum mapun yang berbetuk halaqoh-haloqah ilmu, syaris shibghaf qur’aniyyah (celupan qur’ani) tidak nampak dalam kehidupan sehari-hari mereka. Padahal, hampir 13 abad lamanya umat Islam di seantero dunai ini adalah Al-Qur’an yang berjalan, terlebih generasi Sahabat dan Tabi’in sehingga mereka menjelajahi penjuru dunia dengan cahaya, petunjuuk dan spirit Al-Qur’an. Al-Qur’alah yang mencetak mereka menjadi Khairu Ummah (umat terbaik) yang pernah Allah tampilkan sepanjang sejarah umat manusia. Keberhasilan mereka menginternalisasikan nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam diri secara baik, maksimal dan utuh karena mereka berhasil menerapkan metode Tadabbur dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Sungguh jauh sekali perbedaan atara generasi Islam yang mejadikan Al-Qur’an sebagai cahaya, petunjuuk dan spirit hidup dengan generasi Islam yang mengabaikan dan menjauhi Al-Qur’an. Kalau mau jelas perbedaaanya, bandingkanlah antara generasi Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan seterusnya dengan uamta Islam satu abad belakangan. Syaris jarankanya bagaikan jarak antara bumi dengan langit dalam semiua sisi kehidupan. Generasi Islam dahulu terangkat derajata mereka dalam semua sisi kehidupan, umat Islam satu abad belakangan sebaliknbya, terpuruk dalam semua sisi kehidupan.
Fakta Inilah yang mendorong kami, berkat petunjuk Allah jua, untuk berfikir dan bekerja keras bagaimana umat ini, khususnya generasi mudanya menemukan metide terbaik dan tercepat dalam menginternalisasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehingga kita dapat menyaksikan lagi Al-Qur’an berjalan di zaman modern ini. Sejak tiga atahun belakangan ini Allah gerakkan hati, fikiran dan tenaga kami untuk menyampaikan Al-Qur’an dengan semua nilai yang ada di dalamnya melau sebuah metode yang tercantum dalam Al-Qur’an itu sendiri, yakni metode “Tadabbur”. Berkat pertolongan Allah jualah Mushaf Tadabbbur berhasil kami selesaikan dan dan sudah dapat dinikmati saudara-saudara kita di berbagai wilayah Indonesia dan bahkan sudah menembus Amerika Serikat.
Pengertian Tadabbur
Tadabbur berarti merenungkan, menghayati dan memikirkan. Maka, Metode Tadabbur ialah kombinasi penggunaan akal dan hati dalam memahami, menghayati dan memikirkan setiap kata dan setiap ayat Al-Qur’an, dari surah Al-Fatihah sampai surah An-Nas. Sebab itu, seindah apapun susunan ayat-ayat Al-Qur’an, seilmiah apapun kandungan Al-Qur’an dan sebesar apapun mukjizat Al-Qur’an, tanpa mentadabburkan ayat-ayatnya, maka kita akan sulit memahami dan menerima pesan-pesannya untuk diimplementasikan dalam kehidupan. Sedangkan iman kita pada Al-Qur’an tidak akan bermanfaat atau tidak sah jika Al-Qur’an itu tidak diamalkan dalam kehidupan di dunia. Tanpa petunjuk, cahaya, peringatan, furqan (pemebeda antara hak dengan batil) dan ruh (spirit) Al-Qur’an, kita akan tersesat dan hina dalam kehidupan di dunia ini dan dalam kehidupan akhirat tentu lebih hina dan lebih menderita lagi.
Ada tiga alasan kenapa kami menggunakan Metode Tadabbur ini:
1. Allah memerintahkan manusia untuk mentadabburkan Al-Qur’an agar mereka memahami dan menghayati isinya dengan benar. Sebab itu, kata tadabbur diambil dari bahasa Al-Qur’an itu sendiri yang berarti merenungkan, memikirkan dan menghayati sehinga dapat menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ke dalam diri. Dalam Al-Qur’an terdapat tiga Ayat yang memerintahkan mentadabburkan Al-Qur’an, khususnya terhadap kaum kafir dan kaum munafiq.
2. Fakta historis menunjukkan bahwa tadabbur adalah cara internalisasi nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam diri seperti yang dilakukan Rasul Saw. dan para sahabat Beliau. Sebab itu, wajar jika akhlak Rasul Saw adalah Al-Qur’an, spt yg dijelaskan ‘Aisyah Ummul Mukminin. Sebab itu, tadabbur ialah:
Faktor lain ialah karena ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri penuh kekuatan dan kemukjizatan sehingga dengan mudah Al-Qur’an merubah cara berfikir dan pemahaman orang yang mentadabburkannya. Saking dahsyatnya kekuatan dan kemukjizatan ayat-ayat Al-Qur’an itu, maka gunungpun bisa terbelah karena takut pada Allah jika diturunkan ke atasnya (QS Al-Hasyr: 21). Tentulah hati, fikiran dan perasaan manusia lebih luluh lagi saat mentadabburkan ayat-ayat Al-Qur’an yang penuh kekuatan dan kemukjizatan itu. Namun demikian, satu hal yang harus dihindari ialah memaksakan pemahaman yang tidak didukung oleh berbagai ilmu alat Al-Qur’an, seperti bahasa Arab, asbabunnuzul dan sebagainya terkait suatu ayat Al-Qur’an. Jika belum sampai kepada suatu keyakinan yang didukung oleh ayat-ayat lain atau hadits-hadits shaheh, atau ilmu-ilmu alat lainnya, maka segeralah perluas tadabburnya melalui kitab-kitab Tafsir yang mu’tamad seperti Tafsir Ibnu Katsir, At-Thiobari, Fi Zhilalil Qur’an dan sebagainya. Dengan demikian, insya Allah kita akan terhindar dari pemahaman dan penafsiran yang kurang tepat atau mungkin saja keliru dan menyimpang.
Selamat mentadabburkan Al-Qur’an daalam menuju terbentuknya generasi Qur’ani masa depan… Allahu Akbar Walillahil hamd…
Sudah 30 tahun lebih kami berinteraksi dengan Al-Qur’an baik belajar maupun mengajarkanya. Pernah kami mengajrakan Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, karya monumental Syahid Sayyid Qutub di salah satu masjid sekitar 10 tahun, namun hasilnya nyaris kalau tidak dapat dikatakan nol besar, paling hanya sekedar JIPING (pengajian kuping), masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Begitu juga kebanyakan pengajian-pengajian yang berkembangan dalam masyarakt sejak puluhan tahun yang lalu, baik yang bersifat umum mapun yang berbetuk halaqoh-haloqah ilmu, syaris shibghaf qur’aniyyah (celupan qur’ani) tidak nampak dalam kehidupan sehari-hari mereka. Padahal, hampir 13 abad lamanya umat Islam di seantero dunai ini adalah Al-Qur’an yang berjalan, terlebih generasi Sahabat dan Tabi’in sehingga mereka menjelajahi penjuru dunia dengan cahaya, petunjuuk dan spirit Al-Qur’an. Al-Qur’alah yang mencetak mereka menjadi Khairu Ummah (umat terbaik) yang pernah Allah tampilkan sepanjang sejarah umat manusia. Keberhasilan mereka menginternalisasikan nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam diri secara baik, maksimal dan utuh karena mereka berhasil menerapkan metode Tadabbur dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Sungguh jauh sekali perbedaan atara generasi Islam yang mejadikan Al-Qur’an sebagai cahaya, petunjuuk dan spirit hidup dengan generasi Islam yang mengabaikan dan menjauhi Al-Qur’an. Kalau mau jelas perbedaaanya, bandingkanlah antara generasi Sahabat, Tabiin, Tabiittabiin dan seterusnya dengan uamta Islam satu abad belakangan. Syaris jarankanya bagaikan jarak antara bumi dengan langit dalam semiua sisi kehidupan. Generasi Islam dahulu terangkat derajata mereka dalam semua sisi kehidupan, umat Islam satu abad belakangan sebaliknbya, terpuruk dalam semua sisi kehidupan.
Fakta Inilah yang mendorong kami, berkat petunjuk Allah jua, untuk berfikir dan bekerja keras bagaimana umat ini, khususnya generasi mudanya menemukan metide terbaik dan tercepat dalam menginternalisasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehingga kita dapat menyaksikan lagi Al-Qur’an berjalan di zaman modern ini. Sejak tiga atahun belakangan ini Allah gerakkan hati, fikiran dan tenaga kami untuk menyampaikan Al-Qur’an dengan semua nilai yang ada di dalamnya melau sebuah metode yang tercantum dalam Al-Qur’an itu sendiri, yakni metode “Tadabbur”. Berkat pertolongan Allah jualah Mushaf Tadabbbur berhasil kami selesaikan dan dan sudah dapat dinikmati saudara-saudara kita di berbagai wilayah Indonesia dan bahkan sudah menembus Amerika Serikat.
Pengertian Tadabbur
Tadabbur berarti merenungkan, menghayati dan memikirkan. Maka, Metode Tadabbur ialah kombinasi penggunaan akal dan hati dalam memahami, menghayati dan memikirkan setiap kata dan setiap ayat Al-Qur’an, dari surah Al-Fatihah sampai surah An-Nas. Sebab itu, seindah apapun susunan ayat-ayat Al-Qur’an, seilmiah apapun kandungan Al-Qur’an dan sebesar apapun mukjizat Al-Qur’an, tanpa mentadabburkan ayat-ayatnya, maka kita akan sulit memahami dan menerima pesan-pesannya untuk diimplementasikan dalam kehidupan. Sedangkan iman kita pada Al-Qur’an tidak akan bermanfaat atau tidak sah jika Al-Qur’an itu tidak diamalkan dalam kehidupan di dunia. Tanpa petunjuk, cahaya, peringatan, furqan (pemebeda antara hak dengan batil) dan ruh (spirit) Al-Qur’an, kita akan tersesat dan hina dalam kehidupan di dunia ini dan dalam kehidupan akhirat tentu lebih hina dan lebih menderita lagi.
Ada tiga alasan kenapa kami menggunakan Metode Tadabbur ini:
1. Allah memerintahkan manusia untuk mentadabburkan Al-Qur’an agar mereka memahami dan menghayati isinya dengan benar. Sebab itu, kata tadabbur diambil dari bahasa Al-Qur’an itu sendiri yang berarti merenungkan, memikirkan dan menghayati sehinga dapat menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya ke dalam diri. Dalam Al-Qur’an terdapat tiga Ayat yang memerintahkan mentadabburkan Al-Qur’an, khususnya terhadap kaum kafir dan kaum munafiq.
A. Surah An-Nisa’ ayat 82:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Mengapa mereka tidak mentadabburkan Al-Qur’an? Jika Al-Qur’an itu (datang) dari selain Allah, pasti mereka menemukan di dalamnya perselisihan yang banyak.
B. Surah Muhammad ayat 24:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka apakah mereka tidak mentadabburkan Al Quran? Ataukah hati mereka terkunci?
C. Surah Shad ayat 29:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَاب
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburkan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
2. Fakta historis menunjukkan bahwa tadabbur adalah cara internalisasi nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam diri seperti yang dilakukan Rasul Saw. dan para sahabat Beliau. Sebab itu, wajar jika akhlak Rasul Saw adalah Al-Qur’an, spt yg dijelaskan ‘Aisyah Ummul Mukminin. Sebab itu, tadabbur ialah:
- Cara terbaik memecahkan belenggu-belenggu hati dan pikiran yang menyebabkan cahaya Al-Qur’an terhalang masuk ke dalamnya, seperti yang Allah jelaskan: Mengapa mereka tidak mentadabburkan Al-Qur’an? Ataukan hati mereka sdh terkunci mati? (QS47: 24).
- Membuka tabir kebenaran Al-Qur’an, spt Allah jelaskan: Mengapa mereka tidak metadabburkan Al-Qur’an? Jika Al-Qur’an itu datang dari selain Allah, pasti mereka menemukan isinya banyak yang paradoks (QS4: 82).
- Cara terbaik mendapatkan keberkahan Al-Qur’an, pelajaran dan mempertajam intelektualitas & spiritualitas, sebagaimana yang Allah jelaskan : Ini adalah kitab yg Kami turunkan kepadamu (Muhammad Saw), penuh keberkahan agar mereka mentadabburkan ayat-ayatnya dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang menggunakan akalnya (QS38: 29).
- Nah, tadabbur ialah pendalaman dan perenungan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga terjadi proses instalisasi software Al-Qur’an ke dalam otak kita sebagai hardware-nya yang Allah ciptakan dan values (nilai-nilai)-nya ke dalam hati nurani (qalb) kita, sehinga menjadi sebuah terori keimanan yang akan membentuk karakter & perilaku kita sesuai values Al-Qur’an.
Faktor lain ialah karena ayat-ayat Al-Qur’an itu sendiri penuh kekuatan dan kemukjizatan sehingga dengan mudah Al-Qur’an merubah cara berfikir dan pemahaman orang yang mentadabburkannya. Saking dahsyatnya kekuatan dan kemukjizatan ayat-ayat Al-Qur’an itu, maka gunungpun bisa terbelah karena takut pada Allah jika diturunkan ke atasnya (QS Al-Hasyr: 21). Tentulah hati, fikiran dan perasaan manusia lebih luluh lagi saat mentadabburkan ayat-ayat Al-Qur’an yang penuh kekuatan dan kemukjizatan itu. Namun demikian, satu hal yang harus dihindari ialah memaksakan pemahaman yang tidak didukung oleh berbagai ilmu alat Al-Qur’an, seperti bahasa Arab, asbabunnuzul dan sebagainya terkait suatu ayat Al-Qur’an. Jika belum sampai kepada suatu keyakinan yang didukung oleh ayat-ayat lain atau hadits-hadits shaheh, atau ilmu-ilmu alat lainnya, maka segeralah perluas tadabburnya melalui kitab-kitab Tafsir yang mu’tamad seperti Tafsir Ibnu Katsir, At-Thiobari, Fi Zhilalil Qur’an dan sebagainya. Dengan demikian, insya Allah kita akan terhindar dari pemahaman dan penafsiran yang kurang tepat atau mungkin saja keliru dan menyimpang.
Selamat mentadabburkan Al-Qur’an daalam menuju terbentuknya generasi Qur’ani masa depan… Allahu Akbar Walillahil hamd…
No comments:
Post a Comment