Oleh: Muhammad Hidayat
BEBERAPA waktu yang lalu ummat Islam dibuat geram dengan pemberitaan salah satu televisi nasional, Metro TV tentang pola rekrutmen “teroris” muda.
Sebagaimana diketahui, 5 September 2012, Metro TV mengadakan dialog di program Metro Hari Ini bersama narasumber Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta Profesor Bambang Pranowo, mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono dan pengamat terorisme Taufik Andri.
Dalam dialog tersebut Profesor Bambang Pranowo menyampaikan hasil penelitiannya bahwa ada lima pola rekrutmen teroris muda. Salah satunya melalui ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Saat dialog berlangsung, ditayangkan pula info grafik berisi poin-poin lima pola rekrutmen versi Profesor Bambang Pranowo.
Dalam dialog itu dijelaskan, bahwa sasaran “teroris” adalah siswa SMP akhir – SMA dari sekolah-sekolah umum, mereka juga masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi diluar sekolah dan mereka dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang. Yang tidak kalah penting, katanya, mereka didoktrin bahwa penguasa adalah thogut/kafir/musuh.
Berbagai protes-pun bermunculan, khususnya dari para aktivis yang memang terlibat langsung sebagai ADS-ADK (Aktivis Dakwah Sekolah – Aktivis Dakwah Kampus), baik melalui akun resmi media tersebut di internet, ataupun melayangkan laporan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Hal ini dikarenakan beberapa poin tersebut cenderung diarahkan pada salah satu kegiatan ekstrakurikuler resmi di sekolah, yakni Kerohanian Islam (Rohis), yang faktanya apa yang disampaikan melalui media liberal-sekuler tersebut sangat jauh dari data yang valid dan sah, singkatnya hal tersebut ialah fitnah belaka. Jadi secara tidak langsung, media tersebut telah men-“cap” Rohis (serta kegiatan dakwah pada umumnya) sebagai sarang kader “teroris” baru.
Meskipun pada akhirnya pihak MetroTV mengklarifikasi pemberitaan tersebut dengan berdalih bahwa itu adalah hasil penelitian seorang guru besar UIN dan terkesan “berlepas tangan” dari penayangannya, namun apa yang telah tersiarkan secara luas dan disaksikan jutaan mata tetaplah menimbulkan kegeraman ditengah masyarakat, khususnya pada ADS-ADK. Dan pun, pihak redaksi menolak mengakui bahwa MetroTV dan atau narasumber telah mengatakan Rohis sebagai sarang teroris, walaupun kita semua telah mendapati fakta melalui screenshot yang berhasil diambil salah satu penonton bahwa pernyataan tersebut memang telah tersampaikan.
“Metro TV kembali ingin menegaskan bahwa tidak benar jika dikatakan telah menyebutkan Rohis sebagai sarang teroris. Ketiga narasumber yang hadir juga tidak pernah menyebutkan bahwa Rohis adalah sarang teroris dalam dialog tersebut.” (http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/09/15/106152/Penjelasan-Metro-TV-Atas-Program-Metro-Hari-Ini-Edisi-5-September-2012/6)
Lalu, benarkah Rohis dijadikan kader teroris?
Sebagai seorang yang mengaku beriman kepada Al-Qur’an dan rukun iman lainnya, sangatlah wajar jika kita menolak mentah-mentah pernyataan tersebut, terlepas dari siapapun yang menyampaikan. Mengingat hal tersebut memang jauh dari fakta dilapangan dan apa yang kami saksikan sendiri.
Kalau kita searching kata “Rohis” di Wikipedia, kita akan mendapati pengertian Rohis sebagai berikut:
“Rohis berasal dari kata "Rohani" dan "Islam", yang berarti sebuah lembaga untuk memperkuat keislaman. Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler (ekskul). Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah, dan berbagi. Susunan dalam rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing.
Rohis umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota pria dan wanita hal ini dikarenakan perbedaan muhrim di antara anggota. kebersamaan dapat juga terjalin antar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-kegiatan di luar ruangan. utama rohis mendidik siswa menjadi lebih islami dan mnegenal dengan baik dunia keislaman, dalam pelaksanaannya anggota rohis memiliki kelebihan dalam penyampaian dakwah dan cara mengenal Allah lebih dekat melalui alam dengan tadzabur alam, hal itu karena dalam kegiatannya rohis juga mengajarkan hal tersebut. Rohis selalu mendekatkan anggotanya kepada Allah SWT, dan menjauhkan anggotanya dari terorisme, kesesatan, dsb.”
Dari makna di atas, sangat jelas bahwa apa yang dituduhkan sangat jauh dari realita yang ada.
Dalam sebuah kesempatan, Drs H Mawardi AS –Ketua MUI Lampung- juga telah membantah pemberitaan diatas.
"Bagaimana mungkin, organisasi yang memiliki peran besar dalam menyelamatkan pemuda agar memiliki pribadi yang berkarakter, justru dinyatakan sebagai tempat pembentukan teroris," (Republika.co.id. 15/09/2012)
Rohis dan Remaja Masjid “Di Lapangan”
Sebagai pihak yang pernah dan sedang terjun langsung dalam membina pelajar SMA/se-derajat di kota Pekanbaru, Riau, maka perlu kami sampaikan bahwa kegiatan-kegiatan dakwah remaja disini –dan dimanapun berada dalam pengetahuan kami- ialah jauh dari unsur-unsur yang mengarah pada kekerasan, terorisme, apalagi ajaran sesat. Dalam ruang lingkup harian, pekanan, bulanan hingga tahunan, program kegiatan sudah disusun secara terstruktur, ditandatangani oleh Pembina sebagai penanggung-jawab.
Kegiatan yang dijalankan-pun beragam, yang kesemuanya tidak satupun mengarah pada terorisme, melainkan sebagai sarana untuk mengembangkan diri, berkreativitas dan mendalami ajaran Islam serta memunculkan akhlakul karimah kepada sesama manusia. Sebut saja, sholat Dhuha bersama-sama saat istirahat, melaksanakan kultum selepas sholat Zhuhur dan ‘Ashar, olahraga saat Ahad pagi, mendiskusikan tugas setelah pulang sekolah, melaksanakan camping/lintas alam, memperbaiki (tahsin) bacaan Quran, hingga melatih segenap anggota agar mahir dalam menggunakan internet. Dan kegiatan ini-pun atas persetujuan dari orangtua melalui surat izin resmi yang ditandatangani, serta selalu dipublikasikan dalam bentuk foto dan video, serta pemberitaan di Koran lokal, hingga media sosial seperti Facebook, Twitter dan website resmi.
Maka sangatlah naïf jika dikatakan berbagai kegiatan diatas justru mengarah pada terorisme, ekstrimisme dan sejenisnya. Bahkan, Alhamdulillah kegiatan dakwah remaja di Pekanbaru juga pernah dimuat di hidayatullah.com (http://hidayatullah.com/read/23067/09/06/2012/dekatkan-pelajar-ke-masjid-melalui-komunitas-belajar.html)
Apa yang pernah dan sedang kami lakukan disini, juga merupakan cerminan dari apa yang dilakukan oleh berbagai aktivis dakwah sekolah dan kampus dimana-pun berada, karena semua ADS/ADK tersebut mengarahkan anggotanya pada tujuan yang sama, yakni mentauhidkan Allah serta beribadah hanya kepada-Nya.
Kami sempat mewawancarai beberapa orang untuk meminta pandangan mereka seputar Rohis dan pemberitaan media tersebut.
“Rohis ialah wadah bagi pemuda Islam untuk mendekatkan diri pada ajaran Islm dalam rangka membentengi pergaulan bebas di SMA.” (Ade Nafiarman, alumni salah satu SMA yang kini bekerja di salah satu BUMN)
“Itu salah kaprah, sebenarnya bukan seperti itu. Rohis memang mengajar kita lebih dalam tentang agama. Soal perekrutan anggota (teroris)seperti itu tidak bisa menyalahkan Rohis..” ujar Hafizh, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Pekanbaru yang pernah ikut bergabung di Rohis saat SMA.
Sementara itu, Bapak Feizal Karim, M.Eng –salah seorang staff Gubernur Riau- mengungkapkan bahwa justru Rohis di sekolah harus diperkuat, jangan sampai “mati”.
“Justru Rohis harus diperkuat, jangan sampai mati, bukan Rohis yang salah. Jangan sampai (dengan pemberitaan ini) memperlemah anak-anak untuk ke Masjid atau bergabung di Rohis. Mestinya media tersebut harus bisa memilah, tidak patut menyampaikan seperti itu”. Tanggapan beliau saat kami hubungi via telpon.
Realitas Remaja Saat Ini
Dalam sebuah kesempatan bersama adik-adik anggota, kami pernah menyampaikan bahwa semua yang terdaftar sebagai anggota ialah orang-orang yang sedikit jika dibandingkan dengan total semua pelajar di kota ini. “Adik-adik hanyalah satu dari puluhan, puluhan dari ratusan, dan ratusan dari ribuan.”.
Lalu kemana adik-adik SMA/se-derajat lainnya? Banyak dari mereka yang kita jumpai di warnet-warnet, tempat permainan biliyard, kafe-kafe, nongkrong dan nge-trek di jalanan sambil merokok, serta berbagai aktivitas sia-sia lainnya. Pemandangan ini akan sangat ramai kita temukan saat malam mingguan tiba. Di salah satu taman kota disini bahkan sering dijumpai pasangan remaja yang “mojok” alias berzina di gelapnya malam, semoga Allah menjaga kita dari perilaku seperti ini. Sementara itu di sisi lain, alhamdulillah berkat kegiatan-kegiatan Islam yang diadakan secara rutin tidak ada remaja-remaja masjid atau rohis yang terlibat dalam aktivitas semacam ini. Alangkah baiknya apabila kalangan remaja bisa mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah sebagai pelanjut estafet kepemimpinan di masa mendatang. Kalau remaja di masa sekarang hancur akhlaq-nya, maka apa jadinya negara kita ini bila mereka memimpin di masa mendatang?
Tentu sebagai sesama generasi muda Islam, kita sangat sedih melihat realita diatas dan berharap ada perbaikan untuk masa yang akan datang. Dan memperbaiki generasi muda inilah yang sedang dilakukan oleh banyak pihak yang peduli akan nasib bangsa ini, termasuk diantaranya ialah saudara-saudara di Rohis.
Maka, melalui artikel singkat ini kami menghimbau kepada khalayak ramai, khususnya para orangtua dan pemerintah agar justru memasukkan anak-anak mereka dan remaja pada umumnya ke Rohis atau remaja masjid, bukan membiarkannya melakukan aktivitas sia-sia dan bahkan menimbulkan mudhorat dan dosa, dan tentunya dengan tetap melakukan kontrol atas segala kegiatannya di luar rumah. Dan kepada media dan narasumber terkait agar lebih faktual dalam menyajikan berita dan data, berdasarkan fakta yang ada dan telah di-cek kebenarannya di lapangan, serta harus meminta maaf kepada semua pihak yang pernah mereka zholimi. Kemudian untuk saudara-saudara kami yang tengah bergerak dalam dakwah remaja, agar tetap semangat dalam mendidik dan membina adik-adik kami para generasi penerus bangsa ini, semoga Allah memberikan keistiqomahan kepada kita semua, aamiin. Allahu Akbar! Wallahu a’lam bishshowab.
Penulis adalah penyiar Radio Robbani FM Pekanbaru, Aktivis Dakwah Remaja di Pekanbaru, Riau
BEBERAPA waktu yang lalu ummat Islam dibuat geram dengan pemberitaan salah satu televisi nasional, Metro TV tentang pola rekrutmen “teroris” muda.
Sebagaimana diketahui, 5 September 2012, Metro TV mengadakan dialog di program Metro Hari Ini bersama narasumber Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta Profesor Bambang Pranowo, mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono dan pengamat terorisme Taufik Andri.
Dalam dialog tersebut Profesor Bambang Pranowo menyampaikan hasil penelitiannya bahwa ada lima pola rekrutmen teroris muda. Salah satunya melalui ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Saat dialog berlangsung, ditayangkan pula info grafik berisi poin-poin lima pola rekrutmen versi Profesor Bambang Pranowo.
Dalam dialog itu dijelaskan, bahwa sasaran “teroris” adalah siswa SMP akhir – SMA dari sekolah-sekolah umum, mereka juga masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi diluar sekolah dan mereka dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang. Yang tidak kalah penting, katanya, mereka didoktrin bahwa penguasa adalah thogut/kafir/musuh.
Berbagai protes-pun bermunculan, khususnya dari para aktivis yang memang terlibat langsung sebagai ADS-ADK (Aktivis Dakwah Sekolah – Aktivis Dakwah Kampus), baik melalui akun resmi media tersebut di internet, ataupun melayangkan laporan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Hal ini dikarenakan beberapa poin tersebut cenderung diarahkan pada salah satu kegiatan ekstrakurikuler resmi di sekolah, yakni Kerohanian Islam (Rohis), yang faktanya apa yang disampaikan melalui media liberal-sekuler tersebut sangat jauh dari data yang valid dan sah, singkatnya hal tersebut ialah fitnah belaka. Jadi secara tidak langsung, media tersebut telah men-“cap” Rohis (serta kegiatan dakwah pada umumnya) sebagai sarang kader “teroris” baru.
Meskipun pada akhirnya pihak MetroTV mengklarifikasi pemberitaan tersebut dengan berdalih bahwa itu adalah hasil penelitian seorang guru besar UIN dan terkesan “berlepas tangan” dari penayangannya, namun apa yang telah tersiarkan secara luas dan disaksikan jutaan mata tetaplah menimbulkan kegeraman ditengah masyarakat, khususnya pada ADS-ADK. Dan pun, pihak redaksi menolak mengakui bahwa MetroTV dan atau narasumber telah mengatakan Rohis sebagai sarang teroris, walaupun kita semua telah mendapati fakta melalui screenshot yang berhasil diambil salah satu penonton bahwa pernyataan tersebut memang telah tersampaikan.
“Metro TV kembali ingin menegaskan bahwa tidak benar jika dikatakan telah menyebutkan Rohis sebagai sarang teroris. Ketiga narasumber yang hadir juga tidak pernah menyebutkan bahwa Rohis adalah sarang teroris dalam dialog tersebut.” (http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/09/15/106152/Penjelasan-Metro-TV-Atas-Program-Metro-Hari-Ini-Edisi-5-September-2012/6)
Lalu, benarkah Rohis dijadikan kader teroris?
Sebagai seorang yang mengaku beriman kepada Al-Qur’an dan rukun iman lainnya, sangatlah wajar jika kita menolak mentah-mentah pernyataan tersebut, terlepas dari siapapun yang menyampaikan. Mengingat hal tersebut memang jauh dari fakta dilapangan dan apa yang kami saksikan sendiri.
Kalau kita searching kata “Rohis” di Wikipedia, kita akan mendapati pengertian Rohis sebagai berikut:
“Rohis berasal dari kata "Rohani" dan "Islam", yang berarti sebuah lembaga untuk memperkuat keislaman. Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler (ekskul). Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah, dan berbagi. Susunan dalam rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing.
Rohis umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota pria dan wanita hal ini dikarenakan perbedaan muhrim di antara anggota. kebersamaan dapat juga terjalin antar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-kegiatan di luar ruangan. utama rohis mendidik siswa menjadi lebih islami dan mnegenal dengan baik dunia keislaman, dalam pelaksanaannya anggota rohis memiliki kelebihan dalam penyampaian dakwah dan cara mengenal Allah lebih dekat melalui alam dengan tadzabur alam, hal itu karena dalam kegiatannya rohis juga mengajarkan hal tersebut. Rohis selalu mendekatkan anggotanya kepada Allah SWT, dan menjauhkan anggotanya dari terorisme, kesesatan, dsb.”
Dari makna di atas, sangat jelas bahwa apa yang dituduhkan sangat jauh dari realita yang ada.
Dalam sebuah kesempatan, Drs H Mawardi AS –Ketua MUI Lampung- juga telah membantah pemberitaan diatas.
"Bagaimana mungkin, organisasi yang memiliki peran besar dalam menyelamatkan pemuda agar memiliki pribadi yang berkarakter, justru dinyatakan sebagai tempat pembentukan teroris," (Republika.co.id. 15/09/2012)
Rohis dan Remaja Masjid “Di Lapangan”
Sebagai pihak yang pernah dan sedang terjun langsung dalam membina pelajar SMA/se-derajat di kota Pekanbaru, Riau, maka perlu kami sampaikan bahwa kegiatan-kegiatan dakwah remaja disini –dan dimanapun berada dalam pengetahuan kami- ialah jauh dari unsur-unsur yang mengarah pada kekerasan, terorisme, apalagi ajaran sesat. Dalam ruang lingkup harian, pekanan, bulanan hingga tahunan, program kegiatan sudah disusun secara terstruktur, ditandatangani oleh Pembina sebagai penanggung-jawab.
Kegiatan yang dijalankan-pun beragam, yang kesemuanya tidak satupun mengarah pada terorisme, melainkan sebagai sarana untuk mengembangkan diri, berkreativitas dan mendalami ajaran Islam serta memunculkan akhlakul karimah kepada sesama manusia. Sebut saja, sholat Dhuha bersama-sama saat istirahat, melaksanakan kultum selepas sholat Zhuhur dan ‘Ashar, olahraga saat Ahad pagi, mendiskusikan tugas setelah pulang sekolah, melaksanakan camping/lintas alam, memperbaiki (tahsin) bacaan Quran, hingga melatih segenap anggota agar mahir dalam menggunakan internet. Dan kegiatan ini-pun atas persetujuan dari orangtua melalui surat izin resmi yang ditandatangani, serta selalu dipublikasikan dalam bentuk foto dan video, serta pemberitaan di Koran lokal, hingga media sosial seperti Facebook, Twitter dan website resmi.
Maka sangatlah naïf jika dikatakan berbagai kegiatan diatas justru mengarah pada terorisme, ekstrimisme dan sejenisnya. Bahkan, Alhamdulillah kegiatan dakwah remaja di Pekanbaru juga pernah dimuat di hidayatullah.com (http://hidayatullah.com/read/23067/09/06/2012/dekatkan-pelajar-ke-masjid-melalui-komunitas-belajar.html)
Apa yang pernah dan sedang kami lakukan disini, juga merupakan cerminan dari apa yang dilakukan oleh berbagai aktivis dakwah sekolah dan kampus dimana-pun berada, karena semua ADS/ADK tersebut mengarahkan anggotanya pada tujuan yang sama, yakni mentauhidkan Allah serta beribadah hanya kepada-Nya.
Kami sempat mewawancarai beberapa orang untuk meminta pandangan mereka seputar Rohis dan pemberitaan media tersebut.
“Rohis ialah wadah bagi pemuda Islam untuk mendekatkan diri pada ajaran Islm dalam rangka membentengi pergaulan bebas di SMA.” (Ade Nafiarman, alumni salah satu SMA yang kini bekerja di salah satu BUMN)
“Itu salah kaprah, sebenarnya bukan seperti itu. Rohis memang mengajar kita lebih dalam tentang agama. Soal perekrutan anggota (teroris)seperti itu tidak bisa menyalahkan Rohis..” ujar Hafizh, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Pekanbaru yang pernah ikut bergabung di Rohis saat SMA.
Sementara itu, Bapak Feizal Karim, M.Eng –salah seorang staff Gubernur Riau- mengungkapkan bahwa justru Rohis di sekolah harus diperkuat, jangan sampai “mati”.
“Justru Rohis harus diperkuat, jangan sampai mati, bukan Rohis yang salah. Jangan sampai (dengan pemberitaan ini) memperlemah anak-anak untuk ke Masjid atau bergabung di Rohis. Mestinya media tersebut harus bisa memilah, tidak patut menyampaikan seperti itu”. Tanggapan beliau saat kami hubungi via telpon.
Realitas Remaja Saat Ini
Dalam sebuah kesempatan bersama adik-adik anggota, kami pernah menyampaikan bahwa semua yang terdaftar sebagai anggota ialah orang-orang yang sedikit jika dibandingkan dengan total semua pelajar di kota ini. “Adik-adik hanyalah satu dari puluhan, puluhan dari ratusan, dan ratusan dari ribuan.”.
Lalu kemana adik-adik SMA/se-derajat lainnya? Banyak dari mereka yang kita jumpai di warnet-warnet, tempat permainan biliyard, kafe-kafe, nongkrong dan nge-trek di jalanan sambil merokok, serta berbagai aktivitas sia-sia lainnya. Pemandangan ini akan sangat ramai kita temukan saat malam mingguan tiba. Di salah satu taman kota disini bahkan sering dijumpai pasangan remaja yang “mojok” alias berzina di gelapnya malam, semoga Allah menjaga kita dari perilaku seperti ini. Sementara itu di sisi lain, alhamdulillah berkat kegiatan-kegiatan Islam yang diadakan secara rutin tidak ada remaja-remaja masjid atau rohis yang terlibat dalam aktivitas semacam ini. Alangkah baiknya apabila kalangan remaja bisa mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah sebagai pelanjut estafet kepemimpinan di masa mendatang. Kalau remaja di masa sekarang hancur akhlaq-nya, maka apa jadinya negara kita ini bila mereka memimpin di masa mendatang?
Tentu sebagai sesama generasi muda Islam, kita sangat sedih melihat realita diatas dan berharap ada perbaikan untuk masa yang akan datang. Dan memperbaiki generasi muda inilah yang sedang dilakukan oleh banyak pihak yang peduli akan nasib bangsa ini, termasuk diantaranya ialah saudara-saudara di Rohis.
Maka, melalui artikel singkat ini kami menghimbau kepada khalayak ramai, khususnya para orangtua dan pemerintah agar justru memasukkan anak-anak mereka dan remaja pada umumnya ke Rohis atau remaja masjid, bukan membiarkannya melakukan aktivitas sia-sia dan bahkan menimbulkan mudhorat dan dosa, dan tentunya dengan tetap melakukan kontrol atas segala kegiatannya di luar rumah. Dan kepada media dan narasumber terkait agar lebih faktual dalam menyajikan berita dan data, berdasarkan fakta yang ada dan telah di-cek kebenarannya di lapangan, serta harus meminta maaf kepada semua pihak yang pernah mereka zholimi. Kemudian untuk saudara-saudara kami yang tengah bergerak dalam dakwah remaja, agar tetap semangat dalam mendidik dan membina adik-adik kami para generasi penerus bangsa ini, semoga Allah memberikan keistiqomahan kepada kita semua, aamiin. Allahu Akbar! Wallahu a’lam bishshowab.
Penulis adalah penyiar Radio Robbani FM Pekanbaru, Aktivis Dakwah Remaja di Pekanbaru, Riau
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteSiapa sih yang gak tau Metro TV. Tivi ini milik Surya Paloh (konon kabarnya agamnya ternyata bukan Islam).
ReplyDeletePaloh adalah dedengkot Partai Nasdem. Nasdem adalah fenomena, kenapa begitu cepat dia terkenal dari ormas tiba2 jadi parpol.
Jawabannnya karena ada Yahudi di belakangnya. Kita tahulah bagaimana propaganda media yang memang dikuasai Yahudi.
Ingat juga bagaimana Mursyidan Baldan, petinggi Nasdem, hadir dengan bangga ke ultah Israel di singapura.
Jadi tidak perlu ada lagi yang ditutup-tutupi bung! METROTV+NASDEM=YAHUDI!
Kalau lihat di metrotv sekarang, yang jadi bulan2an di tv ini adlah
ReplyDelete1.ISLAM dengan alasan ideologi ("yahudi" dan islam kagak bakalan "ketemu") jadi Islam di metrotv juga di media2 lainnya nggak ada apa2nya.. islam dan yang tidak mendukung yahudi israel adalah taek semua dimata mereka.
2.PARTAI DEMOKRAT dengan alasan partai penguasa yang akan menjadi "pesaing" yang harus digoyang Nasdem dalam pemilu 2014 nanti.
Mereka memang "menginginkan" dunia ini... ambil tuh dunia!!!
Hati2! mereka memang sudah dari jauh hari "mencita-citakan" yang kayak gini!
Jangan lupakan indosat dengan lambang dan "The future is here"nya!!!