Kita menemukan nama Muhammad ini di dalam Injil yang sudah diapokratipkan oleh para pemimpin-pemimpin Gereja dahulu, dilarang dan dibuang sebab katanya memuat ajaran-ajaran yang palsu dan membahayakan iman orang-orang Kristen. Terlepas membahayakan ataukah tidak, palsu atau benar, marilah kita membawanya dalam persoalan ini, kita buka sekarang Injil Barnabas pasal 72, bunyinya:
Yesus berkata: “Jangan bergoncang imanmu, dan jangan kamu takut, karena bukan aku yang menjadikan kamu. tetapi Allah yang menjadikan kamu, memelihara kamu, adapun tentang ketentuanKu, maka sesungguhnya aku datang untuk menyediakan jalan bagi rasul Allah yang akan, datang membawa kelepasan bagi dunia. Tetapi awas-awaslah, kamu ditipu oleh orang, karena akan datang beberapa banyak nabi-nabi dusta. Mereka mengambil perkataanku dan menajisi perkataanku.” Maka kata Andreas: “Hai guru, sebutkanlah bagi kami sesuatu tanda supaya kami kenal dia.”
Maka jawab Yesus: “Sesungguhnya dia tidak datang pada masa kamu ini, tetapi berbilang tahun dibelakang kamu, yaitu diwaktu dirusakkan orang akan Injilku dan hampir tak terdapat lagi 30 orang mukmin. Diwaktu itulah Allah merahmati dunia ini. Maka diutuslah rasulnya yang tetap awan putih diatasnya mengenal akan dia, salah satu utusan Allah dan dialah yang mensahirkan dirinya kepada dunia dan ia akan datang dengan kekuatan yang besar untuk mengalahkan orang-orang jahat dan berhala dunia ini. Sesungguhnya Aku menyukai yang demikian ini, karena dengan perantaraannya akan diterangkan dan dimuliakan orang Allah dan dia menyatakan kebenaranku dan dia akan menghukum orang-orang yang mengatakan bahwasanya aku lebih besar dari manusia biasa. Dengan sesungguhnya Aku berkata bahwa bulan akan memberikan dia tidur waktu masih kanak-kanak dan manakala ia sudah besar, awaslah dunia ini jangan membuangkannya, karena dia akan membinasakan penyembah-penyembah berhala.”
Membaca akan surat Barnabas itu, maka tak dapat tiada gentarlah hati kita betapa Nabi yang dijanjikan itu, begitu tepat digenapi kejadiannya.
Inti ajaran dari para rasul dan nabi adalah TAUHID, menyeru pada Ke-Esaan Allah.
Jadi perkiraan nabi ini mempunyai tiga gambaran, tak seorangpun dari mereka yang dapat mengenai melainkan Nabi Muhammad:
Dengan demikian, lukisan itu nampaknya pantas hanya untuk Muhammad, dan bukan untuk yang lain.
Statemen yang lain, yang menunjukkan nubuat untuk Muhammad dapat dijumpai dalam kitab Ulangan (Deuteronomy):
Penampakan yang lain adalah wahyu yang diterima di Seir. Penampakan ini menandakan pewahyuan yang diterima oleh Yesus lantaran Seir merupakan daerah yang terletak di Yordan.
Penampakan yang ketiga adalah cahaya Tuhan yang bersinar dari pegunungan Paran. Penampakan ini merupakan perlambang kenabian Muhammad. Pegunungan Paran terletak di wilayah Hijaz, tempat Muhammad lahir dan hidup. Kata-kata berikut ini lebih memberikan petunjuk dan indikasi terhadap kenyataan ini:
Perjanjian Baru, juga mengandung nubuat yang jelas tentang kemunculan Muhammad
“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan.” Hal ini merupakan sebuah referensi terhadap perjanjian yang dibuat antara Tuhan dan Ishak, pada masa Ibrahim, dimana Ismail tidak termasuk dari perjanjian ini. Dari Perjanjian Lama kita membaca:
Muhammad dan bangsa Arab merupakan keturunan Ismail, dan bangsa inilah yang dinantikan Yesus untuk menggantikan bangsa Israel.
Yesus menggambarkan bangsa yang menggantikan ini sebagai batu yang dibuang; Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk. Hal ini berarti bahwa bangsa yang menerima kerajaan Tuhan ini akan menjadi sebuah bangsa pemberani, dapat menaklukkan setiap musuhnya yang menyerang dan meremukkan setiap musuh yang diserangnya. Gambaran ini hanya dapat diterapkan pada bangsa Arab saja yang telah terpilih dari seluruh bangsa dengan membawa pesan ruhani, prawira dalam membela diri dan menaklukkan musuh-musuhnya. Sejara, pasca Yesus, telah menyaksikan banyak bangsa prawira, namun tidak ada satu pun dari mereka yang digerakkan dan dimotivasi oleh wahyu kecuali umat Muhammad. [www.wisdoms4all.com]
Muhammad dalam Perjanjian Baru
Ada dua ucapan yang sangat penting mengenai Yohanes Pembaptis yang disampaikan oleh Yesus, tetapi dicatat dengan cara aneh...
Ucapan pertama Yesus mengenai Yohanes adalah bahwa Yohanes dimunculkan ke dunia sebagai reinkarnasi Elia (nabi dalam Perjanjian Lama). Keanehan yang menyelimuti sebutan ini terjadi pada diamnya Yesus mengenai identitas dari orang yang diharapkan secara resmi diperkenalkan oleh Elia kepada dunia sebagai nabi terakhir. Bahasa Yesus dalam hal ini adalah sangat kabur, ambigu, dan aneh.
Seandainya Yohanes adalah (reinkarnasi dari) Elia, lantas mengapa dia tidak disebutkan secara jelas?
Seandainya Yesus adalah sang “Utusan yang dijanjikan” dan Dominator[1] (terjemahan Vulgate untuk bahasa Ibraninya “Adon” seperti yang tercantum dalam Maleakhi 3: 1), mengapa dia secara terbuka mengatakan begitu? Jika ia dengan berani menyatakan bahwa bukan dirinya, tetapi nabi lain yang merupakan “Dominator” itu. Maka sebenarnya pastilah ada tangan jahat yang menghapus dan menghilangkan kata-kata Yesus dari kitab Injil yang asli.
Bagaimanapun juga, kitab-kitab "Injil"-lah yang harus bertanggung jawab atas ambiguitas dan ketidakjelasan ini. Itu hanya dapat digambarkan sebagai hal kejam yang merusak teks dan telah menyesatkan jutaan umat Kristen berabad-abad.
Yesus seharusnya menunjukkan diri secara terbuka dan eksplisit dengan mengatakan, “Yohanes adalah Elia yang diutus sebagai perintis yang mempersiapkan jalan untukku!” Atau jika bukan seperti itu, maka mungkin ia sudah menyatakan hal sebagai berikut, “Yohanes adalah Elia yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Muhammad”. Barangkali ini disebabkan oleh kegemaran Yesus akan bahasa yang bersifat ambigu (kemenduaan makna).
Sebenarnya ada beberapa contoh sebagaimana dilaporkan dalam Injil-Injil, dimana Yesus memberikan pernyataan yang tidak jelas dan sama sekali tidak dapat dipahami. Dengan mengesampingkan ketuhanannya, sebagai seorang nabi bahkan sebagai seorang guru, ia diharapkan menjadi seorang guru yang terus terang.
Ucapan lain yang terselubung dalam keanehan adalah, “Tidak seorang pun yang dilahirkan oleh perempuan lebih besar dari Yohanes” kata Yesus, “Tetapi yang paling kecil di Kerajaan Surga adalah lebih besar daripada Yohanes”. Apakah Yesus bermaksud mengajari kita bahwa Yohanes dan semua nabi serta orang-orang shaleh berada diluar Kerajaan Tuhan? Siapakah orang “paling kecil” yang lebih besar daripada Yohanes? Dan konsekuensinya dari semua umat Tuhan yang mendahului Yohanes? Apakah Yesus sendiri yang dimaksud “paling kecil” itu? Atau yang “paling kecil” diantara orang-orang Kristen yang dibaptis? Tidak mungkin dia sendiri, karena pada masanya Kerajaan itu belum didirikan di bumi. Jika memang dia, maka tidak mungkin ia sebagai yang “paling kecil” didalamnya karena ia adalah pendirinya.
Gereja – dengan sudut pandangnya yang aneh – telah menemukan solusi yang sangat tidak masuk akal untuk memecahkan problem ini. Dan solusi itu adalah bahwa orang Kristen lah yang “paling kecil” untuk dicuci dengan darah Yesus (melalui sakramen pembaptisan, menurut keyakinan kaum Sacerdotolis, atau kalau tidak melalui semacam regenerasi, menurut ketakhayulan penginjil) menjadi “lebih besar” dari Yohanes dan semua orang-orang suci terdahulu, termasuk Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Daud, Elia, Daniel.
Alasan atau bukti klaim yang mengagumkan ini adalah bahwa umat Kristen, betapapun berdosanya dia, asalkan dia beriman kepada Yesus sebagai Juru Selamatnya, maka ia memiliki hak-hak istimewa (privilages) yang didambakan para nabi suci namun tidak dinikmatinya. Hak-hak istimewa ini sangat banyak. Penyucian dari dosa asalkan melalui pembaptisan kristen, pengetahuan tentang Trinitas, pemberian makanan daging dan darah Yesus dalam Sakramen Ekaristi, doa dengan membuat tanda salib, hak-hak kuci surga dan neraka diberikan kepada Paus, dan kegembiraan yang berlebih-lebihan (ectasy) dari kaum Puritan[2], Quaker[3], Persaudaraan, dan semua sekte lain yang disebut Kaum NonKonformis yang masing-masing dengan jalannya sendiri-sendiri, meskipun mengklaim hak-hak istimewa dan hak-hak proregratif yang sama, semua sepakat bahwa setiap orang Kristen yang baik pada hari kebangkitan akan menjadi perawan suci dan menampilkan dirinya sebagai pengantin perempuan untuk “Domba Tuhan”!
Lantas, tidakkah Anda berpikir bahwa umat Kristen berhak untuk percaya bahwa yang “paling kecil” diantara mereka adalah “lebih besar” dari semua nabi? Tidakkah Anda berpikir, kalau demikian, bahwa biarawan Patagonian yang kekar dan biarawati Parisian yang menebus dosa adalah lebih mulia daripada Adam dan Hawa, karena misteri Trinitas disampaikan kepada orang-orang idiot ini dan tidak kepada nenek moyang mereka yang dahulunya hidup bersama Allah di Surga sebelum mereka diturunkan kebumi?
Namun semua keyakinan dan aqidah yang bermacam-macam ini berasal dari Perjanjian Baru dan dari ucapan-ucapan yang dinisbahkan kepada Yesus dan rasul-rasulnya. Namun, bagi kita sebagai kaum Ahlultauhid Muslim ada sedikit cahaya kemilau yang tertinggal dalam kitab-kitab Injil, dan sudah cukup bagi kita untuk menemukan kebenaran tentang Yesus dan sepupunya (Yohanes) yang sebenarnya.
Yohanes Pembaptis meramalkan Muhammad
Menurut kesaksian Yesus, tidak ada orang yang dilahirkan perempuan lebih besar dari Yohanes, namun yang “paling kecil” dalam Kerajaan Surga adalah lebih besar dari Yohanes. Perbandingan yang dibuat oleh Yesus adalah antara Yohanes dan semua nabi sebelumnya sebagai penghuni Kerajaan Surga. Nah dalam urutan kronologis maka nabi terakhir adalah yang “paling kecil” diantara para nabi, ia akan menjadi junior mereka dan yang paling muda.
Kata “z’ira” dalam bahasa Arami, seperti kata Arab “saghir”, berarti “anak kecil”. Versi Pshittha menggunakan kata “z’ira” atau “z’eira” sebagai lawan dari “rabba” untuk “besar, tua”.
Setiap orang Kristen akan mengakui Yesus adalah bukan nabi yang “terakhir”, dan karenanya ia tidak mungkin sebagai yang “paling kecil”. Tidak hanya para rasul sendiri yang diberkati dengan pemenuhan nubuat, tetapi juga banyak manusia suci lainnya di zaman kerasulan disokong dengan kisah itu (Kisah-kisah 11: 27-28; Kisah-kisah 13: 1; Kisah-kisah 15: 32; Kisah-kisah 21: 9-10).
Dan karena kita tidak dapat menemukan yang mana dari nabi-nabi gereja yang banyak ini adalah “yang terakhir”, tentu saja kita dipaksa untuk mencari kemana-mana seorang nabi yang tidak dapat disangkal adalah nabi terakhir dan penutup daftar kenabian. Dapatkah kita membayangkan bukti-bukti mendukung Muhammad yang lebih kuat dan lebih brilian daripada pemenuhan nubuat Yesus yang menakjubkan ini?
Dalam daftar panjang keluarga nubuat, tentu saja yang “paling muda”, yang “paling kecil” adalah Muhammad. Beliau adalah “Adon” (Tuan) nya mereka. Menyangkal ciri dan sifat nubuat kenabian Muhammad merupakan suatu penyangkalan yang mendasar terhadap keseluruhan wahyu Ilahi dan semua nabi yang mengajarkannya. Karena semua nabi lainnya secara bersama-sama belum menyelesaikan karya raksasa yang diselesaikan sendiri oleh nabi dari Mekkah dalam waktu singkat yakni 23 tahun misi kenabiannya.
Misteri tentang kehidupan sebelumnya dari roh-roh para nabi belum diungkap kepada kita, tetapi setiap muslim sejati mempercayainya. Roh yang ada sebelumnyalah dengan kekuatan firman Allah “kun” (jadi) seorang lanjut usia Sarah, seorang lanjut usia Hannah, dan seorang perawan Maria melahirkan Ishaq, Yohanes, dan Yesus.
Injil Barnabas melaporkan bahwa Yesus berbicara tentang roh Muhammad yang dinyatakan olehnya telah diciptakan sebelum semua yang lain.
Saya senang mengatakan bahwa hak sayalah, berkat karunia Allah, untuk memecahkan problem misteri yang selama ini menutupi apa arti dan maksud sebenarnya dari “yang paling kecil dalam Kerajaan Surga”!
Yohanes mengakui bahwa Muhammad lebih unggul dan lebih kuat darinya. Ungkapan penting disampaikannya kepada orang-orang Yahudi itu, “Dia yang datang setelah aku” mengingatkan para Penulis, Pharisee, dan ahli hukum mereka pada ramalan kuno dari nenek moyang mereka, Yaqub, dimana Patriarch itu menggunakan gelar yang unik “Syilokhah” untuk “Rasul Allah/ Rasululloh”, julukan yang sering digunakan oleh Yesus untuk Muhammad dalam Injil Barnabas. Pada waktu menulis artikel saya tentang “Syiloh”, saya mengatakan bahwa kata tersebut bisa jadi merupakan perubahan dari “Syiloukh” atau “Syilokhah” yang artinya adalah Rasul Allah (Rasululloh), tetapi kemudian saya lupa bahwa Yerome juga telah memahami bentuk Ibrani itu dalam arti tersebut, karena ia telah menerjemahkannya sebagai “qui mittendis est”.
Ketika saya merenungkan penangkapan dan pemenjaraan Yohanes yang tidak berdaya oleh Herod dan pemenggalan lehernya secara kejam, atau ketik saya membaca dengan teliti cerita-cerita membingungkan nan tragis mengenai pencambukan Yesus oleh Pilate, penobatan Yesus dengan mahkota duri (dalam keadaan disalib kesakitan) oleh Herod, dan malapetaka di Calvary[4], lalu saya beranjak memalingkan pandangan saya pada masuknya Adon (dengan 10.000 pasukan) dengan penuh kemenangan ke Mekkah, penghancuran total semua berhala didalam Ka’bah suci, pemandangan yang menggetarkan hati dari musuh pembawa maut bernama Abu Sufyan yang takluk dikaki Syilokhah (Rasul Allah) memohon pengampunannya dan menyatakan keimanannya, dan atas ibadah agung dan khotbahnya yang terakhir dari sang penutup para nabi menerima firman ilahi yang terakhir ini “Al yauma akmaltu lakum dinukum” (Hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu), dan sebagainya, kemudian saya sepenuhnya memahami bobot dan nilai dari pengakuan Yohanes, “Dia lebih kuat dariku”.
“Kemurkaan yang akan datang” . Pernahkah Anda menjumpai penfsiran yang pantas dan bijaksana, dan meyakinkan dari kalimat ini diantara banyak sekali komentar mengenai kitab Injil? Apa yang dimaksud Yohanes dengan ungkapan, “Lihatlah kapak sudah dipasang pada akar pohon?” Atau perkataannya, “Ia memegang kapas ditangannya untuk membersihkan lantai pengiriknya?” Atau ketika ia meremehkan gelar “Anak-anak Ibrahim”?
Saya tidak akan menghalangi Anda untuk mengetahui tingkah laku para penafsir, karena mereka adalah lamunan yang tidak pernah diimpikan oleh Yohanes ataupun pendengarnya. Mungkinkah Yohanes pernah mengajari kaum Pharisee yang angkuh dan kaum Saduqee[5] yang rasionalistik itu menyangkal kebangkitan jasmaniah bahwa pada hari kiamat Yesus akan menumpahkan kemurkaannya pada mereka dan membakar mereka bagaikan pohon-pohon yang tidak berbuah dan bagaikan sekam dalam api neraka? Tidak ada satu kata pun dalam semua literatur kitab suci mengenai kebangkitan jasad-jasad atau mengenai api neraka. Tulisan-tulisan Talmudistik ini penuh dengan misteri eskatologis yang sangat mirip dengan tulisan kaum Zardusytee, tetapi sumbernya sama dari kitab-kitab resmi.
Nabi yang bertobat dan membawa kabar baik itu tidak berbicara tentang kemurkaan yang jauh dan tidak terbatas yang sudah pasti menunggu kaum kafir dan kaum Atheis, tetapi berbicara tentang malapetaka yang terdekat dari bangsa Yahudi. Ia mengancam bahwa murka Allah sedang menunggu kaum itu jika mereka terus-menerus berbuat dosa dan menolak misi dan koleganya, Yesus.
Bencana yang akan datang adalah hancurnya Yerusalem dan pembubaran terakhir Israel yang terjadi sekitar 30 tahun sesudah itu selama masa hidup para pendengarnya. Baik dia maupun Yesus mengabarkan kedatangan Rasul Allah yang agung yang telah dikabarkan oleh Yaqub dengan gelar Syilokhah, dan bahwa dengan kelahirannya semua hak kenabian dan kehormatan serta otoritas akan diambil dari bangsa Yahudi, dan memang, demikianlah yang terjadi sekitar 6 abad kemudian, ketika benteng-benteng terakhir mereka di Hijaz diratakan dengan tanah dan kepangeranan mereka dihancurkan oleh nabi Muhammad saw.
Kekuasaan Romawi yang semakin mendominasi di Syria dan Palestina telah mengancam otonomi palsu bangsa Yahudi, dan arus emigrasi bangsa Yahudi akhirnya dimulai. Dan mengenai cerita inilah Yohanes bertanya, “Siapa yang memberitahu kalian untuk melarikan diri dari kemurkaan yang akan datang?” Mereka diperingatkan dan didesak untuk menghasilkan buah-buah yang bagus dengan pertobatan dan kepercayaan terhadap para rasul Tuhan yang sejati, khususnya kepada Adon, yang merupakan sang pemimpin sejati dan terakhir yang kuat.
kaum Yahudi dan Kristen selalu menuduh Muhammad telah menegakkan agama Islam dengan kekuatan dan pedang. Kaum modernis Islam selalu berusaha untuk menyangkal tuduhan ini. Tetapi ini tidak berarti mengatakan bahwa Muhammad tidak pernah menggunakan pedang. Ia harus menggunakannya untuk mempertahankan nama Tuhan.
Setiap kesabaran ada batasnya. Setiap kemurahan hati ada akhirnya. Kesempatan dan waktu yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Yahudi, Arab, dan lainnya berakhir selama lebih dari 4000 tahun. Hanya setelah berakhirnya periode inilah baru Allah mengutus Muhammad dengan membawa kekuatan dan pedang, api dan roh, untuk menghadapi kaum kafir yang kejam, menghadapi anak-anak Ibrahim yang tidak bersyukur (baik bani Ismail dan bani Israil), dan menghadapi kekuatan Iblis.
Keseluruhan Perjanjian Lama merupakan cerita tentang teokrasi dan pemberhalaan. Kadang-kadang sedikit cahaya Islam –yakni agama Allah- bersinar di Yerusalem dan Mekkah; namun ia selalu dianiaya oleh kekuatan Setan. Empat Binatang Buas yang kejam datang menginjak-injak kaum beriman. Lalu datanglah Muhammad untuk menghancurkan dan membunuh Ular Berbisa dan memberinya gelar yang hina “iblis” –setan yang terluka memar.
Tentu saja Muhammad adalah seorang nabi yang melakukan pertempuran, tetapi objek pertempuran itu adalah kemenangan bukan balas dendam. Penaklukan musuh dan menegakkan agama Islam sebagai Kerajaan Allah dimuka bumi.
Sebenarnya, ketika Yohanes digurun pasir berseru dengan suara nyaring, “Siapkan jalan Tuhan dan luruskan jalan-jalanNya”, ketika itu ia sedang menyinggung agama Tuhan dalam bentuk kerajaan yang sedang datang mendekat. Tujuh abad sebelumnya, nabi Yesaya telah meneriakkan dan mengucapkan kata-kata yang sama (Yesaya 40: 1-4).
Dan dua abad kemudian Allah sendiri meratakan jalan untuk Koresh[6] dengan menaikkan dan menutup setiap lembah, meratakan setiap bukit dan gunung untuk memudahkan penaklukan dan mempercepat gerakan (Yesaya 45: 1-3).
Sejarah berulang sendiri, kata mereka; dalam kedua kasus tersebut bahasa dan maknanya sama. Yang pertama menjadi prototipe yang kedua. Allah telah meratakan jalan untuk Raja Koresh (Koresy) dari Persia untuk menundukkan musuh-musuhnya kedalam taklukan Persia, karena Bait Allah di Yerusalem dan orang-orang pilihanNya dalam penjara.
Kini sekali lagi Tuhan mengulang kejadian yang hampir sama, tetapi dengn skala yang lebih besar dan lebih luas. Dihadapan khotbah Muhammad, semua berhala dihilangkan, dihadapan pedang Muhammad, maka kerajaan-kerajaan disekitarnya takluk pada beliau, dan anak-anak Kerajaan Allah menjadi sederajat dan membentuk “orang-orang kudus milik Yang Maha Tinggi”. Karena hanya dalam Islam lah semua orang beriman sederajat. Tidak ada pendeta (dengan hak-hak khususnya), tidak ada sakramen, tidak ada kasta dan perbedaan ras. Semua orang beriman adalah satu, kecuali dalam kebajikan dan kesabaran, dalam hal mana mereka saling mengungguli.
Referensi:
[1] Maleakhi 3:1 versi Vulgate: Ecce ego mittam angelum meum et praeparabit viam ante faciem meam et statim veniet ad templum suum dominator quem vos quaeritis et angelus testamenti quem vos vultis ecce venit dicit Dominus exercituum
[2] Puritan adalah orang yang sangat teguh berpegang pada peraturan-peraturan tata susila.
[3] Quaker adalah anggota suatu perkumpulan Kristen anti perang dan anti sumpah.
[4] Calvary (merupakan bahasa latin dari Golgota) adalah bukit diluar Kota kuno Yerusalem tempat Yesus disalib, sebagaimana diyakini oleh Kristen.
[5] Nama ibrani ini secara salah ditulis Saducee.
[6] Koresh adalah seorang Raja Persia dan penakluk Kerajaan Babylonia yang mengizinkan bangsa Yahudi untuk kembali ke kampung halamannya di Palestina. Bangsa Yahudi sebelumnya menjalani masa pembuangan oleh Kerajaan Babylonia
http://ajiprabowo.wordpress.com/2011/11/02/nabi-muhammad-saw-sudah-diisyaratkan-di-dalam-kitab-taurat-dan-kitab-injil/
Yesus berkata: “Jangan bergoncang imanmu, dan jangan kamu takut, karena bukan aku yang menjadikan kamu. tetapi Allah yang menjadikan kamu, memelihara kamu, adapun tentang ketentuanKu, maka sesungguhnya aku datang untuk menyediakan jalan bagi rasul Allah yang akan, datang membawa kelepasan bagi dunia. Tetapi awas-awaslah, kamu ditipu oleh orang, karena akan datang beberapa banyak nabi-nabi dusta. Mereka mengambil perkataanku dan menajisi perkataanku.” Maka kata Andreas: “Hai guru, sebutkanlah bagi kami sesuatu tanda supaya kami kenal dia.”
Maka jawab Yesus: “Sesungguhnya dia tidak datang pada masa kamu ini, tetapi berbilang tahun dibelakang kamu, yaitu diwaktu dirusakkan orang akan Injilku dan hampir tak terdapat lagi 30 orang mukmin. Diwaktu itulah Allah merahmati dunia ini. Maka diutuslah rasulnya yang tetap awan putih diatasnya mengenal akan dia, salah satu utusan Allah dan dialah yang mensahirkan dirinya kepada dunia dan ia akan datang dengan kekuatan yang besar untuk mengalahkan orang-orang jahat dan berhala dunia ini. Sesungguhnya Aku menyukai yang demikian ini, karena dengan perantaraannya akan diterangkan dan dimuliakan orang Allah dan dia menyatakan kebenaranku dan dia akan menghukum orang-orang yang mengatakan bahwasanya aku lebih besar dari manusia biasa. Dengan sesungguhnya Aku berkata bahwa bulan akan memberikan dia tidur waktu masih kanak-kanak dan manakala ia sudah besar, awaslah dunia ini jangan membuangkannya, karena dia akan membinasakan penyembah-penyembah berhala.”
Membaca akan surat Barnabas itu, maka tak dapat tiada gentarlah hati kita betapa Nabi yang dijanjikan itu, begitu tepat digenapi kejadiannya.
- Di tiap-tiap masa ada rasul-rasul /nabi-nabi yang telah diutus Allah ta'ala, sebagai pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira.
- Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syariat Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul, (Al-Maaidah: 19)
- Tentang berapa jumlah nabi-nabi tersebut, tidak diketahui dengan pasti. Tapi yang jelas, ada banyak. Ada sebagian yang dikisahkan, ada yang tidak.
- Berapa banyaknya nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. (Az-Zukhruf: 6)
- Dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. (An-Nisaa’: 164)
Inti ajaran dari para rasul dan nabi adalah TAUHID, menyeru pada Ke-Esaan Allah.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, (An-Nahl: 36)Demikian pula dengan nabi Isa a.s. Beliau adalah seorang Rasul yang diutus Allah untuk bani Israel saja.
Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, …" (Ali Imran: 49)Nabi Isa as (Yesus) menubuatkan akan datangnya Rasul terakhir, Muhammad saw.
Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”(Matius 15: 24)
Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”. (Ash-Shaf: 6)Para Ahli Kitab sebenarnya telah mengetahui akan datangnya Rasul terakhir, yakni Muhammad. Bahkan mereka mengetahui infomasi ini secara jelas dan detail, sedetail mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.
Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah). (Al-An’am: 20)Nubuat tentang Rasulullah Muhammad ada dalam Injil & Taurat.
Dan apabila kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan: “Baiklah baca ini,” maka ia akan menjawab: “Aku tidak dapat membaca.” (Yesaya 29: 12)Siapakah nabi yang dikenal karena tidak bisa membaca? Nabi Muhammad, tentunya.
Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. (Yesaya 42: 1)Menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Bahwa aturan, ajaran yang dibawanya (Al-Islam) tidak hanya untuk bangsa Arab saja tapi untuk seluruh umat manusia.
Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya. (Yesaya 42: 4)Menaklukkan bangsa-bangsa, mengangkat pedang dan panah. Siapakah nabi yang juga pemimpin negara, serta pemimpin perang? Dengan kemenangan di tiap langkahnya? Dengan ciri-ciri demikian apakah nubuat tersebut merujuk pada Yesus? TIDAK. Karena Yesus lebih memilih memberikan pipi kiri ketika orang menampar pipi kanannya, dan ketika ada orang yang menginginkan bajunya dia maka dia akan memberikan jubahnya sekalian.
Siapakah yang menggerakkan dia dari timur, menggerakkan dia yang mendapat kemenangan di setiap langkahnya, yang menaklukkan bangsa-bangsa ke depannya dan menurunkan raja-raja? Pedangnya membuat mereka seperti debu dan panahnya membuat mereka seperti jerami yang tertiup. (Yesaya 41: 2)
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. (Matius 5: 39)Dalam Injil ada lebih dari satu pernyataan yang menunjukkan dinantikannya Nabi Muhammad. Namanya tidak disebutkan, tetapi melukiskan Muhammad. Kita dapat menjumpai dalam Kitab Ulangan (Deuteronomy), pernyataan sebagai berikut:
Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.(Matius 5: 40)
"Saya akan mengangkat untuk mereka (Bani Israel) seorang nabi seperti anda dari di antara saudara-saudara mereka; dan saya akan meletakkan kata-kata saya pada mulutnya, dan dia akan berbicara kepada mereka semua yang saya perintahkan padanya. Dan barangsiapa tidak akan memberikan perhatiannya kata-kata saya yang dia katakan atas nama saya, saya akan menuntut hal itu dari dia.” (Ulangan 18: 18-19)Pernyataan ini menjanjikan bahwa Tuhan akan mengangkat seorang nabi dari Bani Israel, bahwa nabi yang akan seperti Musa sendiri; bahwa Tuhan akan meletakkan kata-kata-Nya sendiri pada lisan nabi itu, dan bahwa nabi itu akan berbicara dengan nama Tuhan yang meletakkan kata-kata itu pada mulutnya.
Jadi perkiraan nabi ini mempunyai tiga gambaran, tak seorangpun dari mereka yang dapat mengenai melainkan Nabi Muhammad:
- Nabi yang dijanjikan akan berasal dari saudara Bani Israel. Bani Israel dihubungkan hanya dengan orang-orang Arab. Tidak ada bangsa di dunia ini yang akan dinamai sebagai saudara-saudara Bani Israel kecuali orang-orang Arab, sebab Bani Israel adalah turunan Ishak, dan orang-orang Arab adalah turunan Ismail, saudara Ishak.
- Nabi itu akan seperti Musa. Musa adalah seorang nabi dari suatu peraturan baru dan dia adalah pemimpin duniawi dan ruhani untuk bangsanya. Lukisan ini hanya patut untuk Muhammad, di antara seluruh nabi-nabi yang datang setelah Musa. Tak seorang pun dari nabi-nabi itu, termasuk Yesus (Isa), dikirimkan dengan peraturan-peraturan yang baru. Yesus mengikuti peraturan-peraturan Musa, dan tidak memperkenalkan hukum Agama yang baru. Juga ia tidak merupakan pemimpin yang sekuler (keduniawian) bagi orang-orang Israel. Selanjutnya, semua nabi-nabi itu, kecuali Muhammad, datang dari orang-orang Israel sendiri dan bukan dari saudara-saudara mereka.
- Pernyataan itu menyatakan Nabi yang dijanjikan sebagai seorang Nabi yang tidak akan berbicara darinya sendiri. Firman Tuhan akan diletakkan pada lisannya. Tak ada Nabi kecuali Muhammad yang telah mengklaim bahwa bukunya berisikan firman-firman dari Tuhan. Musa sendiri menerima wahyu, tetapi dia menyampaikan pesan-pesan itu dengan kata-katanya sendiri. Apa yang kita baca pada lima kitab Musa dianggap menjadi sabda-sabda dari Musa, bukan firman-firman dari Tuhan. Seluruh kitab yang menurut Perjanjian Lama adalah ditulis dan dikatakan oleh penulis-penulis manusia, dan demikian pula empat Injil. Yesus (Isa) berbicara kebenaran yang ia terima, tetapi dia berbicara dengan kata-katanya sendiri. Kitab Injil (Bible) yang terbaik, dianggap sebagai suatu dialog antara Tuhan dan manusia.
Dengan demikian, lukisan itu nampaknya pantas hanya untuk Muhammad, dan bukan untuk yang lain.
Statemen yang lain, yang menunjukkan nubuat untuk Muhammad dapat dijumpai dalam kitab Ulangan (Deuteronomy):
“Inilah berkat yang diberikan Musa, abdi Allah itu, kepada Bani Israel sebelum ia mati. Berkatalah ia: Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir; Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.” (Ulangan 33:1-2)Kedatangan Tuhan bermakna kedatangan wahyu-Nya. Perkataan Musa ihwal manifestasi dan penampakan Tuhan (tajalli) kepada tiga nabi di tiga tempat. Penampakan di Sinai yang melambangkan kenabian Musa sendiri.
Penampakan yang lain adalah wahyu yang diterima di Seir. Penampakan ini menandakan pewahyuan yang diterima oleh Yesus lantaran Seir merupakan daerah yang terletak di Yordan.
Penampakan yang ketiga adalah cahaya Tuhan yang bersinar dari pegunungan Paran. Penampakan ini merupakan perlambang kenabian Muhammad. Pegunungan Paran terletak di wilayah Hijaz, tempat Muhammad lahir dan hidup. Kata-kata berikut ini lebih memberikan petunjuk dan indikasi terhadap kenyataan ini:
“Ia datang dari tengah-tengah puluhan ribu orang yang kudus; di sebelah kanan-Nya tampak kepada mereka api yang menyala.”Muhammad adalah seorang Nabi yang memasuki Mekkah, ibukota Hijaz, yang memimpin bala tentara sejumlah sepuluh ribu pasukan Muslimin untuk menundukkan para penyembah berhala Mekkah.
Perjanjian Baru, juga mengandung nubuat yang jelas tentang kemunculan Muhammad
Yesus berkata kepada mereka (Bani Israel): “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru: hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita. Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah kerajaan itu. Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk.” (Matius 21: 42-44)Statemen di atas ini merupakan sebuah nubuat yang mewartakan kepada kaum Yahudi bahwa kerajaan Tuhan akan diambil dari mereka, dan akan diberikan kepada bangsa yang lain. Tiada bangsa lain setelah Yesus yang mengklaim pesan langit kecuali bangsa Arab yang menyampaikan kepada dunia pesan Islam yang diwahyukan kepada Muhammad. Yesus menyebut bangsa yang menggatikan Bani Israel ini sebagai:
“Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan.” Hal ini merupakan sebuah referensi terhadap perjanjian yang dibuat antara Tuhan dan Ishak, pada masa Ibrahim, dimana Ismail tidak termasuk dari perjanjian ini. Dari Perjanjian Lama kita membaca:
“Tentang Ismail, Aku telah mendengarkan permintaanmu; ia akan Kuberkati, Kubuat beranak cucu dan sangat banyak. Ia akan memperanakkan dua belas raja, dan Aku akan membuatnya menjadi bangsa yang besar. Tetapi perjanjian-Ku akan Kuadakan dengan Ishak, yang akan dilahirkan Sara bagimu tahun yang akan datang pada waktu seperti ini juga.” (Perjanjian Lama, Kejadian 17: 20-21)Ismail dan keturunannya, sesuai dengan ayat ini, tidak dimasukkan, pada masa Ibrahim, dari perjanjian ini, dan atas alasan ini, Yesus menyebut mereka Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan. Kini Yesus mengabarkan Bani Israel bahwa batu yang sama yang telah dibuang itu telah menjadi batu penjuru.
Muhammad dan bangsa Arab merupakan keturunan Ismail, dan bangsa inilah yang dinantikan Yesus untuk menggantikan bangsa Israel.
Yesus menggambarkan bangsa yang menggantikan ini sebagai batu yang dibuang; Dan barangsiapa jatuh ke atas batu itu, ia akan hancur dan barangsiapa ditimpa batu itu, ia akan remuk. Hal ini berarti bahwa bangsa yang menerima kerajaan Tuhan ini akan menjadi sebuah bangsa pemberani, dapat menaklukkan setiap musuhnya yang menyerang dan meremukkan setiap musuh yang diserangnya. Gambaran ini hanya dapat diterapkan pada bangsa Arab saja yang telah terpilih dari seluruh bangsa dengan membawa pesan ruhani, prawira dalam membela diri dan menaklukkan musuh-musuhnya. Sejara, pasca Yesus, telah menyaksikan banyak bangsa prawira, namun tidak ada satu pun dari mereka yang digerakkan dan dimotivasi oleh wahyu kecuali umat Muhammad. [www.wisdoms4all.com]
Muhammad dalam Perjanjian Baru
Ada dua ucapan yang sangat penting mengenai Yohanes Pembaptis yang disampaikan oleh Yesus, tetapi dicatat dengan cara aneh...
Ucapan pertama Yesus mengenai Yohanes adalah bahwa Yohanes dimunculkan ke dunia sebagai reinkarnasi Elia (nabi dalam Perjanjian Lama). Keanehan yang menyelimuti sebutan ini terjadi pada diamnya Yesus mengenai identitas dari orang yang diharapkan secara resmi diperkenalkan oleh Elia kepada dunia sebagai nabi terakhir. Bahasa Yesus dalam hal ini adalah sangat kabur, ambigu, dan aneh.
Seandainya Yohanes adalah (reinkarnasi dari) Elia, lantas mengapa dia tidak disebutkan secara jelas?
Seandainya Yesus adalah sang “Utusan yang dijanjikan” dan Dominator[1] (terjemahan Vulgate untuk bahasa Ibraninya “Adon” seperti yang tercantum dalam Maleakhi 3: 1), mengapa dia secara terbuka mengatakan begitu? Jika ia dengan berani menyatakan bahwa bukan dirinya, tetapi nabi lain yang merupakan “Dominator” itu. Maka sebenarnya pastilah ada tangan jahat yang menghapus dan menghilangkan kata-kata Yesus dari kitab Injil yang asli.
Bagaimanapun juga, kitab-kitab "Injil"-lah yang harus bertanggung jawab atas ambiguitas dan ketidakjelasan ini. Itu hanya dapat digambarkan sebagai hal kejam yang merusak teks dan telah menyesatkan jutaan umat Kristen berabad-abad.
Yesus seharusnya menunjukkan diri secara terbuka dan eksplisit dengan mengatakan, “Yohanes adalah Elia yang diutus sebagai perintis yang mempersiapkan jalan untukku!” Atau jika bukan seperti itu, maka mungkin ia sudah menyatakan hal sebagai berikut, “Yohanes adalah Elia yang diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Muhammad”. Barangkali ini disebabkan oleh kegemaran Yesus akan bahasa yang bersifat ambigu (kemenduaan makna).
Sebenarnya ada beberapa contoh sebagaimana dilaporkan dalam Injil-Injil, dimana Yesus memberikan pernyataan yang tidak jelas dan sama sekali tidak dapat dipahami. Dengan mengesampingkan ketuhanannya, sebagai seorang nabi bahkan sebagai seorang guru, ia diharapkan menjadi seorang guru yang terus terang.
Ucapan lain yang terselubung dalam keanehan adalah, “Tidak seorang pun yang dilahirkan oleh perempuan lebih besar dari Yohanes” kata Yesus, “Tetapi yang paling kecil di Kerajaan Surga adalah lebih besar daripada Yohanes”. Apakah Yesus bermaksud mengajari kita bahwa Yohanes dan semua nabi serta orang-orang shaleh berada diluar Kerajaan Tuhan? Siapakah orang “paling kecil” yang lebih besar daripada Yohanes? Dan konsekuensinya dari semua umat Tuhan yang mendahului Yohanes? Apakah Yesus sendiri yang dimaksud “paling kecil” itu? Atau yang “paling kecil” diantara orang-orang Kristen yang dibaptis? Tidak mungkin dia sendiri, karena pada masanya Kerajaan itu belum didirikan di bumi. Jika memang dia, maka tidak mungkin ia sebagai yang “paling kecil” didalamnya karena ia adalah pendirinya.
Gereja – dengan sudut pandangnya yang aneh – telah menemukan solusi yang sangat tidak masuk akal untuk memecahkan problem ini. Dan solusi itu adalah bahwa orang Kristen lah yang “paling kecil” untuk dicuci dengan darah Yesus (melalui sakramen pembaptisan, menurut keyakinan kaum Sacerdotolis, atau kalau tidak melalui semacam regenerasi, menurut ketakhayulan penginjil) menjadi “lebih besar” dari Yohanes dan semua orang-orang suci terdahulu, termasuk Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Daud, Elia, Daniel.
Alasan atau bukti klaim yang mengagumkan ini adalah bahwa umat Kristen, betapapun berdosanya dia, asalkan dia beriman kepada Yesus sebagai Juru Selamatnya, maka ia memiliki hak-hak istimewa (privilages) yang didambakan para nabi suci namun tidak dinikmatinya. Hak-hak istimewa ini sangat banyak. Penyucian dari dosa asalkan melalui pembaptisan kristen, pengetahuan tentang Trinitas, pemberian makanan daging dan darah Yesus dalam Sakramen Ekaristi, doa dengan membuat tanda salib, hak-hak kuci surga dan neraka diberikan kepada Paus, dan kegembiraan yang berlebih-lebihan (ectasy) dari kaum Puritan[2], Quaker[3], Persaudaraan, dan semua sekte lain yang disebut Kaum NonKonformis yang masing-masing dengan jalannya sendiri-sendiri, meskipun mengklaim hak-hak istimewa dan hak-hak proregratif yang sama, semua sepakat bahwa setiap orang Kristen yang baik pada hari kebangkitan akan menjadi perawan suci dan menampilkan dirinya sebagai pengantin perempuan untuk “Domba Tuhan”!
Lantas, tidakkah Anda berpikir bahwa umat Kristen berhak untuk percaya bahwa yang “paling kecil” diantara mereka adalah “lebih besar” dari semua nabi? Tidakkah Anda berpikir, kalau demikian, bahwa biarawan Patagonian yang kekar dan biarawati Parisian yang menebus dosa adalah lebih mulia daripada Adam dan Hawa, karena misteri Trinitas disampaikan kepada orang-orang idiot ini dan tidak kepada nenek moyang mereka yang dahulunya hidup bersama Allah di Surga sebelum mereka diturunkan kebumi?
Namun semua keyakinan dan aqidah yang bermacam-macam ini berasal dari Perjanjian Baru dan dari ucapan-ucapan yang dinisbahkan kepada Yesus dan rasul-rasulnya. Namun, bagi kita sebagai kaum Ahlultauhid Muslim ada sedikit cahaya kemilau yang tertinggal dalam kitab-kitab Injil, dan sudah cukup bagi kita untuk menemukan kebenaran tentang Yesus dan sepupunya (Yohanes) yang sebenarnya.
Yohanes Pembaptis meramalkan Muhammad
Menurut kesaksian Yesus, tidak ada orang yang dilahirkan perempuan lebih besar dari Yohanes, namun yang “paling kecil” dalam Kerajaan Surga adalah lebih besar dari Yohanes. Perbandingan yang dibuat oleh Yesus adalah antara Yohanes dan semua nabi sebelumnya sebagai penghuni Kerajaan Surga. Nah dalam urutan kronologis maka nabi terakhir adalah yang “paling kecil” diantara para nabi, ia akan menjadi junior mereka dan yang paling muda.
Kata “z’ira” dalam bahasa Arami, seperti kata Arab “saghir”, berarti “anak kecil”. Versi Pshittha menggunakan kata “z’ira” atau “z’eira” sebagai lawan dari “rabba” untuk “besar, tua”.
Setiap orang Kristen akan mengakui Yesus adalah bukan nabi yang “terakhir”, dan karenanya ia tidak mungkin sebagai yang “paling kecil”. Tidak hanya para rasul sendiri yang diberkati dengan pemenuhan nubuat, tetapi juga banyak manusia suci lainnya di zaman kerasulan disokong dengan kisah itu (Kisah-kisah 11: 27-28; Kisah-kisah 13: 1; Kisah-kisah 15: 32; Kisah-kisah 21: 9-10).
Dan karena kita tidak dapat menemukan yang mana dari nabi-nabi gereja yang banyak ini adalah “yang terakhir”, tentu saja kita dipaksa untuk mencari kemana-mana seorang nabi yang tidak dapat disangkal adalah nabi terakhir dan penutup daftar kenabian. Dapatkah kita membayangkan bukti-bukti mendukung Muhammad yang lebih kuat dan lebih brilian daripada pemenuhan nubuat Yesus yang menakjubkan ini?
Dalam daftar panjang keluarga nubuat, tentu saja yang “paling muda”, yang “paling kecil” adalah Muhammad. Beliau adalah “Adon” (Tuan) nya mereka. Menyangkal ciri dan sifat nubuat kenabian Muhammad merupakan suatu penyangkalan yang mendasar terhadap keseluruhan wahyu Ilahi dan semua nabi yang mengajarkannya. Karena semua nabi lainnya secara bersama-sama belum menyelesaikan karya raksasa yang diselesaikan sendiri oleh nabi dari Mekkah dalam waktu singkat yakni 23 tahun misi kenabiannya.
Misteri tentang kehidupan sebelumnya dari roh-roh para nabi belum diungkap kepada kita, tetapi setiap muslim sejati mempercayainya. Roh yang ada sebelumnyalah dengan kekuatan firman Allah “kun” (jadi) seorang lanjut usia Sarah, seorang lanjut usia Hannah, dan seorang perawan Maria melahirkan Ishaq, Yohanes, dan Yesus.
Injil Barnabas melaporkan bahwa Yesus berbicara tentang roh Muhammad yang dinyatakan olehnya telah diciptakan sebelum semua yang lain.
Saya senang mengatakan bahwa hak sayalah, berkat karunia Allah, untuk memecahkan problem misteri yang selama ini menutupi apa arti dan maksud sebenarnya dari “yang paling kecil dalam Kerajaan Surga”!
Yohanes mengakui bahwa Muhammad lebih unggul dan lebih kuat darinya. Ungkapan penting disampaikannya kepada orang-orang Yahudi itu, “Dia yang datang setelah aku” mengingatkan para Penulis, Pharisee, dan ahli hukum mereka pada ramalan kuno dari nenek moyang mereka, Yaqub, dimana Patriarch itu menggunakan gelar yang unik “Syilokhah” untuk “Rasul Allah/ Rasululloh”, julukan yang sering digunakan oleh Yesus untuk Muhammad dalam Injil Barnabas. Pada waktu menulis artikel saya tentang “Syiloh”, saya mengatakan bahwa kata tersebut bisa jadi merupakan perubahan dari “Syiloukh” atau “Syilokhah” yang artinya adalah Rasul Allah (Rasululloh), tetapi kemudian saya lupa bahwa Yerome juga telah memahami bentuk Ibrani itu dalam arti tersebut, karena ia telah menerjemahkannya sebagai “qui mittendis est”.
Ketika saya merenungkan penangkapan dan pemenjaraan Yohanes yang tidak berdaya oleh Herod dan pemenggalan lehernya secara kejam, atau ketik saya membaca dengan teliti cerita-cerita membingungkan nan tragis mengenai pencambukan Yesus oleh Pilate, penobatan Yesus dengan mahkota duri (dalam keadaan disalib kesakitan) oleh Herod, dan malapetaka di Calvary[4], lalu saya beranjak memalingkan pandangan saya pada masuknya Adon (dengan 10.000 pasukan) dengan penuh kemenangan ke Mekkah, penghancuran total semua berhala didalam Ka’bah suci, pemandangan yang menggetarkan hati dari musuh pembawa maut bernama Abu Sufyan yang takluk dikaki Syilokhah (Rasul Allah) memohon pengampunannya dan menyatakan keimanannya, dan atas ibadah agung dan khotbahnya yang terakhir dari sang penutup para nabi menerima firman ilahi yang terakhir ini “Al yauma akmaltu lakum dinukum” (Hari ini Aku telah sempurnakan bagimu agamamu), dan sebagainya, kemudian saya sepenuhnya memahami bobot dan nilai dari pengakuan Yohanes, “Dia lebih kuat dariku”.
“Kemurkaan yang akan datang” . Pernahkah Anda menjumpai penfsiran yang pantas dan bijaksana, dan meyakinkan dari kalimat ini diantara banyak sekali komentar mengenai kitab Injil? Apa yang dimaksud Yohanes dengan ungkapan, “Lihatlah kapak sudah dipasang pada akar pohon?” Atau perkataannya, “Ia memegang kapas ditangannya untuk membersihkan lantai pengiriknya?” Atau ketika ia meremehkan gelar “Anak-anak Ibrahim”?
Saya tidak akan menghalangi Anda untuk mengetahui tingkah laku para penafsir, karena mereka adalah lamunan yang tidak pernah diimpikan oleh Yohanes ataupun pendengarnya. Mungkinkah Yohanes pernah mengajari kaum Pharisee yang angkuh dan kaum Saduqee[5] yang rasionalistik itu menyangkal kebangkitan jasmaniah bahwa pada hari kiamat Yesus akan menumpahkan kemurkaannya pada mereka dan membakar mereka bagaikan pohon-pohon yang tidak berbuah dan bagaikan sekam dalam api neraka? Tidak ada satu kata pun dalam semua literatur kitab suci mengenai kebangkitan jasad-jasad atau mengenai api neraka. Tulisan-tulisan Talmudistik ini penuh dengan misteri eskatologis yang sangat mirip dengan tulisan kaum Zardusytee, tetapi sumbernya sama dari kitab-kitab resmi.
Nabi yang bertobat dan membawa kabar baik itu tidak berbicara tentang kemurkaan yang jauh dan tidak terbatas yang sudah pasti menunggu kaum kafir dan kaum Atheis, tetapi berbicara tentang malapetaka yang terdekat dari bangsa Yahudi. Ia mengancam bahwa murka Allah sedang menunggu kaum itu jika mereka terus-menerus berbuat dosa dan menolak misi dan koleganya, Yesus.
Bencana yang akan datang adalah hancurnya Yerusalem dan pembubaran terakhir Israel yang terjadi sekitar 30 tahun sesudah itu selama masa hidup para pendengarnya. Baik dia maupun Yesus mengabarkan kedatangan Rasul Allah yang agung yang telah dikabarkan oleh Yaqub dengan gelar Syilokhah, dan bahwa dengan kelahirannya semua hak kenabian dan kehormatan serta otoritas akan diambil dari bangsa Yahudi, dan memang, demikianlah yang terjadi sekitar 6 abad kemudian, ketika benteng-benteng terakhir mereka di Hijaz diratakan dengan tanah dan kepangeranan mereka dihancurkan oleh nabi Muhammad saw.
Kekuasaan Romawi yang semakin mendominasi di Syria dan Palestina telah mengancam otonomi palsu bangsa Yahudi, dan arus emigrasi bangsa Yahudi akhirnya dimulai. Dan mengenai cerita inilah Yohanes bertanya, “Siapa yang memberitahu kalian untuk melarikan diri dari kemurkaan yang akan datang?” Mereka diperingatkan dan didesak untuk menghasilkan buah-buah yang bagus dengan pertobatan dan kepercayaan terhadap para rasul Tuhan yang sejati, khususnya kepada Adon, yang merupakan sang pemimpin sejati dan terakhir yang kuat.
kaum Yahudi dan Kristen selalu menuduh Muhammad telah menegakkan agama Islam dengan kekuatan dan pedang. Kaum modernis Islam selalu berusaha untuk menyangkal tuduhan ini. Tetapi ini tidak berarti mengatakan bahwa Muhammad tidak pernah menggunakan pedang. Ia harus menggunakannya untuk mempertahankan nama Tuhan.
Setiap kesabaran ada batasnya. Setiap kemurahan hati ada akhirnya. Kesempatan dan waktu yang diberikan oleh Allah kepada bangsa Yahudi, Arab, dan lainnya berakhir selama lebih dari 4000 tahun. Hanya setelah berakhirnya periode inilah baru Allah mengutus Muhammad dengan membawa kekuatan dan pedang, api dan roh, untuk menghadapi kaum kafir yang kejam, menghadapi anak-anak Ibrahim yang tidak bersyukur (baik bani Ismail dan bani Israil), dan menghadapi kekuatan Iblis.
Keseluruhan Perjanjian Lama merupakan cerita tentang teokrasi dan pemberhalaan. Kadang-kadang sedikit cahaya Islam –yakni agama Allah- bersinar di Yerusalem dan Mekkah; namun ia selalu dianiaya oleh kekuatan Setan. Empat Binatang Buas yang kejam datang menginjak-injak kaum beriman. Lalu datanglah Muhammad untuk menghancurkan dan membunuh Ular Berbisa dan memberinya gelar yang hina “iblis” –setan yang terluka memar.
Tentu saja Muhammad adalah seorang nabi yang melakukan pertempuran, tetapi objek pertempuran itu adalah kemenangan bukan balas dendam. Penaklukan musuh dan menegakkan agama Islam sebagai Kerajaan Allah dimuka bumi.
Sebenarnya, ketika Yohanes digurun pasir berseru dengan suara nyaring, “Siapkan jalan Tuhan dan luruskan jalan-jalanNya”, ketika itu ia sedang menyinggung agama Tuhan dalam bentuk kerajaan yang sedang datang mendekat. Tujuh abad sebelumnya, nabi Yesaya telah meneriakkan dan mengucapkan kata-kata yang sama (Yesaya 40: 1-4).
Dan dua abad kemudian Allah sendiri meratakan jalan untuk Koresh[6] dengan menaikkan dan menutup setiap lembah, meratakan setiap bukit dan gunung untuk memudahkan penaklukan dan mempercepat gerakan (Yesaya 45: 1-3).
Sejarah berulang sendiri, kata mereka; dalam kedua kasus tersebut bahasa dan maknanya sama. Yang pertama menjadi prototipe yang kedua. Allah telah meratakan jalan untuk Raja Koresh (Koresy) dari Persia untuk menundukkan musuh-musuhnya kedalam taklukan Persia, karena Bait Allah di Yerusalem dan orang-orang pilihanNya dalam penjara.
Kini sekali lagi Tuhan mengulang kejadian yang hampir sama, tetapi dengn skala yang lebih besar dan lebih luas. Dihadapan khotbah Muhammad, semua berhala dihilangkan, dihadapan pedang Muhammad, maka kerajaan-kerajaan disekitarnya takluk pada beliau, dan anak-anak Kerajaan Allah menjadi sederajat dan membentuk “orang-orang kudus milik Yang Maha Tinggi”. Karena hanya dalam Islam lah semua orang beriman sederajat. Tidak ada pendeta (dengan hak-hak khususnya), tidak ada sakramen, tidak ada kasta dan perbedaan ras. Semua orang beriman adalah satu, kecuali dalam kebajikan dan kesabaran, dalam hal mana mereka saling mengungguli.
Referensi:
[1] Maleakhi 3:1 versi Vulgate: Ecce ego mittam angelum meum et praeparabit viam ante faciem meam et statim veniet ad templum suum dominator quem vos quaeritis et angelus testamenti quem vos vultis ecce venit dicit Dominus exercituum
[2] Puritan adalah orang yang sangat teguh berpegang pada peraturan-peraturan tata susila.
[3] Quaker adalah anggota suatu perkumpulan Kristen anti perang dan anti sumpah.
[4] Calvary (merupakan bahasa latin dari Golgota) adalah bukit diluar Kota kuno Yerusalem tempat Yesus disalib, sebagaimana diyakini oleh Kristen.
[5] Nama ibrani ini secara salah ditulis Saducee.
[6] Koresh adalah seorang Raja Persia dan penakluk Kerajaan Babylonia yang mengizinkan bangsa Yahudi untuk kembali ke kampung halamannya di Palestina. Bangsa Yahudi sebelumnya menjalani masa pembuangan oleh Kerajaan Babylonia
http://ajiprabowo.wordpress.com/2011/11/02/nabi-muhammad-saw-sudah-diisyaratkan-di-dalam-kitab-taurat-dan-kitab-injil/
No comments:
Post a Comment