Imam masjid yang telah berusia tua itu mengernyit dahi saat mendengar nama Tamerlan Tsarnaev disebut. Ia mengerutkan alisnya sambil mendesah. Sekitar setengah jam sebelum panggilan adzan untuk shalat Jumat, dia duduk di kantor lantai tiga masjid di kota Makhachkala di Rusia selatan. Akhirnya ia menjawab pertanyaan: “Tak satu pun dari orang-orang kami, yang pernah dikenal dia atau pernah melihat dia."
Ini adalah jawaban Imam Khasan-Khadzhi Gasanaliev, ia telah mengulang jawaban ke wartawan berkali-kali dalam minggu ini, ia adalah imam masjid pada Kotrova Street. Masjid ini menurut pemerintahan Rusia lebih fundamentalis Islam daripada yang lain di wilayah Dagestan, dan telah digelari sebagai tempat ibadah bagi militan Islam di Rusia.
Pada hari Kamis, ayah tersangka bom Boston, Anzor Tsarnaev, mengakui bahwa anaknya telah pergi ke sana untuk belajar selama enam bulan di sebuah mesjid di Dagestan tahun lalu. “Dia pergi dengan saya,” kata Anzor Tsarnaev pada konferensi pers hari Kamis di Makhachkala.
Para pejabat mengatakan kepada Post bahwa Tameran Tsarnaev adalah “self-radikal,” yang berarti bahwa pandangan mereka dibentuk oleh apa yang mereka lihat diberita online mengenai tindakan AS di dunia Islam. Tapi dilihat dari pernyataan Gasanaliev, dugaan politik Tamerlan itu setidaknya juga diperkuat oleh pandangan yang dia dapatkan di masjid Kotrova Street.
Imam Khasan-Khadzhi Gasanaliev mengatakan secara blak blakan saat wawancara, ”Amerika akan segera runtuh. AS akan hilang. Berapa tahun kekhalifahan Islam berkuasa? Selama ratusan tahun dunia diperintah oleh kekhalifahan. Dan itu adalah penguasa yang indah. Sekarang Amerika memang merupakan kekuatan besar. Tapi besok akan runtuh, banyak badai kesulitan akan menyusul negeri itu, beberapa lagi musibah akan hampiri negeri itu!"
Ia berhenti sejenak, ia kemudian beralih ke nada suara yang berbeda: ”Tapi hari ini, kita semua harus saling memandang dengan mata jujur, kita ingin saling berbuat baik, saling menghargai dan saling mencintai. Seharusnya tidak ada kekerasan.”
Kekerasan pekan lalu di Boston membingungkan dia, banyak sekali wartawan hadir ke Dagestan dengan serbuan pertanyaan-pertanyaan untuknya dan mereka berupaya kejadian itu dikaitkan dengan masjid. “Seseorang di suatu tempat dibunuh, dan begitu banyak kebisingan karena ini,” katanya dengan bingung. “Berapa banyak yang dilakukan Amerika di Vietnam, dan semua perang di mana-mana. Sekarang ini dunia sudah terbalik. Mereka (AS) membunuh ratusan, ribuan, jutaan orang dan tidak ada yang tertarik mempermasalahkan. Tapi bila ada seseorang dari mereka (militan) melakukan sesuatu, memberikan pukulan sesuatu, akibatnya ada seseorang warga AS terbunuh, dan karena ini mereka mengirim begitu banyak orang [wartawan] di sini. Sungguh kami sangat terkejut dengan ini.”
Dia bersikeras bahwa masjid tersebut , yang merupakan benteng konservatif Salafi Islam di Dagestan, tidak ada hubungannya dengan pemboman Boston. “Tidak ada politik di sini,” katanya. “Khotbah kami bersih.” Dan memang, khotbah yang dia berikan pada salat Jumat pekan ini menghindari kerusuhan politik, ceramahnya fokus untuk kesalehan, bagi semua Muslim untuk tetap berada di “jalan yang lurus” yang ditetapkan oleh Allah. “Jangan takut, dan jangan putus asa, tapi bersukacita dalam surga yang telah dijanjikan kepada Anda,” ia menyatakan kepada jemaat laki-laki, yang jumlahnya tumpah keluar ke halaman masjid.
Mesjid yang menjadi basis Gerakan Salafi ini sering menjadi ketidaksetujuan pemerintahan Rusia. Masjid yang berindikasi gerakan Sufi lebih diutamakan di Rusia, sangat disetujui dan didukung oleh negara Rusia .
“Mereka (pemerintah Rusia) belum memberikan bantuan kepada masjid kami,” kata Gasanaliev . “Mereka menuduh kami sebagai Wahhabi,” katanya, sebuah sebutan yang mengarah kepada militan Islam sunni yang mereka identikan dengan gerakan terorisme di Rusia.
Seluruh Masjid di sini selalu diawasi oleh dinas keamanan dengan pengawasan super ketat. Dua sumber yang dekat dengan cabang lokal dari FSB ( dinas rahasianya Rusia ), mengatakan bahwa bergaul dengan gerakan Salafi sangat membantu dan sudah cukup untuk mendapatkan daftar masjid dan orang orang yang perlu pengawasan kontra-terorisme di Rusia. Itulah yang terjadi dengan Tsarnaev di Dagestan, di mana ia ditandai oleh FSB sebagai ekstremis potensial, kata sumber tersebut.
Di masa lalu, karena begitu ketatnya pengawasan FSB Rusia, banyak Jemaah masjid Kotrova sering tewas dalam tembak-menembak dengan pasukan kontra-terorisme Rusia, dan begitu juga seringnya penyitaan terhadap buku buku di toko buku Salafi di seberang jalan , FSB menuduh toko tersebut menawarkan literatur yang telah masuk daftar hitam oleh negara. FSB menuduh banyak salinan Quran dan video kuliah tentang topik-topik Islam dan saluran dari organisasi politik pan-Islam yang beroperasi secara bebas di Barat tetapi dilarang di Rusia karena digolongkan sebagai sebuah organisasi ekstrimis, seperti IM, Hizb Tahrir, dan lain lain. (TM/Dz)
No comments:
Post a Comment