BAGAIMANA MENYIKAPI MEDIA MASSA
Oleh: Ust. Achmad Rofi’i, Lc.M.Mpd
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Sebagai kelanjutan dari bahasan tentang “Media Massa & Pengaruhnya”, maka kali ini akan kita kaji tentang dua perkara yang juga tidak kalah pentingnya, yakni: “Yahudi & Media Massa” serta “Sikap Muslimin semestinya terhadap Media Massa”. Pada bab “Yahudi & Media Massa” akan kita pelajari berbagai bukti dan fakta yang merupakan landasan dari sikap Yahudi selama ini untuk menguasai Media Massa diseluruh dunia. Adapun pada bab “Sikap Muslimin semestinya terhadap Media Massa”, maka perlu kita kupas apa dan bagaimana cara kaum Muslimin menyikapi Media Massa yang ada di dunia, maupun yang ada di Indonesia.
Bahasan kita dalam berbagai majelis adalah selalu didasarkan pada apa yang berasal dari firman Allooh سبحانه وتعالى dan sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, karena semua yang berasal dari Wahyu, baik berupa Al Qur’an maupun Hadits-Hadits yang shohiih dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم tersebut adalah pasti benar adanya; dan saat ini pun kebenarannya sungguh-sungguh nyata serta dapat kita rasakan sendiri dalam kehidupan.
I. Yahudi & Media Massa
Berkenaan dengan Yahudi dan Media Massa, maka perhatikanlah firman Alloohسبحانه وتعالى dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 186 sebagai berikut:
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُواْ أَذًى كَثِيراً وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
Artinya:
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allooh, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.”
Jadi dalam ayat diatas, Allooh سبحانه وتعالى sesungguhnya telah memperingatkan kaum Muslimin, bahwa kaum Muslimin itu benar-benar akan mendengar (berita-berita) dari orang-orang yang diberi kitab sebelumnya (Yahudi, Nashroni), serta orang-orang yang mempersekutukan Allooh سبحانه وتعالى (kaum musyrikin) berbagai gangguan yang banyak dan menyakitkan hati. Masalahnya, apakah kaum Muslimin itu sendiri sadar ataukah tidak terhadap peringatan Allooh سبحانه وتعالى ini ?
Bukankah seringkali terdengar tuduhan-tuduhan dari mereka (Yahudi, Nashroni, kaum Musyrikin) terhadap Muslimin yang hendak menjalankan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah itu dengan julukan “teroris” / “fundamentalis” / “kaum radikal” / “militan” dan berbagai julukan yang seram-seram lainnya yang pada dasarnya adalah muncul dari sikap Islamophobia mereka? Lalu cap negatif itu pun ditebarkanlah melalui Media-Media Massa yang dikuasai oleh mereka ke seluruh dunia. Dan sungguh sangat disayangkan, ada sebagian dikalangan kaum Muslimin sendiri yang “termakan” oleh berita-berita negatif tersebut, dan berbalik membenci Al Islaam atau paling tidak ia berusaha untuk menanggalkan atribut ke-Islamannya karena kuatir di-cap “teroris /fundamentalis /radikal” dsbnya. Ia tidak sadar bahwa stigma negatif itu sebenarnya berasal dari media orang-orang kaafir yang tidak ridho pada Al Islaam.
Tentang ayat diatas, Syaikh Abdurrohman As Sa’di رحمه الله yang merupakan Ahli Tafsiir berkata sebagai berikut:
“Sesuatu (berita) yang menyakitkan hati itu adalah akan melukai kalian (ummat Islam), juga dien (agama) kalian akan disakiti, juga Kitab (Al Qur’an) disakiti, dan juga Rosuul kalian صلى الله عليه وسلم pun akan disakiti. Yang demikian itu tidaklah aneh; dan yang melakukannya adalah Yahudi, Nashroni serta kaum Musyrikin.”
Ahli Tafsiir lainnya yakni Al Imaam Al Baghowy رحمه الله berkata, bahwa Al Imaam Al Zuhri رحمه الله (seorang Ahli Hadiits) menyatakan sebagai berikut:
“Ayat tersebut turun ketika Ka’ab bin Asyrof, seorang pembesar Yahudi di Madinah, menyakiti Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan mencaci-maki kaum Muslimin.”
Berarti ada 4 komponen yang akan menjadi sasaran Media Massa orang-orang kaafir untuk disakiti /dilukai, yakni: Allooh سبحانه وتعالى, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, dienul (agama) Islaam dan kaum Muslimin.
Berbagai bukti /fakta
1) Sebagaimana dinukil dari Kitab “As Sirril Mashuun” (“Rahasia yang Terjaga”) pada halaman 159-160 pada bab berjudul “Al Masuniyyah Wa Shohafah” (Freemasonry dan Surat Kabar /Koran) dikatakan sebagai berikut:
“Adalah Surat Kabar /Koran pada zaman kita hari ini merupakan salah satu tonggak yang sangat besar untuk berkhidmad pada kemaslahatan manusia. Tetapi Freemasonry telah menjadikannya secara khusus sebagai senjata untuk meng-eksplorasi apa yang menjadi tujuan mereka. Tidak ada satu negeri pun yang lepas dari penjualan Koran dan Bulletin yang pena-pena-nya berasal dari kalangan Freemasonry. Dan mereka (kaum Freemasonry) tentu berharap dari proyek itu suatu keuntungan. Oleh karenanya, bisa jadi Media-Media Massa di negeri tersebut, bahkan negeri itu sendiri pun tergadai terhadap apa-apa yang ditulis oleh para penulis Freemasonry; sehingga rakyat di negeri itu kemudian menjadi seperti burung beo.”
Jadi, yang merupakan sasaran bidik Freemasonry Yahudi adalah bahwa semua negeri di berbagai belahan dunia ini harus dijangkau oleh karya tulis mereka. Disatu sisi hal itu akan membawa keuntungan finansial bagi mereka; disisi lain maka dengan cara itulah Freemasonry Yahudi akan menancapkan misi Zionisme-nya ke negeri-negeri tersebut. Pengaruh karya-karya tulis mereka, baik dalam bentuk surat kabar, majalah, bulletin, dsbnya itu begitu besar; sehingga berbagai negeri, rakyatnya maupun Media-Media Massa yang ada di negeri-negeri itu pun kemudian akan “membeo” mengikuti ideologi, kebudayaan dan pemikiran yang disebarkan oleh mereka (Freemasonry Yahudi).
Hal ini adalah persis sebagaimana apa yang disabdakan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 6952, dari Shohabat Abu Saa’id Al Khudry رضي الله عنه :
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Artinya:
“Kalian akan mengikuti adat tradisi ummat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Hingga sekiranya mereka masuk dalam lubang dobb (–sejenis biawak–) sekalipun, niscaya kalian akan mengikutinya juga.”
Para Shohabat bertanya, “Wahai Rosuulullooh, apakah yang dimaksud itu orang-orang Yahudi dan Nashroni?”
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menjawab, “Kalau bukan mereka, siapa lagi?”
2) Merupakan implementasi dari 10 program Internasional Freemasonry yang dijabarkan dalam buku berjudul “Jaringan Gelap Freemasonry – Sejarah dan Perkembangannya hingga ke Indonesia”, tulisan: A.D. El Marzdedeq, halaman 77 sampai dengan 91, antara lain adalah:
- Program Ke-1 Freemasonry dinamakan TAKKIM: “Merusak ajaran agama yang ada, seperti menghalalkan yang harom dan mengharomkan yang halal dan sebaliknya.”
- Program Ke-3 Freemasonry dinamakan PAROKIM: “Membuat gerakan-gerakan yang bertentangan (tetapi) untuk satu tujuan. Menguasai seluruh media massa yang berpengaruh.”
- Program Ke-4 Freemasonry dinamakan LIBARIM: “Menyebarkan kebebasan seksual, menggembalakan pemuda-pemudi ke dunia khayali, dunia musik, dan narkoba. Serta membuat bet satan (rumah setan) untuk menampung pemuda-pemudi ke alamnya.”
- Program Ke-7 Freemasonry dinamakan PROTOKOL: “Menghancurkan moral bangsa lain agar Yahudi dapat menguasai dunia.”
- Program Ke-8 Freemasonry dinamakan GORGAH: “Melemahkan pasukan lawan dengan perempuan, judi, dan obat-obatan.”
Keseluruhan dokumen “Protocols of the Learned Elders of Zion” yang terdiri dari 24 pasal (24 protocols) yang telah diterjemahkan oleh seorang wartawan Inggris bernama Victor E. Marsden dari tulisan aslinya yang berasal dari seorang Rusia yakni Sergyei Nilus, dapat dilihat di: http://www.theforbiddenknowledge.com/hardtruth/illuminatiprotocols.htm atau silakan lihat PDF-nya di: http://www.scribd.com/doc/82432310/Protocols-of-the-Learned-Elders-of-Zion-Original-Book
Protokolat No. 12 telah kita bahas secara panjang lebar pada kajian lalu (silakan baca kembali makalah ceramah berjudul “Media Massa & Pengaruhnya” yang telah dimuat pada Blog ini, atau klik: http://ustadzrofii.wordpress.com/2013/01/03/media-massa-pengaruhnya/). Dan kali ini perlu kita teliti pula Protokolat No. 2 dan 3, karena masih berkaitan dengan misi Freemasonry Yahudi dengan Zionisme-nya untuk menguasai Media-Media Massa di dunia.
Perhatikanlah bunyi Protokolat No. 2 dan 3 berikut ini:
PROTOCOLS of the LEARNED ELDERS of ZION
PROTOCOL No. 2
1. It is indispensable for our purpose that wars, so far as possible, should not result in territorial gains: war will thus be brought on to the economic ground, where the nations will not fail to perceive in the assistance we give the strength of our predominance, and this state of things will put both sides at the mercy of our international AGENTUR; which possesses millions of eyes ever on the watch and unhampered by any limitations whatsoever. Our international rights will then wipe out national rights, in the proper sense of right, and will rule the nations precisely as the civil law of States rules the relations of their subjects among themselves.
2. The administrators, whom we shall choose from among the public, with strict regard to their capacities for servile obedience, will not be persons trained in the arts of government, and will therefore easily become pawns in our game in the hands of men of learning and genius who will be their advisers, specialists bred and reared from early childhood to rule the affairs of the whole world. As is well known to you, these specialists of ours have been drawing to fit them for rule the information they need from our political plans from the lessons of history, from observations made of the events of every moment as it passes. The GOYIM are not guided by practical use of unprejudiced historical observation, but by theoretical routine without any critical regard for consequent results. We need not, therefore, take any account of them – let them amuse themselves until the hour strikes, or live on hopes of new forms of enterprising pastime, or on the memories of all they have enjoyed. For them let that play the principal part which we have persuaded them to accept as the dictates of science (theory). It is with this object in view that we are constantly, by means of our press, arousing a blind confidence in these theories. The intellectuals of the GOYIM will puff themselves up with their knowledge’s and without any logical verification of them will put into effect all the information available from science, which our AGENTUR specialists have cunningly pieced together for the purpose of educating their minds in the direction we want.
DESTRUCTIVE EDUCATION
3. Do not suppose for a moment that these statements are empty words: think carefully of the successes we arranged for Darwinism, Marxism, Nietzsche-ism. To us Jews, at any rate, it should be plain to see what a disintegrating importance these directives have had upon the minds of the GOYIM.
4. It is indispensable for us to take account of the thoughts, characters, tendencies of the nations in order to avoid making slips in the political and in the direction of administrative affairs. The triumph of our system of which the component parts of the machinery may be variously disposed according to the temperament of the peoples met on our way, will fail of success if the practical application of it be not based upon a summing up of the lessons of the past in the light of the present.
5. In the hands of the States of today there is a great force that creates the movement of thought in the people, and that is the Press. The part played by the Press is to keep pointing our requirements supposed to be indispensable, to give voice to the complaints of the people, to express and to create discontent. It is in the Press that the triumph of freedom of speech finds its incarnation. But the GOYIM States have not known how to make use of this force; and it has fallen into our hands. Through the Press we have gained the power to influence while remaining ourselves in the shade; thanks to the Press we have got the GOLD in our hands, notwithstanding that we have had to gather it out of the oceans of blood and tears. But it has paid us, though we have sacrificed many of our people. Each victim on our side is worth in the sight of God a thousand GOYIM.
PROTOCOL No. 3
1. Today I may tell you that our goal is now only a few steps off. There remains a small space to cross and the whole long path we have trodden is ready now to close its cycle of the Symbolic Snake, by which we symbolize our people. When this ring closes, all the States of Europe will be locked in its coil as in a powerful vice.
2. The constitution scales of these days will shortly break down, for we have established them with a certain lack of accurate balance in order that they may oscillate incessantly until they wear through the pivot on which they turn. The GOYIM are under the impression that they have welded them sufficiently strong and they have all along kept on expecting that the scales would come into equilibrium. But the pivots – the kings on their thrones – are hemmed in by their representatives, who play the fool, distraught with their own uncontrolled and irresponsible power. This power they owe to the terror which has been breathed into the palaces. As they have no means of getting at their people, into their very midst, the kings on their thrones are no longer able to come to terms with them and so strengthen themselves against seekers after power. We have made a gulf between the far-seeing Sovereign Power and the blind force of the people so that both have lost all meaning, for like the blind man and his stick, both are powerless apart.
3. In order to incite seekers after power to a misuse of power we have set all forces in opposition one to another, breaking up their liberal tendencies towards independence. To this end we have stirred up every form of enterprise, we have armed all parties, we have set up authority as a target for every ambition. Of States we have made gladiatorial arenas where a lot of confused issues contend …. A little more, and disorders and bankruptcy will be universal ….
4. Babblers, inexhaustible, have turned into oratorical contests the sittings of Parliament and Administrative Boards. Bold journalists and unscrupulous pamphleteers daily fall upon executive officials. Abuses of power will put the final touch in preparing all institutions for their overthrow and everything will fly skyward under the blows of the maddened mob.
POVERTY OUR WEAPON
5. All people are chained down to heavy toil by poverty more firmly than ever. They were chained by slavery and serfdom; from these, one way and another, they might free themselves. These could be settled with, but from want they will never get away. We have included in the constitution such rights as to the masses appear fictitious and not actual rights. All these so-called “Peoples Rights” can exist only in idea, an idea which can never be realized in practical life. What is it to the proletariat laborer, bowed double over his heavy toil, crushed by his lot in life, if talkers get the right to babble, if journalists get the right to scribble any nonsense side by side with good stuff, once the proletariat has no other profit out of the constitution save only those pitiful crumbs which we fling them from our table in return for their voting in favor of what we dictate, in favor of the men we place in power, the servants of our AGENTUR … Republican rights for a poor man are no more than a bitter piece of irony, for the necessity he is under of toiling almost all day gives him no present use of them, but the other hand robs him of all guarantee of regular and certain earnings by making him dependent on strikes by his comrades or lockouts by his masters.
WE SUPPORT COMMUNISM
6. The people, under our guidance, have annihilated the aristocracy, who were their one and only defense and foster- mother for the sake of their own advantage which is inseparably bound up with the well-being of the people. Nowadays, with the destruction of the aristocracy, the people have fallen into the grips of merciless money-grinding scoundrels who have laid a pitiless and cruel yoke upon the necks of the workers.
7. We appear on the scene as alleged saviors of the worker from this oppression when we propose to him to enter the ranks of our fighting forces – Socialists, Anarchists, Communists – to whom we always give support in accordance with an alleged brotherly rule (of the solidarity of all humanity) of our SOCIAL MASONRY. The aristocracy, which enjoyed by law the labor of the workers, was interested in seeing that the workers were well fed, healthy, and strong. We are interested in just the opposite – in the diminution, the KILLING OUT OF THE GOYIM. Our power is in the chronic shortness of food and physical weakness of the worker because by all that this implies he is made the slave of our will, and he will not find in his own authorities either strength or energy to set against our will. Hunger creates the right of capital to rule the worker more surely than it was given to the aristocracy by the legal authority of kings.
8. By want and the envy and hatred which it engenders we shall move the mobs and with their hands we shall wipe out all those who hinder us on our way.
9. WHEN THE HOUR STRIKES FOR OUR SOVEREIGN LORD OF ALL THE WORLD TO BE CROWNED IT IS THESE SAME HANDS WHICH WILL SWEEP AWAY EVERYTHING THAT MIGHT BE A HINDRANCE THERETO. (The Biblical “Anti-Christ?“)
10. The GOYIM have lost the habit of thinking unless prompted by the suggestions of our specialists. Therefore they do not see the urgent necessity of what we, when our kingdom comes, shall adopt at once, namely this, that IT IS ESSENTIAL TO TEACH IN NATIONAL SCHOOLS ONE SIMPLE, TRUE PIECE OF KNOWLEDGE, THE BASIS OF ALL KNOWLEDGE – THE KNOWLEDGE OF THE STRUCTURE OF HUMAN LIFE, OF SOCIAL EXISTENCE, WHICH REQUIRES DIVISION OF LABOR, AND, CONSEQUENTLY, THE DIVISION OF MEN INTO CLASSES AND CONDITIONS. It is essential for all to know that OWING TO DIFFERENCE IN THE OBJECTS OF HUMAN ACTIVITY THERE CANNOT BE ANY EQUALITY, that he, who by any act of his compromises a whole class, cannot be equally responsible before the law with him who affects no one but only his own honor. The true knowledge of the structure of society, into the secrets of which we do not admit the GOYIM, would demonstrate to all men that the positions and work must be kept within a certain circle, that they may not become a source of human suffering, arising from an education which does not correspond with the work which individuals are called upon to do. After a thorough study of this knowledge, the peoples will voluntarily submit to authority and accept such position as is appointed them in the State. In the present state of knowledge and the direction we have given to its development of the people, blindly believing things in print – cherishes – thanks to promptings intended to mislead and to its own ignorance – a blind hatred towards all conditions which it considers above itself, for it has no understanding of the meaning of class and condition.
JEWS WILL BE SAFE
11. THIS HATRED WILL BE STILL FURTHER MAGNIFIED BY THE EFFECTS of an ECONOMIC CRISES, which will stop dealing on the exchanges and bring industry to a standstill. We shall create by all the secret subterranean methods open to us and with the aid of gold, which is all in our hands, A UNIVERSAL ECONOMIC CRISES WHEREBY WE SHALL THROW UPON THE STREETS WHOLE MOBS OF WORKERS SIMULTANEOUSLY IN ALL THE COUNTRIES OF EUROPE. These mobs will rush delightedly to shed the blood of those whom, in the simplicity of their ignorance, they have envied from their cradles, and whose property they will then be able to loot.
12 “OURS” THEY WILL NOT TOUCH, BECAUSE THE MOMENT OF ATTACK WILL BE KNOWN TO US AND WE SHALL TAKE MEASURES TO PROTECT OUR OWN.
13. We have demonstrated that progress will bring all the GOYIM to the sovereignty of reason. Our despotism will be precisely that; for it will know how, by wise severities, to pacificate all unrest, to cauterize liberalism out of all institutions.
14. When the populace has seen that all sorts of concessions and indulgences are yielded it, in the same name of freedom it has imagined itself to be sovereign lord and has stormed its way to power, but, naturally like every other blind man, it has come upon a host of stumbling blocks. IT HAS RUSHED TO FIND A GUIDE, IT HAS NEVER HAD THE SENSE TO RETURN TO THE FORMER STATE and it has laid down its plenipotentiary powers at OUR feet. Remember the French Revolution, to which it was we who gave the name of “Great”: the secrets of its preparations are well known to us for it was wholly the work of our hands.
15 Ever since that time we have been leading the peoples from one disenchantment to another, so that in the end they should turn also from us in favor of that KING-DESPOT OF THE BLOOD OF ZION, WHOM WE ARE PREPARING FOR THE WORLD.
16. At the present day we are, as an international force, invincible, because if attacked by some we are supported by other States. It is the bottomless rascality of the GOYIM peoples, who crawl on their bellies to force, but are merciless towards weakness, unsparing to faults and indulgent to crimes, unwilling to bear the contradictions of a free social system but patient unto martyrdom under the violence of a bold despotism – it is those qualities which are aiding us to independence. From the premier- dictators of the present day, the GOYIM peoples suffer patiently and bear such abuses as for the least of them they would have beheaded twenty kings.
17. What is the explanation of this phenomenon, this curious inconsequence of the masses of the peoples in their attitude towards what would appear to be events of the same order?
18. It is explained by the fact that these dictators whisper to the peoples through their agents that through these abuses they are inflicting injury on the States with the highest purpose – to secure the welfare of the peoples, the international brotherhood of them all, their solidarity and equality of rights. Naturally they do not tell the peoples that this unification must be accomplished only under our sovereign rule.
19. And thus the people condemn the upright and acquit the guilty, persuaded ever more and more that it can do whatsoever it wishes. Thanks to this state of things, the people are destroying every kind of stability and creating disorders at every step.
20. The word “freedom” brings out the communities of men to fight against every kind of force, against every kind of authority even against God and the laws of nature. For this reason we, when we come into our kingdom, shall have to erase this word from the lexicon of life as implying a principle of brute force which turns mobs into bloodthirsty beasts.
21. These beasts, it is true, fall asleep again every time when they have drunk their fill of blood, and at such time can easily be riveted into their chains. But if they be not given blood they will not sleep and continue to struggle.
(sumber: http://www.theforbiddenknowledge.com/hardtruth/illuminatiprotocols.htm)
Artinya:
PROTOKOLAT (RENCANA) PARA TETUA ZION YANG BIJAK
PROTOKOLAT No. 2
1. Merupakan suatu hal yang penting sekali bagi tujuan kita bahwa peperangan itu, sejauh mungkin, tidaklah harus menghasilkan penambahan wilayah: jadi perang itu akan dilakukan atas dasar pertimbangan ekonomi, dimana berbagai bangsa akan dapat merasakan kekuatan dan keunggulan kita melalui bantuan yang kita berikan, dan karena hal inilah akan menempatkan kedua belah pihak pada belas kasihan dari kantor-kantor agen internasional kita: yang selalu memiliki jutaan mata untuk mengawasi tanpa dirintangi oleh batasan-batasan apa pun. Kemudian hak-hak internasional kita itu akan meniadakan hak-hak nasional (mereka), dalam artian hak yang tepat, dan akan mengatur berbagai bangsa persis seperti undang-undang sipil Negara mengatur hubungan diantara rakyat mereka sendiri.
2. Para penyelenggara pemerintahan, akan kita pilih dari kalangan masyarakat, dengan memperhatikan secara ketat kapasitas mereka untuk tunduk patuh sepenuhnya (laksana budak bagi kita), (mereka itu) tidak akan menjadi orang-orang yang dilatih dalam seni pemerintahan, sehingga dengan mudah digunakan sebagai pion-pion dalam permainan kita (yang berada) dalam genggaman tangan orang-orang terpelajar dan cerdas yang akan menjadi penasehat-penasehat mereka, para spesialis yang diasuh dan dipelihara sejak usia dini untuk mengatur berbagai kepentingan (kita) di seluruh dunia. Sebagaimana yang sudah anda ketahui, bahwa para spesialis kita ini akan ditempatkan (pada posisi) sebagai pengatur informasi yang mereka butuhkan atas rencana politik kita dari berbagai pelajaran sejarah, dari pengamatan atas berbagai peristiwa yang berlalu. Goyim (mereka yang Non-Yahudi itu) tidak (akan) dituntun untuk penggunaan praktis atas pengamatan sejarah yang tidak berpihak / bebas prasangka, tetapi akan dituntun oleh teori rutinitas tanpa bersikap kritis terhadap akibat yang akan ditimbulkan. Oleh karenanya, kita tidak perlu mengindahkan mereka – biarkan saja mereka itu asyik bersenang-senang hingga saatnya tiba, atau hidup dalam harapan-harapan mereka (untuk terciptanya) bentuk baru dari upaya masa lalu, atau pada berbagai kenangan masa lalu yang pernah mereka nikmati. Biarkanlah mereka itu memainkan peran utama sebagaimana yang telah kita bujuk mereka untuk menerimanya laksana ilmu pengetahuan (yang didiktekan) atas mereka. Dengan tujuan nyata inilah secara konstan, dengan pertolongan Pers-Pers kita, (akan) menumbuhkan keyakinan buta mereka kepada teori-teori yang kita ajarkan. Para intelektual Goyim (non-Yahudi) itu akan membanggakan diri mereka sendiri dengan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh tanpa pembuktian logis terhadap teori-teori tersebut untuk diterapkan sampai semua informasi yang tersedia dari sains itu mendatangkan hasil, padahal (sebenarnya) para spesialis kantor-kantor agen kita dengan liciknya telah mengumpulkan semuanya itu dengan tujuan untuk mendidik (–menggiring–) pemikiran mereka ke arah yang kita inginkan.
PENDIDIKAN YANG MERUSAK
3. Jangan sedikitpun mengira bahwa pernyataan-pernyataan tersebut diatas hanyalah kata-kata kosong belaka: pikirkanlah baik-baik tentang berbagai keberhasilan kita mengatur Darwinisme, Marxisme, Nietzche-isme. Bagaimanapun juga, kita orang-orang Yahudi, harus melihat dengan jelas, betapa besarnya kehancuran yang ditimbulkan oleh tuntunan-tuntunan salah yang kita tanamkan ke dalam benak para Goyim (non-Yahudi) itu.
4. Kita perlu mengamati cara berpikir, karakter, dan kecenderungan dari berbagai bangsa agar terhindar dari ketergelinciran dalam politik dan dalam mengarahkan urusan-urusan administrasi. Keunggulan sistem kita ini, dimana komponen dari perlengkapannya adalah bisa bervariasi, yang penyediaannya disesuaikan dengan temperamen berbagai orang yang kita temui dalam perjalanan (upaya kita), bisa saja menemui kegagalan apabila aplikasi praktisnya tidak didasarkan pada (mengambil) kesimpulan atas pelajaran di masa lalu untuk pencerahan di masa kini.
5. Dalam kekuasaan berbagai Negara di masa kini terdapat sebuah kekuatan besar yang (dapat) menciptakan gerakan pemikiran di kalangan rakyat, yakni kekuatan Pers. Peran yang dimainkan oleh Pers tersebut adalah selalu menjadikan berbagai persyaratan kita itu untuk menjadi sesuatu yang selalu dibutuhkan, untuk memberikan suara atas berbagai keluhan rakyat, untuk mengekspresikan dan untuk menciptakan rasa ketidakpuasan dalam kalangan rakyat. Dalam Pers inilah kemenangan dari kebebasan untuk berbicara itu menemukan penjelmaannya. Tetapi negeri-negeri Goyim (non-Yahudi) itu belum tahu bagaimana cara menggunakan kekuatan ini; dan kekuatan ini telah jatuh kedalam kekuasaan kita. Melalui Pers ini lah kita berhasil meraih kekuasaan untuk mempengaruhi, sementara diri kita sendiri tetap berada dibelakang layar; berkat Pers jugalah kita berhasil membuat emas jatuh ke dalam kekuasaan kita, meski kita harus mendapatkannya dari hasil pertumpahan darah dan tetesan air mata. Tetapi itu lah bayaran kita, meski kita mengorbankan begitu banyak rakyat kita. Setiap korban (yang jatuh) dari pihak kita dalam pandangan Tuhan (kita) adalah bernilai seribu Goyim (non-Yahudi).
PROTOKOLAT (RENCANA) PARA TETUA ZION YANG BIJAK
PROTOKOLAT No. 3
1. Hari ini saya beritahukan anda sekalian bahwa tujuan kita saat ini hanyalah tinggal beberapa langkah lagi saja. Hanya tinggal satu ruang kecil lagi untuk dilintasi, dan seluruh perjalanan panjang yang telah kita tapaki itu kini siap untuk ditutup belitannya oleh sang simbol Ular, yang melambangkan rakyat kita. Ketika lingkaran itu menutup, maka (berarti) semua negara Eropa akan terkurung di dalam belitannya bagaikan berada dalam sebuah kurungan jahat yang amat kuat.
The Jew-Bolshevic Emblem, surrounded by the Symbolic Serpent. See Protocol III and also the Epilogue.
(Lambang Yahudi Bolshevic, dikelilingi oleh simbol Ular)
|
3. Dalam rangka menghasut para pemburu kekuasaan itu agar menyalahgunakan kekuasaan mereka, kita atur agar semua kekuatan itu (muncul) sebagai oposisi satu dengan yang lainnya, (sehingga) memutuskan kecenderungan bebas mereka untuk memperoleh kemandirian / independensi. Untuk tujuan ini lah kita hasut setiap bentuk perusahaan, kita persenjatai semua pihak, kita jadikan Penguasa / Kekuasaan sebagai target dari setiap ambisi (manusia). Negara-negara tersebut kita jadikan sebagai arena gladiator yang menjadi ajang dari begitu banyak isu perdebatan yang membingungkan didalamnya ….. Tidak berapa lama lagi kekacauan dan kebangkrutan pun akan mendunia …..
4. Para penceloteh (– maksudnya adalah: para wakil rakyat – pent.) tak kenal lelah memasuki berbagai pidato untuk menduduki Badan-Badan Parlementer dan Pemerintahan. Jurnalis-jurnalis yang berani dan penebar pamflet yang tak bermoral tiap hari (akan) menyerang para pejabat pemerintahan. Para penyalahguna kekuasaan akan membuat sentuhan akhir yang menyebabkan keruntuhan lembaga-lembaga tersebut, dan segala sesuatu pun akan berhamburan ke udara karena hantaman massa yang menggila.
KEMISKINAN ADALAH SENJATA KITA
5. Rakyat berada dalam belenggu kerja keras yang makin berat akibat kemiskinan yang semakin parah dari hari ke hari. Mereka dibelenggu oleh perbudakan dan penghambaan; yang dari sinilah, karena satu dan lain halnya, mereka mungkin membebaskan dirinya. Hal tersebut bisa diatasi, tetapi dengan suatu kehendak / keinginan yang mana mereka tidak bisa lari daripadanya. (Maka) kita masukkan lah kedalam Undang-Undang (konstitusi) itu suatu hak asasi bagi massa (rakyat) yang merupakan hak yang fiktif (semu) dan bukanlah hak asasi (dalam arti) yang sebenarnya. Semua itu disebut sebagai “Hak-Hak Asasi Manusia” yang (sebenarnya) hanya ada dalam cita-cita (mereka) saja, (karena) cita-cita itu tidak akan pernah bisa diwujudkan dalam kehidupan yang sebenarnya. Apa yang (sesungguhnya bisa) diperoleh para buruh dari kalangan rakyat jelata itu, yang bekerja dua kali lipat lebih berat, dihimpit oleh beban-beban hidupnya; (hanya) karena para penceloteh diberi hak berceloteh (– maksudnya: wakil rakyat yang duduk di parlemen-parlemen – pent.), (hanya) karena para jurnalis diberi hak mencorat-coret segala omong-kosong yang bercampur-baur dengan (berita) yang benar; maka (pada dasarnya) rakyat jelata itu tidak mendapat keuntungan apa pun dari Undang-Undang (konstitusi) yang hanya menyisakan remah-remah roti belas kasihan, yang kita lemparkan dari meja kita sebagai balasan atas suara yang mereka berikan kepada kita, karena setuju pada apa yang kita diktekan, setuju dengan orang-orang yang kita tempatkan pada (posisi) Kekuasaan, yang sebenarnya (para Penguasa itu) hanyalah merupakan budak dari kantor-kantor agen kita ….. Hak Republik bagi seorang lelaki yang miskin itu tidak lebih hanyalah seberkas ironi pahit, karena untuk keperluan itu lah ia harus bekerja keras hampir setiap hari yang (pada dasarnya) memberinya sesuatu yang nyaris tak berarti, dan disisi lain merampas semua jaminan bagi dirinya untuk mendapatkan penghasilan yang rutin dan tertentu dengan membuatnya bergantung pada aksi-aksi pemogokan yang dilakukan oleh rekan-rekannya yang terkungkung oleh majikan-majikannya.
KITA (ZIONIS) MENDUKUNG KOMUNISME
6. Orang-orang yang berada di bawah kendali kita itu telah menghancurkan kaum bangsawan, yang dahulunya adalah merupakan satu-satunya pertahanan mereka dan (bagaikan) ibu angkat bagi keuntungan diri mereka yang tak terpisahkan dengan kesejahteraan mereka. Sekarang, setelah kebangsawanan hancur, (maka) rakyat jatuh kedalam genggaman para bajingan pemutar uang yang kejam, yang telah meletakkan beban secara bengis dan kejam yang menjerat leher kaum buruh.
7. Kita akan tampil diatas pentas sebagai penyelamat bagi kaum buruh dari apa yang menindas mereka, dimana (ketika itu) kita mengusulkan padanya untuk memasuki jajaran para pejuang kita — yakni: kaum Sosialis, Anarkis dan Komunis – yang kepada golongan-golongan ini selalu kita beri dukungan sesuai aturan persaudaraan sebagaimana yang dikatakan orang (yakni solidaritas seluruh ummat manusia) dari keramahtamahan dan sosialnya Masonry kita. Kaum bangsawan, yang diberi kenikmatan oleh undang-undang ketenagakerjaan dari para pekerja, sebenarnya tertarik untuk melihat para pekerjanya itu cukup pangan, sehat, dan kuat. Namun kita justru tertarik pada yang sebaliknya – yakni: pengurangan dan pembunuhan terhadap Goyim (Non-Yahudi). Kekuatan kita justru terletak pada kekurangan pangan yang kronis dan kelemahan fisik dari para pekerja karena dengan segala cara itulah mereka menjadi budak dari keinginan kita, dan mereka tidak akan dapat menemukan dengan kekuatan dirinya sendiri, suatu energi untuk menentang kemauan kita. Kelaparan menjadikan para kapitalis dapat mengatur pekerjanya dengan cara yang lebih meyakinkan lagi daripada apa yang diberikan oleh kaum bangsawan sebagai raja yang berkuasa secara sah.
8. Akibat (faktor) kekurangan, kecemburuan dan kebencian yang muncul itu, maka akan kita gerakkan massa, yang dengan kekuatan mereka (massa), akan kita sapu semua penghalang perjalanan kita.
9. Ketika waktunya tiba bagi sang Tuhan Penguasa Dunia* ini untuk dinobatkan, maka tangan-tangan yang sama inilah yang akan menyapu habis semua yang menjadi penghalang kita. (*– Al Masiihud Dajjal? –)
10. Goyim (Non-Yahudi) telah kehilangan kebiasaan berpikirnya, kecuali jika mereka itu diminta atas saran dari para spesialis kita. Oleh karena itu mereka tidak bisa melihat kebutuhan yang mendesak dari apa yang akan kita adopsi secara sekaligus, disaat Kerajaan kita itu datang, katakanlah seperti ini, bahwa di sekolah-sekolah nasional perlu sekali diajarkan sebuah ilmu pengetahuan sederhana dan tulen, yang merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan tentang struktur kehidupan manusia, tentang eksistensi sosial, yang membutuhkan pembagian kerja, yang berakibat pada pembagian manusia menjadi berbagai kelas dan kondisi (lapisan masyarakat). Hal ini perlu untuk kita ketahui bahwa karena adanya perbedaan dalam berbagai bentuk kegiatan manusia inilah maka tidak mungkin terjadi suatu kesetaraan, sehingga dia yang berkompromi terhadap seluruh kalangan adalah tidak bisa bertanggungjawab secara setara dihadapan hukum, kecuali akan berakibat pada kehormatan dirinya sendiri. Pengetahuan yang benar tentang struktur masyarakat, tetap menjadi suatu rahasia yang kita larang Goyim (Non-Yahudi) untuk mengetahuinya; akan memperlihatkan pada manusia bahwa berbagai jabatan dan pekerjaan itu haruslah tetap berada di dalam sebuah lingkaran tertentu, dimana berbagai jabatan dan pekerjaan itu tidak boleh menjadi sumber penderitaan manusia, yang timbul dari pendidikan yang tidak sesuai dengan pekerjaan, yang setiap individu itu disuruh untuk melakukannya. Setelah melalui studi yang mendalam tentang pengetahuan ini, orang-orang akan secara sukarela tunduk pada kekuasaan dan menerima posisinya sebagaimana yang telah ditunjuk oleh Negara. Disaat pengetahuan dan arahan telah kita berikan untuk perkembangan masyarakat, yang secara membabi buta percaya pada Media Cetak — memberikan penghargaan padanya — berkat adanya desakan-desakan yang sebenarnya ditujukan untuk menyesatkan mereka dan berkat kedunguan mereka sendiri — sebuah kebencian buta terhadap semua kondisi yang mereka anggap berada di luar diri mereka, karena mereka itu (sebenarnya) tidak memiliki pemahaman tentang makna kelas dan kondisi.
YAHUDI AKAN SELAMAT
11. Kebencian ini masih akan terus menggelembung sebagai akibat dari pengaruh krisis ekonomi, yang menghentikan perdagangan bursa dan memacetkan industri. Dengan metode perdagangan gelap (rahasia), yang terbuka hanya bagi kita sendiri, serta dengan bantuan emas yang semuanya berada dalam genggaman kita; maka krisis ekonomi dunia akan kita ciptakan, dimana secara serentak massa dari kalangan buruh akan kita turunkan ke jalan-jalan di seluruh negara Eropa. Massa ini akan menyerbu bersorak-sorai untuk menumpahkan darah manusia, sebagai akibat dari kebencian yang telah lama terpendam didalam diri mereka sejak kecil. Dan akan menjarahi semua harta benda yang mudah mereka ambil.
12. “Harta milik kita” tidak akan mereka sentuh, karena disaat serangan itu muncul maka hal itu telah kita ketahui terlebih dahulu sebelumnya, sehingga kita dapat mengambil tindakan untuk melindungi harta milik kita.
13. Kita telah mendemonstrasikan bahwa kemajuan itu akan membawa semua Goyim (Non-Yahudi) pada alasaan kedaulatan. Kedzoliman kita akan tepat seperti itu; karena dengan cara itulah kita tahu bahwa penyiksaan bijaksana ini akan menenangkan semua keresahan dan membakar liberalisme keluar dari seluruh lembaga.
14. Ketika massa (rakyat) melihat bahwa segala jenis konsesi dan keikutsertaan itu diberikan kepada mereka atas nama kebebasan (freedom), maka massa (rakyat) membayangkan diri mereka sendiri sebagai tuan atas Penguasa yang berdaulat dan meretas jalan bagi mereka untuk menuju kekuasaan. Akan tetapi, secara alami, seperti halnya setiap orang buta, massa (rakyat) itu menemukan banyak sekali batu sandungan, sehingga mereka bersegera mencari sebuah panduan lain. Mereka tidak akan pernah punya keinginan untuk kembali ke Negaranya yang semula, namun mereka menyerahkan kekuatannya secara penuh dibawah kaki kita. Ingatlah Revolusi Besar Perancis, dimana kitalah yang memberi nama “Besar” itu: Rahasia-rahasia untuk mempersiapkan Revolusi Besar itu kita ketahui sangat jelas, karena seluruh rencana itu sebenarnya merupakan hasil karya dari tangan kita sendiri.
15. Sejak kita menggiring rakyat dari satu kekecewaan ke berbagai kekecewaan lainnya, maka pada akhirnya mereka pun terpaksa berpaling dari kita, menuju sang Raja Lalim keturunan Zion, yang sedang kita persiapkan untuk dunia ini.
16. Pada masa sekarang ini kita, merupakan sebuah kekuatan internasional yang tak terkalahkan, karena bila diserang oleh sebuah Negara, maka kita akan didukung oleh Negara-Negara lainnya. Kekuatan kita ini merupakan penipuan habis-habisan terhadap rakyat Goyim (Non-Yahudi), yang merangkak diatas perut mereka untuk meraih kekuasaan, tetapi tidak berbelas kasih terhadap kelemahan, tidak kenal ampun terhadap kekeliruan, dan sangat gemar pada tindak kejahatan, tidak mau memikul kontradiksi yang muncul dari sebuah sistem sosial bebas, tetapi bersabar pada kesyahidan dibawah kekerasan dari kedzoliman yang kejam – kualitas-kualitas seperti inilah yang membantu independensi kita. Dari para diktator utama masa sekarang inilah rakyat Goyim (Non-Yahudi) dengan penuh kesabaran menanggung derita, dan menahan berbagai siksaan berat semacam ini, karena mereka yang paling kurang sabar tentunya telah “memenggal kepala dua puluh raja” (– maksudnya: kiasan tentang ekspresi kemurkaan seseorang – pent.).
17. Apakah penjelasan bagi fenomena ini, ketidakberurutan yang aneh dari sikap sekumpulan massa rakyat terhadap berbagai peristiwa yang tampak tertata-sama ?
18. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya fakta bahwa para diktator membisiki rakyat, melalui agen-agen mereka, bahwa praktek pelanggaran masyarakat ini mencederai Negara yang tujuan puncaknya adalah untuk mengamankan kesejahteraan rakyat, persaudaraan internasional, solidaritas, dan persamaan hak-hak mereka. Namun tentu saja, mereka tidak mengungkapkan kepada rakyat, bahwa penyatuan itu haruslah dicapai melalui kedaulatan / kekuasaan dibawah kita.
19. Dengan demikian rakyat (akan) mengutuk yang jujur (lurus) dan membebaskan (pihak) yang berdosa / bersalah, membujuk dan terus membujuk bahwa hal itu dapat dilakukan sebagaimana yang diinginkan. Berkat keadaan seperti inilah maka rakyat merusak setiap jenis stabilitas dan menciptakan kekacauan pada setiap langkah mereka.
20. Kata “kebebasan” itu (akan) membawa berbagai kelompok manusia kepada penentangan terhadap setiap jenis kekuatan, melawan setiap otoritas, bahkan menentang Tuhan dan hukum alam juga. Untuk alasan inilah, ketika telah sampai pada kerajaan kita, (maka kita) akan menghapuskan kata tersebut (“kebebasan”) dari kamus kehidupan, karena mengimplikasikan prinsip kekuatan brutal yang (dapat) membawa massa menjadi binatang buas yang haus darah.
21. Memang benar, “binatang-binatang buas” ini pasti jatuh tertidur lelap lagi setelah mereka kenyang minum darah, sehingga pada saat itulah dengan mudah (dapat) dipaku ke rantai-rantai (pengikat) mereka. Akan tetapi, jika mereka tidak diberi darah, (maka) mereka tidak akan pernah bisa tidur dan akan terus berkelahi.
Komentar:
Demikianlah, bunyi Protokolat Zionisme ke-2 dan 3, yang bila disimpulkan secara ringkas adalah sebagai berikut:
- Zionis Yahudi akan menjadikan peperangan sebagai jalan untuk mengikat Negara-Negara yang dibantunya.
- Para penyelenggara masyarakat (di berbagai negara yang telah berada dalam cengkeraman Yahudi) itu, akan dipilih dari kalangan rakyat yang memiliki sikap tunduk-patuh bagaikan budak pada Yahudi, sehingga dengan mudah dijadikan pion-pion oleh Yahudi untuk menjalankan kepentingannya diberbagai penjuru dunia.
- Berbagai teori yang merusak seperti Darwinisme, Marxisme, Nietzche-isme akan ditanamkan oleh Yahudi kedalam pikiran Goyim (Non-Yahudi) untuk menimbulkan kehancuran bagi mereka (Non-Yahudi).
- Yahudi akan menggunakan kekuatan Pers (Media Massa) untuk mengontrol dunia (baik mengendalikan pemerintahan, mengendalikan massa / rakyat, mengontrol arus informasi, sistem keuangan, dsbnya) dari belakang layar.
- Sistem konstitusi (Undang-Undang) yang diciptakan oleh Yahudi itu sengaja dibuat dengan ketidak-akuratan atau ketidakseimbangan, agar negara-negara yang berada dalam cengkraman mereka (Yahudi) senantiasa berada dalam kekacauan, baik kekacauan dalam sistem pemerintahannya (Penguasa-nya), maupun kekacauan / kecekcokan diantara rakyatnya.
- Hak Asasi Manusia (HAM) yang diciptakan oleh Yahudi itu hanyalah Hak Asasi yang bersifat semu / fiktif belaka, bukan Hak Asasi dalam makna yang sebenarnya.
- Freemasonry Yahudi & Zionis-nya mendukung golongan Sosialis, Anarkis dan Komunis.
- Kapitalisme digunakan Yahudi untuk menjerat dan menekan rakyat, serta melakukan pengurangan dan pembunuhan terhadap Goyim (Non-Yahudi).
- Zionis Yahudi lah yang menciptakan Krisis Ekonomi Dunia.
- Zionis Yahudi sedang mempersiapkan kedatangan “Tuhan Penguasa Dunia” mereka (– maksdunya: Al Masiihud Dajjaal – pent.)
- Pada saat ini, mereka (Yahudi dengan Zionisme-nya) merupakan kekuatan internasional yang tak terkalahkan, karena apabila mereka diserang oleh satu Negara, maka Negara-Negara lainnya akan membelanya.
- Kata “KEBEBASAN” (freedom) dapat menjadikan berbagai kelompok manusia menentang terhadap setiap jenis kekuatan, berbagai otoritas, bahkan digunakan untuk menentang Allooh سبحانه وتعالى dan hukum alam. Jika kerajaan Zionis Yahudi sudah terbentuk, maka kata “KEBEBASAN” (freedom) akan dihapus (dari kamus) mereka (– maksudnya: Tidak ada lagi kebebasan bagi manusia, ketika kerajaan Zionis Yahudi telah terbentuk – pent.)
Waspadalah, Perwakilan Yahudi sudah ada di Indonesia!!!
Jika di Amerika Serikat ada lembaga lobi Yahudi “The American Israel Public Affair Comitte” (AIPAC) yang sangat berperan penting dalam menyetir kebijakan politik di Amerika, maka di Indonesia pada Jumat, 29 Januari 2010, sebuah LSM bernama “Komite Urusan Publik Indonesia-Israel” (The Indonesia Israel Public Affair Comitte – IIPAC) telah dirilis ke masyarakat di wilayah Jakarta.
Delapan tahun sebelumnya, IIPAC secara resmi telah didirikan dengan akta pendirian yang ditetapkan di Jakarta, 21 Januari 2002, dan dicatat serta didaftarkan dalam buku daftar nomor 01/D/2010 tertanggal 15 Februari 2010 yang ditandatangani oleh notaris Nirmawati Marcia, SH. Tercatat nama-nama pendiri IIPAC, yaitu: Benjamin Ketang,Sakata Ba rus, Hani Yahya Assegaf alias Hans Sagov dan Y. Gatot Prihandono, S.SI.
Diantara nama-nama pendiri IIPAC tersebut, Benjamín Ketang (yang bernama asli: Nur Hamid Ketang), alumnus S2 / program magister dalam bidang Jewish Civilization (Peradaban Yahudi) di The Hebrew University of Jerusalem Rothbergh International School (2006) dan fasih dalam mengutip Talmud dan Midras, ini lah yang secara aktif sering muncul dan memberikan pernyataan kepada publik. Ia menyatakan bahwa organisasinya bertujuan menggalang lobi-lobi bisnis dengan Israel, dan organisasinya telah bekerjasama dengan AIPAC–lobby Yahudi terbesar di Amerika Serikat–dan AIJAC, sejawat mereka di Australia (lihat milisnya: http://iipac.wordpress.com/).
Bagi Yahudi, bisnis itu tidak semata-mata merupakan bisnis, tetapi tujuan pokok mereka adalah untuk menancapkan kekuasaan mereka diseluruh dunia, demi terbentuknya the New World Order (Tatanan Dunia Baru) dibawah kendali Zionisme Internasional.
(sumber: http://serbasejarah.wordpress.com/2011/09/10/mengintip-lobi-israel-di-indonesia/)
II. Sikap Muslimin Semestinya terhadap Media Massa
1. Imunisasi ‘Aqiidah
Freemasonry Yahudi dan Zionis telah berkiprah, bahkan mendominasi, menguasai dan memiliki 96% Media Massa di dunia ini (silakan baca kembali kajian lalu berjudul “Media Massa dan Pengaruhnya”). Mereka menggunakan kekuatan uang / kapitalisme untuk menyokong upayanya menguasai Pers / Media Massa dunia. Dengan demikian, apabila di Indonesia diberlakukan swastanisasi, maka disitu akan terjadi kompetisi dimana siapa yang paling kaya maka dialah yang akan menang dan berkuasa. Dengan kata lain, terbukalah jalan mulus bagi para Kapitalis untuk menguasai Indonesia.
Perusahaan-perusahaan besar dibidang penyiaran di tanah air kita ini (RCTI, SCTV, ANTV, Trans TV, Global TV, MNC, TPI, dan lain-lain) tidak mustahil dengan mudah dibeli saham-sahamnya oleh pemodal asing dalam hal ini adalah Yahudi, karena Yahudi memiliki kepentingan untuk menguasai media-media massa di seluruh dunia.Sementara itu, urusannya pun bukan hanya perkara kaya dan miskin saja (– dimana kaum Muslimin akan semakin di-miskin-kan dan kaum Yahudi semakin di-kaya-kan dengan sistem kapitalisme tersebut –), melainkan juga urusan Ideologi yang disebarkan melalui Media Massa yang telah dikuasai oleh para Kapitalis.
Hendaknya kaum Muslimin memiliki “sikap”, yakni: kita harus banyak meng-“imunisasi” diri dan keluarga kita dari virus “TBC (Takhoyul, Bid’ah dan Khurofat)” yang gencar disebarkan melalui media-media massa saat ini. Kita harus mengokohkan ‘aqiidah Islamiyyah, paling tidak pada diri dan keluarga kita terlebih dahulu, baru sesudahnya pada sekitar kita; agar memiliki imunisasi terhadap berbagai ideologi-ideologi yang menyimpang. Maka sungguh PR (“Pekerjaan Rumah”) kaum Muslimin saat ini banyak sekali. Kalau tidak rajin meng-“imunisasi” diri dari pemahaman dan ideologi yang menyimpang, maka hancurlah kaum Muslimin di Indonesia. Virus “TBC” (Takhoyul, Bid’ah dan Khurofat) dengan mudahnya menempel pada dirinya.
Perhatikan ancaman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. At Taubah (9) ayat 67 sebagai berikut:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya:
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma´ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allooh, maka Allooh melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasiq.”
Dalam ayat diatas, Allooh سبحانه وتعالى memberikan ancaman keras bagi orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Muslim, tetapi pada hakekatnya ia menyuruh yang mungkar (yang buruk) dan melarang yang ma’ruf (yang baik), maka ia dikatakan Alloohسبحانه وتعالى sebagai orang-orang munaafiq. Lalu Allooh سبحانه وتعالى memberitakan bahwa orang-orang munaafiq itu “menggenggam benar tangan-tangan mereka”, maksudnya adalah bersikap bakhil dan kikir.
Orang-orang munaafiq itu lupa kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka Allooh سبحانه وتعالى pun melupakan mereka. Orang-orang munaafiq itu berpikir bahwa makar perbuatan mereka itu ampuh dan kuat; padahal bagi Allooh سبحانه وتعالى mereka itu lemah. Sungguh sangat mudah bagi Allooh سبحانه وتعالى untuk menghancurkan makar mereka.
Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. An Naml (27) ayat 50-51:
وَمَكَرُوا مَكْراً وَمَكَرْنَا مَكْراً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ ﴿٥٠﴾ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ مَكْرِهِمْ أَنَّا دَمَّرْنَاهُمْ وَقَوْمَهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٥١﴾
Artinya:
(50) “Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. (51) Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya.”
Orang-orang munaafiq adalah dikategorikan faasiq, artinya: keluar dari kebenaran.
Yang perlu digaris-bawahi dalam hal ini adalah:
“Jika yang disebarkan, dihidupkan, dipublikasikan, diajak dan diperintahkan kepada masyarakat itu berupa kemungkaran; sementara yang baik (ma’ruf) yang diajarkan oleh Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم justru dicegah, maka itu adalah pekerjaan orang-orang Munaafiq”.
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin yang bekerja dibidang Media Massa memperhatikan betul ayat ini. Jangan sampai media massa yang merupakan pekerjaan sehari-harinya itu justru menyiarkan acara-acara berbau kesyirikan, takhoyul, bid’ah, khurofat, buka-bukaan aurot, free-sex, pergaulan bebas dan sebagainya. Lalu disisi lain ia justru malah berpartisipasi dalam menyebarkan Islamophobia. Kelak di akhirat, orang-orang munaafiq itu ditempatkan oleh Allooh سبحانه وتعالى di kerak-nya Neraka sebagaimana diberitakan dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 145. Na’uudzu billaahi min dzaalik!
Perhatikan firman-Nya dalam QS. An Nisaa’ (4) ayat 145:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيراً
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”
Kemudian dalam QS. An Nuur (24) ayat 19, Allooh سبحانه وتعالى berfirman sebagai berikut:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allooh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Al Imaam Al Baghowy رحمه الله dari kalangan Mufassiriin (beliau رحمه الله bermadzab Asy Syafi’iy) berkata: “Maksud ayat tersebut adalah tersebarnya zina, sehingga zina menjadi nampak.”
Nah, berapa persen tayangan acara TV-TV di tanah air kita, Indonesia ini, yang mendakwahkan agar wanita itu menutup aurot dengan baik dan tidak ber-tabarruj? Hampir-hampir tidak ada. Bahkan TV-TV itu justru menyiarkan / menayangkan wanita-wanita yang terbuka aurotnya. Atau dengan kata lain, mengajarkan agar wanita itu “buka-bukaan” dan kesana-kemari menebarkan zina.
Maka Allooh سبحانه وتعالى pun memberikan peringatan keras bahwa: “Mereka yang suka menampakkan dan menyiarkan zina, maka bagi mereka adalah azab yang pedih di dunia dan di akhirat.”
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin hati-hati dan waspada, karena 96 % Media Massa di dunia ini (termasuk Hollywood di Amerika Serikat) dikuasai oleh Yahudi. Oleh karena itu, Indonesia yang media massa, film dan dunia hiburannya banyak berkiblat ke Barat adalah sangat rentan terkontaminasi oleh penanaman ideologi, budaya, pencitraan, pewarnaan dan pendidikan pola pikir Yahudi; yang sebenarnya menjauhkan kaum Muslimin dari Allooh سبحانه وتعالى karena kaum Muslimin menjadi tertarik kepada yang mungkar dan tidak suka atau bersikap “dingin” (acuh tak acuh) apabila diajak pada perkara yang ma’ruf (yang baik).
Mungkin sebagian dikalangan kaum Muslimin yang “peka”, dapat merasakan gejalanya. Dimana-mana yang datang ke masjid bukan remaja, melainkan orang-orang tua. Kemana anak-anak remaja, ABG, pemuda-pemudanya itu? Yang datang ke masjid hanyalah sedikit dari antara mereka. Bagaimana kalau generasi muda kaum Muslimin ini tersedot oleh magnit media massa bentukan Yahudi dan Zionis-nya? Mereka lebih suka ke mall, bermain play-station, nonton bioskop, pacaran, nongkrong di café-café, jalan-jalan tanpa tujuan, kebut-kebutan dan seterusnya? Betapa kita kaum Muslimin sangat prihatin apabila generasi muda ini sudah tidak lagi berminat ke masjid, yakni tempat yang dicintai oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Dalam Hadits Riwayat Al Imaam Muslim no: 671, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
أَحَبُّ البلاد إلى الله مساجدها، وأبغض البلاد إلى الله أسواقها
Artinya:
“Tempat yang paling dicintai Allooh adalah masjid dan tempat yang paling dibenci Allooh adalah pasar.”
Sementara fenomena yang terjadi sekarang ini adalah kebalikan dari Hadits tersebut, yakni: mall-mall / pasar-pasarnya semakin banyak dan penuh pengunjung; sementara masjid-masjidnya semakin kosong, hanya penuh dikala bulan Romadhoon saja. Berarti, orang cenderung ke tempat-tempat yang dibenci Allooh سبحانه وتعالى dan semakin sedikit orang cenderung ke tempat-tempat yang dicintai Allooh سبحانه وتعالى.
Itulah situasi yang harus kita prihatinkan. Maka marilah kita bina keluarga kita, anak-anak dan istri kita agar mereka terselamatkan ‘aqiidah-nya. Bila didalam keluarga, semakin banyak suami-suami / bapak-bapak yang memancarkan keimanannya terhadap keluarganya, maka insya Allooh masyarakat pun akan ter-“imunisasi” ‘aqiidah-nya.
Tetapi apabila para suami /para bapak bersikap masa-bodoh, hanya sibuk mencari uang dan duniawi, serta tidak peduli pada ‘aqiidah keluarganya; maka hal itu berbahaya. Anak-anak dan istri-istri itu adalah tanggungjawab para suami /bapak (yang kelak di akherat nanti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allooh سبحانه وتعالى); mereka harus terus dikontrol. Apalagi kalau dia anak perempuan, harus dijaga baik-baik pergaulannya. Tidak boleh para bapak termakan isu bahwa di era modern dan demokrasi ini maka “anak jangan banyak dilarang”. Itu pemikiran yang jelas-jelas salah. Justru para suami /para bapak harus semakin ketat menjaga ‘aqiidah anak-anak dan istri-istrinya, mengingat kemungkaran semakin hari semakin merebak.
Generasi muda sekarang sudah tersedot oleh magnit duniawi yang arusnya sedemikian kuat, sementara yang tinggal dan mau mendatangi masjid hanyalah orang-orang tua saja. Bagaimana kalau generasi tua itu mati, maka yang tinggal hanyalah generasi muda kaum Muslimin yang tidak suka /enggan datang ke masjid. Yang tertinggal hanyalah generasi narkoba, generasi hura-hura. Akan jadi apakah masa depan kaum Muslimin, bangsa dan negara ini? Hal ini hendaknya menjadi tanggungjawab kita semua. Minimal dimulai terlebih dahulu dari keluarga kita masing-masing.
2. Membenarkan Wahyu & mengecheck terlebih dahulu kebenaran berita Media Massa
Bahkan jauh sebelum manusia berbicara tentang Media, Allooh سبحانه وتعالى sudah berfirman tentang Al Qolam (Pena) sebagaimana dalam QS. Al Qolam (68) ayat 1:
ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
Artinya:
“Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis.”
Jadi, Media itu sudah lama dikenal dalam Al Islaam, bahkan sudah ada jauh sebelum manusia itu diciptakan, yakni sejak di Lauhul Mahfudz, sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al Imaam Abu Daawud no: 4700, dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany رحمه الله, dari Shohabat ‘Ubaadah bin Shoomit رضي الله عنه, bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللَّهُ الْقَلَمَ، فَقَالَ لَهُ: اكْتُبْ قَالَ: رَبِّ وَمَاذَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: اكْتُبْ مَقَادِيرَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
Artinya:
“Pertama kali yang Allooh سبحانه وتعالى ciptakan adalah Al Qolam (Pena), kemudian Allooh سبحانه وتعالى berfirman: “Wahai Pena, tulislah olehmu.”
Pena pun bertanya: “Apa yang harus aku tulis ya Allooh?”
Allooh سبحانه وتعالى berfirman: “Tulislah olehmu apa yang terjadi sampai hari Kiamat.”
Dengan demikian, Al Islaam itu sudah sangat maju dalam perkara Media; bukan hanya seperti peradaban Mesir Kuno, Cina Kuno atau peradaban-peradaban manusia lainnya, tetapi bahkan Media dalam Al Islaam adalah sudah ada sejak sebelum manusia itu sendiri diciptakan.
Kemudian didalam sejarah Islam, Media pun banyak digunakan, antara lain adalah sebagai berikut:
a) Khutbah
Khutbah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم terdiri dari Khutbah Jum’at, Khutbah Nikah, Khutbah ‘Iedul Fithr, Khutbah ‘Iedul Adha dan berbagai jenis khutbah lainnya. Semua itu adalah Media.
b) Ceramah
Terkadang Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم setelah selesai sholat, kemudian menghadap ke jamaa’ah dan ber-ceramah. Atau terkadang beliau صلى الله عليه وسلم ketika mengalami suatu kejadian atau mendengar suatu perkara terjadi dikalangan Shohabatnya, maka beliau صلى الله عليه وسلم segera naik mimbar dan berceramah.
Sebagai contohnya adalah Hadits-Hadits berikut ini:
- Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam Muslim no: 7468 dalam shohiih-nya, dari salah seorang Shohabat bernama Hudzaifah Ibnu Usaid Al Ghifaari رضي الله عنه, beliau berkata:
كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فِى غُرْفَةٍ وَنَحْنُ أَسْفَلَ مِنْهُ فَاطَّلَعَ إِلَيْنَا فَقَالَ مَا تَذْكُرُونَ. قُلْنَا السَّاعَةَ. قَالَ « إِنَّ السَّاعَةَ لاَ تَكُونُ حَتَّى تَكُونَ عَشْرُ آيَاتٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ فِى جَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَالدُّخَانُ وَالدَّجَّالُ وَدَابَّةُ الأَرْضِ وَيَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قُعْرَةِ عَدَنٍ تَرْحَلُ النَّاسَ ». قَالَ شُعْبَةُ وَحَدَّثَنِى عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ رُفَيْعٍ عَنْ أَبِى الطُّفَيْلِ عَنْ أَبِى سَرِيحَةَ. مِثْلَ ذَلِكَ لاَ يَذْكُرُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَالَ أَحَدُهُمَا فِى الْعَاشِرَةِ نُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم-. وَقَالَ الآخَرُ وَرِيحٌ تُلْقِى النَّاسَ فِى الْبَحْرِ
Artinya:
“Suatu ketika Nabi صلى الله عليه وسلم keluar menemui kami, sedangkan kami dalam keadaan satu-sama-lain mengingat (– maksudnya: seorang Shohabat mengingatkan Shohabat yang lain mengenai ilmu yang telah diajarkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم – pent.), lalu beliau صلىالله عليه وسلم bertanya kepada kami: “Apa yang kalian ingat (yang kalian perbincangkan untuk mengingat sesuatu)?”
Kami (para Shohabat) menjawab: “Kami sedang mengingat As Saa’ah (Hari Kiamat)”.
Beliau صلى الله عليه وسلم bersabda: “Hari Kiamat tidak akan terjadi, sehingga kalian melihat sebelumnya muncul sepuluh tanda-tandanya:
- Terjadi tiga gerhana, terjadi di belahan timur, belahan barat dan di Jazirah Arab,
- Dukhaan (asap),
- Dajjal,
- Dabbah (hewan melata diatas muka bumi),
- Ya’juj wa Ma’juj,
- Terbit matahari dari barat,
- Api keluar dari negeri Yaman, menggiring manusia ke tempat mereka dikumpulkan oleh Allooh سبحانه وتعالى
- Turunnya Isa putra Maryam عليه السلام.”
عن أَبُي زَيْدٍ عَمْرو بْنَ أَخْطَبَ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْفَجْرَ وَصَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ الظُّهْرُ فَنَزَلَ فَصَلَّى ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى حَضَرَتِ الْعَصْرُ ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى ثُمَّ صَعِدَ الْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ فَأَخْبَرَنَا بِمَا كَانَ وَبِمَا هُوَ كَائِنٌ فَأَعْلَمُنَا أَحْفَظُنَا
Artinya:
Dari Abu Zaid ‘Amr bin Akhthob رضي الله عنه, beliau berkata bahwa: “Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sholat shubuh bersama kami, kemudian naik keatas mimbar dan berkhutbah sehingga tiba waktu dhuhur, kemudian turun (dari mimbar) dan sholat, kemudian naik (mimbar) lagi dan kembali berkhutbah hingga tiba waktu ashar, kemudian turun untuk sholat, kemudian naik ke mimbar lagi dan berkhutbah hingga terbenam matahari. Dalam khutbah itu, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم memberitahu kami tentang apa yang akan terjadi (hingga hari kiamat), maka orang yang paling ‘aalim dari kami, maka dia lah yang paling hafal.”
c) Risaalah (Surat tertulis)
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab Sirroh, antara lain kitab “Rosaa’ilur Rosuul illal Muluk” (Risalah-Risalah Rosuul yang dikirimkan kepada Raja-Raja), yakni: Raja Persia, Raja Romawi, dan lain-lain.
Mereka mendapat kiriman surat dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, yang antara lain berbunyi sebagai berikut:
“Dari Muhammad utusan Allooh, masuklah anda kedalam Islam, niscaya anda akan selamat. Bila anda menolak, maka anda berhak atas hukuman ummat-ummat terdahulu….”.
Demikian itu ditulis dalam bentuk surat (Risaalah) yang kemudian dikirimkan kepada Raja-Raja yang ada dimasa itu.
d) Kitab
Kitab adalah Media yang ditulis sejak zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم masih hidup, yakni Al Qur’an.
Penulisan Kitab itu terdiri dari 2 tahap, yaitu:
- Tahap pertama, adalah penulisan Al Qur’an saja
- Tahap kedua, adalah penulisan Al Qur’an dan Hadits-Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Tetapi setelah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengamati bahwa para Shohabatnya telah bisa membedakan bagaimana cara memisahkan antara Al Qur’an dan Al Hadiits; maka setelah itu barulah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengizinkan para Shohabatnya رضي الله عنهم untuk menuliskan Al Hadiits. Penulis Hadits antara lain adalah Abu Hurairoh رضي الله عنه dan beberapa Shohabat lainnya.
Jadi Al Qur’an dan Al Hadiits sudah ditulis sejak zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم masih hidup, dan itu lah media yang akhirnya sampai kepada kita kaum Muslimin di zaman sekarang.
e) Peradaban berbentuk Syi’ir.
Orang yang membuat Syi’ir, disebut: Syaa’ir (– namun dalam bahasa Indonesia, Syi’ir disamakan dengan Syaa’ir, padahal dalam bahasa Arab adalah berbeda –).
Syi’ir dalam bentuk jamaknya disebut: Syu’aroo’.
Oleh karena itu didalam Al Qur’an, kita kenal surat Asy Syu’aroo’.
Hasan bin Tsaabit رضي الله عنه adalah Syaa’ir (pembuat Syi’ir) yang terkenal di zaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Syi’ir itu merupakan peradaban sastra, suatu media untuk menyampaikan suatu misi melalui puisi atau dapat dikatakan sebagai: sastra menyampaikan dakwah.
Hierarki tersampaikannya Wahyu:
Dari Allooh سبحانه وتعالى — lalu oleh Malaikat disampaikan kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم — lalu kepada Shohabat —- Taabi’iin, Taabi’ut Taabi’iin & para ‘Ulama — dan kepada Ummat Islam.
Perlu disadari bahwa para ‘Ulama itu adalah pewaris Nabi; bukan pewaris dari ahli filsafat seperti Aristoteles, Socrates, Plato dan sebagainya.
Dengan kata lain bahwa ‘Ulama itu adalah penyampai apa-apa yang berasal dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Maka, kalau ada orang yang mengaku sebagai ‘Ulama, namun kemudian ia menyusupkan sesuatu yang bukan berasal dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, maka ia sebenarnya BUKAN ‘Ulama. Dan itu adalah manipulasi terhadap Wahyu. Itu merupakan penyesatan terhadap ummat Islam. Dengan demikian perlu diketahui bahwa mengapa ummat Islam itu menjadi sesat; maka itu adalah dikarenakan ‘Ulama-nya TIDAK MURNI menyampaikan apa-apa yang berasal dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم; melainkan menambah-nambah dan mengurang-ngurangi dari Syari’at yang semestinya.
Wahyu yang berasal dari Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم adalah PASTI BENAR. Adapun kalau bukan berasal dari Wahyu, melainkan misalnya suatu berita (khobar) yang datang dari manusia lainnya; maka sebagaimana dikatakan para ‘Ulama bahwa Berita itu memiliki 2 kemungkinan: Berita benar atau Berita dusta.
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 147:
الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلاَ تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Artinya:
“Kebenaran itu adalah dari Robb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.”
Ayat diatas menjelaskan bahwa Berita yang datang dari Allooh سبحانه وتعالى adalah (pasti) Benar. Oleh karena itu, apabila ada orang yang mengatakan bahwa apa yang berasal dari Allooh سبحانه وتعالى adalah tidak benar atau apabila ada orang yang mengatakan bahwa ayat-ayat Al Qur’an adalah tidak relevan lagi, belum lengkap atau perlu direvisi; maka ia bukan Muslim alias kaafir, atau murtad – keluar dari Al Islaam.
Intinya adalah: Berita (khobar) yang berasal dari Allooh سبحانه وتعالى adalah mutlak benar. Dan orang yang menolak kebenaran dari Allooh سبحانه وتعالى, maka ia bukan orang Islam.
Perhatikan juga firman-Nya dalam QS. Yunus (10) ayat 32:
فَذَلِكُمُ اللّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَلُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ
Artinya:
“Maka (Zat yang demikian) itulah Allooh Robb-mu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?”
Juga firman-Nya dalam QS Fushshilat (41) ayat 41-42:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءهُمْ وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ ﴿٤١﴾ لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنزِيلٌ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ ﴿٤٢﴾
Artinya:
(41) “Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Qur’an ketika Al Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Qur’an itu adalah kitab yang mulia.
(42) Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari (Allooh) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”
Berarti setiap Muslim yang mendengar berita dari Allooh سبحانه وتعالى itu tidak boleh ragu. Karena selain Al Haq (kebenaran) yang datang dari sisi Allooh سبحانه وتعالى, maka berarti ia sesat. Jadi hanya ada 2 alternatif : Benar atau Sesat.
Kemudian, berkenaan dengan digunakannya Tulisan sebagai suatu Media oleh Al Islaam dalam kehidupan manusia di dunia ini adalah dijelaskan di dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 129:
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنتَ العَزِيزُ الحَكِيمُ
Artinya:
“Ya Robb kami, utuslah untuk mereka seorang Rosuul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Ayat tersebut merupakan do’a Nabi Ibrohiim dan Nabi Isma’iil عليهما السلام. Dalam ayat itu disebutkan “Al Kitab”, yakni media “yang ditulis”. Hal ini menunjukkan bahwa peradaban tulis-menulis sudah ada sejak zaman Nabi Ibrohiim عليه السلام, jauh sebelum keberadaan Bani Isro’iil. Karena Nabi Ibrohim عليه السلام adalah kakek daripada Nabi Ya’kub عليه السلام (yang disebut sebagai Isro’iil). Nabi Ya’kub عليه السلام sendiri adalah putra dari Nabi Ishaq عليه السلام. Keturunan dari Nabi Ya’kub عليه السلام inilah yang disebut sebagai Bani Isro’iil. Yang dalam perjalanan sejarah manusia selanjutnya, banyak para Nabi dan Rosuul berasal dari Bani Isro’iil. Oleh karena itu Nabi Ibrohiim عليه السلام disebut sebagai Abul Anbiya (bapaknya para Nabi).
Maksud dari ayat QS. Al Baqoroh (2) ayat 129 tersebut, bahwa ketika itu Nabi Ibrohiim عليه السلام dan salah seorang putranya yang bernama Nabi Isma’iil عليه السلام berdo’a didepan Ka’bah: “Ya (Allooh) Robb kami, utuslah untuk mereka seorang Rosuul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah)…”. Do’a Nabi Ibrohim dan Nabi Isma’iil عليهما السلام ini dikabulkan Allooh سبحانه وتعالى dengan diturunkannya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم sebagai Nabi Penutup, yang bertugas persis seperti yang didoakan oleh Nabi Ibrohim dan Nabi Isma’iil عليهما السلام tersebut yakni: membacakan ayat-ayat Al Qur’an, mengajarkan Al Kitab, Al Hikmah dan mensucikan mereka.
Berarti Al Kitab sebagai Media Cetak, dikenal di zaman Nabi Ibrohiim عليه السلام.
Media Cetak itu pun juga ada pada zaman Nabi Musa عليه السلام, sebagaimana dalam QS. Al A’roof (7) ayat 144-145:
قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ ﴿١٤٤﴾ وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الأَلْوَاحِ مِن كُلِّ شَيْءٍ مَّوْعِظَةً وَتَفْصِيلاً لِّكُلِّ شَيْءٍ فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُواْ بِأَحْسَنِهَا سَأُرِيكُمْ دَارَ الْفَاسِقِينَ ﴿١٤٥﴾
Artinya:
(144) Allooh berfirman: “Hai Musa sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur” (145) Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu; maka (Kami berfirman): “Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq.”
Adapun media dimasa Nabi ‘Isa عليه السلام adalah dijelaskan pada QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 48:
وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالإِنجِيلَ
Artinya:
“Dan Allooh akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil.”
Setelah itu, media dizaman Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dijelaskan pada QS. Aali ‘Imron (3) ayat 164:
لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ
Artinya:
“Sungguh Allooh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allooh mengutus di antara mereka seorang rosuul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allooh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
QS. Aali ‘Imron (3) ayat 164 adalah bukti dari dikabulkannya do’a Nabi Ibrohiim dan Nabi Isma’iil عليهما السلام (sebagaimana dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 129) yang telah kita bahas sebelumnya diatas.
Ayat-ayat diatas adalah berkaitan dengan Wahyu sebagai Media kaum Muslimin yang sudah ada sejak di Lauhul Mahfudz; dan berkaitan dengan sikap Muslimin semestinya terhadap Wahyu itu, yakni dengan membenarkannya.
Kalau suatu media / berita (khobar) berasal dari Allooh سبحانه وتعالى, maka pastilah benar. Tetapi bila media / berita (khobar) itu bukan dari Allooh سبحانه وتعالى maka bisa benar dan bisa dusta. Kalau berita itu sesuai dengan apa yang berasal dari Allooh سبحانه وتعالى, maka ia tergolong benar. Tetapi bila tidak sesuai dengan apa yang berasal dari Allooh سبحانه وتعالى, berarti ia tergolong dusta / sesat.
Maka sesungguhnya dengan mudah seorang Muslim itu memahami Media, karena pertimbangannya sangat jelas. Kalau berasal dari Allooh سبحانه وتعالى maka benar adanya, sedangkan yang bukan dari Allooh سبحانه وتعالى adalah bisa benar dan bisa dusta.
Masalahnya, mengapa ada sebagian diantara kaum Muslimin itu yang kalau membaca Koran / Tabloid atau menonton dan mendengar berita dari TV / Radio dll, maka ia langsung saja percaya; sementara ketika ia membaca Al Qur’an maka masih harus ada pertimbangan ini dan itu terlebih dahulu?
Dengan kata lain, sangat disayangkan ada sebagian kaum Muslimin itu yang menyikapi Media / Berita dari Allooh سبحانه وتعالى, tidak seperti ketika ia menyikapi Media / Berita dari manusia.
Padahal dalam Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 3208, salah seorang Shohabat yakni ‘Abdullooh bin Mas’uud رضي الله عنه berkata, “Adalah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menyampaikan kepada kami:
وَهْوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ
Artinya:
“Dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah Ash Shoodiq (orang yang benar) dan Al Masduq (orang yang dibenarkan).”
Hal itu bisa diartikan bahwa: Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah orang yang benar (jujur), dan tidak dusta. Dan beliau صلى الله عليه وسلم adalah orang yang dibenarkan (Al Masduq). Maka kalau saat ini ada kaum Muslimin yang ragu terhadap kebenaran sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam Hadits-Haditsnya yang shohiih, maka dapat dikatakan ia adalah orang yang sesatnya bahkan melebihi sesatnya orang musyrikin. Karena orang musyrikin saja percaya kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.
Perhatikan Hadits Riwayat Al Imaam Al Bukhoory no: 4971 dan Al Imaam Muslim no: 208, dari Shohabat ‘Abdullooh bin Abbas رضي الله عنه bahwa:
لَمَّا نَزَلَتْ {وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ} وَرَهْطَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم حَتَّى صَعِدَ الصَّفَا فَهَتَفَ يَا صَبَاحَاهْ فَقَالُوا مَنْ هَذَا فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ فَقَالَ أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ خَيْلاً تَخْرُجُ مِنْ سَفْحِ هَذَا الْجَبَلِ أَكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ قَالُوا مَا جَرَّبْنَا عَلَيْكَ كَذِبًا قَالَ فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ قَالَ أَبُو لَهَبٍ تَبًّا لَكَ مَا جَمَعْتَنَا إِلاَّ لِهَذَا ثُمَّ قَامَ فَنَزَلَتْ {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ}
Artinya:
Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bertanya kepada orang-orang Quraisy yang musyrik: “Hai orang-orang Quraisy, apakah kalian akan membenarkanku (percaya) seandainya aku katakan bahwa dibalik gunung itu ada sepasukan tentara yang akan menghancurkan kalian?”
Orang-orang musyrikin itu menjawab: “Kami tidak pernah mendapatimu, ya Muhammad, berbuat dusta.”
Jadi, orang-orang musyrikin saja mengatakan bahwa Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم tidak pernah berdusta. Berarti Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah orang yang terpercaya. Hanya saja berita Wahyu, risaalah, isi dan konten yang disampaikan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu lah yang tidak sesuai dengan Hawa Nafsu mereka (orang-orang musyrikin). Yaitu bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengajak mereka agar ber-Tauhiid. Namun ketika mereka (kaum musyrikin) diajak untuk mengatakan “Laa ilaaha illallooh”, maka mereka menolak karena tidak bersedia mengganti berhala-berhala yang banyak yang mereka sembah itu dengan beribadah sebenar-benarnya hanya kepada Allooh سبحانه وتعالى yang Maha Esa.
Dengan demikian, orang-orang musyrikin mengakui bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم adalah orang yang terpercaya / tidak pernah berdusta, tetapi Hawa Nafsu mereka lah yang mengingkari isi dakwah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم yang menyeru pada ajaran Tauhiid.
Demikian pula pada masa kita sekarang ini, perhatikanlah bahwa apabila para da’i didalam dakwahnya itu membahas perkara seputar hati yang tulus, akhlaq yang jujur, perangai yang baik dan sejenisnya maka hal-hal seperti itu dapat dipastikan tidak mendatangkan masalah dalam dakwah, bahkan banyak peminatnya karena perkara yang demikian adalah merupakan nilai-nilai universalisme yang disetujui tidak hanya oleh ummat Islam, tetapi juga oleh ummat beragama lainnya.
Berbeda halnya, dengan ketika seseorang berbicara tentang perkara Tauhiid, yang artinya hanya meng-Esakan Allooh سبحانه وتعالى, menyatakan bahwa selain Allooh سبحانه وتعالى adalah thooghuut, bergantung dan meminta pada selain Allooh سبحانه وتعالى adalah syirik, setiap kita hanya boleh untuk meng-Esakan Allooh سبحانه وتعالى saja (baik dalam motivasi, baik dalam ber-Syari’at, maupun dalam harapan akhir dari suatu amalan) maka pembahasan hal ini pasti akan mendatangkan banyak ujian, mengundang kontroversi, bahkan kalangan yang tidak setuju-nya bisa jadi datang malah dari orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Muslim.
Seruan kepada Tauhiid itu lah yang dari masa ke masa, mendapatkan pertentangan dari orang-orang yang menuhankan Hawa Nafsu-nya, menuhankan Jin / Syaithoon / Dewa-Dewi / Bintang-Bintang / Matahari / Hewan / Batu-batuan / Pohon / Manusia / Malaikat dan menuhankan berbagai bentuk lainnya selain daripada Allooh سبحانه وتعالى.
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Kembali pada bahasan kita tentang Media, semestinya kaum Muslimin itu ketika menyikapi Media yang berasal dari Manusia adalah sebagaimana yang difirmankan Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Hujuroot (49) ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang faasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Makna “Faasiq” dalam ayat diatas adalah “semua yang keluar dari Syari’at yang semestinya”, atau dalam artian: Ia adalah seorang beriman, tetapi berbuat ma’shiyat. Jadi “Faasiq” adalah “siapa saja yang tidak berada dalam posisi benar /tidak berada dalam ketaatan pada Allooh سبحانه وتعالى / tidak berada dalam posisi Islam.”
Ayat tersebut menjadi dasar bagi setiap Muslim dalam menyikapi Berita yang datang dari Manusia. Jika ada orang faasiq membawa berita, maka sikap orang beriman adalah: Mencari penjelasan (klarifikasi) terlebih dahulu, sampai ditemuinya kebenaran berita itu, barulah ia mempercayainya. Kalau Berita itu tidak valid / tidak benar, maka jangan dipercaya. Jadi hendaklah ber-tabayyun terlebih dahulu, baru suatu Berita itu disikapi. Jangan sampai Beritanya belum jelas kebenarannya maka sudah disikapi, maka yang demikian ini adalah tidak sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Dalam ayat diatas, terhadap orang Faasiq saja kita harus menyikapi suatu Berita itu dengan 2 sikap; bisa jadi Berita itu Benar, dan bisa jadi pula Berita itu Dusta / Salah. Itu terhadap orang Faasiq. Nah, bagaimana apabila Berita itu datang dari orang-orang Kaafir? Tentunya mesti lebih selektif lagi. Tidak langsung dengan mudahnya percaya seratus persen pada Berita yang datang dari orang Kaafir.
Yang mengherankan, akibat karena ke-jaahilan-nya (kebodohannya), maka sebagian diantara kaum Muslimin apabila menyikapi berita dari Media Massa (baik TV /Koran /Majalah /Bulletin /Radio /Internet, dll) yang 96 %-nya dimiliki oleh orang-orang Yahudi itu, ia langsung dengan mudahnya percaya begitu saja; tidak sadar bahwa dibalik pemberitaan media massa Yahudi itu terdapat begitu banyak Propaganda (sebagaimana telah dijelaskan dalam Protokolat Zionisme & Program-program Internasional Freemasonry) untuk menghancurkan Al Islaam dan kaum Muslimin.
Lalu disisi lain, apabila ia membaca berita dari Al Qur’an dan dari Al Hadiits yang shohiihah, ia masih punya banyak pertimbangan ini dan itu. Ia berdalih dengan berbagai macam dalih: “Ah, ini kan sudah tidak sesuai dengan kondisi zaman sekarang…” / “Hadits ini memang benar, tapi kalau diamalkan… wah nanti kita bertentangan dengan kebiasaan orang kebanyakan…” / “Aduh, nanti kita dicap aliran fundamentalis”, dan berbagai jenis dalih dan alasan, yang sebenarnya berpangkal dari kurangnya Iman dalam dirinya sendiri. Padahal apabila ia seseorang yang mengaku Muslim, semestinya sikapnya hanyalah satu yakni: “Sami’na wa atho’na” (aku dengar dan aku taat) pada apa-apa yang datang dari Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم.
Jadi sebenarnya sedemikian mudah, gamblang dan praktis bagi seorang Muslim untuk menyikapi suatu Berita /Khobar, karena kaidah dasarnya adalah: Ia semestinya langsung membenarkan Berita /Khobar yang datang dari Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم; disisi lain ia menyikapi Berita dari Media Massa manusia (selain Wahyu) itu dengan 2 sikap: Bisa jadi berita itu Benar dan bisa jadi berita itu Salah. Berita itu tergolong Benar apabila sesuai dengan apa yang datang dari Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم, dan Berita itu tergolong Dusta /Salah apabila tidak sesuai dengan apa yang datang dari Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya صلى الله عليه وسلم.
Berkaitan dengan ayat QS. Al Hujuroot (49) ayat 6 diatas, Ibnu Katsiir رحمه الله mengatakan, “Allooh سبحانه وتعالى menyuruh agar kita melakukan penjelasan (klarifikasi) tentang berita dari orang faasiq dan agar kita berhati-hati dan waspada. Sehingga tidak boleh dengan sembarangan memberikan keputusan, karena bisa jadi berita itu adalah dusta atau salah. Sehingga orang yang menghukumi perkataan itu, dia mengikuti dari yang sebaliknya, padahal Allooh telah melarang untuk mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Oleh karena itu, para ‘Ulama telah melarang untuk menerima Riwayat dari orang yang tidak jelas keadaannya, tidak jelas keshoolihan-nya; karena bisa jadi orang itu adalah orang yang Faasiq.
Dalam Muqoddimah Kitab Shohiih Muslim, Ibnu Siirriin رحمه الله (dari kalangan Taabi’iin), telah diriwayatkan pernyataannya oleh Al Imaam Muslim رحمه الله sebagai berikut: “Sesungguhnya ilmu ini adalah dien. Maka lihatlah olehmu dari siapa engkau mengambil dien-(mu).”
Dengan demikian, kaidah ketika kita berbicara tentang Media yang datang dari manusia adalah hendaknya dengan sikap waspada dan berhati-hati, apalagi jika Media itu bisa mempengaruhi ‘aqiidah, cara berfikir, ideologi, akhlaq, sikap dan dien kita. Jangan sampai kita ini tidak tahu siapa pembawa berita itu. Kalau ia seorang ‘Ulama, maka haruslah jelas keilmuan-nya. Kalau ia Media Massa, maka harus jelas pula Media Massa itu sahamnya milik siapa dan keberpihakannya kepada siapa; apakah ia Media Massa yang sahamnya adalah milik orang-orang kaafir ataukah milik Muslimin? Apakah ia Media Massa yang berpihak kepada orang-orang kaafir, ataukah kepada Muslimin? Hendaknya hal ini perlu diteliti terlebih dahulu.
Al Imaam Maalik رحمه الله berkata, “Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang berikut ini:
- Orang yang dungu
- Orang yang berdusta (– termasuk Media Massa yang berdusta –)
- Orang yang ber-Hawa Nafsu, lalu ia menyeru orang lain agar mengikuti Hawa Nafsu-nya.
- Orang yang sudah tua, tetapi ia tidak tahu apa yang diajarkannya.”
Kalau kita kembalikan kepada Ilmu Hadiits, maka menurut Ahli Hadiits yakni Al Imaam Ibnush Sholaah رحمه الله, dimana beliau رحمه الله adalah salah seorang pelopor dalam Ilmu Hadiits, beliau رحمه الله berkata: “Suatu Hadits yang tidak sesuai dengan kriteria, maka janganlah diambil, jangan pula dibenarkan dan jangan dipercaya. Hadits bisa diterima apabila orang yang membawa berita Hadits tersebut adalah:
- Orang yang ‘Aadil (– orang yang istiqomah diatas dienul Islam, ‘aqiidahnya lurus dan benar, ibadahnya benar sesuai tuntunan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم diatas pemahaman yang benar, tidak berma’shiyat, dan seterusnya –)
- Dhobtu Ash Shodri, artinya: Haditsnya adalah valid /tepat /persis seperti yang diucapkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dengan lafadz-nya yang benar, atau dari para perowi Hadiits yang terpercaya, dinukil dalam bentuk lisan secara tepat serta telah di-validasi oleh gurunya.
- Muttasilus Sanad, sanad Hadiits-nya bersambung (saling bertemu) dan tidak terputus, hingga ke Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
- Haditsnya Tidak Berpenyakit (– maksudnya: Hadiits tersebut tidak cacat / “tidak berpenyakit”. Dan yang mengetahui hal ini dan meneliti perkara ini adalah para Ahli Hadiits –)
- Syaadz, artinya: Hadits-nya tidak aneh atau tidak menyelisihi apa yang dibawakan oleh para Ahli Hadiits lainnya.
Demikian pula ketika kaum Muslimin menyikapi Media Massa, baik berupa Koran /Majalah /Bulletin /Tabloid /TV /Radio /Internet atau yang lainnya, maka hendaknya bersikap cermat dan senantiasa mengechecknya dengan saringan / filter berupa Wahyu yang datang dari Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
TANYA JAWAB
Pertanyaan:
Sepertinya kita kaum Muslimin dan tokoh-tokoh kaum Muslimin takut dengan gerilya Yahudi. Adakah gerilya Yahudi terhadap tokoh-tokoh Islam Indonesia yang seolah-olah menyebarkan kebaikan, tetapi pada hakekatnya membawa kehancuran pada Islam? Bolehkah kita tahu siapa sajakah mereka itu?
Jawaban:
Dalam bahasa Arab ada peribahasa “Al Labiibu Takfiihi Al Irsyaarotu”, yang artinya: “Orang yang cerdas itu, cukup dengan isyarat”.
Kaidah dasar yang Allooh سبحانه وتعالى beritakan dalam firman-Nya adalah ini: “Jika seseorang mengajarkan kemungkaran dan justru mencegah kebaikan, maka orang itu disebut Munaafiq.”
Itu Allooh سبحانه وتعالى yang memberikan rumusannya. Jadi tinggal perhatikan saja. Jika seseorang gemar menyebar perkara-perkara yang melukai kaum Muslimin, melukai Al Islaam, melukai Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, melukai Allooh سبحانه وتعالى; maka orang tersebut adalah bagian dari tubuh Yahudi dan Nashroni serta orang-orang musyrikin; baik mereka itu muncul dalam bentuk liberalisme, sekulerisme, dan sebagainya. Meskipun orang itu mengaku dirinya Muslim dan ber-KTP Islam sekalipun, tetapi dalam perilakunya dan dalam sikapnya ia melukai 4 komponen diatas (Allooh سبحانه وتعالى, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, Al Islaam, kaum Muslimin); maka waspadalah terhadap orang-orang yang demikian.
Solusi dalam menghadapi Media Massa seperti diuraikan diatas adalah:
Yakinilah bahwa kunci kemenangan Al Islaam dan kaum Muslimin, bukan dengan kuatnya persiapan, bukan dengan tangguhnya persenjataan, bukan dengan banyaknya jumlah manusianya; akan tetapi adalah pada kokohnya Iman yang ada di dada-dada kaum Muslimin itu sendiri. Itu kuncinya ! Bila Iman kaum Muslimin benar-benar telah tertancap dalam dirinya, dengan Ilmu dien yang benar; maka disitulah letak kunci kemenangan Al Islaam.
Bertaqwalah kepada Allooh سبحانه وتعالى dengan sebenar-benar Taqwa dan sejauh serta semaksimal mungkin kemampuan kita. Contohnya: apabila ia adalah Muslim yang handal dalam urusan teknologi, atau ia seorang ahli teknologi, maka dalami lah teknologi yang ia miliki pengetahuannya itu lalu gunakanlah untuk menolong Al Islaam. Apabila ia seorang dokter, ahli biologi atau ahli fisika, maka gunakan kemampuannya itu untuk menolong Al Islaam, dan seterusnya.
Kurangi dan hilangkan perpecahan antara sesama Muslim, yaitu dengan ber-manhaj yang sama, berpedoman yang sama yakni Al Qur’an, As Sunnah yang shohiihah diatas pemahaman para pendahulu ummat yang shoolih, dan para ‘Ulama yang mu’tabar.
Pertanyaan:
Ada suatu buku berjudul “Berita dari Kubur”, yang menceritakan tentang keadaan manusia kelak di alam kubur. Apakah berita dari buku itu bisa diterima?
Jawaban:
Berita atau keterangan yang menyangkut perkara dieniyyah (keagamaan), termasuk keadaan di alam kubur atau alam barzakh, maka hal tersebut tidak boleh langsung diterima kecuali apabila ia berasal dari Wahyu, yakni: dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shohiihah, dengan pemahaman yang benar.
Maka buku yang dimaksud itu harus jelas terlebih dahulu penulisannya. Kalau menggunakan daliil dari Al Qur’an, maka surat apa dan ayat berapa. Kalau daliil-nya adalah berupa Hadiits, maka harus jelas Hadiits-nya diriwayatkan oleh siapa, bagaimana sanad-nya, dari Kitab apa ia dinukil, dan sebagainya.
Apabila Hadiits-nya tidak shohiih, tidak jelas; maka jangan dipercaya.
Pertanyaan:
Apakah setiap Muslim harus (wajib) mempelajari dan mencari serta bisa memilah dan memilih mana Hadits yang shohiih dan mana Hadits yang tidak shohiih?
Jawaban:
Mempelajari Hadiits adalah wajib bagi setiap Muslim. Tetapi mencari dan meneliti adakah suatu Hadiits itu shohiih ataukah tidak, maka itu fardhu kifayah, bukan fardhu ‘ain. Karena tidak semua orang dapat melakukannya. Perkara itu tidaklah mudah. Yang dapat melakukannya adalah para Ahli Hadiits. Dan sekarang ini Hadiits-Hadiits itu sudah dipilah-pilah oleh para Ahli Hadiits, serta sudah pula Kitabnya diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Ada Kitab Hadiits yang merupakan kumpulan Hadiits-Hadiits yang shohiih dan ada pula Kitab Hadiits yang merupakan kumpulan dari Hadiits-Hadiits dho’iif dan maudhuu’. Tinggal kita, kaum Muslimin ini mau membacanya ataukah tidak.
Yang perlu pula untuk diwaspadai, adalah adanya banyak orang yang menyatakan dirinya sebagai “Ustadz” tetapi ia mengambil Hadits itu tidak dari sumber (Kitab) aslinya. Terkadang ia hanya mengambil Hadits dari internet / dari koran / dari buku-buku terjemahan, tanpa meneliti lagi ke sumber / Kitab Hadiits aslinya; sehingga bisa jadi Hadits yang diambilnya itu adalah Hadits yang Dho’iif (lemah) atau Maudhuu’ (Palsu), karena tidak ditelitinya terlebih dahulu tentang keshohiihan Hadits tersebut, namun sudah langsung disebarkan kepada ummat. Sehingga tidak heran ada banyak Hadits Lemah dan Palsu bertebaran dimana-mana, sehingga ummat pun menjadi bingung. Hal ini hendaknya tidak dilakukan.
Pertanyaan:
Ada berita yang tidak jelas sumbernya, dan bersifat abu-abu. Bagaimana menyikapinya?
Dalam Al Qur’an ada ayat-ayat yang Muhkamat dan ada yang Mutasyabihat, apa maksudnya? Mohon penjelasan.
Jawaban:
Berita yang abu-abu, tidak jelas, tidak putih dan juga tidak hitam, maka janganlah disikapi, tetapi diseleksi. Kalau putih dan jelas putihnya, jelas sumbernya dan bisa dipercaya, maka ambillah. Tetapi jika berita itu abu-abu, remang-remang, maka jangan langsung diambil, tetapi tanyakan dulu kepada orang yang ahli tentang benar atau tidaknya berita tersebut.
Dalam Al Qur’an ada ayat-ayat yang Muhkamat dan ada yang Mutasyaabihaat. Itu semua adalah ujian bagi kita.
Ayat Muhkamaat adalah ayat yang mudah dipahami, dan bersifat aplikatif.
Tetapi ada ayat yang Mutasyaabihaat, yang sulit dipahami dan sulit dicerna. Itulah ujian. Berimankah kita kepadanya ataukah tidak. Kalau kita seorang yang beriman, maka semua yang berasal dari Allooh سبحانه وتعالى, baik ayat Muhkamaat maupun ayat Mutasyaabihaat akan kita terima dan kita imani.
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 7:
هُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُّحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاء الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاء تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلاَّ اللّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِّنْ عِندِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الألْبَابِ
Artinya:
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allooh. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Robb kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”
Sebagai contoh, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda dalam suatu Hadits yang dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al Albaany dalam Silsilah Hadiits Shohiih no: 1788:
تفكروا في آلاء الله ، و لا تفكروا في الله عز وجل
Artinya:
“Berpikirlah engkau tentang makhluk Allooh, dan janganlah berpikir tentang Zat Allooh.”
Makna Hadits tersebut antara lain adalah bahwa ada sesuatu yang manusia itu tidak bisa menjangkau dengan akalnya. Namun, ayat-ayat yang Mutasyaabihaat adalah harus tetap kita imani, tetapi belum tentu kita ini bisa mencerna ayat-ayat tersebut dengan akal kita. Dan Allooh سبحانه وتعالى tidak menuntut sesuatu yang kita tidak mampu menjangkaunya.
Sekian bahasan kali ini, mudah-mudahan bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jakarta, Senin malam, 27 Muharrom 1434 H /10 Desember 2012 M.
-----oOo-----
Download: Bagaimana Menyikapi Media Massa AQI 101212 FNL
No comments:
Post a Comment