Suasana relijiusitas semakin tumbuh di Kosovo sehingga meningkatkan
perdebatan panas di negara termuda Eropa yang berpenduduk mayoritas
Muslim ini. Tren relijiusitas disebabkan oleh beberapa dampak khususnya
pertumbuhan badan-badan amal muslim di negara tersebut.
"Anda lihat lebih banyak perempuan mengenakan jilbab dan lebih banyak orang memanjangjan jenggot," kata Brikena Hoxha dari Inisiatif Stabilitas Kosovo, sebuah lembaga think tank berbasis di Pristina, The Times Irlandia melaporkan pada Kamis kemarin (12/4).
"Ini adalah hal yang baru bagi kami."
Banyak warga Kosovo mengatakan bahwa negara mereka yang baru lahir telah menyebabkan muncul dan meningkatnya arah yang lebih "konservatisme".
Mereka berpendapat bahwa kecenderungan ini bertentangan dengan apa yang mereka gambarkan sebagai "Islam-lite" di negara ini.
"Kami adalah Muslim tapi kami berpikir dengan cara Eropa," kata Xhabir Hamiti, seorang profesor studi Islam dan presiden Majelis Komunitas Islam Kosovo, sebuah badan pengawas resmi yang memilih dan melatih para imam.
Kubu sekuler mengutip adaya upaya oleh Partai Keadilan yang berhaluan Islam pada musim panas lalu yang berusaha mengamandemen konstitusi, yang menyatakan Kosovo adalah negara sekuler, dalam upaya untuk memungkinkan jilbab bisa dipakai di sekolah umum.
"Jilbab di Kosovo bukan merupakan elemen dari identitas kita," kata wakil menteri luar negeri Vlora Citaku kepada BBC pada tahun 2010 dalam membela keputusan pemerintah untuk melarang jilbab di sekolah.
Kelompok sekuler juga mengutip kontroversi atas seruan untuk membangun sebuah masjid besar di ibukota Pristina karena meningkatnya jumlah jamaah di negara ini.
Pristina adalah rumah bagi 22 masjid, tapi kebanyakan terlalu kecil, memaksa para jamaah untuk shalat di jalan-jalan pada hari Jumat.
"Kami tidak melihat Islam sebagai hambatan untuk bergabung dengan Uni Eropa," kata Hamiti.
Albania Muslim lebih dari 95 persen dari dua juta penduduk Kosovo.
Provinsi, yang dijalankan oleh PBB sejak kampanye militer NATO 1999 mengakhiri pembersihan etnis oleh pasukan Serbia, mengumumkan kemerdekaan mereka pada tahun 2008.
Beberapa warga Kosovo melihat atribut kesalehan tumbuh karena dampak maraknya lembaga amal Muslim di negara mereka.
Ada beberapa LSM Muslim yang beroperasi di Kosovo untuk membantu membangun kembali negara itu setelah serangan pemboman NATO terhadap pasukan Serbia pada tahun 1999.
Mereka membantu membangun kembali masjid yang hancur selama perang, serta menawarkan bantuan keuangan kepada anak yatim korban perang.
LSM Muslim juga terlibat dalam proyek-proyek kesehatan dan pendidikan di negara yang baru didirikan tersebut.
Namun kritikus mengatakan bahwa LSM Muslim menggunakan pengaruh mereka untuk menarik warga Kosovo miskin untuk mengikuti ideologi mereka.(fq/oi)
"Anda lihat lebih banyak perempuan mengenakan jilbab dan lebih banyak orang memanjangjan jenggot," kata Brikena Hoxha dari Inisiatif Stabilitas Kosovo, sebuah lembaga think tank berbasis di Pristina, The Times Irlandia melaporkan pada Kamis kemarin (12/4).
"Ini adalah hal yang baru bagi kami."
Banyak warga Kosovo mengatakan bahwa negara mereka yang baru lahir telah menyebabkan muncul dan meningkatnya arah yang lebih "konservatisme".
Mereka berpendapat bahwa kecenderungan ini bertentangan dengan apa yang mereka gambarkan sebagai "Islam-lite" di negara ini.
"Kami adalah Muslim tapi kami berpikir dengan cara Eropa," kata Xhabir Hamiti, seorang profesor studi Islam dan presiden Majelis Komunitas Islam Kosovo, sebuah badan pengawas resmi yang memilih dan melatih para imam.
Kubu sekuler mengutip adaya upaya oleh Partai Keadilan yang berhaluan Islam pada musim panas lalu yang berusaha mengamandemen konstitusi, yang menyatakan Kosovo adalah negara sekuler, dalam upaya untuk memungkinkan jilbab bisa dipakai di sekolah umum.
"Jilbab di Kosovo bukan merupakan elemen dari identitas kita," kata wakil menteri luar negeri Vlora Citaku kepada BBC pada tahun 2010 dalam membela keputusan pemerintah untuk melarang jilbab di sekolah.
Kelompok sekuler juga mengutip kontroversi atas seruan untuk membangun sebuah masjid besar di ibukota Pristina karena meningkatnya jumlah jamaah di negara ini.
Pristina adalah rumah bagi 22 masjid, tapi kebanyakan terlalu kecil, memaksa para jamaah untuk shalat di jalan-jalan pada hari Jumat.
"Kami tidak melihat Islam sebagai hambatan untuk bergabung dengan Uni Eropa," kata Hamiti.
Albania Muslim lebih dari 95 persen dari dua juta penduduk Kosovo.
Provinsi, yang dijalankan oleh PBB sejak kampanye militer NATO 1999 mengakhiri pembersihan etnis oleh pasukan Serbia, mengumumkan kemerdekaan mereka pada tahun 2008.
Beberapa warga Kosovo melihat atribut kesalehan tumbuh karena dampak maraknya lembaga amal Muslim di negara mereka.
Ada beberapa LSM Muslim yang beroperasi di Kosovo untuk membantu membangun kembali negara itu setelah serangan pemboman NATO terhadap pasukan Serbia pada tahun 1999.
Mereka membantu membangun kembali masjid yang hancur selama perang, serta menawarkan bantuan keuangan kepada anak yatim korban perang.
LSM Muslim juga terlibat dalam proyek-proyek kesehatan dan pendidikan di negara yang baru didirikan tersebut.
Namun kritikus mengatakan bahwa LSM Muslim menggunakan pengaruh mereka untuk menarik warga Kosovo miskin untuk mengikuti ideologi mereka.(fq/oi)
No comments:
Post a Comment