Di-test keikhlasan dalam bersedekah...
Saat-saat awal di Tanah Suci adalah melaksanakan Arba'in di Madinah, di Masjid Nabawi. Saat itu setelah melaksanakan Sholat Lohor (Zhuhur) di Masjid Nabawi saya bermaksud kembali ke Maktab, setiba di lapangan depan masjid, seorang fakir mengikuti saya dengan berkata-kata: “Fisabilillah”, maksudnya meminta sedekah.
Lapangan di depan masjid agak lenggang karena sholat telah usai agak lama.
Saya segera mengambil dompet mengambil uang real dikantong untuk diberikan kepada si fakir, proses itu hanya beberapa detik. Saat uang real itu akan saya serahkan, ternyata tidak ada seorangpun terlihat disisi saya.
Radius 10-20 meter terlihat lenggang...
Tak mungkin si fakir itu bisa melintas dengan secepat itu dan pergi karena proses mengambil dompet dan mengeluarkan uang real itu hanya beberapa detik saja...
Dalam beberapa detik secepat apapun orang berlari pasti akan terlihat, Jadi... pertanyaannya siapakah yang tadi berjalan di samping saya itu dan tiba-tiba lenyap?
Pemberi petunjuk di Masjidil Haram Mekkah...
Ketika menikmati berzikir dengan Ka'bah di hadapan adalah sesuatu yang sangat membahagiakan, aliran manusia yang sedang Tawaf, beribadah dengan beragam cara, adalah pemandangan yang tak terlupakan...
Tiba-tiba saja terbetik di hati pertanyaan: “Bagaimana caranya memohon yang baik di Masjidil Haram ini ke Allah SWT untuk mendapatkan rizqi-NYA...”
Beberapa saat kemudian tiba-tiba seseorang duduk disamping saya dan kemudian mengajak bercakap-cakap.
Orang itu menyampaikan sebagai berikut: “Kalau saja orang-orang tahu dan memanfaatkan kesempatan ini dengan berdoa di Multazam melaksanakan Sholat Dhuha berturut-turut selama seminggu, Insya Allah akan dicukupkan rizqi-nya”.
Saya mengangguk-anguk tanda setuju dan mengerti arah pembicaraannya...
Begitu saya menengok untuk melihat wajah orang itu, ternyata telah raib begitu saja...
Saya tengak-tengok untuk memastikan raibnya si pemberi petunjuk. Masya Allah, siapa dia yang tiba-tiba saja menghilang!..
Akhirnya saya melaksanakan petunjuknya, yaitu setiap hari selama seminggu melaksanakan Sholat Dhuha di Multazam (Multazam adalah sudut area diantara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah). Alhamdulillah …terbukti.
Cobaan terhadap harta...
Hari terakhir di Mekah, saat perpisahan dengan Baitullah adalah melaksanakan Tawaf Wada' (perpisahan), sangat mengharukan sekali. Setelah memutari 6x, pada putaran terakhir, mendekati Hajar Aswad, tiba-tiba terlihat uang real dan U$ dolar berserakkan dihadapan, bertumpuk, mulai terinjak dikaki...
Isteri, Hajah Retno Dewi memberi tahu saya: “Pah, ada duit jatuhan tuh”. “Ya saya sudah lihat jangan diambil lewati saja” kata saya. Melihat tumpukan uang itu orang-orang di belakang saya mulai berebutan mengambil, demikian juga Askar Penjaga.
Ini membuktikan bahwa bukan halusinasi saya akan tetapi Nyata...
Kami berjalan terus menapaki tumpukan uang yang berjatuhan mendekati Hajar Aswad untuk menyelesaikan Tawaf Wada' kami.
Yaa Allah, Kami menginginkan Rizqi-MU yang halal dari cucuran keringat Kami, kelak di Jakarta Indonesia …bukan dengan cara ini.
Kejadian ini terjadi saat Naik Haji di tahun 2000.
Saat-saat awal di Tanah Suci adalah melaksanakan Arba'in di Madinah, di Masjid Nabawi. Saat itu setelah melaksanakan Sholat Lohor (Zhuhur) di Masjid Nabawi saya bermaksud kembali ke Maktab, setiba di lapangan depan masjid, seorang fakir mengikuti saya dengan berkata-kata: “Fisabilillah”, maksudnya meminta sedekah.
Lapangan di depan masjid agak lenggang karena sholat telah usai agak lama.
Saya segera mengambil dompet mengambil uang real dikantong untuk diberikan kepada si fakir, proses itu hanya beberapa detik. Saat uang real itu akan saya serahkan, ternyata tidak ada seorangpun terlihat disisi saya.
Radius 10-20 meter terlihat lenggang...
Tak mungkin si fakir itu bisa melintas dengan secepat itu dan pergi karena proses mengambil dompet dan mengeluarkan uang real itu hanya beberapa detik saja...
Dalam beberapa detik secepat apapun orang berlari pasti akan terlihat, Jadi... pertanyaannya siapakah yang tadi berjalan di samping saya itu dan tiba-tiba lenyap?
Pemberi petunjuk di Masjidil Haram Mekkah...
Ketika menikmati berzikir dengan Ka'bah di hadapan adalah sesuatu yang sangat membahagiakan, aliran manusia yang sedang Tawaf, beribadah dengan beragam cara, adalah pemandangan yang tak terlupakan...
Tiba-tiba saja terbetik di hati pertanyaan: “Bagaimana caranya memohon yang baik di Masjidil Haram ini ke Allah SWT untuk mendapatkan rizqi-NYA...”
Beberapa saat kemudian tiba-tiba seseorang duduk disamping saya dan kemudian mengajak bercakap-cakap.
Orang itu menyampaikan sebagai berikut: “Kalau saja orang-orang tahu dan memanfaatkan kesempatan ini dengan berdoa di Multazam melaksanakan Sholat Dhuha berturut-turut selama seminggu, Insya Allah akan dicukupkan rizqi-nya”.
Saya mengangguk-anguk tanda setuju dan mengerti arah pembicaraannya...
Begitu saya menengok untuk melihat wajah orang itu, ternyata telah raib begitu saja...
Saya tengak-tengok untuk memastikan raibnya si pemberi petunjuk. Masya Allah, siapa dia yang tiba-tiba saja menghilang!..
Akhirnya saya melaksanakan petunjuknya, yaitu setiap hari selama seminggu melaksanakan Sholat Dhuha di Multazam (Multazam adalah sudut area diantara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah). Alhamdulillah …terbukti.
Cobaan terhadap harta...
Hari terakhir di Mekah, saat perpisahan dengan Baitullah adalah melaksanakan Tawaf Wada' (perpisahan), sangat mengharukan sekali. Setelah memutari 6x, pada putaran terakhir, mendekati Hajar Aswad, tiba-tiba terlihat uang real dan U$ dolar berserakkan dihadapan, bertumpuk, mulai terinjak dikaki...
Isteri, Hajah Retno Dewi memberi tahu saya: “Pah, ada duit jatuhan tuh”. “Ya saya sudah lihat jangan diambil lewati saja” kata saya. Melihat tumpukan uang itu orang-orang di belakang saya mulai berebutan mengambil, demikian juga Askar Penjaga.
Ini membuktikan bahwa bukan halusinasi saya akan tetapi Nyata...
Kami berjalan terus menapaki tumpukan uang yang berjatuhan mendekati Hajar Aswad untuk menyelesaikan Tawaf Wada' kami.
Yaa Allah, Kami menginginkan Rizqi-MU yang halal dari cucuran keringat Kami, kelak di Jakarta Indonesia …bukan dengan cara ini.
Kejadian ini terjadi saat Naik Haji di tahun 2000.
No comments:
Post a Comment