Dari salah satu kitab yang telah sangat tua dan tulisannya arab gundul, agar tidak hancur saat dibuka tutup untuk dibaca isinya, terpaksa kusemprot dengan cairan khusus agar jadi keras dan kaku tidak hancur.
Kulakukan riyadhohnya, ternyata sangat islami menggunakan surat Al Ikhas dan beberapa ayat lainnya yang saat kutelusuri memang benar2 dari Al Quran. Tentu saja dengan semangat tinggi kujalani step demi step hingga akhirnya kulakukan aplikasi atau pengamalannya.
Sesuai petunjuk, kucari 40 lembar uang seribuan yang telah sering terpakai, alias telah agak lusuh. Ku zikir sesuai petunjuk dari kitab, setelah selesai uang kumasukkan kedalam dompet. Sebelum kubelanjakan setiap lembar yang kukeluarkan kubacakan surat Al Ikhlas. Tidak boleh seluruhnya dibelanjakan, sisakan 10 lembar di dompet.
Luar biasa, malamnya saat kuhitung uang di dompetku ternyata telah genap 40 lembar lagi. seminggu kemudian kurubah menjadi lembaran 5 ribuan, lalu lembar 10 ribuan, lembar 20 ribuan dan terakhir lembar 50 ribuan karena saat itu belum ada lembar 100 ribuan. Walaupun kubelanjakan semauku setiap harinya, setiap malam saat kuhitung lembarannya tak pernah berubah yaitu kembali jadi 40 lembar, aneh bukan main.
Saat itu aku telah membeli berbagai peralatan elektronik, karena hobbyku memang di bidang itu, handycam, serta berbagai peralatan canggih lainnya. Tiba2 muncul dalam fikiranku, jangan2 uang yang telah kubelanjakan itu kembali lagi ke dompetku? Wah kalau terjadi seperti itu banyak orang yang ku rugikan dong...!
Karena munculnya pemikiran seperti itu aku berfikir untuk melarung saja uang yang 40 lembar ini. Beruntung sejak awal isteriku menasehatiku untuk menggunakannya dalam bentuk pembelian barang saja sedangkan untuk makan diambilkan dari usahaku sebagai pengusaha telekomunikasi, agar apa2 yang aku dan keluargaku makan adalah dari yang halal. Akh, memang isteriku seorang yang baik, beriman dan sholeha.
Akhirnya karena galau uang yang 40 lembar itu kularung (dibuang) kesungai besar yang mengalir deras di kotaku. Beberapa hari setelah kularung datanglah teman ku seorang Kyai yang memiliki pesantren dan saat ini sedang membangun masjid 2 tingkat yang indah. Saatku konsultasikan mengenai Ilmu 40 Dinar ini, beliau tertawa dan menyayangkan kenapa dibuang.
Kemudian katanya, bayangkan pesantrenku jauh di pelosok, di tepi pantai, jauh dari mana2, coba fikirkan dari mana pemasukanku kalau bukan karena menerapkan Ilmu 40 Dinar itu. Mana mungkin mampu membangun pesantren bahkan membangun masjid indah 2 tingkat. Kedatanganku saat ini untuk minta dipasangkan peralatan sound system -pengeras suara- untuk masjidku itu katanya.
Wah, wah menyesal uang 40 lembar itu telah kularung, padahal menurut Kyai temanku itu tak ada seorangpun yang dirugikan, artinya uang yang dibelanjakan tidak kembali kedompetku, tapi digantikan dengan uang yang baru. Kenapa tak kujadikan masjid atau untuk membangun pesantren saja seperti yang dilakukan pak Kyai temanku itu, kata hatiku membathin... [HMBIS-NS-7]
Di dalamnya diterangkan cara menggunakan Ilmu 40 Dinar dalam bentuk rupiah dan dijamin oleh penulisnya pasti berhasil baik.
Kulakukan riyadhohnya, ternyata sangat islami menggunakan surat Al Ikhas dan beberapa ayat lainnya yang saat kutelusuri memang benar2 dari Al Quran. Tentu saja dengan semangat tinggi kujalani step demi step hingga akhirnya kulakukan aplikasi atau pengamalannya.
Sesuai petunjuk, kucari 40 lembar uang seribuan yang telah sering terpakai, alias telah agak lusuh. Ku zikir sesuai petunjuk dari kitab, setelah selesai uang kumasukkan kedalam dompet. Sebelum kubelanjakan setiap lembar yang kukeluarkan kubacakan surat Al Ikhlas. Tidak boleh seluruhnya dibelanjakan, sisakan 10 lembar di dompet.
Luar biasa, malamnya saat kuhitung uang di dompetku ternyata telah genap 40 lembar lagi. seminggu kemudian kurubah menjadi lembaran 5 ribuan, lalu lembar 10 ribuan, lembar 20 ribuan dan terakhir lembar 50 ribuan karena saat itu belum ada lembar 100 ribuan. Walaupun kubelanjakan semauku setiap harinya, setiap malam saat kuhitung lembarannya tak pernah berubah yaitu kembali jadi 40 lembar, aneh bukan main.
Saat itu aku telah membeli berbagai peralatan elektronik, karena hobbyku memang di bidang itu, handycam, serta berbagai peralatan canggih lainnya. Tiba2 muncul dalam fikiranku, jangan2 uang yang telah kubelanjakan itu kembali lagi ke dompetku? Wah kalau terjadi seperti itu banyak orang yang ku rugikan dong...!
Karena munculnya pemikiran seperti itu aku berfikir untuk melarung saja uang yang 40 lembar ini. Beruntung sejak awal isteriku menasehatiku untuk menggunakannya dalam bentuk pembelian barang saja sedangkan untuk makan diambilkan dari usahaku sebagai pengusaha telekomunikasi, agar apa2 yang aku dan keluargaku makan adalah dari yang halal. Akh, memang isteriku seorang yang baik, beriman dan sholeha.
Akhirnya karena galau uang yang 40 lembar itu kularung (dibuang) kesungai besar yang mengalir deras di kotaku. Beberapa hari setelah kularung datanglah teman ku seorang Kyai yang memiliki pesantren dan saat ini sedang membangun masjid 2 tingkat yang indah. Saatku konsultasikan mengenai Ilmu 40 Dinar ini, beliau tertawa dan menyayangkan kenapa dibuang.
Kemudian katanya, bayangkan pesantrenku jauh di pelosok, di tepi pantai, jauh dari mana2, coba fikirkan dari mana pemasukanku kalau bukan karena menerapkan Ilmu 40 Dinar itu. Mana mungkin mampu membangun pesantren bahkan membangun masjid indah 2 tingkat. Kedatanganku saat ini untuk minta dipasangkan peralatan sound system -pengeras suara- untuk masjidku itu katanya.
Wah, wah menyesal uang 40 lembar itu telah kularung, padahal menurut Kyai temanku itu tak ada seorangpun yang dirugikan, artinya uang yang dibelanjakan tidak kembali kedompetku, tapi digantikan dengan uang yang baru. Kenapa tak kujadikan masjid atau untuk membangun pesantren saja seperti yang dilakukan pak Kyai temanku itu, kata hatiku membathin... [HMBIS-NS-7]
No comments:
Post a Comment