Rencananya negara-negara Teluk akan punya mata uang bersama. Akankah menjadi tanda persatuan mereka?
Hidayatullah.com--Beberapa menteri keuangan negara-negara Teluk telah menegaskan keinginan mereka akan adanya sebuah serikat moneter dan mata uang bersama, yang rencananya akan digulirkan tahun depan.
Pejabat-pejabat tinggi dari Bahrain, Kuwait, Qatar, dan Arab Saudi, telah bertemu di Muscat beberapa waktu lalu guna mendiskusikan isu-isu moneter yang tertunda dan mengajak Uni Emirat Arab dan Oman untuk bergabung kembali dalam persekutuan itu.
Akhir bulan September lalu UEA dan Oman tiba-tiba mengundurkan diri dari rencana yang sebelumnya telah mereka setujui, saat menghadiri sebuah pertemuan tingkat tinggi di Bahrain pada tahun 2001, yaitu bahwa akan meluncurkan perserikatan moneter dan mata uang tunggal pada tahun 2010.
Kedua negara tersebut mengatakan bahwa memiliki mata uang tunggal untuk negara-negara di kawasan Teluk adalah tidak realistis.
Belum jelas nama yang akan diberikan untuk mata uang baru ini. Sebanyak 14 usulan nama telah ditolak, karena mereka menginginkan nama yang sudah cukup akrab di telinga.
Sepertinya nama yang cenderung akan dipilih adalah dinar atau riyal, yang merupakan nama mata uang yang sudah umum dipakai di kawasan Teluk.
Namun, menurut beberapa pengamat, sepertinya dinar yang akan menjadi pilihan utama, sebab para pendirinya menginginkan sebuah nama yang secara psikis mudah diingat oleh warga negara di kawasan Teluk dan memiliki kesan sebagai mata uang yang kuat dan bernilai tinggi.
Sementara itu, lambang dari mata uang sudah disepakati, yaitu berupa huruf kapital G yang di tengahnya ada garis tegak lurus. [di/sh/www.hidayatullah.com]
Hidayatullah.com--Beberapa menteri keuangan negara-negara Teluk telah menegaskan keinginan mereka akan adanya sebuah serikat moneter dan mata uang bersama, yang rencananya akan digulirkan tahun depan.
Pejabat-pejabat tinggi dari Bahrain, Kuwait, Qatar, dan Arab Saudi, telah bertemu di Muscat beberapa waktu lalu guna mendiskusikan isu-isu moneter yang tertunda dan mengajak Uni Emirat Arab dan Oman untuk bergabung kembali dalam persekutuan itu.
Akhir bulan September lalu UEA dan Oman tiba-tiba mengundurkan diri dari rencana yang sebelumnya telah mereka setujui, saat menghadiri sebuah pertemuan tingkat tinggi di Bahrain pada tahun 2001, yaitu bahwa akan meluncurkan perserikatan moneter dan mata uang tunggal pada tahun 2010.
Kedua negara tersebut mengatakan bahwa memiliki mata uang tunggal untuk negara-negara di kawasan Teluk adalah tidak realistis.
Belum jelas nama yang akan diberikan untuk mata uang baru ini. Sebanyak 14 usulan nama telah ditolak, karena mereka menginginkan nama yang sudah cukup akrab di telinga.
Sepertinya nama yang cenderung akan dipilih adalah dinar atau riyal, yang merupakan nama mata uang yang sudah umum dipakai di kawasan Teluk.
Namun, menurut beberapa pengamat, sepertinya dinar yang akan menjadi pilihan utama, sebab para pendirinya menginginkan sebuah nama yang secara psikis mudah diingat oleh warga negara di kawasan Teluk dan memiliki kesan sebagai mata uang yang kuat dan bernilai tinggi.
Sementara itu, lambang dari mata uang sudah disepakati, yaitu berupa huruf kapital G yang di tengahnya ada garis tegak lurus. [di/sh/www.hidayatullah.com]
No comments:
Post a Comment