Pada kesempatan itu hadir di hadapan para wartawan dr. Sarbini Abdul Murad (Ketua Presidium MER-C), Jose Rizal Jurnalis SpOT (anggota Presidium MER-C), H.M Mursalin Perwakilan Forum Umat Islam (FUI).
Endang Rahayu adalah orang yang pernah dimutasi oleh Menkes sebelumnya Siti Fadilah Supari karena membawa sample virus flu burung ke Amerika Serikat (AS) tanpa seizin Departemen Kesehatan. Sample tersebut menurut sumber Suara Islam Online diberikan kepada perusahaan farmasi swasta AS di Bangkok Thailand.
Dalam pernyataannya MER-C melalui Joserizal, “Kami hanya ingin mengingatkan kepada kita semua dan publik bahwa NAMRU 2 (The US Naval Medical Research Unit Two) adalah persoalan dari bangsa ini dan harus hengkang dari Indonesia, karena namru adalah lembaga riset yang perlu kita waspadai”
Proyek Namru Indo Amerika
Menurut MER-C, NAMRU 2 sudah lama melakukan penelitian tentang penyakit-penyakit berbahaya secara massal, namun penyakit itu sampai tidak dapat di atasi tetapi semakin sulit dan makin susah di prediksi.
“NAMRU 2 tidak bermanfaat bagi Indonesia, peneliti-peneliti Indonesia hanya sebagai pengumpul sample tidak mempunyai akses langsung terhadap sample yg diserahkan oleh mereka kepada NAMRU 2 dan sample tersebut bisa dibawa keluar masuk ke negara kita” ujar Jose tegas.
Virus sangat penting bagai negara kita. Jika virus sampai jatuh ketangan perusahaan-perusahaan farmasi swasta akan digunakan untuk membuat vaksin. Vaksin ini tidak di berikan secara gratis akan tetapi dijual atau di komersialisasi. Keberadaan Virus yang berasal dari negara kita mutlak menjadi milik kita. Jika ada orang lain ingin melakukan sharing tentang virus tersebut, harus ada ketentuan yang jelas dan tidak boleh bersifat bisnis lebih-lebih di gunakan sebagai senjata biologis.
Bahaya yang mengancam negara kita kedapan tidak hanya persoalan ekonomi, jika satu waktu virus flu burung bisa menular manusia-manusia seperti di Tanah Karo dan Meksiko ini bisa berbahaya. Negara bisa diisolasi kemudian keguncangan ekonomi ekonomi tinggal menunggu waktu.
Virus dan vaksin sangat penting bagi pertahanan negara kita. Persoalan virus bukan persoalan main-main bukan hanya persoalan penelitian semata-mata. Persoalan virus terkait juga dengan persoalan bisnis dan persoalan pertahanan negara serta menyangkut kepada masa depan manausia.
Diangkatnya Endang harus kita waspadai, karena beliau pernah membawa beberapa puluh jenis virus keluar negeri . “Endang dipertanyakan loyalitasnya terhadap negara ini” tegas Jose.
Masalah kerjasama untuk melakukan penelitian bersama negara-negara lain sepanjang penelitian itu di gunakan untuk kepentingan umat manusia tidak ada masalah, akan tetapi tentu kita harus mewaspadai item-item perjanjian dalam kerjasama tersebut.
Kita masyarakat Indonesia wajib menolak Menkes Endang Rahayu karena dia tidak peduli terhadap persoalan virus ini, sudah terbukti virus yang kita kirim ke WHO pernah diserahkan ke peruasahaan farmasi swasta dan pernah juga diserahkan ke lab militer as di los Alamos. Jika persoalan virus ini tidak di kendalikan dengan baik itu akan menyebabkan umat manusia menderita. Seperti persoalan flu babi baru-baru ini.
Bisnis penyakit ini menguntungkan banyak orang, MER C tidak setuju karena penyakit itu harus di selesaikan secara bersama-sama tidak di jadikan sebagai ladang bisnis.
NAMRU 2 jangan hanya dilihat dari persoalan militer AS saja, akan tetapi persoalan bagaimana hak atas sample yang kita punya. Negara harus mengawasi dan memiliki akses terhadap sample-sample tersebut itu yg paling esensi. Jangan sampai kerjasama lalu negara hanya menjadi penonton. Sample di bawa keluar kita tidak tahu, akan tetapi secara tiba-tiba vaksin sudah muncul dipasaran, lalu kita di paksa untuk membelinya. Harus ada pengawasan yang transparan. Para peneliti kita harus dingintkan, bahwa “penelitian bukan hanya penelitian” penelitian menyangkut persoalan bisbnis besar, persoalan keamanan negara, persoalan umat manusia.
Menurut prosedur suatu negara jika terkena penyakit katakanlah infulensa sample virus harus diserahkan kepada WHO, Indonesia sudah melakukan ini namun WHO membagi virus tersebut kepada perusahan-perusahaan farmasi swasta dan memberikannya kepada laboratorium militer AS di Los Alamos. Jelas ini suatu ketidakadilan.
Virus bukan barang dagangan yang kita bawa tanpa resiko. Sasaran persoalan virus ini adalah negara-negara berkembang Asia, Afrika dan negara-negara latin dan yang mengambil keuntungan adalah negara Eropa serta AS. Ini tidak adil bagi dunia. Persoalan virus adalah persoalan dunia bukan malah di jadikan ladang untuk mencari uang oleh sebagian negara. Jika kita memiliki virus jangan serta merta di bawa keluar karena orang luar tidak berfikir polos, mereka berfikir bisnis. (mj/suara-islam)
Abaikan Siti Fadilah, SBY Dinilai Pentingkan Konglemerasi
Tidak terpilihnya kembali mantan Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari disesalkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Indonesia Sehat.
"Kami menyesalkan Presiden SBY yang tidak mempertahankan menteri wanita seberani dan setangkas Siti Fadilah dalam kabinet barunya," ujarr Koordinator Nasional Forum Indonesia Sehat, Wahyu Andre Maryono, Kamis (22/10).
Menurut Wahyu, jejak rekam Siti Fadillah di mata publik sebagai sosok kritis. Salah satu tindakannya adalah mengingatkan World Healthy Organization (WHO) dalam kasus pengembangan sampel virus H5N1 di dalam proyek Namru-2. Serta menolak upaya privatisasi rumah sakit pemerintah yang bertentangan dengan UUD 1945 dan UU No 23/1992 tentang Kesehatan.
Presiden SBY, lanjut Wahyu, mengacuhkan keinginan masyarakat. Tapi lebih mendengar suara para kelompok konglomerasi farmasi dan tekanan negara maju seperti Amerika Serikat. wul/eye/RioL [Swaramuslim]
Tidak terpilihnya kembali mantan Menteri Kesehatan Siti Fadillah Supari disesalkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Forum Indonesia Sehat.
"Kami menyesalkan Presiden SBY yang tidak mempertahankan menteri wanita seberani dan setangkas Siti Fadilah dalam kabinet barunya," ujarr Koordinator Nasional Forum Indonesia Sehat, Wahyu Andre Maryono, Kamis (22/10).
Menurut Wahyu, jejak rekam Siti Fadillah di mata publik sebagai sosok kritis. Salah satu tindakannya adalah mengingatkan World Healthy Organization (WHO) dalam kasus pengembangan sampel virus H5N1 di dalam proyek Namru-2. Serta menolak upaya privatisasi rumah sakit pemerintah yang bertentangan dengan UUD 1945 dan UU No 23/1992 tentang Kesehatan.
Presiden SBY, lanjut Wahyu, mengacuhkan keinginan masyarakat. Tapi lebih mendengar suara para kelompok konglomerasi farmasi dan tekanan negara maju seperti Amerika Serikat. wul/eye/RioL [Swaramuslim]
No comments:
Post a Comment