1.1.14

NUBUAT-2

TAFSIR KITAB JESAYA
Pengantar kepada Perjanjian Terakhir

Sebelum membahasnya, mari sejenak kita renungkan terlebih dahulu dua firman Allah yang terdapat di dalam al-Qur'an akan pribadi Nabi Muhammad s.a.w. al-Amin.
"Orang-orang yang telah Kami beri Kitab itu (khususnya Yahudi dan Nasrani), mengenalnya (yaitu mengenal Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Tetapi ada sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui." (QS Al-Baqarah 2:146)

"Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya (khususnya Yahudi dan Nasrani), yang merugikan diri sendiri itu, mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri." (QS Al-An'am 6:20)
Nah, kita semua umat Islam, memiliki kewajiban untuk menyingkapkan kebenaran yang telah disembunyikan oleh orang-orang fasik dalam kalangan Yahudi dan Nasrani untuk kita beritakan kepada seluruh dunia, agar mereka tersadar dan kembali ke dalam kasih Tuhan yang sebenarnya, yaitu melalui petunjuk sang Kalky Authar, Ruh Kebenaran yang dijanjikan, Rasulullah Muhammad s.a.w.

Nabi Muhammad s.a.w. al-Amin, dilahirkan pada hari Senin 12 Rabi'ul awal tahun gajah atau bertepatan dengan tahun 570 Masehi. Terlahir dari Ibu bernama Siti Aminah binti Wahab dan ayahnya Abdullah bin Abdul Muthalib, keturunan Bani Ismail, putra Nabi besar Ibrahim as yang dijanjikan oleh Allah, dan sekaligus merupakan kakak dari Nabi Ishak, putra Nabi Ibrahim dari Siti Sarah yang menurunkan Nabi-nabi besar untuk umat Israel.

Pada suatu malam tanggal 17 Ramadhan, bersamaan dengan 06 Agustus 610 Masehi 203 tahun 41 dari kelahirannya atau ketika usia manusia yang mulia yang digelari orang sebagai al-Amin itu mencapai 40 tahun 6 bulan 8 hari (tahun Qamariyah/Bulan) atau berusia 39 tahun 3 bulan 8 hari (tahun Syamsiah/Matahari), turunlah Malaikat Jibril kepadanya yang sedang bertahanuts di dalam Gua Hira untuk menyampaikan wahyu yang telah ditetapkan oleh Tuhan, dan menyatakan Kalimah Allah bahwa pada malam itu juga beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasul Allah, menjadi penerus risalah para Nabi sebelumnya.

Dalam salah satu hadits yang menceritakan mengenai turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. disebutkan, "Telah datang malaikat Jibril as kepada Muhammad sambil berkata, "Bacalah!", dengan terkejut dan penuh ketakutan Muhammad menjawab, "Aku tiada bisa membaca.", Ia berkata lagi, "Bacalah!", Muhammad kembali menjawab, "Aku tiada bisa membaca", lalu malaikat memegang tubuh Muhammad dan berseru kembali: "Bacalah!", Muhammad menjawab: "Apa yang akan saya baca?", kemudian malaikat Jibril berkata: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menjadikan manusia dari segumpal darah ('alaq) Bacalah! Karena Tuhanmu Yang Maha Mulia! Yang mengajar dengan Qalam (ilmu pengetahuan) Mengajar manusia apa yang tiada ia ketahui." (al-Qur'an Surah Al-Alaq 96 ayat 1-5)

Kejadian Nabi Muhammad s.a.w. mendapatkan wahyu ini telah ternubuat dalam Kitab Yesaya pasal 29:12:

Dan kitab itu diberikan kepada seorang yang tiada tahu membaca dengan mengatakan: "Bacalah ini!" maka ia akan menjawab: "Aku tiada dapat membaca." (Yesaya 29:12)

Dalam satu riwayat yang lain, ketika Nabi Muhammad pertama kali mendapatkan wahyu dari Allah melalui perantaraan malaikat Jibril dalam pengasingannya di Gua Hira, dimana pada waktu itu beliau mengadukan hal ini pada istrinya, Khadijjah yang lantas oleh istri beliau ini mengkonfirmasikan pula kepada saudara sepupunya yang sebagai seorang penganut ajaran 'Isa al-masih, Waroqah bin Naufal.

Disana diriwayatkan Waroqah bin Naufal menyatakan bahwa sesungguhnya Muhammad telah menerima Namus besar sebagaimana yang pernah diterima oleh Musa, dan dia merupakan seorang Nabi Allah.

Kata "Namus besar" (an-namus'l-akbar) oleh beberapa penulis di jaman-jaman berikutnya diberi anotasi, bahwa kata namus berartikan Jibril. Sementara salah seorang orientalis bernama Montagomey Watt memberikan catatan bahwa kata namus ini diambil dari bahasa Yunani yaitu "noms" yang berarti undang-undang atau kitab suci yang diwahyukan.

Waroqah bin Naufal sendiri mengimani akan kenabian Muhammad meski tidak dalam waktu yang lama karena beliau wafat sebelum Muhammad memulai seruannya kepada manusia sehingga mendapatkan tantangan, pengusiran, penyiksaan hingga upaya pembunuhan. (Dikutip dari buku "Sejarah Hidup Muhammad" oleh Muhammad Husain Haekal)

Di pasalnya yang lain, yaitu pasal 42, Jesaya menubuatkan kedatangan laki-laki suci pilihan Tuhan ini sebagai berikut:
"Lihatlah, hamba-Ku yang Kupapah, pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada orang-orang kafir. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan. Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, ia pun akan menyatakan hukum dengan kebenaran. Ia sendiri tiada akan gagal dan tidak akan patah semangat, sampai sudah tetapkannya hukum diatas bumi; segala pulau pun akan mengharapkan pengajarannya." (Jesaya 42:1-3)
Tafsirnya:

Bahwa Allah menyeru Muhammad selaku seorang hamba pilihan sebagaimana juga dalam Surah al-Israa' (17) ayat 1 Allah menyeru Nabi Muhammad s.a.w. dengan sebutan hamba dan al-Qur'an surah al-Baqarah (2) ayat 143 sebagai pilihan-Nya dimana Allah berkenan kepadanya dalam pengertian memutuskan untuk memilihnya selaku Rasul yang menyeru kebenaran terhadap orang-orang kafir.
"Katakanlah: "Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara Rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang memberi penjelasan"". (QS al-Ahqaaf 46:9)

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya para Rasul." (QS Ali Imran 3:144)
Allah telah memilih Muhammad dan membimbingnya kejalan kebenaran yang diinginkan oleh-Nya, menjauhinya dari segala bentuk peribadatan jahiliyah, sejak kecil beliau telah disebut oleh masyarakatnya sebagai al-Amin (orang yang terpercaya, orang yang jujur, orang yang benar - dalam Bible disebut juga sebagai Ruh Kebenaran).

Allah telah mengabulkan permintaan Nabi Ibrahim pada kitab Kejadian 17:18 agar Ismail sajalah yang hidup dihadapan-Nya. Dengan benih dari Ismail ini Allah akan membersihkan nama-Nya, membesarkan agama-Nya, melimpahkan karunia dan nikmat-Nya serta seluruh kerajaan-Nya sebagaimana yang termaktub dalam Matius 21:43 dan Ulangan 32:21.

Sementara Jesus menurut anggapan orang Nasrani adalah anak Allah bahkan Allah itu sendiri, dan mereka akan gusar apabila kita katakan bahwa Jesus hanyalah seorang hamba sebagaimana hamba-hamba Allah yang lainnya.

Adapun Allah memberikan roh-Nya kepada sang hamba pilihan pada ayat di atas adalah sama halnya seperti yang diberikan-Nya kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya sebagaimana terdapat didalam ayat ke-5 dari pasal yang sama serta yang terdapat pada Kitab Yoel 2:28:
"Maka kemudian daripada itu akan jadi, bahwa Aku mencurahkan roh-Ku kepada segala manusia." (Yoel 2:28)
Dan seruan sang hamba pilihan terhadap orang-orang kafir adalah menyeluruh tanpa dibatasi oleh tempat dan daerah, sesuai dengan misi kenabian Muhammad s.a.w. selaku Nabi yang universal.

Nabi Muhammad s.a.w. tidak pernah berteriak di dalam berdoa kepada Allah dan juga tidak pernah menyaringkan suaranya di dalam memberikan pengajaran kepada umatnya, bahkan beliau melarang tegas perbuatan semacam itu sebab hanya akan mengganggu/mengusik orang lain yang mungkin sedang membutuhkan ketenangan atau konsentrasi terhadap sesuatu hal lainnya, dan ini bersesuaian dengan ayat ke-2.
"Serulah Tuhanmu dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS 7:55)

"Dan sebutlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan takut. Dan janganlah mengeraskan suara pada waktu pagi dan petang." (QS 7:205)

"Dan sederhanalah kamu didalam berjalan serta rendahkanlah suaramu. Seburuk-buruknya suara adalah suara keledai." (QS 31:19)
Dan beberapa ayat-ayat lainnya yang memiliki arti serupa sebagaimana misalnya termaktub dalam al-Qur'an surah 49/2, 49/3 dan sebagainya.

Dalam nubuatan ini, sama sekali Jesus bukanlah tokoh yang tepat untuk disertakan sebab dalam banyak pasal dan ayat Bible menceritakan betapa Jesus berulangkali menyaringkan suaranya, baik ketika beliau berseru kepada Allah maupun juga didalam pengajarannya kepada manusia.
"Maka berserulah Jesus dengan suara nyaring di dalam Bait Allah ketika ia mengajar..." (Yohanes 7:28)
"Kira-kira jam tiga berserulah Jesus dengan suara nyaring..." (Matius 27:46)
"Jesus berseru pula dengan suara nyaring..." (Matius 27:50)
Serta banyak lagi ayat-ayat lainnya yang menggambarkan bahwa Jesus sudah menyaringkan suaranya dan bahkan berteriak kepada Allah dan manusia di dalam berdoa dan berfatwa, bahkan beliau juga tidak melarang orang yang melakukannya bersama dia sebagaimana didapati dalam riwayat Lukas 19:37:
"Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringinya bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring..."
Ayat diatas selain bertentangan dengan kitab Jesaya pasal 42 ayat 2, juga bertentangan dengan ayat al-Qur'an surah al-Hujuraat dibawah ini:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras..." (QS al-Hujuraat 49:2)

"Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa." (QS al-Hujuraat 49:3)
Lalu sebagaimana nubuatan Jesaya di atas, perjuangan sang hamba pilihan didalam menyampaikan risalah Allah kepada manusia tidak akan digagalkan dan patah semangatnya sampai kebenaran Allah tertegakkan diatas bumi ini.

Jelas merefer pada diri Nabi Muhammad (Matius 27:50) , beliau telah berhasil dengan sukses menyampaikan misi kenabiannya kepada manusia, menegakkan suatu ummat yang adil, beradab serta berTuhan hingga beliau wafat dengan tenangnya pada hari Senin, 12 Rabi'ul awal tahun ke-11 Hijriah.

Nama besarnya tetap abadi sampai sekarang, bahkan musuh-musuhnya pun telah menyanjungnya, mengaguminya sebagai orang yang paling sukses dalam sejarah para Nabi.

"Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, dia seorang raksasa sejarah. Dia berjuang meningkatkan tahap rohaniah dan moral suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban karena panas dan kegersangan gurun. Dia berhasil lebih sempurna dari pembaharu manapun; belum pernah ada orang yang begitu berhasil mewujudkan mimpi-mimpinya seperti dia," tulis Will Durant dalam the Story of Civilization terhadap diri Nabi Muhammad s.a.w.

"Dia datang seperti sepercik sinar dari langit, jatuh kepadang pasir yang tandus, kemudian meledakkan butir-butir debu menjadi mesiu yang membakar angkasa sejak Delhi sampai ke Granada." Tambah Thomas Carlyle dalam On Heroes and Hero Worship.

Dengan sejumlah informasi yang mereka miliki, Durant dan Carlyle berusaha melukiskan kebesaran Rasulullah s.a.w. Mereka tidak pernah berjumpa dengan Nabi yang mulia. Mereka tidak pernah melihat wajah atau mendengar suaranya. Mereka bahkan tidak beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi s.a.w. Mereka hanya menyaksikan lewat lembaran-lembaran sejarah yang mereka teliti.

Muhammad s.a.w., sebagaimana Nabi-nabi Allah yang lain, datang bukan hanya sekedar mengajarkan shalat dan doa. Dia adalah tokoh revolusioner yang memimpin kelompok tertindas melawan kezaliman sistem yang berlaku. Dia tampil membimbing kaum Mustadh'afin untuk mengubah nasibnya dan menentang kaum Mustakbirin supaya menghentikan keserakahannya. Karena itu, dia didukung rakyat kecil dan dibenci kebanyakan penguasa.

Pengakuan terhadap kebesaran dan kesuksesan Nabi Muhammad s.a.w. ini bukan saja timbul di kalangan para orientalis, bahkan secara jujur, Prof. K.S. Rama Krishna Rao, seorang Kepala jurusan Filsafat pada Akademi Kesenian Maharani, Mysore-India yang beragama Hindhu, di dalam bukunya Muhammed The Prophet of Islam telah menyatakan kekagumannya. (http://www.usc.edu/dept/MSA/fundamentals/prophet/lifeofprophet.html)

Michael H. Hart pengarang buku "Seratus Tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah" yang menganut paham Nasrani Trinitas-pun mengakui kesuksesan Rasulullah s.a.w. dan menempatkannya dalam daftar urutan pertama tokoh-tokohnya, bahkan melebihi tokoh pujaannya sendiri, Jesus.

Jelas Michael H. Hart bukanlah seorang yang bodoh yang begitu saja menentukan pilihannya ini. Beliau memiliki gelar DR dalam empat cabang ilmu, yaitu bidang Matematika (Cornell University 1952), bidang Hukum (New York University 1958), bidang Kimia (Edelvi University 1968) dan bidang Angkasa Luar (Princeton University 1972).

Namun apa komentarnya dalam uraian pertama bukunya tersebut?

"Jatuhnya pilihan saya kepada Nabi Muhammad dalam urutan pertama daftar seratus tokoh yang berpengaruh didunia mungkin mengejutkan sementara pembaca dan mungkin jadi tanda tanya sebagian yang lain. Tetapi saya berpegang kepada keyakinan saya, dialah Nabi Muhammad, satu-satunya manusia dalam sejarah yang berhasil meraih sukses-sukses luar biasa, baik ditilik dari ukuran agama maupun ruang lingkup duniawi."
"Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."(QS al-Ahzaab 33:21)
Sejarah juga membuktikan, Jesus memang tidak sukses didalam menyampaikan syiar Allah kepada umatnya, Bani Israil. Bahkan secara mengenaskan di dalam Bible digambarkan perjuangan Jesus justru harus tergagalkan diatas kayu salib setelah sekian lama beliau dikejar-kejar dan hendak dibunuh oleh musuh-musuhnya.

Jadi sekali lagi jelas bahwa nubuat ini tidak tertuju kepada Jesus namun lebih tepat terhadap diri Nabi Muhammad s.a.w.
"Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya". (Ayat 5)

"Aku inilah TUHAN yang telah memanggil engkau dengan kebenaran, telah memegang tanganmu; Aku memeliharakan engkau dan mengaruniakan engkau perjanjian kepada umat itu sebagai cahaya bagi orang-orang kafir. Untuk membuka mata orang yang buta, untuk mengeluarkan orang yang terbelenggu dalam penjara dan orang yang duduk dalam gelap-pun engkau keluarkan dari kurungan." (Ayat 6 s.d 7)
Bahwa Allah telah memanggil Nabi Muhammad s.a.w. dengan kebenaran, yaitu Allah telah mengirimkan wahyu kepadanya untuk menyatakan segala yang haq dan membatalkan hal yang bathil.
"Aku inilah Allah, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau pujian-Ku kepada berhala. Nubuat-nubuat yang dahulu sekarang sudah menjadi kenyataan, hal-hal yang baru hendak Kuberitahukan. Sebelum hal-hal itu muncul, Aku mengabarkannya kepadamu." (Ayat 8 s.d 9)
Bahwa Nabi Muhammad s.a.w. menyerukan orang agar tidak menyembah kepada Tuhan-tuhan yang lain selain daripada Allah yang berdiri dengan sendiri, tidak beranak dan tidak diperanakkan dalam arti apapun serta tiada yang dapat menandingi-Nya.
"Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN dan pujilah Dia dari ujung bumi! Baiklah laut bergemuruh serta segala isinya dan pulau-pulau dengan segala penduduknya. Hendaklah padang gurun dan segala negrinya menyaringkan suaranya, demikian pula seluruh desa yang didiami orang-orang Kedar" (ayat 10 s.d 11)
Disini disebutkan lagi nama Kedar, yaitu nenek moyang dari Nabi Muhammad s.a.w. yang terlahir sebagai putra kedua Nabi Ibrahim a.s. (lihat artikel: Tafsir Kitab Kejadian). Dan sekali lagi ini tidak dapat diterapkan terhadap diri Jesus atau Nabi-nabi yang lainnya dari Bani Israil.

Bahwa Allah melalui Nabi Muhammad s.a.w. akan menyatukan seluruh Tanah Arabia, menyatukan seluruh keturunan Kedar, mempersatukan seluruh generasi Ibrahim a.s., bersama dengan seluruh umat manusia dari seantero dunia dalam rangkaian ibadah Haji dirumah Allah, Ka'bah, Mekkah al-Mukarromah sebagaimana terdapat dalam nubuat Jesaya pasal 60 ayat ke-7:
"Segala domba Kedar dikumpulkan kepadamu, segala domba jantan Nebayot dihantar akan gunamu, sekalian itu naik keatas mezbah-Ku, dipersembahkan dengan keridhoan hati, maka rumah-Ku yang mulia itu (Ka'bah) akan Ku permuliakan pula."
Penafsiran Ka'bah sebagai rumah Allah yang terdapat dalam Jesaya 60:7 diatas kita sandarkan sendiri terhadap ayat Bible ke-11 dalam pasal yang sama:
"Maka segala pintu gerbangmu pun akan terbuka selalu, baik siang malam tiada ia itu ditutup, supaya dibawa masuk kepadamu akan tentara orang-orang kafir dan segala rajanya pun diantar."
Ayat ke-11 ini kita tafsirkan sesuai kenyataan yang berlaku dihadapan kita, bahwa kota Mekkah al-Mukarromah dimana Ka'bah sebagai Rumah Allah senantiasa terbuka untuk orang-orang yang ingin melakukan ibadah kepada Allah, untuk orang-orang yang sadar dari segala kekafirannya, baik tua, muda, besar, kecil, rakyat hingga raja tanpa membedakan ras, suku, golongan maupun pangkat kedudukan duniawiah mereka.

Seluruhnya bercampur menjadi satu umat dihadapan Allah, sebab Allah tidak akan menilai semuanya itu kecuali taqwa mereka kepada-Nya.
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu." (QS al-Hujuraat 49:13)

"Dan ketika Kami menjadikan rumah itu (yaitu Ka'bah) tempat berkumpul bagi manusia..." (QS al-Baqarah 2:125)

"Allah telah menjadikan Ka'bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia..." (QS al-Ma'idah 5:97)"

"Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan berkendaraan yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (QS 22:27)
Kemudian pada awal pasal Jesaya 42:10 disebutkan "Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN..." Suatu lagu baru adalah merupakan senandung doa pujian kepada Allah dalam bentuknya yang lain. Dalam hal ini "bentuk yang lain" yang dimaksudkan merefer pada kitab Jesaya pasal 28: 11 serta kitab Zefania pasal 3:9.
"Maka sebab itu Dia pun akan berfirman kepada bangsa ini dengan logat yang asing dan dengan bahasa yang lain." (Jesaya 28:11)
"Tetapi pada masa itu Aku akan mengaruniakan kepada semua bangsa lidah yang suci; supaya mereka itu sekalian menyebut nama Tuhan. Melayani-Nya dalam satu persamaan." (Zefania 3:9)
Dengan demikian, "Nyanyian baru bagi Tuhan" yang dimaksud oleh Jesaya 42:10 ini adalah doa dan pujian yang berasal dengan logat dan bahasa yang lain daripada sebelumnya yaitu diluar dari bahasa Arami maupun Ibrani yaitu bahasa Arab, pada saat umat Islam diseluruh dunia berseru kepada Tuhan, pada saat sholat, berhaji dan pada saat mereka saling mengucapkan salam sebagai satu bahasa kesatuan dan persatuan hidup dan kehidupan beragama sebagaimana isi ayat terakhir dari Zefania pasal 3:9 "... melayani-Nya dalam satu persamaan."
"Hendaklah semua orang yang duduk dibukit batu itu bernyanyi, biarkanlah mereka berseru-seru dari puncak bukit. Biarkanlah mereka memberikan pujian kepada TUHAN, dan memberitakan pujian yang kepada-Nya di pulau-pulau. TUHAN keluar berperang seperti pahlawan, seperti orang perang Ia membangkitkan semangat-Nya untuk bertempur; Ia bertempik sorak, ya, Ia memekik, terhadap musuh-musuh-Nya Ia membuktikan kepahlawanan-Nya." (Ayat 12 s.d. 13)
Dari bukit Arafah dekat kota Mekkah, para Jemaah Haji dari seluruh pulau didunia ini setiap tahunnya datang berkumpul bersama dan berseru:
Labbaykallahumma Labbayk
Labbayka laa syariikalaka labbayk
Innal hamda wan ni'mata laka walmulk
La syariikalaka
Aku sambut panggilanmu, Ya Allah; Aku sambut panggilan-Mu;
Aku sambut panggilan-Mu, Tiada sekutu bagi-Mu;
Aku sambut panggilan-Mu; Sesungguhnya segala puji dan kenikmatan serta segenap kekuatan adalah milik-Mu, Tiada sekutu bagi-Mu.
Allah telah menunjukkan kekuasaan-Nya, mengalahkan semua dakwah keberhalaan manusia, memenangkan risalah para Nabi-Nya dari seluruh kejahatan, membuktikan kebesaran-Nya dihadapan para musuh-Nya.
"Karena sesungguhnya kegelapan menudungi bumi dan dalam kelam kabut menudungi segala bangsa, sementara Tuhan telah terbit atas kamu dan kemuliaan-Nya pun bersinar kepadamu. Maka segala orang kafir pun akan datang kepada terangmu dan segala raja-raja pun kepada cahaya yang sudah terbit bagi kamu" (Jesaya 60:2-3)
Begitulah Tafsir dari satu nubuat yang sangat jelas sekali dalam Kitab Jesaya akan kehadiran Rasulullah Muhammad s.a.w. Dan Sebagai akhir dari pemaparan Tafsir Kitab Jesaya ini, perkenankan pula saya mengambil persamaan akan satu ayat dalam Kitab Jesaya dengan satu ayat dari al-Qur'an:
"Bangunlah engkau, nyatakanlah cahayamu, karena terangmu ada datang dan kemuliaan Tuhan terbitlah atas kamu." (Jesaya 60:1)

"Wahai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan, dan Tuhanmu, agungkanlah." (QS al-Mudattsir 74:1-3)

"Kebenaran itu adalah dari Tuhan-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu." (QS al-Baqarah 2:147).

No comments:

Post a Comment