15.1.14

Malaysia Berkomitmen jadi Negara Maju Berbasis Islam!

Pemerintah Malaysia berkomitmen untuk memastikan negerinya mencapai status negara maju pada tahun 2020 nanti dan bangga menggunakan prinsip-prinsip syari'ah Islam.

Hidayatullah.com–Pemerintah Malaysia berkomitmen untuk memastikan negerinya mencapai status negara maju pada tahun 2020 nanti dan bangga menggunakan prinsip-prinsip syari’ah Islam sebagai acuan sebagaimana diatur oleh konstitusi, demikian dikataan Perdana Malaysia Najib Abdul Razak dalam acara Perayaan Maulidur Rasul 1435, Senin (13/01/2014) kemarin.

Perdana Menteri juga mengatakan keberhasilan negara itu dalam upaya mempromosikan Islam dan mengadopsi demokrasi telah diakui oleh para pemimpin dunia, termasuk pemimpin Turki selama kunjungannya ke Malaysia baru-baru ini .

Dia mengatakan bahwa pemerintah akan terus menjaga kesucian Islam dari ancaman kelompok tertentu.

Saya menyerukan kepada semua orang untuk menjaga keharmonisan dan saling pengertian antar agama yang telah kami bangun selama ini. Memiliki keyakinan bahwa saling pengertian dan toleransi adalah kunci untuk kesatuan umat yang terdiri dari berbagai ras dan agama di negara ini, ” katanya dikutip Kantor Berita BERNAMA.

Dalam acara bertema ‘Moderasi adalah kunci untuk Solidaritas Umat’ (Wasatiyyah Tonggak Kesatuan Ummah) , Najib juga mengatakan moderasi tidak berarti akan mundur, mengambil cara pendekatan ekstrim hanya akan membahayakan stabilitas politik, sosial dan ekonomi suatu negara.

Faktanya adalah moderasi didasarkan pada keadilan sosial, superioritas atau keunggulan serta menjadi seimbang atau moderat. Dengan demikian, ‘wasatiyyah’ atau moderasi adalah kunci untuk segala sesuatu, salah satu yang menentukan kemakmuran, harmoni dan kesatuan bangsa atau ras, ” katanya.

Sementara itu dalam hubungannya dengan perayaan Maulidur Rasul 1435 H , Najib berharap bahwa dengan mengingat kelahiran Nabi Muhammad bisa memberikan katalis untuk kesatuan dalam membangun negara.*



Malaysia Dinilai Negara yang Berani Terang-terangan Bela Islam

Ekonomis Indonesia saat ini dicengkeram tiga gurita: Rezim, Asing dan Aseng!

Sri Bintang Pamingkas didampingi Dr. Daud Rasyid Sitorus
Hidayatullah.com—Keluar dari cengkraman gurita Soeharto, Indonesia justru masuk dalam gurita ‘penjajahan’ lain yang tidak kalah bahanya.

Demikian disampaikan Dr Sri Bintang Pamungkas saat menjadi pembicara dalam Pengajian Politik Islam (PPI), di Masjid Agung Al Azhar (MAAA), Kebayoran Baru, Jakarta belum lama ini.

Menurutnya, ada tiga gurita yang saat ini sedang mencengkeram Indonesia; rezim, asing dan aseng.

Banyak aset negara yang dikuasai asing dengan cara perubahan Undang-undang. Tanpa terasa, perekonomian kita sudah dikuasai oleh China melalui keturunannya yang berbisnis di Indonesia.

Data yang dimiliki Bintang menunjukkan, hasil investasi asing ini pada akhirnya justru mengucur deras ke negara komunis itu dan ke beberapa negara lainnya.

Menurut Bintang, perlahan tapi pasti, sumber daya alam Indonesia habis digerogoti.

Selain itu, saat ini politik dimainkan sedemikian rupa sehingga menghasilkan keputusan-keputusan yang hanya menguntungkan pihak penguasa namun dalam jangka panjang menggerogoti rakyat.

Ini bukan SARA. Ini nasionalisme. Ini pembelaan diri terhadap penjajahan,” paparnya dengan nada cukup geram.

Beragam persoalan, menurut Bintang, bermuara pada acuhnya para pemimpin yang tidak pro-rakyat, termasuk para pemimpin yang beragama Islam.

Mana orang Islam yang pernah menjadi pemimpin, membela umat Islam? Memberikan harta untuk membangun Ruko atau rumah rakyat,” cetusnya mempertanyakan keberanian pemimpin yang beragama Islam.

Menurutnya, untuk hal ini Malaysia bisa dijadikan contoh. Negara tersebut berani terang-terangan membela Islam. Di sana tidak ada rakyat yang tidak punya rumah. Dengan suku bunga pinjaman lunak 2-3 persen, memudahkan rakyatnya memiliki rumah.

Kok, Indonesia nggak berani?” tanyanya.

Anda sudah dijajah tapi nggak kerasa kalau dijajah. Kapan Anda mau bangkit? Ini yang jadi soal,” ucapnya.

Peraih gelar PhD dari IOWA State University, AS, itu menyadari, perubahan sistem politik tidak cukup diubah dalam kurun waktu 3-4 bulan.

Namun, setidaknya umat Islam memiliki nasionalisme untuk bangkit dan tidak terus menerus dikebiri oleh sistem yang menindas.*

No comments:

Post a Comment