Bukalah mata dan telinga, dan mulailah memilih informasi yang membawa hati Anda menuju keimanan, bukan menjauhkan ketenangan
Hidayatullah.com—Ada pepatah lama mengatakan, “Bumi Tak Selebar Daun Kelor,” Tapi itu masa lalu. Hidup di jaman ini, duni ibarat “dilipat”. Semua pergulatan dunia dan seisinya, bisa kita pantai dari kamar, bahkan tanpa sepengetahuan orang. Inilah, yang namanya era informasi.
Hanya saja masalah, dengan kehidupan serbah wah, berbagai macam informasi ibarat racun. Di lihat nampak baik, padahal jika dirasakan bisa membunuh hati sanubari kita secara pelan-pelan.
Lihat saja tayangan TV. Siang goyang music, sore berita adu jotos, malam debat, esok hari berita gosip. Tiap hari yang disuguhkan pada kita adalah berita kriminal, lempar kursi, bakar-bakar ban di jalan, atau berita korupsi, korupsi atau korupsi. Itu itu saja. Sedikit tayangan yang mampu memotivasi hidup kita.
Padahal, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kaum Muslimin untuk meneliti lebih cermat berita yang dibawa orang fasik demi kewaspadaan terhadapnya, sehingga kelak tidak salah langkah dalam mengambil suatu keputusan. Membenarkan berita yang disebarluaskan oleh orang fasik, apalagi menetapkan suatu keputusan berdasarkan perkataannya, berarti telah mengikuti si fasik. Padahal Allah melarang mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan. Berangkat dari sini pula, para ulama melarang menerima periwayatan (sumber-sumber) dari orang yang tidak diketahui sejarahnya, karena bisa jadi mungkin orang tersebut fasik.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujuraat: 6)
Ayat di atas kerap dijadikan hujjah (argumentasi) oleh para juru dakwah sekaligus menjadi sarana peringatan bagi kaum Muslimin agar berhati-hati dalam menerima sebuah informasi. Sebab, informasi tak ubahnya dengan makanan, tidak semua informasi itu menyehatkan.
Informasi Menyehatkan
Informasi yang menyehatkan adalah informasi yang mengantar manusia kepada jalan ketaatan kepada-Nya. Dan tidaklah hal itu terwujud melainkan bila alat komunikasi massanya (media cetak atau elektronik) dibangun di atas landasan manhaj al-Qur`an dan Al-Hadits. Di luar itu hanya fatamorgana dan angan-angan.
Terkait dengan hal di atas, Allah berfirman tentang pentingnya para penulis dan wartawan Muslim berpegangan kepada titah wahyu antara lain sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah mamasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih ke dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, serta pakaian mereka adalah sutra. Dan mereka diberi petunjuk kepada ucapan-ucapan yang baik dan ditunjuki (pula) kepada jalan (Allah) yang terpuji.” (Al-Hajj: 23-24)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah Al-Qur`an itu?” (Al-A’raaf: 185)
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (Al-Hadiid: 25)
Dan seterusnya.
Berangkat dari kutipan firman-firman Allah di atas, dengan jelas kita dapat menangkap bahwa visi dan missi media yang sehat adalah mengajak dan mengantar umat manusia pada jalan kebenaran dan keselamatan di bawah petunjuk hukum Tuhan. Mengapa? Karena informasi yang berdasarkan konsep Islam yang benar berorientasi kepada kepentingan alam dan kehidupan, bukan semata kepentingan uang dan hawa nafsu.
Dalam konteks di atas, manusia mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap berita, fakta, dan peristiwa. Di lain pihak, mereka memberikan komentar dari sudut pandang Islam dengan tujuan untuk membentuk opini umum yang islami, sesuai dengan syariat. Semuanya itu tentu dikemas dengan kalimat yang tertata rapi, santun, sistematis, tegas, cerdas, serta jauh dari ungkapan-ungkapan buruk dan kotor.
Dalam tesisnya yang berjudul “Darul-I’lam Al-Islami fil-I’dad Lil-Quwwah” seorang pemerhati komunikasi Islam, DR Abdul Majid Al-Abdu menyatakan:
“Dari segi peranan, karakter informasi dalam Islam berbeda dengan yang lainnya, karena tidak hanya berorientasi kepada individu tetapi juga berusaha meluruskan tatanan dan aturan sosial dan menuntunnya ke jalan yang lurus. Buah yang dapat dipetik adalah adanya ikatan antara individu dan masyarakat bertambah erat dan dapat memanifestasikan kepuasan dan kekuatan iman.”
Sarana informasi dalam Islam, masih menurut Abdul Majid, tidak sekadar untuk kepentingan intelektual, seni, bisnis, iklan, atau memberi rangsangan pertumbuhan ekonomi. Tetapi lebih dari itu sebagai jalan membentuk masyarakat yang masih membutuhkan penjelasan makna-makna kebenaran yang kurang jelas, sehingga tidak takut terhadap celaan serta memberikan obat bagi hati yang masih senang berhura-hura yang hanya mementingkan aspek jasadiah, tanpa mempedulikan hekikat hidup sesungguhnya.
Informasi Menyesatkan
Jauh-jauh hari, Allah telah menginformasikan kepada kita secara gamblang bahwa sebelum lahirnya alat-alat komunikasi massa, baik cetak maupun elektronik, akan ada yang dinamakan (lahirnya) kekuatan informasi yang menyesatkan.
“Apakah kamu tidak melihat orang-orang yang telah diberi bagian dari Al-Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).” (An-Nisaa’: 44)
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di muka bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman, dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya, ‘Bertakwalah kepada Allah!” bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (baginya) neraka jahanam. Dan sungguh neraka jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (Al-Hajj: 204-206)
Oleh karena itu, Allah memperingatkan untuk senantiasa mawas diri alias waspada, tidak serta merta percaya terhadap semua informasi yang diterima. Itulah sikap yang bijak.
Tidak sedikit manusia yang salah jalan dan tersesat, akibat mendapatkan informasi yang keliru. Sebab, jalan-jalan (media) yang menyesatkan berbentang begitu banyak dan menarik perhatian.
Khatimah
Karena informasi berdampak pada aspek psikis maupun fisik, semestinya hanya informasi yang tsiqqah (layak dipercaya) saja yang kita terima. Bukalah mata dan telinga, nikmati informasi apapun sesuka Anda, tetapi ketika yang datang sampah dan racun, Anda tahu sendiri jawabannya. Mulailah mencari sumber berita dan media yang membawa hati Anda menuju keimanan dan jaukanlah media dan informasi yang hanya membawa keburukan dan merusak ketenangan hidup Anda. [atw/cha/hidayatullah.com]
No comments:
Post a Comment