Erdogan: Kudeta Mesir adalah Kerjaan Israel, Kami Punya Bukti!
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Israel berada di belakang penggulingan Presiden Mesir, Mohammad Mursi, oleh militer bulan lalu.
“Apa yang mereka katakan tentang Mesir: Demokrasi bukan kotak suara. Siapa di belakang ini? Dialah Israel,” kata Erdogan, pengeritik keras negara Yahudi itu, kepada hadirin dalam pertemuan Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP).
“Kami mempunyai bukti,” kata Erdogan, menyebut apa yang dia katakan komentar-komentar oleh seorang menteri kehakiman Israel pada satu forum 2011 di Prancis yang dia katakan Ikhwanul Muslimin, organisasi asal Mursi tak akan tetap berkuasa bahkan jika menang dalam pemilihan sekalipun.
Tetapi tuduhan Erdogan ditolak mentah-mentah oleh Mesir, yang menyatakan “faktanya tak berdasar”. Pernyataan-pernyataan PM Turki itu mengundang kecaman dari Amerika Serikat. Gedung Putih melukiskan komentar-komentar itu “ofensif dan tak substantif dan salah”.
Mursi diambil sumpah sebagai presiden pertama Mesir yang dipilih melalui pemilihan umum secara demokratis pada Juni 2012 tetapi kemudian digulingkan oleh militer bulan lalu dengan dukungan rakyat. AKP pimpinan Erdogan, yang menjalin hubungan persahabatan dengan Mursi dan Ikhwanul Muslimin, telah menyatakan penggulingan presiden Mesir itu kudeta. Sikap Turki telah membuat marah pemerintahan sementara dukungan militer Mesir yang bulan lalu menyuarakan “pernyataan keras” atas komentar-komentar Erdogan yang pro-Mursi. (RoL/KH)
Syeikh Badie dan Ikhwanul Muslimin dalam Badai Fitnah Media Mesir
Jaksa penuntut umum Mesir memerintahkan penahanan pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohammad Badei selama 15 hari sambil menunggu penyelidikan atas tuduhan keterlibatan dalam kematian para demonstran di luar istana presiden pada bulan Desember tahun lalu.
Badie, 70 tahun, ditangkap di sebuah apartemen dekat Rabia al-Adawiya square, di dekat lokasi ketika para pendukung IPresiden Mohammad Mursi mengadakan demonstrasi sebelum dibubarkan dengan penumpasan berdarah oleh pasukan keamanan pekan lalu.
Media melaporkan Badie dibawa ke penjara Tora, lokasi penjara yang sama dengan mantan Presiden Hosni Mubarak ditahan.
Badie didakwa pihak pemerintah kudeta pada bulan Juli dengan dakwaan menghasut pembunuhan sehubungan dengan protes demonstrasi (pihak sekuler) sebelum Mursi dikudeta dan ia akan diadili pada tanggal 25 Agustus bersama dua wakilnya, menurut laporan Reuters.
Rekaman video ditampilkan oleh media Mesir yang menunjukkan pemimpin yang berjanggut duduk dengan berwajah muram dengan gamis putih keabu-abuan, yang disisinya ada seorang pria dengan senapan berjaga. Rekaman gambar itu tampak sengaja dirancang oleh media setempat untuk menghina pemimpin Ikhwanul Muslimin.
Setelah penggulingan Mursi, sebagian besar Media Mesir yang telah berada di belakang pemerintahan kudeta menggambarkan organisasi Ikhwanul Muslimin seperti layaknya kelompok militan al-Qaeda . Padahal Ikhwanul Muslimin telah menolak penggunaan kekerasan, dan mengatakan tuduhan terhadap mereka hanyalah bagian dari program media Mesir yang mempromosikan fitnah yang dimaksudkan untuk melegitimasi tindakan keras berdarah terhadap anggotanya. (Arby/Dz)
Penghianatan atas Umat Islam, akan Terjadi Sepanjang Zaman
Hari itu, hari Jum’at. Seharusnya menjadi hari yang baik bagi muslimin. Tepatnya tanggal 7 Shafar 656 H. Kota Baghdad, pusat peradaban dunia terbesar masa itu. Ibukota Khilafah Abbasiyyah yang telah 5 abad memakmurkan bumi ini dengan peradaban dan ilmu.
Hari Jum’at itu justru puncak kehancuran wilayah khilafah dan akhir dari keseluruhan kebesaran. Untuk selamanya. Hulaghu Khan pemimpin pasukan Mongolia hari itu datang masuk ke dalam istana Khilafah terakhir Abbasiyyah, Musta’shim billah. Dia datang beserta istrinya dan para pengawalnya. Seluruh elemen kekhilafahan telah lumpuh. Khalifah sudah menyerah. Hulaghu meminta Musta’shim menunjukkan semua simpanan kekayaan di istananya. Dengan sangat hina, Musta’shim menunjukkan semua kekayaannya dalam istana. Kemudian Hulaghu membagikan perhiasan dan kekayaan itu kepada istrinya dan para pengawal dekatnya.
Sudah satu minggu, Kota Baghdad dihancurkan dari berbagai sudutnya. Musibah kemanusiaan yang tidak mengenal satu kecap pun kata kasihan. Begitulah kekejaman pasukan Mongolia.
Tembok kota dihancurkan. Setiap yang datang dibunuh. Setiap yang menyerah pun dibunuh. Pembunuhan besar-besar itu disaksikan oleh Sungai Dijlah. 3 hari Sungai Dijlah berwarna merah darah. Juga jalanan Kota Baghdad. Banjir darah.
Anak-anak dan wanita memohon belas kasihan di bawah kuda-kuda pasukan Mongolia untuk dimaafkan dan agar tidak dibunuh, dengan al-Qur’an di tangan-tangan mereka. Tetapi kuda-kuda Mongol menginjak-injak semuanya. Diinjak-injak tanpa secuil pun rasa kasihan. Sebelum akhirnya pedang-pedang pun, mereka ayunkan kepada setiap anak dan wanita.
Mereka yang sakit terbaring di rumah sakit tidak luput merasakan kekejaman yang belum pernah disaksikan oleh kekejaman bangsa manapun. Tidak ada satupun yang selamat. Semuanya harus mengakhiri ajalnya di ujung pedang Mongolia.
Satu minggu itu, setidaknya 400.000 nyawa melayang. Termasuk khalifah Musta’shim dan seluruh anak serta kerabatnya.
Bukan hanya pembantaian muslimin. Peradaban yang dibangun berabad-abad, ilmu yang menerangi dunia juga ikut dihancurkan. Lagi-lagi Sungai Dijlah menjadi saksi bisu. Pasukan Mongolia menyeberang sungai Dijlah dengan menggunakan tumpukan buku. Kuda-kuda Mongol menginjak-injak buku-buku ilmu.
Masjid-masjid diruntuhkan. Rendah sekali syahwat Mongolia, yaitu mengambili pernik-pernik masjid yang terbuat dari emas di kubah-kubahnya. Istana-istana juga dihancurkan untuk dirampas semua kekayaan berupa harta benda dan perhiasan.
Kota dibakar. Gedung, masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit. Kehancuran total.
Hulaghu Khan akhirnya menghentikan pembunuhan. Penghentian itu dikarenakan bau anyir darah dan bekas puing-puing penghancuran dan pembakaran menyebabkan polusi dan penyebaran wabah penyakit. Hulaghu mengkhawatirkan kesehatan pasukannya, sehingga dia memerintahkan penguburan mayat manusia dan binatang.
Dan Baghdad pun hancur lebur. Pusat kebesaran Islam itu. Ibukota Khilafah Abbasiyyah itu. Khilafah Abbasiyyah diakhiri dengan cara yang sangat mengiris-iris hati. Baghdad dihabisi dengan cara yang sangat mudah. Kebesaran itu runtuh dengan begitu sederhana. Tidak ada kota sebegitu mudah diruntuhkan, semudah Baghdad.
La haula wa quwwata illa billah…
Innalillah wa inna ilahi raji’un…
Penghianatan
Seharusnya Baghad tidak runtuh. Semestinya Khilafah Abbasiyyah tidak hilang. Kalau tidak muncul pengkhianat besar di tubuh kekhilafahan. Kalau saja tidak ada pengkhianat umat.
Muayyaduddin Ibnul ‘Alqami. Nama pengkhianat yang hingga akhir zaman akan selalu disebut dalam sejarah Islam sebagai pengkhianat peradaban, pengkhianat umat. Ibnul ‘Alqami bukan sembarang orang. Dia adalah perdana menteri di kekhilafahan Abbasiyyah.
Sebelum pengkhianatan Ibnul ‘Alqami, sesungguhnya para amir wilayah sekitar Baghdad telah lebih dahulu menjadi pengkhianat umat. Mereka bersatu dan bersedia bahkan ada yang berangkat sendiri untuk membantu pasukan Mongolia menghancurkan muslimin sendiri.
Tetapi puncak semua pengkhianatan itu adalah tokoh terdekat dengan pusat. Di Kota Baghdad yang dikenal kuat. Ibnul ‘Alqami diam-diam membangun hubungan haram dengan Hulaghu. Pengkhianat umat itu menjual Baghdad dengan tukaran di antaranya adalah jabatan jika Hulaghu berhasil menguasai Baghdad. Rencana demi rencana jahat dilakukannya. Sementara khalifah asyik menikmati goyangan artis dan berpesta pora.
Begitulah. Dan sejarah pun mengulang dirinya. Andalus mempunyai kisah yang mirip. Karena memang sejarah selalu sama di zaman manapun.
Kota terakhir yang masih kuat berdiri saat seluruh kota-kota wilayah Andalus telah menyerah di tangan negara-negara Kristen adalah Granada. Kota itu masih sangat kuat bertahan, gagah dan terus membangun.
Tetapi akhirnya Granada pun menyerah. Khilafah Islamiyyah di Eropa selatan tutup hingga hari ini (semoga Allah memberi kita kesempatan untuk melihat kembalinya Eropa ke tangan muslimin – amin).
Dan sejarah terulang lagi. Granada runtuh karena pengkhianat peradaban ada dalam tubuh muslimin. Mereka bukan sembarang orang. Mereka adalah pemimpin muslimin, tetapi merangkap pengkhianat umat.
Tiga nama yang diabadikan sejarah hingga hari akhir nanti sebagai pengkhianat umat. Catatan itu tidak akan pernah bisa dihapus. Dua orang menteri: Yusuf bin Kamasyah dan Abul Qasim al-Malih, serta satu tokoh agama: al-Baqini.
Umat dijual. Negeri muslim digadaikan. Diserahkan kepada negara Kristen. Ditukar dengan sampah dunia.
Raja Fernando 3 dan Ratu Isabella memasang salib besar dari perak di pasang di atas Istana al-Hamra’ dan diumumkan bahwa hari itu adalah akhir dari kekuasaan muslim di Andalus.
Tahun 1499 M, masjid-masjid resmi ditutup.
Sesungguhnya ini bukan akhir dari perjalanan muslimin di Andalus. Perjuangan sekelompok mujahidin muslimin terus digelorakan, mencoba mengambil alih Granada. Perjuangan itu ada pasang surutnya.
Perjuangan itu bukan tidak ada hasilnya. Beberapa wilayah di sekitar Andalus sempat berhasil dikuasai muslimin.
Ibnu Abbu adalah pemimpin terakhir kelompok mujahidin yang terus dikejar-kejar oleh pasukan Kristen. Tetapi mereka tidak pernah berhasil menyentuh Ibnu Abbu.
Lagi, sejarah terulang. Pengkhianat internal penyebabnya. Ibnu Abbu syahid bukan di tangan pasukan Kristen. Tetapi dibunuh oleh seorang muslim yang bernama Syurais, yang anak dan istrinya ditawan oleh pasukan Kristen. Syurais dijanjikan bahwa anak istrinya akan dibebaskan jika ia berhasil membunuh Ibnu Abbu. Dan pengkhianat itupun melakukannya.
Ibnu Abbu telah syahid. Dan akhirnya semuanya terhenti. Semua perjuangan muslimin berakhir. Muslimin harus mati atau menjadi budak. Akhir seluruh perjalanan muslimin di Andalus.
Maha benar Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap Khawwan lagi Kafur.” (Qs. Al-Hajj: 38)
Khawwan adalah pengkhianat besar. Kafur adalah orang dengan kekafiran besar atau pengingkar nikmat.
Setidaknya ada 2 pelajaran besar dari ayat agung tersebut:
Nama-nama yang berbeda akan terus bermunculan sepanjang zaman. Hingga hari ini. Di tubuh muslimin. Para tokohnya…
Sebagai pengkhianat peradaban! Sebagai pengkhianat umat!
فاعتبروا يا أولى الأبصار
Dan kini… Semua pun mengetahui siapa mereka… kejadian tragedi Suriah, kerusuhan Mesir, menunjukkan hal itu dengan terang berderang…
Link Terkait...
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Israel berada di belakang penggulingan Presiden Mesir, Mohammad Mursi, oleh militer bulan lalu.
“Apa yang mereka katakan tentang Mesir: Demokrasi bukan kotak suara. Siapa di belakang ini? Dialah Israel,” kata Erdogan, pengeritik keras negara Yahudi itu, kepada hadirin dalam pertemuan Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP).
“Kami mempunyai bukti,” kata Erdogan, menyebut apa yang dia katakan komentar-komentar oleh seorang menteri kehakiman Israel pada satu forum 2011 di Prancis yang dia katakan Ikhwanul Muslimin, organisasi asal Mursi tak akan tetap berkuasa bahkan jika menang dalam pemilihan sekalipun.
Tetapi tuduhan Erdogan ditolak mentah-mentah oleh Mesir, yang menyatakan “faktanya tak berdasar”. Pernyataan-pernyataan PM Turki itu mengundang kecaman dari Amerika Serikat. Gedung Putih melukiskan komentar-komentar itu “ofensif dan tak substantif dan salah”.
Mursi diambil sumpah sebagai presiden pertama Mesir yang dipilih melalui pemilihan umum secara demokratis pada Juni 2012 tetapi kemudian digulingkan oleh militer bulan lalu dengan dukungan rakyat. AKP pimpinan Erdogan, yang menjalin hubungan persahabatan dengan Mursi dan Ikhwanul Muslimin, telah menyatakan penggulingan presiden Mesir itu kudeta. Sikap Turki telah membuat marah pemerintahan sementara dukungan militer Mesir yang bulan lalu menyuarakan “pernyataan keras” atas komentar-komentar Erdogan yang pro-Mursi. (RoL/KH)
Syeikh Badie dan Ikhwanul Muslimin dalam Badai Fitnah Media Mesir
Jaksa penuntut umum Mesir memerintahkan penahanan pemimpin Ikhwanul Muslimin Mohammad Badei selama 15 hari sambil menunggu penyelidikan atas tuduhan keterlibatan dalam kematian para demonstran di luar istana presiden pada bulan Desember tahun lalu.
Badie, 70 tahun, ditangkap di sebuah apartemen dekat Rabia al-Adawiya square, di dekat lokasi ketika para pendukung IPresiden Mohammad Mursi mengadakan demonstrasi sebelum dibubarkan dengan penumpasan berdarah oleh pasukan keamanan pekan lalu.
Media melaporkan Badie dibawa ke penjara Tora, lokasi penjara yang sama dengan mantan Presiden Hosni Mubarak ditahan.
Badie didakwa pihak pemerintah kudeta pada bulan Juli dengan dakwaan menghasut pembunuhan sehubungan dengan protes demonstrasi (pihak sekuler) sebelum Mursi dikudeta dan ia akan diadili pada tanggal 25 Agustus bersama dua wakilnya, menurut laporan Reuters.
Rekaman video ditampilkan oleh media Mesir yang menunjukkan pemimpin yang berjanggut duduk dengan berwajah muram dengan gamis putih keabu-abuan, yang disisinya ada seorang pria dengan senapan berjaga. Rekaman gambar itu tampak sengaja dirancang oleh media setempat untuk menghina pemimpin Ikhwanul Muslimin.
Setelah penggulingan Mursi, sebagian besar Media Mesir yang telah berada di belakang pemerintahan kudeta menggambarkan organisasi Ikhwanul Muslimin seperti layaknya kelompok militan al-Qaeda . Padahal Ikhwanul Muslimin telah menolak penggunaan kekerasan, dan mengatakan tuduhan terhadap mereka hanyalah bagian dari program media Mesir yang mempromosikan fitnah yang dimaksudkan untuk melegitimasi tindakan keras berdarah terhadap anggotanya. (Arby/Dz)
Penghianatan atas Umat Islam, akan Terjadi Sepanjang Zaman
Hari itu, hari Jum’at. Seharusnya menjadi hari yang baik bagi muslimin. Tepatnya tanggal 7 Shafar 656 H. Kota Baghdad, pusat peradaban dunia terbesar masa itu. Ibukota Khilafah Abbasiyyah yang telah 5 abad memakmurkan bumi ini dengan peradaban dan ilmu.
Hari Jum’at itu justru puncak kehancuran wilayah khilafah dan akhir dari keseluruhan kebesaran. Untuk selamanya. Hulaghu Khan pemimpin pasukan Mongolia hari itu datang masuk ke dalam istana Khilafah terakhir Abbasiyyah, Musta’shim billah. Dia datang beserta istrinya dan para pengawalnya. Seluruh elemen kekhilafahan telah lumpuh. Khalifah sudah menyerah. Hulaghu meminta Musta’shim menunjukkan semua simpanan kekayaan di istananya. Dengan sangat hina, Musta’shim menunjukkan semua kekayaannya dalam istana. Kemudian Hulaghu membagikan perhiasan dan kekayaan itu kepada istrinya dan para pengawal dekatnya.
Sudah satu minggu, Kota Baghdad dihancurkan dari berbagai sudutnya. Musibah kemanusiaan yang tidak mengenal satu kecap pun kata kasihan. Begitulah kekejaman pasukan Mongolia.
Tembok kota dihancurkan. Setiap yang datang dibunuh. Setiap yang menyerah pun dibunuh. Pembunuhan besar-besar itu disaksikan oleh Sungai Dijlah. 3 hari Sungai Dijlah berwarna merah darah. Juga jalanan Kota Baghdad. Banjir darah.
Anak-anak dan wanita memohon belas kasihan di bawah kuda-kuda pasukan Mongolia untuk dimaafkan dan agar tidak dibunuh, dengan al-Qur’an di tangan-tangan mereka. Tetapi kuda-kuda Mongol menginjak-injak semuanya. Diinjak-injak tanpa secuil pun rasa kasihan. Sebelum akhirnya pedang-pedang pun, mereka ayunkan kepada setiap anak dan wanita.
Mereka yang sakit terbaring di rumah sakit tidak luput merasakan kekejaman yang belum pernah disaksikan oleh kekejaman bangsa manapun. Tidak ada satupun yang selamat. Semuanya harus mengakhiri ajalnya di ujung pedang Mongolia.
Satu minggu itu, setidaknya 400.000 nyawa melayang. Termasuk khalifah Musta’shim dan seluruh anak serta kerabatnya.
Bukan hanya pembantaian muslimin. Peradaban yang dibangun berabad-abad, ilmu yang menerangi dunia juga ikut dihancurkan. Lagi-lagi Sungai Dijlah menjadi saksi bisu. Pasukan Mongolia menyeberang sungai Dijlah dengan menggunakan tumpukan buku. Kuda-kuda Mongol menginjak-injak buku-buku ilmu.
Masjid-masjid diruntuhkan. Rendah sekali syahwat Mongolia, yaitu mengambili pernik-pernik masjid yang terbuat dari emas di kubah-kubahnya. Istana-istana juga dihancurkan untuk dirampas semua kekayaan berupa harta benda dan perhiasan.
Kota dibakar. Gedung, masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit. Kehancuran total.
Hulaghu Khan akhirnya menghentikan pembunuhan. Penghentian itu dikarenakan bau anyir darah dan bekas puing-puing penghancuran dan pembakaran menyebabkan polusi dan penyebaran wabah penyakit. Hulaghu mengkhawatirkan kesehatan pasukannya, sehingga dia memerintahkan penguburan mayat manusia dan binatang.
Dan Baghdad pun hancur lebur. Pusat kebesaran Islam itu. Ibukota Khilafah Abbasiyyah itu. Khilafah Abbasiyyah diakhiri dengan cara yang sangat mengiris-iris hati. Baghdad dihabisi dengan cara yang sangat mudah. Kebesaran itu runtuh dengan begitu sederhana. Tidak ada kota sebegitu mudah diruntuhkan, semudah Baghdad.
La haula wa quwwata illa billah…
Innalillah wa inna ilahi raji’un…
Penghianatan
Seharusnya Baghad tidak runtuh. Semestinya Khilafah Abbasiyyah tidak hilang. Kalau tidak muncul pengkhianat besar di tubuh kekhilafahan. Kalau saja tidak ada pengkhianat umat.
Muayyaduddin Ibnul ‘Alqami. Nama pengkhianat yang hingga akhir zaman akan selalu disebut dalam sejarah Islam sebagai pengkhianat peradaban, pengkhianat umat. Ibnul ‘Alqami bukan sembarang orang. Dia adalah perdana menteri di kekhilafahan Abbasiyyah.
Sebelum pengkhianatan Ibnul ‘Alqami, sesungguhnya para amir wilayah sekitar Baghdad telah lebih dahulu menjadi pengkhianat umat. Mereka bersatu dan bersedia bahkan ada yang berangkat sendiri untuk membantu pasukan Mongolia menghancurkan muslimin sendiri.
Tetapi puncak semua pengkhianatan itu adalah tokoh terdekat dengan pusat. Di Kota Baghdad yang dikenal kuat. Ibnul ‘Alqami diam-diam membangun hubungan haram dengan Hulaghu. Pengkhianat umat itu menjual Baghdad dengan tukaran di antaranya adalah jabatan jika Hulaghu berhasil menguasai Baghdad. Rencana demi rencana jahat dilakukannya. Sementara khalifah asyik menikmati goyangan artis dan berpesta pora.
Begitulah. Dan sejarah pun mengulang dirinya. Andalus mempunyai kisah yang mirip. Karena memang sejarah selalu sama di zaman manapun.
Kota terakhir yang masih kuat berdiri saat seluruh kota-kota wilayah Andalus telah menyerah di tangan negara-negara Kristen adalah Granada. Kota itu masih sangat kuat bertahan, gagah dan terus membangun.
Tetapi akhirnya Granada pun menyerah. Khilafah Islamiyyah di Eropa selatan tutup hingga hari ini (semoga Allah memberi kita kesempatan untuk melihat kembalinya Eropa ke tangan muslimin – amin).
Dan sejarah terulang lagi. Granada runtuh karena pengkhianat peradaban ada dalam tubuh muslimin. Mereka bukan sembarang orang. Mereka adalah pemimpin muslimin, tetapi merangkap pengkhianat umat.
Tiga nama yang diabadikan sejarah hingga hari akhir nanti sebagai pengkhianat umat. Catatan itu tidak akan pernah bisa dihapus. Dua orang menteri: Yusuf bin Kamasyah dan Abul Qasim al-Malih, serta satu tokoh agama: al-Baqini.
Umat dijual. Negeri muslim digadaikan. Diserahkan kepada negara Kristen. Ditukar dengan sampah dunia.
Raja Fernando 3 dan Ratu Isabella memasang salib besar dari perak di pasang di atas Istana al-Hamra’ dan diumumkan bahwa hari itu adalah akhir dari kekuasaan muslim di Andalus.
Tahun 1499 M, masjid-masjid resmi ditutup.
Sesungguhnya ini bukan akhir dari perjalanan muslimin di Andalus. Perjuangan sekelompok mujahidin muslimin terus digelorakan, mencoba mengambil alih Granada. Perjuangan itu ada pasang surutnya.
Perjuangan itu bukan tidak ada hasilnya. Beberapa wilayah di sekitar Andalus sempat berhasil dikuasai muslimin.
Ibnu Abbu adalah pemimpin terakhir kelompok mujahidin yang terus dikejar-kejar oleh pasukan Kristen. Tetapi mereka tidak pernah berhasil menyentuh Ibnu Abbu.
Lagi, sejarah terulang. Pengkhianat internal penyebabnya. Ibnu Abbu syahid bukan di tangan pasukan Kristen. Tetapi dibunuh oleh seorang muslim yang bernama Syurais, yang anak dan istrinya ditawan oleh pasukan Kristen. Syurais dijanjikan bahwa anak istrinya akan dibebaskan jika ia berhasil membunuh Ibnu Abbu. Dan pengkhianat itupun melakukannya.
Ibnu Abbu telah syahid. Dan akhirnya semuanya terhenti. Semua perjuangan muslimin berakhir. Muslimin harus mati atau menjadi budak. Akhir seluruh perjalanan muslimin di Andalus.
Maha benar Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap Khawwan lagi Kafur.” (Qs. Al-Hajj: 38)
Khawwan adalah pengkhianat besar. Kafur adalah orang dengan kekafiran besar atau pengingkar nikmat.
Setidaknya ada 2 pelajaran besar dari ayat agung tersebut:
- Hanya Allah yang menjaga jamaah orang-orang beriman. Bukti penjagaan Allah, dengan tidak menyelinapnya khawwan dan kafur. Jika telah hadir dua kelompok tersebut, berarti jamaah mukminin tersebut sudah ditinggal Allah. Sekaligus bukti bahwa Allah sudah tidak ridha, sehingga tidak lagi ada penjagaan-Nya.
- Khawwan lebih dahulu disebut sebelum kafur. Dan selalu begitu. Para pengkhianat selalu menjadi mukaddimah untuk kehancuran jamaah orang-orang beriman yang berakhir di tangan orang-orang kafir.
Nama-nama yang berbeda akan terus bermunculan sepanjang zaman. Hingga hari ini. Di tubuh muslimin. Para tokohnya…
Sebagai pengkhianat peradaban! Sebagai pengkhianat umat!
فاعتبروا يا أولى الأبصار
Dan kini… Semua pun mengetahui siapa mereka… kejadian tragedi Suriah, kerusuhan Mesir, menunjukkan hal itu dengan terang berderang…
Link Terkait...
No comments:
Post a Comment