6.10.15

(Benerrr!) Media Jepang: Soal Kereta Cepat, Jokowi Lebih Pilih Uang Ketimbang Teknologi

Eramuslim.com – Polemik dan kemarahan Jepang terhadap rezim Jokowi soal dipilihnya Cina sebagai pihak yang akhirnya memenangkan tender proyek kereta api cepat Indonesia diulas harian terkemuka Jepang, Harian Yomiuri, (3/10). Headline yg diangkat adalah ‘Indonesia Lebih Memilih Uang daripada Teknologi’.

Berbicara tentang teknologi tentunya berbicara tentang masalah safety, keselamatan. Memang Cina menawarkan harga yang lebih murah, namun apakah sebanding dengan teknologi dan faktor keselamatan penumpangnya? Ini yang jadi pertanyaan Jepang.

Dengan logika sederhana, saat ini mobil dan sepeda motor Jepang yang dianggap sudah “usang” produksi tahun 1970-an masih banyak kita jumpai lalu-lalang di kota-kota besar dan kecil di seluruh Indonesia. Lantas, coba bandingkan dengan sepeda motor Cina (Mocin) yang pada tahun 1990-an membanjiri Indonesia dan sekarang nyaris semuanya tinggal hanya menjadi besi bekas? Atau bandingkan dengan teknologi bus misalnya, bus buatan Jepang tahun 1990-an sampai sekarang masih bisa beroperasi dengan baik. Tapi bagaimana dengan bus TransJakarta buatan Cina yang masuk di tahun 2009? Terbakar lagi dan terbakar lagi.

Tender proyek ini yang dilakukan Menteri Rini memang sangat berbau kolusi. Walau mengaku tidak memberatkan anggaran negara (APBN) namun proyek ini pastinya menguntungkan kelompok-kelompok tertentu yang berkuasa di negeri ini, dari para cukong sampai para mafia. (ts)


(Juga!) YLKI: Jokowi Jangan Tertipu, Banyak Gardu Bikinan Cina Kualitasnya KW-2

Eramuslim.com – Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengingatkan, pemerintah agar tidak membeli mesin (gardu) listrik dari RRC, jika kebijakan untuk menambah pasokan listrik sebesar 35 ribu mega watt direalisasikan. Pasalnya, gardu produksi negeri tirai bambu tersebut, banyak KW2 (imitasi).

Saya ingatkan pemerintah untuk tidak membeli mesin (gardu) dari Cina, karena banyak yang KW2,” kata Tulus dikantornya, Senin (5/10). Menurutnya, selain abal-abal, mesin asal Cina itu juga mudah rusak serta boros energi sehingga tidak tepat digunakan sebagai solusi.

Namanya juga barang KW2,” ucap Tulus.

Selain itu dia juga menghimbau pemerintah agar membangun pembangkit listrik yang ramah lingkungan dan tidak tergantung pada energi fosil.

Kalau bisa yang ramah lingkungan dan tidak tergantung energi fosil,” jawabnya singkat. Belum ada tanggapan dari Kabinet Jokowi yang juga dikenal dengan kualitas KW-3. (ts)

No comments:

Post a Comment