9.9.15

Amerika yang Menanam Bom, Eropa yang Memanen Aliran Pengungsi dan Imigran

Eramuslim – Sebuah lembaga peneliti asal Kanada menyatakan bahwa derasnya arus pengungsi yang kini membanjiri negara-negara Eropa disebabkan oleh ambisi perang yang dilancarkan Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah.

Dalam laporan pengamata Global Research yang diterbitkan pada akhir pekan kemarin menyatakan, “Dahulu ditahun 2011 perang AS di Libya untuk menggulingkan Muammar Gaddafi telah mengakibatkan masuknya gelombang pengungsi asal Libya ke negara-negara Eropa. Dan kini hal itu terulang kembali di Suriah.”

Global Research melanjutkan, “Tidak hanya di Timur Tengah, dukungan AS terhadap operasi militer pemerintah Ukraina untuk memerangi kelompok teroris pro-Rusia juga menyebabkan perpindahan warga Ukraina ke Eropa.”

Menurut lembaga pemantau peta politik di dunia internasional menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak pernah belajar dari kegagalan 9700 serangan udara di Libya pada tahun 2011 lalu, yang kini menjadikan Libya sebagai negara gagal di kawasan utara Afrika. (Rassd/Ram)


Uni Eropa Menjadi Rumah Masa Depan Bagi Bangsa Arab dan Muslim?

BRUSSEL (voa-islam.com) - Tak pernah terpikirkan oleh siapapun, Uni Eropa yang begitu menggelegak phobia terhadap Islam, bahkan media-media sayap kanan, sangat rasis dan terus mengkapanyekan sikap phobia, tiba-tiba sekarang Uni Eropa, dan para pemiimpin dan rakyatnya bisa menerima ratusan ribu pengungsi dari Arab, terutama Suriah.

Tak kedengaran lagi suara-suara negatif dan menentang terhadap kehadiran para imigran dari pengunsi Arab, yang sekarang ini membanjiiri Uni Eropa. Semua mengucapkan 'welcome' dengan penuh rasa kemanusiaan. Begitu Uni Eropa. Tak kurang Perdana Menteri Jerman Angela Merkel yang menjadi pahlawan bagi para pengungsi, dan bersedia menampung ratusan ribu para pengungsi. Sungguh sangat luar biasa.

Presiden Komisi Eropa, Jean Claude Juncker, mengatakan Uni Eropa menghadapi tantangan berat dengan kedatangan para pengungsi.

Dalam pidato di depan para anggota Parlemen Eropa, hari Rabu (09/09), Juncker mendesak negara-negara anggota untuk menerima kenyataan bahwa Eropa dipandang sebaga tempat perlindungan yang aman sekaligus sebagai simbol harapan bagi para pengungsi.

Ia mengusulkan agar tambahan 160.000 pencari suaka ditempatkan di seluruh negara anggota Uni Eropa dengan sistem kuota mengikat.

Sebelumnya mengemuka usul pembagian penempatan pengungsi ke negara anggota yang kemudian ditentang sejumlah negara.

Proposal Juncker menurut rencana akan dibahas oleh para menteri Uni Eropa hari Senin (14/09).

Menanggapi seruan presiden Komisi Eropa, Kanselir Jerman, Angela Merkel, menegaskan negara-negara anggota Uni Eropa mestinya langsung menyepakati kuota mengikat tanpa membatasi jumlah pengungsi yang akan diambil.

Sikap AustraliaDengan kata lain Merkel mengatakan usul Juncker adalah permintaan minimum dan Uni Eropa harus menerima lebih banyak pengungsi.

Sementara itu Perdana Menteri Republik Ceko, Bohuslav Sobotka, mengatakan Uni Eropa tidak harus memfokuskan diri pada rencana-rencana baru, tapi menerapkan saja perjanjian di masa lalu soal pengungsi dan pencari suaka.

Dalam perkembangan terkait, pemerintah Australia mengatakan akan menampung tambahan 12.000 pengungsi dari Suriah dan Irak.

Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan kelompok minoritas yang mengalami penindasan, yang saat ini mencari perlindungan di Lebanon, Yordania, dan Turki, akan mendapatkan prioritas.

Para pengungsi ini akan diterima dan menetap di Australia mulai akhir tahun


Robert Fisk: Serangan "Teror" di Barat Adalah Akibat Zalimnya Mereka di Dunia Arab

Eramuslim – Penulis sekaligus peneliti urusan Timur Tengah asal Inggris, Robert Fisk, menyatakan bahwa serangan teror yang terjadi di Eropa dalam kurun waktu 1 tahun ini adalah akibat dari kedzholiman Barat terhadap Timur Tengah.

Pernyataan ini dituliskan Fisk dalam artikel terbitannya di surat kabar The Independent Inggris pada hari Minggu (22/11) kemarin.

Apa yang terjadi di Eropa saat ini adalah akibat kebodohan Barat dan penolakan mereka untuk memahami ketidakadilan yang dilakukan di Timur Tengah,” tulis Robert Fisk dalam artikelnya.

Berhentilah wahai pemuda,” nukil Fisk dari nasehat mantan Presiden AS, Dwight D. Eisenhower, kepada mantan Perdana Menteri Inggris, Anthony Eden, ketika memutuskan mengakhiri perang Inggris di Mesir pada tahun 1956.

Fisk melanjutkan, “Dan saat ini sudah saatnya kita mengulangi perkataan mantan Presiden Dwight D. Eisenhower kepada setiap pemimpin, politisi, dan sejarawan bodoh yang menganggap mereka adalah pemimpin perang abadi.

No comments:

Post a Comment