31.3.15

Duh... Situs-situs Islam Online Diblokir, Media Islam Dibungkam!


"Al ISLAM memang menjadi MASALAH bagi Iblis dan para pengikutnya dari golongan jin & manusia"

Innalillahi wa innailaihi rajiuun.
Memang... pecinta dunia sampai kapan pun 'nggak bakalan nyambung' dengan pecinta akhirat?

Dan karena Al Islam adalah Sempurna,


#KembalikanMediaIslam

Politik "Test The Water" dan Pemblokiran Situs Islam


Eramuslim.com – Lempar dulu wacana apa pun ke tengah masyarakat. Tunggu beberapa saat, atau hari. Jika membuat gaduh masyarakat, banyak yang menentang dan mengecam, maka urungkanlah wacana itu dan katakan jika wacana itu bukanlah kehendak pemerintah. Namun jika masyarakat sama sekali tidak gaduh, atau cuma sedikit yang mempersoalkannya, maka pemerintah akan mengklaim wacana tersebut sebagai kebijakannya dan segera memberlakukannya. Inilah yang disebut politik Test The Water.

Dalam Cambridge Dictionary Online, Test The Water (TTW) diartikan sebagai: To find out what people’s opinions of something are before you ask them to do something. Terjemahan bebasnya adalah, “Untuk mencari tahu bagaimana pendapat masyarakat atas sesuatu sebelum memerintahkan melakukan sesuatu.”

Atau dimaksudkan juga sebagai: To find out whether something is likely to be successful before you do or try it, yang jika diterjemahkan secara harfiah memiliki arti sebagai, “Untuk mengetahui apakah sesuatu itu mungkin dilakukan atau mungkin berhasil, sebelum Anda melakukannya atau mencobanya.”

Jika dikaitkan dengan strategi politik, maka strategi TTW dalam politik adalah cara pemerintah atau kekuasaan untuk melemparkan suatu isu ke tengah masyarakat dan melihat responnya.

Politk TTW ini jadi populer di Indonesia semenjak kampanye Pemilihan Presiden 2014 lalu. Saat itu, tim kampanye Joko Widodo-Jusuf Kalla banyak memunculkan wacana-wacana sensitif nan kontroversial ke tengah masyarakat, yang membuat masyarakat resah, kemudian wacana yang ditolak masyarakat itu pun disanggah oleh mereka sendiri. Jika wacana itu diterima positif oleh masyarakat, maka wacana itu pun dilanjutkan untuk direalisasikan.

Secara umum pola yang digunakan oleh tim Jokowi dan Jusuf Kalla adalah sebagai berikut:
  • Melemparkan isu ke masyarakat melalui media & menunggu;
  • Masyarakat merespon isu melalui berbagai saluran media juga media sosial;
  • Jika isu ditanggapi positif, maka Jokowi-JK akan mengakui dan melanjutkannya;
  • Jika isu ditanggapi negatif, maka Jokowi-JK akan menolak dan menghentikannya;
  • Hal seperti berlangsung berkali-kali hingga polanya sudah terbentuk di benak masyarakat. Hingga pameo, “Siapa yang bilang?” pun menjadi sering terdengar. Jokowi sering mengatakan hal ini di media massa.

Sebagai contoh, berikut beberapa isu yang dilempar oleh tim Jokowi-JK, kemudian disanggah sendiri oleh mereka:
  • Bos Syiah Jalaluddin Rakhmat diusulkan menjadi Menteri Agama, gagal karena banyak mendapat tentangan.
  • Jokowi Akan Hapus Kolom Agama di KTP, gagal pula karena masyarakat resah.
  • Penghapusan Aturan Pendirian Rumah Ibadah, yang dilempar anggota Tim Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Musdah Mulia, salah seorang tokoh liberal. Namun ini pun gagal.
  • Pemberitaan Penghapusan Kementerian Agama, Diganti Kementerian Wakaf, Haji, dan Zakat. Ini pun gagal karena masyarakat tidak setuju.
  • Pengaturan Doa di Sekolah Negeri Agar Tak Dominan Islam, ini juga gagal karena diprotes masyarakat luas.

Pemblokiran Situs-Situs Islam

Dan sekarang, sedang ramai dibahas terkait permintaan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) kepada Kemenkominfo untuk memblokir situs-situs dakwah Islam yang dituding terkait "terorisme", termasuk eramuslim.com. Hal ini langsung menjadi trending topic banyak media sosial.

Tokoh dan pakar teknologi informasi Indonesia, Onno W. Purbo, sampai turun gunung dan berkomentar terkait hal ini. Menurut Onno, jika pemerintah Jokowi benar memblokir situs-situs Dakwah Islam tersebut, maka hal ini jelas bertentangan dengan HAM. Akses ke Informasi merupakan Hak Azasi Manusia (HAM) yang paling dilindungi dalam Deklarasi Human Right artikel 19.

Everyone has the right to freedom of opinion and expression; this right includes freedom to hold opinions without interference and to seek, receive and impart information and ideas through any media and regardless of frontiers.” (http://www.un.org/en/documents/udhr/)

“Ini bisa-bisa terlanggar oleh KEMKOMINFO dengan memblokir secara sembarangan + sembrono & belakangan ini beberapa situs dakwah juga di blokir,” tulis Onno di akun facebooknya hari ini, Senin (30/3).

“Hati2 KEMKOMINFO bisa-bisa menjadi pelanggar HAM kalau praktek ceroboh ini diteruskan tanpa kontrol yang baik,” sambungnya.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 19 situs media Islam diblokir Kemenkominfo atas permintaan BNPT dengan dalih situs-situs tersebut menyebarkan radikalisme. Diantaranya: arrahmah.com, voa-islam.com, panjimas.com, dakwatuna.com, hidayatullah.com, eramuslim.com, salam-online.com, dan kiblat,net.

Redaksi PIYUNGAN ONLINE juga baru saja menerima email dari seorang yang bekerja di Provider Network yang membenarkan adanya Surat Pemblokiran dari pihak Kemenkominfo tersebut. Menurutnya, saat ini beberapa provider yang sudah melakukan pemblokiran adalah ISP INDOSATM2, LOOP, SPEEDY.

Tindakan gegabah pemerintah, jelas membuat resah banyak Netizen. Bahkan tindakan perlawanan di dunia maya terhadap langkah gegabah ini sudah menjadi trending topic dunia. Jiak pemerintah Jokowi sungguh-sungguh akan melakukan pemblokiran terhadap situs-istus Islam, maka langkah ini ditakutkan akan memunculkan perlawanan dari para hacker terhadap situs-situs pemerintah dan bahkan sistem perbankan nasional dan sebagainya.

Sampai saat ini, belum ada komentar apa pun dari pemerintah, menteri maupun presiden dan wakil presiden. Semoga saja pemblokiran terhadap situs-situs Islam cuma sekadar test the water, dan ketika umat Islam bangkit melawan, maka pemerintah akan segera mengatakan di media, “Itu cuma HOAX!” (rz)

22.3.15

Bahaya Syiah Ancam Keutuhan NKRI

Eramuslim.com – Anggota Komisi Hukum dan Per-Undang-Undangan MUI Pusat, DR. H. Abdul Chair Ramadhan, SH, MH, MM mengatakan dampak yang ditimbulkan dari kerjasama antara Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dengan University and Reserch Institut for Qur’an and Hadith Iran (UAR) adalah semakin banyaknya kaum muda Indonesia yang tidak mengerti apa dan bagaimana Syiah yang sebenarnya.

Mereka akan terperangkap pada pemikiran ideologi-politik Syiah Iran,” kata DR. Abdul Chair, Jum’at (20/03/2015), dikutip dari Hidayatullah.com.

Laman UIN Online, Rabu (18/03/2015), mewartakan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan University and Reserch Institut for Qur’an and Hadith Iran (UAR) sepakat menandatangani naskah kerjasama di gedung Rektorat UIN Jakarta.

Perlu dicatat, ujar DR. Abdul Chair, kelembagaan Pojok-Pojok Iran (Iranian Corner, red) di berbagai kampus di Indonesia, justru banyak memasarkan ‘Revolusi Imam Husein ra’ dan ‘Revolusi Khomeini’ yang dijadikan jargon perjuangan Islam.

Dengan hadirnya kelembagaan resmi Iran tersebut, kata Abdul Chair, akan semakin menumbuhkembangkan semangat kaum muda untuk mengikuti pemikiran ideologi-politik Syiah Iran.

Semua itu diarahkan untuk membentuk pemikiran yang mengarah kepada konsep Wilayatul Faqih sebagai pemegang kekuasaan Islam sedunia (lihat: Pasal 5 UUD Republik Iran, red),” ungkap DR. Abdul Chair.

Kondisi yang demikian, menurut Abdul Chair tentu akan merugikan bahkan mengancam keberadaan dan keberlangsungan ideologi Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika karena ideologi Imamah Syiah Iran tidak dapat dipertemukan dengan ideologi manapun, termasuk Pancasila.

Selain itu, masih menurut Abdul Chair, ada kepentingan terselubung di balik kerjasama tersebut yaitu terkait dengan proyek Syiahisasi dan Iranisasi di Indonesia.

Syiahisasi menunjuk terciptanya eksodus dari Ahlus sunnah menjadi Syiah, minimal menjadikan Syiah Relasional (kaum Ahlus Sunnah yang memberikan dukungan kepada Syiah dan Iran yang berdasarkan prinsip simbiosis mutualistic, red),” papar Abdul Chair.

Sedangkan ‘Iranisasi’, sambung Abdul Chair, menunjuk kepada terciptanya rasa, paham dan semangat Parsia yaitu suatu kondisi yang berbanding terbalik dengan nasionalisme Indonesia. Cara pandang (Wawasan Nusantara, red) akan bergeser ke Iran yang notabene adalah Parsia.

Cara pandang ini akan melahirkan pemikiran dan sikap yang mendukung kebijakan politik dan hukum sang Rahbar,” pungkas Abdul Chair.

Karena itu menurut pria yang disertasinya membahas hubungan Syiah dan ketahanan nasional ini menuturkan pemerintah melalui kementerian terkait, seyogyanya harus mengawasi arus ekspansi ideologi imamah yang dilakukan Syiah Iran di Indonesia.

Syiah dan Iran ibarat dua sisi dari mata uang yang sama, sejarah Syiah dalam banyak kasus telah menimbulkan konflik dan bahkan mampu mengambil alih pemerintahan, sebagaimana yang terjadi di Libanon dan Yaman,” ungkap DR. Abdul Chair kepada hidayatullah.com.

Sementara itu, laman Syiah menulis Iran adalah negeri kaum Syiah yang saat ini tengah mencari pengaruh kawasan. Iran bahkan menanamkan pengaruh paham Syiah ke beberapa kampus di Indonesia dengan kerjasama menempatkan “Iran Corner” (Pojok Iran), termasuk di beberapa kampus. Saat ini, tulis laman itu, Iranian Corner sudah ada di 12 universitas diantaranya adalah di Universitas Muhammadiyah Jakarta, UIN Malang, UIN Bandung, dan UIN Riau.(rz)


Kerjasama UIN Jakarta – Iran Dinilai Muluskan Ekspansi Ideologi Imamah Syiah di Indonesia

Orang-orang Syiah dan Iran dinilai memanfaatkan jalur lembaga pendidikan dan dukungan para tokoh, cendekiawan termasuk pemerintah untuk melancarkan ekspansi ideologi imamah Syiah yang berbahaya.

Hidayatullah.com—Kerjasama Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan University and Reserch Institut for Qur’an and Hadith Iran (UAR) dinilai hanya memuluskan ekspansi ideology imamah Syiah yang membahayakan bagi Indonesia.

Pernyataan ini disampaikan Anggota Komisi Hukum dan Per-Undang-Undangan MUI Pusat, Dr. Abdul Chair Ramdahan menanggapai kerjasama UIN Jakarta dan University and Reserch Institut for Qur’an and Hadith Iran Rabu (18/03/2015) lalu.

Menurut Dr Abdul Chair Ramadhan, kerjasama kedua institusi itu hanya merupakan salah satu bagian dari kepentingan geostrategi Iran agar dapat diakui di Indonesia sebagai salah satu madzhab resmi dalam Islam.

“Melalui propaganda madzhab Ahul Bait yang sebenarnya menggabungkan dua aliran yakni aliran Jafari dan Itsna Asyariah sebagaimana tercantum dalam Pasal 12 UUD Rep. Iran, Syiah Iran hendak melakukan ekspansi ideologi Imamah,” tegas Dr. Abdul Chair kepada hidayatullah.com, Jum’at (20/03/2015). [baca juga: Soal Kerjasama UIN Jakarta-Iran, Pakar: Iran Lakukan Proyek Syiahisasi dan Iranisasi di Indonesia]

Masih menurut Dr. Abdul Chair kerjasama itu juga sekaligus mempertegas dan memperkuat eksistensi Pojok-Pojok Iran (Iranian Corner,red) yang tersebar di berbagai kampus di Indoensia, salah satunya seperti di UIN dan Muhammadiyah.

“Syiah Iran telah berhasil menghimpun sekte-sekte Syiah yang terpecah dalam berbagai aliran, namun Syiah Iran belum mendapatkan pengakuan secara resmi dari mayoritas Ahlus Sunnah,” ujar Dr. Abdul Chair.

Untuk kepentingan itulah, dosen yang juga konsultan hokum ini mengatakan, Indonesia dipandang menjadi mitra strategis dalam membangun opini bahwa Syiah adalah bagian dalam Islam. Terlebih lagi kerjasama yang dilakukan dengan UIN Jakarta dimana banyak para elite Syiah Iran yang menempuh pendidikan S3 di universitas itu.

“Tentu hal tersebut memang sudah dipersiapkan dengan matang dan infiltrasi kedalam UIN Jakarta tidak dapat dipungkiri,” tegas Dr.Abdul Chair.

Melalui University and Research Institute for Quran and Hadith Iran (UAR), Dr. Abdul Chair menegaskan, seolah-olah Syiah Iran hendak menunjukkan bahwa Syiah yang ada di Iran sama-sama mengedepankan Al-Qur’an yang sama dan begitu pula degan pengkajian atas hadith, tidak ada dikotomi antara hadith Ahlus Sunnah dengn Syiah, padahal dalam implementasinya Syiah cenderung antagonistik dan banyak memutilasi ayat Al-Qur’an dan hadith Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallah yang diriwayatkan oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallah, terutama sahabat yang agung.

“Jelasnya, kerjasama itu tidak lebih merupakan pengembangan ekspansi ideologi Imamah Syiah Iran di Indonesia yang dilakukan secara legal, dan sekaligus sebagai basis dukungan terhadap gerakan-gerakan anti Syiah,” tegas Dr. Abdul Chair.

Untuk kepentingan itulah, kata Dr. Abdul Chair, mereka (orang-orang Syiah) memanfaatkan jalur lembaga pendidikan dan dukungan para tokoh, cendekiawan termasuk pemerintah.

Sementara itu, pengembangan studi al-Qur’an dan Hadith dalam kaitannya dengan peningkatan intelektual mahasiswa serta dosen, termasuk pertukaran pelajar dan publikasi bersama, menurut Dr. Abdul Chair jelas akan memberikan keuntungan geopolitik bagi Syiah Iran dalam rangka mempertahankan ruang hidup ajaran Syiah, untuk kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan awam untuk mempelajari teologi Syiah.

“Kita ketahui bahwa Syiah masuk ke Indonesia melalui pendekatan teologi,” ujar Dr. Abdul Chair.

Namun, sambung Dr. Abdul Chair, tujuan akhirnya adalah mengembangkan ideologi Imamah Syiah Iran dalam rangka menunggu hadirnya Imam Mahdi versi Syiah. Selama masa ghaibnya Imam Mahdi, maka lanjutnya, semua penganut Syiah tunduk dan patuh kepada Rahbar pemimpin besar Syiah Iran yang sekarang dijabat oleh Ali Khamenei.*


Soal Kerjasama UIN Jakarta-Iran, Pakar: Iran Lakukan Proyek Syiahisasi dan Iranisasi di Indonesia

Syiah dan Iran ibarat dua sisi dari mata uang yang sama, sejarah Syiah dalam banyak kasus telah menimbulkan konflik dan bahkan mampu mengambil alih pemerintahan.

Hidayatullah.com- Anggota Komisi Hukum dan Per-Undang-Undangan MUI Pusat, DR. H. Abdul Chair Ramadhan, SH, MH, MM mengatakan dampak yang ditimbulkan dari kerjasama antara Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dengan University and Reserch Institut for Qur’an and Hadith Iran (UAR) adalah semakin banyaknya kaum muda Indonesia yang tidak mengerti apa dan bagaimana Syiah yang sebenarnya.

“Mereka akan terperangkap pada pemikiran ideologi-politik Syiah Iran,” kata DR. Abdul Chair kepada hidayatullah.com, Jum’at (20/03/2015).

Sebagaimana dikutip laman UIN Online, Rabu (18/03/2015), Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta dan University and Reserch Institut for Qur’an and Hadith Iran (UAR) sepakat menandatangani naskah kerjasama di gedung Rektorat UIN Jakarta.

Perlu dicatat, ujar DR. Abdul Chair, kelembagaan Pojok-Pojok Iran (Iranian Corner, red) di berbagai kampus di Indonesia, justru banyak memasarkan ‘Revolusi Imam Husein ra’ dan ‘Revolusi Khomeini’ yang dijadikan jargon perjuangan Islam.

Dengan hadirnya kelembagaan resmi Iran tersebut, kata Abdul Chair, akan semakin menumbuhkembangkan semangat kaum muda untuk mengikuti pemikiran ideologi-politik Syiah Iran.

“Semua itu diarahkan untuk membentuk pemikiran yang mengarah kepada konsep Wilayatul Faqih sebagai pemegang kekuasaan Islam sedunia (lihat: Pasal 5 UUD Republik Iran, red),” ungkap DR. Abdul Chair.

Kondisi yang demikian, menurut Abdul Chair tentu akan merugikan bahkan mengancam keberadaan dan keberlangsungan ideologi Pancasila, UUD Negara RI Tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika karena ideologi Imamah Syiah Iran tidak dapat dipertemukan dengan ideologi manapun, termasuk Pancasila.

Selain itu, masih menurut Abdul Chair, ada kepentingan terselubung di balik kerjasama tersebut yaitu terkait dengan proyek Syiahisasi dan Iranisasi di Indonesia.

“Syiahisasi menunjuk terciptanya eksodus dari Ahlus sunnah menjadi Syiah, minimal menjadikan Syiah Relasional (kaum Ahlus Sunnah yang memberikan dukungan kepada Syiah dan Iran yang berdasarkan prinsip simbiosis mutualistic, red),” papar Abdul Chair.

Sedangkan ‘Iranisasi’, sambung Abdul Chair, menunjuk kepada terciptanya rasa, paham dan semangat Parsia yaitu suatu kondisi yang berbanding terbalik dengan nasionalisme Indonesia. Cara pandang (Wawasan Nusantara, red) akan bergeser ke Iran yang notabene adalah Parsia.

“Cara pandang ini akan melahirkan pemikiran dan sikap yang mendukung kebijakan politik dan hukum sang Rahbar,” pungkas Abdul Chair.

Karena itu menurut pria yang disertasinya membahas hubungan Syiah dan ketahanan nasional ini menuturkan pemerintah melalui kementerian terkait, seyogyanya harus mengawasi arus ekspansi ideologi imamah yang dilakukan Syiah Iran di Indonesia. [baca: Political Will Pemerintah Diperlukan Batasi Kerjasama Dengan Iran]

“Syiah dan Iran ibarat dua sisi dari mata uang yang sama, sejarah Syiah dalam banyak kasus telah menimbulkan konflik dan bahkan mampu mengambil alih pemerintahan, sebagaimana yang terjadi di Libanon dan Yaman,” ungkap DR. Abdul Chair kepada hidayatullah.com.*


MUI Jabar Desak MUI Pusat Tak Ragu Kelurkan Fatwa Kesesatan Syiah

Jika ada ketegasan pemerintah soal gerakan Syiah, potensi perpecahan dan konflik dapat dicegah sedini mungkin.

Hidayatullah.com—Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat tak menyalahkan ada anggapan gerakan Syiah menjadi ancaman bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Hal ini bisa mencontoh dari beberapa tragedi kemanusiaan yang berujung pada perebutan kekuasaa seperti yang terjadi Iraq, Suriah dan juga di Yaman. Sebab menurutnya, itu terjadi karena dalam ideologi Syiah ada faham Al Wilayah dan Imamah yang berpotensi mengambil alih kekuasaan yang sah.

Pernyataan ini disampaikan Sekum MUI Jabar, Drs.Rafani Achyar saat menerima puluhan orang yang mewakili Ormas Islam Jabar yang tergabung dalam gerakan Pembela Ahlus Sunnah (PAS) di kantornya, Kamis, (19/3/2015).

Lebih lanjut Rafani menjelaskan gerakan Syiah terhadap keutuhan NKRI ini semakin terasa dan mengemuka dengan berbagai bentuknya.

Ia menambahkan kejadian yang tengah berlangsung di jazirah Arab tersebut sedikit banyak akan menjadi inspirasi dalam memaikan gerakannya di Indonesia.

Mereka ingin menguasai negara dan mereka juga hendak mengimpor ke sini,” ungkapnya.

Untuk itu pihaknya sangat mendukung upaya ormas Islam khususnya yang tergabung dalam PAS yang ingin membendung gerakan Syiah di tanah air.

Dirinya pun menegaskan, gerakan syiah yang direkomendasi tahun 1984 agar diwaspadai kini mulai meresahkan umat,bangsa dan negara.

MUI sendiri menurutnya sebagai tanzih al harakah ( wadah koordinasi harakah) senatiasa terbuka dan siap bersama dalam membentengi akidah umat dari menyimpang ajaran maupun aliran sesat, termasuk Syiah.

Tidak salah analisis MUI dulu. Sekarang kejadian sehingga cocok untuk jadi fatwa (kesesatan Syiah, red). Kita awali dengan menerbitkan buku ini,” ungkapnya sambil menunjukan buku “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah” terbitan MUI Pusat.

Untuk itu pihaknya tengah menyiapkan langkah dan upaya dalam rangka menyadarkan pemerintah akan bahaya gerakan Syiah terhadap keutuhan NKRI. Ia meyakini jika ada ketegasan pemerintah soal gerakan Syiah ini potensi perpecahan tersebut dapat dicegah sedini mungkin.

Sementara itu Roinul Balad selaku Koordinator PAS menjelaskan bahwa sudah banyak bukti kesesatan Syiah khususnya gerakannya di wilayah Jabar dan sangat meresahkan. Ia mencontohkan beberapa daerah yang sinyalir menjadi “kawasan” Syiah dimana ada sekolah atau yayasan yang alifiasi ke ormas Syiah (Ijabi atau ABI) mengaku resah.

Biasanya keresahan meningkat saat jelang ada acara-acara ritual Syiah. Mereka tidak mau dianggap sebagai pendukung namun melapor juga tidak ada keberanian,” jelasnya.

Roin juga mengaku banyak mendapat laporan gerakan Syiah suka mengadu domba sesame umat Islam dengan melemparkan isu wahabi dan salafi ditengah jamaah Ahlus Sunnah. Selain itu, sambungnya, kelompok Syiah juga suka menyebarkan isu bahwa orang atau kelompok yang anti perbedaan, kerap menolak pendirian tempat ibadat dan sebagainya sebagai kelompok anti NKRI dengan alas an tidak menghargai perbedaan dan mengesampingkan sikap toleransi.

Karenanya,kami berharapkan MUI pusat jangan ragu untuk segera mengeluarkan fatwa Syiah sesat. PAS sendiri yang merupakan Gabungan 39 Ormas Islam Jabar menyatakan dukungannya kepada MUI Jabar dalam membentengi akidah umat, khususnya dari pengaruh akidah sesat khususnya Syiah,” ungkasnya.*

Seluruh Negara Arab dan Teluk Akan Jatuh ke Syi'ah?

BAGDAD (voa-islam.com) - Selama bertahun-tahun, seorang tokoh terkemuka di sebuah negara Teluk telah mengajukan berbagai saran dan analisa kepada para pemimpin Dunia Arab, khususnya para pemimpin Teluk untuk menyelamatkan Irak dan Yaman agar tidak jatuh ke tangan Iran.

Tapi, hari ini, kita melihat Suriah, Lebanon, Irak, Bahrain, dan Yaman yang menjadi ‘jantung’ (heartland) Arab sudah di bawah kekuasaan dan kendali Iran. Ini tidak berlebihan. Banyak bukti faktual yang mendukung kesimpulan itu. Seorang tokoh terkemuka Iran telah benar-benar mengakui klaim itu. Namun, ambisi mereka tidak berhenti di situ, dan akan terus menggulung seluruh kekuasaan di dunia Arab.

Awal bulan ini, mantan kepala intelijen Iran dan penasihat saat ini ke Presiden Rouhani yang menangani Urusan Etnis Minoritas dan Agama, Ali Younesi, mengatakan dalam forum diskusi publik: "Semua negara Timur Tengah sudah dalam genggaman Iran...", cetusnya.

Puluhan tahun yang lalu, situasi yang ada seperti sekarang ini, mungkin hanya sebagai angan-angan yang menggelikan, dan ada sedikit ditertawakan. Tapi, sekarang Syi’ah Houthi yang didukung Iran telah berhasil mengambil alih sebagian besar Yaman. Tehran tidak hanya secara terbuka melakukan jembatan ‘udara’ menerbangkan senjata dalam skala sangat besar, dan bahkan Houthi telah memiliki pesawat jet bom tempur yang sudah digunakan menggebom Aden.

Rezim Syi’ah di Teheran telah berjanji memasok minyak satu tahun ke ‘proxy’ Yaman, yaitu Houthi, dan membantu membangun pembangkit listrik. Yaman sekarang merupakan ancaman langsung terhadap keamanan dan stabilitas di negara Arab Saudi.

Sementara itu, pasukan Garda Revolusi Iran - bersama-sama dengan pejuang Hizbullah yang berjuang mempertahankan rezim Syi’ah Suriah Bashar al-Assad memerangi kelompok oposisi-oposisi yang sudah berantakan, dan sudah mulai meninggalkan Suriah menuju ladang baru yaitu ke Irak menghadapi ISIS.

Teheran terus meluaskan ekspansi idelogisnya (Syi’ah) ke seluruh kawasan Timur Tengah, dan dengan dukungan pasukan ‘Garda Revolusi’, dan tidak akan pernah berhenti sampai seluruh Timur Tengah dan Dunia Arab menancapkan bendera ‘Syi’ah’, di bawah bendera Republik Islam Iran yang berwarna merah, putih dan hijau. Sungguh ini sangat ironi. Mirip kembali seperti di zaman awal Islam.

Jenderal Qassem Sulaeman yang menjadi Komandan Garda Revolusi Iran berada di garis depan negara Irak, besama Angkatan Darat Irak, milisi Syiah Irak, dan mendadpatkan dukungan dari Koalisi yang dipimpin AS terus melakukan perang membebaskan provinsi yang mayoritas Sunni yaitu Anbar dari ISIS. Dengan dramatisasi tentang ‘teroris’ ISIS, kekuatan Syi’ah mendapatkan dukungan internasional. Inilah bencana bagi dunia Islam.

Salah satu pemimpin paramiliter Irak, Hadi Al-Amari, di antara mereka yang berjuang untuk memembebaskan wilayah Tikrit yang menjadi kampung halaman Saddam Husien, mengatakan kepada CNN, dia menyatakan bangga kepada dunia bahwa "kita memiliki penasihat Iran". Jangan membayangkan para 'penasihat' Iran - atau pasukan Iran - akan segera meninggalkan Irak, sesudah dapat mengalahkan ISIS. Mereka akan terus bercokol dan menguasai negara Irak. Irak akan menjadi bagian dari rezim Syi’ah di Iran.

Ayatullah Ali Younesi mengatakan: “Saat ini Irak tidak hanya benteng peradaban, tapi juga identitas. budaya dan modal kita, dan sekarang ini seperti di masa lalu... Geografi Iran dan Irak tidak dapat dibagi oleh siapapun", tegasnya.

Ali Larijani, Penasihat Keamanan Nasional Iran, mengakui pasukan Iran akan bersama-sama membebaskan tanah yang hilang, yaitu Irak. Mereka akan berjuang dengan segala kekuatan yang mereka miliki untuk mencaplok Irak.

Dengan jatuhnya Irak ke tangan Syi’ah Iran, maka kekuasaan Syi’ah membentang mulai dari Lebanon, Suriah, Irak, Iran, Banrain, dan Yaman. Arab Saudi, Kuwait dan Uni Emirat Arab, hanya menunggu hari jatuh ke tangan Syi’ah.

Wallahu’alam. - See more at: http://www.voa-islam.com/read/opini/2015/03/20/35995/seluruh-negaranegara-arab-dan-teluk-akan-jatuh-ke-syiah/

21.3.15

Mantan Direktur CIA David Petraeus: Perang Sunni-Syi'ah Mengancam Seluruh Timur Tengah

JAKARTA (voa-islam.com) - Mantan Direktur CIA Jenderal David Petraeus, yang pernah memimpin pasukan AS dalam perang Irak, tahun 2007-2008, mengatakan bahwa Iran dan milisi Syiah menimbulkan masalah mendasar dan "paling pokok”, dan ancaman strategis bagi stabilitas Irak, dan bukan ISIS, tegasnya.

"Saya berpendapat bahwa ancaman utama bagi stabilitas jangka panjang Irak dan keseimbangan regional yang lebih luas bukan ISIS. Tapi, milisi Syiah yang didukung oleh Iran”, tegas Petraeus kepada Washington Post, selama dia kunjungannya ke Irak utara, Jum'at, 20/3/2015.

Dia mengatakan sementara ini milisi Syiah membantu menghentikan serangan ISIS 'terhadap Baghdad, dan mereka bertanggung jawab atas "kekejaman dan pembantian" terhadap warga sipil Sunni, dan kemudian muncul menjadi kekuatan dominan di Irak, tambah Petraeus.

"Milisi ini keluar ke jalan-jalan Irak , saat menanggapi fatwa oleh pemimpin Syiah Ayatollah Sistani, pada saat bahaya dan ancaman ISIS. Mereka mencegah ISIS melanjutkan ofensif ke Baghdad. Meskipun demikian, mereka dalam beberapa kasus telah melakukan pembersihkan tidak hanya kelompok ISIS, tetapi juga warga Sunni. Mereka melakukan kekejaman tanpa batas terhadap kaum Sunni, "kata Petraeus.

"Jangka panjang, milisi Syiah yang didukung Iran bisa muncul sebagai kekuatan terkemuka di Irak, salah satu kekuatan yang berada di luar kendali pemerintah Irak, dan sebaliknya milisi Syi’ah di Irak langsung dibawah kendali oleh Teheran," tambahnya.

Petraeus mengatakan pengaruh Iran yang meningkat di Irak, dan bertujuan ingin mencaplok negara itu, dan sebagai indikasi Iran mengirim Komandan Garda Revolusi Iran (IRGC) Jenderal Qassem Suleimani dalam perang melawan ISIS. Petraeus menggarisbawahi "kenyataan yang sangat penting. Rezim Iran saat ini tidak menjadi sekutu kami di Timur Tengah”, ungkapnya.

Secara luas AS dalam perang Irak bertujuan ingin membersihkan al-Qaeda dari daerah Sunni Irak pada tahun 2006, dan Petraeus mengatakan bahwa bantuan Iran dalam melawan ISIS, Teheran "akhirnya menjadi bagian dari masalah, bukan solusi”, tegasnya.

Semakin Iran terlihat untuk mendominasi wilayah Irak, semakin akan mengobarkan radikalisme Sunni, dan menjadi bahan bakar munculnya kelompok-kelompok seperti ISIS. Sementara AS dan Iran mungkin memiliki kepentingan yang sama ingin mengalahkan ISIS, namun kepentingan antara AS dengan Iran berbeda, yaitu ingin menguasai dan mencaplok Irak.

Petraeus mengatakan: “Kekuasaan Iran di Timur Tengah akan menimbulkan konflik dan perang baru di seluruh Timur Tengah dan dunia Arab. Hal ini terutama timbul masalah baru, yaitu ketika Iran memerangi sekutu-sekutu kita. Tetapi juga berbahaya karena, semakin dirasakan, semakin memicu reaksi yang juga berbahaya bagi kepentingan kita . Lahirnya radikalisme Sunni, dan jika kita tidak hati-hati, prospek proliferasi (pengurangan program) nuklir juga terancam".

Petraeaus menambahkan bahwa pada musim semi tahun 2008, Jenderal Qassem Suleimani menjelaskan kepadanya bahwa dia bertanggung jawab atas kebijakan Iran mengenai Irak, Suriah, Lebanon, dan Afghanistan.

"Di tengah pertarungan yang sangat sengit, saya menerima kabar dari seorang pejabat yang sangat senior Irak bahwa Jenderal Qassem Sulaimani telah memberinya pesan untuk saya"

Ketika saya bertemu dengan pejabat senior Irak , ia menyampaikan pesan: “Jenderal Petraeus, Anda harus menyadari bahwa saya (Jenderal Qassem Suleimani), mengontrol kebijakan Iran untuk Irak, Suriah, Lebanon, dan Afghanistan.

Intinya sangat jelas, Jenderal Sulaimani memiliki kebijakan terhadap wilayah Irak, dan saya harus berurusan dengan dia. Ketika bicara Irak saya bertanya apa yang saya ingin sampaikan kembali, saya menyuruhnya untuk memberitahu Suleimani bahwa dia bisa 'pound pasir'”, ujar Petraeus.

Petraeus telah menyinggung Jenderal Qassem Sulaimani yang memimpin kelompok-kelompok milisi Syiah, dia bertanggung jawab atas “pembunuhan besar-besaran warga Sunni dan melukai puluhan ribu tentara koalisi Amerika dan pasukan Irak, sehingga akan wajar baginya untuk mengucapkan hal-hal paling serius kepada Jenderal Qassem Sulaimaniya, ungkap Petraeus kepada Washington Post.

Mantan penasihat AS di Irak Khedery mengatakan kepada Al Arabiya News bulan lalu, di mana sebelumnya, pemerintahan Obama memang sengaja menutup mata terhadap kejahatan dan kekejian milisi Syiah di Irak . Tapi sekarang dengan bukti baru dari organisasi hak asasi manusia dan dengan kesaksian Petraeus, "Obama sekarang harus menjelaskan apa kebijakannya yang harus di bangun dari bukti baru yang terungkap," kata Khedery Jumat, 20/3/2015.

David Mack, mantan duta besar AS dan thin-thank di Institut Timur Tengah yang berbasis di Washington mengatakan bahwa pemerintahan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi - adalah bagian baik secara politik dan ideologis dengan Iran. Al-Abadi bagian dari rezim Syi’ah Iran, dan mendapatkan dukungan dari milisi Syiah – dan dengan mengontrol milisi-milisi Syi’ah dan pasukan regular Irak, dipastikan akana menjadi ancaman perang di seluruh kawasan Timur Tengah dan Arab.

Perang baru di seluruh kawasan Timur Tengah dan Dunia Arab, perang antara Sunni – Syi’ah, karena Syi’ah yang dikendalikan oleh Teheran terus melakukan ekspansi territorial ke Timur Tengah dan Dunia Arab, dan mengubah ideology (aqidah) penduduk kawasan dari Sunni ke Syi’ah dengan senjata. Syi’ah tidak segan-segan menumpahkan darah dengan senjata. Seperti yang terjadi di Lebanon, Suirah, Irak, dan Yaman.

Wallahu’alam. - See more at: http://www.voa-islam.com/read/opini/2015/03/21/36011/mantan-direktur-cia-david-petraeus-perang-sunnisyiah-mengancam-seluruh-timur-tengah/

20.3.15

Populer di Inggris dan Norwegia, Nama Muhammad Malah Dicekal Autogate Bandara Soetta

Beberapa waktu lalu tersiar kabar jika Nama “Muhammad dan variannya seperti “Mohammed” menjadi nama paling populer yang diberikan kepada bayi-bayi yang baru lahir di Inggris. Kini, nama Muhammad kembali menjadi nama populer di Oslo, Norwegia, Demikian laporan Biro Statistik Norwegia (SSB).

“Ini sangat menarik,” kata Jorgen Ouren, Juru Bicara SSB, seperti dilansir The Local, Ahad (31/8).

Dari hasil survei diketahui, 4.801 anak laki-laki Norwegia memilih nama Muhammad atau variasi nama Muhammad seperti Mohammed. Disusul Jan (4.667) dan Per (4.155). Laporan ini sekaligus untuk kali pertama menempatkan nama Muhammad diurutan teratas nama bayi terfavorit di negeri Skandinavia tersebut.

Populasi Muslim Norwegia diperkirakan mencapai 150.000 dari 4,5 juta penduduk negara itu. Sebagian besar dari mereka merupakan imigran asal Pakistan, Somalia, Irak dan Maroko.

Ironisnya, nama Muhammad sendiri terkena cekal di sistem autogate Bandar Udara Soekarno Hatta, Cengkareng. Petugas imigrasi sebelumnya mengatakan jika nama Muhammad dan Ali memang tidak bisa mendaftar di sistem autogate dan harus melewati pemeriksaan manual yang lebih ketat, namun hal ini disanggah oleh petugas lainnya dengan alasan yang macam-macam. (rz)

Wapres: Rekayasa, Video Anak-anak Dilatih ISIS

Kemungkinannya kecil ada anak-anak di bawah umur dilibatkan dalam peperangan, karena senjata yang diangkat berat.

Hidayatullah.com–Wakil Presiden Jusuf Kalla berpendapat, video anak-anak yang dilatih ISIS dan diunggah di situs di internet merupakan kampanye rekayasa sehingga gerakan tersebut harus dilawan dengan dakwah yang baik agar lebih efektif daripada cara-cara kekerasan.

Saya pikir ada yang merekayasa (video ISIS yang berisi pelatihan anak-anak untuk bertempur),” kata Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (19/3/2015).

Menurut Wapres, kemungkinannya kecil bila ada anak-anak di bawah umur dilibatkan dalam peperangan, antara lain karena senjata yang diangkat dalam perang saja adalah alat yang berat untuk diangkat oleh anak-anak.

Jusuf Kalla menekankan, pentingnya ada langkah antisipasi dan pencegahan yang baik karena ideologi yang diusung ISIS bisa terdapat di berbagai generasi, baik yang muda maupun yang tua.

Untuk itu, ujar dia, ideologi ISIS harus dilawan dengan diberikan dakwah dan penjelasan yang baik karena hal tersebut dinilai lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan kekerasan.

Sebelumnya Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara memastikan pihaknya telah memblokir video ISIS yang melibatkan anak-anak di bawah umur.

Removal oleh YouTube atas permintaan kami, untuk Asia Pasifik sudah dilakukan sejak kemarin pukul 13.00 WIB,” kata Rudiantara di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (18/3/2015).

Meski begitu, bukan tidak mungkin konten itu telah tercopy dan disebarluaskan melalui situs lain sehingga ia meminta masyarakat untuk aktif mengadukan kepada Pemerintah melalui berbagai saluran. Salah satunya melalui email di alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id jika menemukan konten berbau terorisme.

Kalau memang ada ditemukan, segera laporkan akan kami tindak lanjuti,” katanya, disiarkan Antara.*

19.3.15

Biadab! Milisi Kristen Afrika Tengah Membantai dan Menghancurkan 436 Masjid

NEW YORK (voa-islam.com) - Laporan PBB menyatakan hampir semua masjid berjumlah 436 di Republik Afrika Tengah telah dihancurkan oleh milisi Kristen, ungkap Duta Besar AS untuk PBB, Selasa, 17/3/2015.

Menurut Duta Besar AS untuk PBB tindakan gila milisi Kristen menimbulkan kehancuran dan sangat "mengerikan", ujarnya.

Samantha Power berbicara kepada wartawan setelah Dewan Keamanan melakukan kunjungan ke Republik Afrika Tengah (CAR) yang diamuk perang dan pembersihan yang dilakukan oleh milisi Kristen terhadap Muslim di wilayah itu.

Samantha menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan tidak adanya jaminan keamanan bagi Muslim, terutama dari Uni Eropa dan pasukan Perancis yang sudah menarik keluar dari CAR, dan pasukan penjaga perdamaian PBB masih belum efektif. Sehingga, membuat milisi Kristen semakin leluasa membantai dan menghancurkan seluruh milik Muslim di wilayah itu.

Setidaknya 5.000 orang telah tewas sejak Republik Afrika Tengah meledak menjadi kekerasan antara Krisrten dan Muslim, dan belum pernah terjadi sebelumnya pada bulan Desember 2013. Hampir 1 juta penduduk CAR yang berpenduduk 4,5 juta telah mengungsi. Banyak dari mereka yang telah melarikan diri adalah Muslim.

Power mengatakan 417 masjid di negara itu telah hancur. Dia mengunjungi satu masjid yang tersisa lingkungan Muslim di ibukota, Bangui, dan menggambarkan penduduk sebagai "sangat ketakutan."

Beberapa wanita Muslim, takut meninggalkan rumahnya sambil mengenakan cadar mereka, memilih untuk melahirkan di rumah mereka, bukan rumah sakit, kata duta besar.

Pasukan penjaga perdamaian PBB, Perancis dan Uni Eropa telah mencoba untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan oleh milisi Kristen, tapi hanya sedikit yang dilakukannya. Menurut Power mengatakan kekuatan pasukan Uni Eropa hanya sekitar 750 tentara, dan meninggalkan Republik Afrika Tengah selama akhir pekan, tak lama setelah kunjungan Dewan Keamanan.

Hampir satu juta dari Republik Afrika Tengah 4,5 juta penduduk telah mengungsi. "Itu tidak memadai pasukan Uni Eropa," katanya. Sementara itu, pasukan Prancis telah mengumumkan "penarikan seluruh pasukannya" pada akhir tahun ini. Perancis telah mengirim 2.000 tentara ke bekas koloninya.

Pasukan penjaga perdamaian PBB sekitar 80 persen dari kekuatan yang direncanakan sekitar 10.000, kata Power. Sekjen PBB bulan lalu meminta tambahan pasukan lebih 1.000 penjaga perdamaian, kata Power mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB, tapi permintaan itu "sangat tidak diperhatikan", tambahnya.

Republik Afrika Tengah telah diguncang oleh konflik antara Kristen dan Muslim. Samantra Power mengatakan pasukan gabungan telah "menghindari dalam skenario terburuk," tetapi kelompok-kelompok bersenjata dari milisi Kristen telah menguasai negara, dan mereka memiliki senjata yang lengkap yang digunakan membantai Muslim di negeri Afrika itu

Duta besar AS menginginkan perlucutan senjata terhadap milisi Kristen, dan menjadi "prioritas besar", tegasnya. Uni Eropa sengaja membiarkan milisi Kristen dan sekutunya menghancurkan Muslim di wilayah itu. Milisi Kristen tak segan-segan menghacurkan seluruh masjid di Afrika Tengah, dan bahkan sekolah-sekolah pun ikut dibakar habis. Begitulah agama Kristen yang dikatakan agama 'kasih', sejatinya agama kaum penjahat. (dimas/aby/voa-islam.com)


Dubes AS untuk PBB: Hampir Semua Masjid di Afrika Tengah Dihancurkan

Kini tidak ada lagi tersisa umat Islam di Bangui kecuali 900 Muslim dari 100 ribu lebih umat Islam yang semula berada di kota tersebut

Hidayatullah.com— Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan hampir semua masjid yang berjumlah 436 hancur selama perang berbulan-bulan antara umat Kristen dan Islam di Republik Afrika Tengah (CAR).

“Ini kehanrcuran gila dan mengerikan,” demikian disampaikan Samantha Power, hari Selasa, 17 Maret 2015 sebagaimana dikutip Aljazeera.

Samantha Power menyampaikan keterangan tersebut di depan wartawan usai Dewan Keamanan PBB mengunjungi negeri itu pekan lalu.

Dia mengaku sangat prihatin dengan keadaan keamanan di sana terutama ketika pasukan Uni Eropa dan Prancis ditarik dari Republik Afrika Tengah, sementara pasukan perdamaian PBB belum tiba di sana.

Sedikitnya 5.000 orang tewas sejak Republik itu dilanda kecamuk perang berbau sektarian pada Desember 2013. Sekitar satu juta orang di negeri berpenduduk 4,5 juta jiwa itu telah mengungsi, sebagian besar adalah umat Muslim.

“417 masjid di negeri itu telah hancur,” ujarnya saat mengunjungi salah satu kawasan yang dihuni warga Muslim di Ibu Kotaq Bangui.

“Warga di sana tampak ketakutan,” ucapnya.

Aksi milisi Kristen Anti Balaka menghancurkan masjid-masjid
“Banyak wanita muslim ketakutan meninggalkan lingkungannya sembari mengenakan hijab. Mereka lebih memilih melahirkan di rumah daripada di rumah sakit,” kata Power.

Menurut Samantha Power, kondisi ini menjadi perhatian PBB dengan mengirimkan pasukan perdamaian dari Prancis dan Uni Eropa. Tentara PBB ini melakukan operasi militer untuk menurunkan tensi kekerasan. Namun demikian, kata Power, pasukan Uni Eropa yang berjumlah 750 orang itu akan meninggalkan Republik Afrika Tengah akhir pekan ini, sesaat setelah kunjungan Dewan Keamanan.

“Itu bakal menjadi masalah besar di sana,” katanya. Pasukan Prancis bakal ditarik dari negeri itu pada akhir 2015. Prancis mengirimkan 2.000 tentara ke negara bekas jajahannya.

Republik Afrika Tengah (CAR) mengejang pasca kelompok koalisi Muslim dipaksa meletakkan kekuasannya oleh kelompok pemberontak Kristen anti-Balaka. Namun belakangan kelompok Kristen Anti Balaka yang bersenjata melancarkan serangan terkoordinasi terhadap kebanyakan warga Muslim biasa dan masjid-masjid.

Ribuan orang yang diyakini telah tewas dan lebih dari satu juta lainnya terlantar dengan konflik selama ini.

Salah satu penampilang milisi Kristen Anti Balaka (AFP)
Data PBB bulan Maret 2014 menyebutkan, sebagian besar umat Islam telah meninggalkan Bangaui, Ibu Kota Afrika Tengah akibat kekerasan berdarah yang dilakukan oleh milisi Kristen.

Kabarnya, kini tidak ada lagi tersisa umat Islam di Bangui kecuali 900 Muslim dari 100 ribu lebih umat Islam yang semula berada di kota tersebut. [Baca: Dari 100 Ribu, kini hanya tersisa 900 Muslim di Bangui]

Pemerintah sementara di Bangui, yang didukung pasukan pemelihara perdamaian internasional saat ini mencoba untuk membuka jalan bagi pemilihan yang damai di negara itu.*

Diduga Praktik Gigolo dan Homoseksual, Rumah Dakwah Desak Pemerintah Pekanbaru Segera Deportasi Imigran Syiah

“Mereka bukan hanya (maaf) jadi gigolo, tetapi ada juga yang jadi pelayan homoseksual atau waria,” ungkap Ron.

Hidayatullah.com- Peneliti Rumah Dakwah Riau, Roni Candra mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau dan khususnya Pemerintah Kota (Pemkot) Pekanbaru supaya segera mendeportasi para imigran Syiah dari kota Pekanbaru.

“Kami mendesak Pemprov Riau dan Pemkot Pekanbaru agar mendeportasi mereka (para imigran Syiah.red) ke negara asalnya,” tegas Roni kepada hidayatullah.com, belum lama ini.

Pasalnya, tegas Roni, kedatangan para imigran Syiah itu sudah mulai merusak tatanan sosial masyarakat melayu di Pekanbaru yang identik dengan Islam, salah satunya dengan menyuburkan perzinahan dan perilaku seks menyimpang. [baca: Peneliti Rumah Dakwah Riau: Imigran Syiah Terindikasi Lakukan Praktek Prostitusi di Pekanbaru].

“Mereka bukan hanya (maaf) jadi gigolo, tetapi ada juga yang jadi pelayan homoseksual atau waria,” ungkap Roni yang juga sebagai Humas dari Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kota Pekanbaru.

Di samping itu, imbuh Roni, kedatangan imigran Syiah juga bisa mengancam stabilitas dalam negeri sebab di antara imigran tersebut tidak semuanya masyarakat sipil biasa, akan tetapi ada juga di antara mereka yang mantan milisi atau militer Syiah.

“Kami khawatir mereka tidak hanya semata-mata ingin mengungsi ke sini (Indonesia.red), tetapi ada skenario Syiah Internasional yang juga mereka agendakan,” pungkas Roni.*

“Mereka bukan hanya (maaf) jadi gigolo, tetapi ada juga yang jadi pelayan homoseksual atau waria,” ungkap Roni yang juga sebagai Humas dari Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kota Pekanbaru.


Peneliti Riau: 4 Imigran Syiah di Pekanbaru Positif Mengidap HIV AIDS

“Banyak juga di antara imigran Syiah tersebut yang sudah menikah diam-diam dengan wanita muslimah Pekanbaru,” ujar Roni.

Hidayatullah.com- Peneliti Syiah dan Aliran Sesat dari Rumah Dakwah Riau, Roni Candra mengatakan jika di salah satu tempat penampungan imigran Syiah kota Pekanbaru ada 4 orang di antara mereka yang positif mengidap HIV AIDS setelah dilakukan cek kesehatan.
“Cukup mengawatirkan, setelah dilakukan cek kesehatan ditemukan 4 imigran Syiah di Pekanbaru yang positif mengidap HIV AIDS. Jadi, masyarakat harus betul-betul mewaspadai akan hal ini,” ungkap Roni kepada hidayatullah.com, belum lama ini.

Dari hasil temuannya itu, menurut Roni, kedatangan imigran Syiah tersebut sama sekali tidak ada manfaatnya bagi masyarakat melayu Riau pada umumnya dan khususnya masyarakat Pekanbaru. Justru, lanjutnya, kedatangan mereka bisa mengancam kesehatan karena sangat berpotensi menularkan penyakit HIV AIDS. [baca: Peneliti Rumah Dakwah Riau: Imigran Syiah Terindikasi Lakukan Praktek Prostitusi di Pekanbaru].

“Mereka juga menyuburkan praktek perzinahan dan perilaku seks menyimpang di kota Pekanbaru,” ungkap Roni.

Salah satu langkah yang sering ditempuh imigran Syiah dalam menyebarkan paham sesatnya, kata Roni adalah melalui pernikahan dengan warga setempat sebagaiamana yang dilakukan oleh imgran Syiah di Pekanbaru.

“Banyak juga di antara imigran Syiah tersebut yang sudah menikah diam-diam dengan wanita muslimah Pekanbaru,” ujar Roni.

Maka dari situ, Roni yang juga Humas dari Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kota Pekanbaru mendesak Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau dan khususnya Pemerintah Kota (Pemkot) Pekanbaru supaya segera mendeportasi para imigran Syiah dari kota Pekanbaru.*

Pasukan Syiah Irak Bertindak Bagai Perampok dan Penjarah Rakyatnya

Eramuslim.com – Pasukan Syiah Irak dan milisi sekutunya menjarah, membakar, serta menghancurkan desa-desa taklukan mereka di kota Turkmenistan pada Agustus lalu, ujar laporan Human Rights Watch (HRW) pada Rabu (18/3/2015).

“Setelah operasi untuk mengakhiri pengepungan Amerli, milisi pro-pemerintah dan pasukan relawan serta pasukan keamanan Irak menyerbu desa-desa Sunni dan pemukiman sekitar Amerli di provinsi Salaheddin dan Kirkuk,” ujar laporan kelompok hak asasi manusia yang berbasis di New York seperti dilansir Middle East Online.

“Selama serangan, milisi, pejuang relawan dan pasukan keamanan Irak menjarah harta warga sipil yang melarikan diri selama pertempuran di Amerli, membakar rumah-rumah warga dan bisnis dari warga desa,” ujar HRW.

Mereka juga menggunakan bahan peledak dan alat berat untuk menghancurkan bangunan individu atau seluruh desa, tambah laporan. “Irak tidak bisa menang melawan Daulah Islamiyah dengan serangan terhadap warga sipil yang melanggar hukum perang dan kesopanan manusia,” ujar wakil HRW untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Joe Stork.

“Pelanggaran milisi mendatangkan malapetaka bagi orang-orang Irak dan memperburuk permusuhan sektarian.” (rz)

18.3.15

Turki Pertanyakan Kerjasama Syiah Suriah dengan Zionis-AS

Eramuslim.com – Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menyatakan segala bentuk kerjasama, kesepahaman, dan negosiasi dengan Presiden Syiah Suriah Bashar al-Assad sama saja berkompromi dengan Adolf Hitler. Hal tersebut dikemukakan Davutoglu terkait rencana negosiasi Zionis-AS dengan Assad.

Berbicara pada pertemuan AK Party di Ankara, Davutoglu mempertanyakan sikap AS yang hendak bernegosiasi dengan Assad. Jika negosiasi itu dilakukan, sama saja AS mencederai nilai-nilai kemanusiaan yang ada.

Semua pembantaian ini telah jelas, penggunaan senjata kimia yang dilakukan Assad, Namun pada akhirnya AS akan berjabat tangan dengan Assad. Ini jabat tangan yang akan diingat sepanjang sejarah,” katanya dalam pidato yang disiarkan langsung. “Tidak ada perbedaan antara berjabat tangan dengan Assad, atau dengan Hitler, Saddam, Karadzic, Milosevic,” ujar dia kembali dikutip dari Al Arabiya, Rabu (18/3).

Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan, Ahad (15/3), AS harus bernegosiasi dengan Assad. Meskipun kemudian Departemen Luar Negeri AS tidak secara khusus mengatakan kalau Washington akan terbuka menerima tawaran yang diajukan Assad. (rz)

16.3.15

Eks Penasehat KPK: "Koruptor Harusnya Dihukum Mati, Bukan Dikasih Remisi!"

Eramuslim.com – Tak ada habisnya kekonyolan yang ditampilkan rezim Jokowi. Teranyar, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkum HAM), Yasonna Laoly berencana memberikan remisi atau keringanan hukuman pada narapidana (napi) korupsi, narkoba dan teroris. Langkah ini dinilai mundur dari upaya pemberantasan korupsi jaman Presiden SBY.

Pak SBY dulu sudah diperketat (remisi koruptor) tapi sekarang malah diperlonggar. Seharusnya Pak Jokowi bersuara lebih keras,” kata dosen hukum tindak pidana pencucian uang Trisakti Yenti Ganarsih di Bincang Senator di kafe Brewerkz, Senayan City, Jakarta Pusat,(15/3).

Menurutnya, wacana pemberian remisi itu akan menjadi preseden buruk untuk Presiden Jokowi. Ia akan dinilai melanggar janji kampanyenya untuk memberantas korupsi.

Mantan Penasihat KPK Abdullah Hehamahua mengatakan remisi tak perlu diberikan pada terpidana narkoba. Jika alasannya karena hak asasi manusia, menurutnya harusnya saat akan korupsi, pejabat tersebut harusnya memikirkan HAM orang lain.

Karena kejahatan luar biasa. Organisasi juga luar biasa. Maka perlu amandemen KUHP. Ini tidak melanggar HAM. Ketika mencuri uang rakyat, dia tidak memperhatikan HAM rakyat,”‎ kata Abdullah.

Abdullah bahkan mengatakan seharusnya koruptor dihukum mati agar memberi efek jera bagi pejabat lainnya. “Kalau di Islam, orang yang mencuri dihukum potong tangan. Karena itu saya usulkan hukuman mati harus diberlakulkan bagi para koruptor,” ucapnya.

Persoalan remisi untuk koruptor ini mendapat kritik dari penggiat korupsi. Rencana pemberian remisi ini dinilai sebagai langkah pelemahan KPK pasca kasus Cicak vs Buaya jilid 4.(rz/FN)

15.3.15

Direktur CIA: "AS Tidak Ingin Rezim Assad Jatuh"

Eramuslim – “Amerika Serikat tidak ingin melihat kematian rezim Suriah karena bisa membuka pintu ekstremis Islam untuk merebut kekuasaan,” kata Direktur CIA John Brennan, Jumat.

Dengan munculnya Daulah Islam di Irak dan Suriah dan kelompok militan lainnya, Washington memiliki alasan untuk khawatir tentang siapa yang mungkin menggantikan Presiden Bashar al-Assad jika pemerintahnya jatuh,” Kata direktur CIA.

Berbicara di sebuah acara di Dewan Hubungan Luar Negeri, ia mengatakan bahwa “unsur-unsur ekstremis” termasuk kelompok Daulah Islam dan al-Qaeda adalah “Penguasa sekarang” di beberapa bagian Suriah.

Hal terakhir yang kami ingin lakukan adalah menghambat mereka untuk masuk berbaris ke Damaskus.”

Itulah mengapa penting untuk meningkatkan kekuatan-kekuatan dalam oposisi Suriah yang tidak ekstrimis,” tambahnya.

Militer AS mendanai pelatihan dan mempersenjatai pasukan pemberontak “Moderat” Suriah .

Tak satu pun dari kami, Rusia, Amerika Serikat, koalisi, dan negara-negara regional, ingin melihat runtuhnya lembaga pemerintah dan politik di Damaskus,” kata Brennan. (Arby/Dz)

13.3.15

Syiah Iran Incar Palestina dan Lebanon, Setelah Kuasai Irak, Suriah dan Yaman

Eramuslim – Komandan Korps Pengawal Revolusi Iran, Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari, menyatakan bahwa pemerintah teheran akan mendukung perjuangan rakyat Libanon dan Palestina sama seperti medukung pemerintah Irak dan Suriah.

Pernyataan ini dilontarkan Mayjen Mohammad Ali Jafari dalam rapat pertemuan dengan para perwira tinggi militer Iran yang diselenggarakan di ibukota Teheran pada hari Rabu (11/03) kemarin.

Dalam rapat tersebut, Mayjen Mohammad Ali mengatakan “Menjaga revolusi Iran berarti mempertahankan peran negara Syiah tersebut dalam kancah internasional, baik di bidang keamanan, militer, budaya dan hegemoni kawasan.”

Menurutnya pengaruh revolusi Iran telah memasuki fase baru dengan diterimanya pesan revolusi Syiah kepada pemuda di Eropa dan Amerika Utara.

Perlu diketahui Iran kini berperan aktif dengan mengutus langsung Mayjen Qasem Soleimani yang menjabat komandan pasukan elit Garda Revolusi “al Quds Force”, untuk memimpin perang merebutkan kota Tikrit dari tangan mujahidin Negara Islam. (Ahbarak/Ram)


Wow... Ternyata Pasukan Irak Didominasi oleh Milisi Syiah Iran

Eramuslim – Video perayaan milisi Syiah yang berhasil merebut sebagian besar kota Tikrit di Irak, dari tangan mujahidin Negara Islam menjadi perbincangan hangat warga Timur Tengah di dunia maya.

Dalam rekaman video berdurasi hampir 2 menit tersebut nampak sejumlah milisi Syiah dan pasukan pemerintah bersama merayakan keberhasilan merebut alun-alun kota Tikrit dari mujahidin negara Islam.

Nampak milisi dan sejumlah pasukan pemerintah menurunkan lambang bendera Negara Islam dari alun-alun kota, dan beberapa dari bendera tersebut dibuang di tanah serta dibakar, sementara milisi yang lain menjaga dan meneriakkan slogan-slogan Syiah.

Sebelumnya Jenderal Martin Dempsey dalam rapat dengar pendapat dengan Kongres AS pada hari Rabu (11/03) kemarin menyebut sekitar 20 ribu milisi Syiah bentukan Iran ikut membantu pasukan pemerintah Irak merebut kota Tikrit sejak awal bulan Maret lalu.

Iran bahkan mengirimkan Mayjen Qasem Soleimani, yang menjabat komandan pasukan elit Garda Revolusi Iran “al Quds Force”, untuk memimpin dan mengawasi jalannya operasi militer tersebut. (Rassd/Ram)

Berikut rekaman video:

7.3.15

Ulama Digantikan oleh Pemimpin yang Bodoh, Sesat dan Menyesatkan

Hadis berikut ini menyebutkan bahwa pada masa-masa terakhir dunia, urusan masyarakat muslim akan jatuh ke tangan orang-orang yang benar-benar bodoh dan tidak mempunyai pemahaman tentang agama Islam.

Abdullah ibn Amr ibn al Ash meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صحيح البخاري ٩٨: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
قَالَ الْفِرَبْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ
Shahih Bukhari: Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata; aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan”. Berkata Al Firabri, telah menceritakan kepada kami ‘Abbas berkata, telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari Hisyam seperti ini juga.

Ramalan tersebut telah terbukti, karena orang-orang Islam dewasa ini telah mengangkat pemimpin yang hanya tahu kulit luar Islam, tetapi tidak mengerti praktek dan inti Islam. Misalnya, seringkali seorang pengusaha, dokter, atau insinyur diangkat menjadi imam masjid. Para profesional itu tidak mempunyai latar belakang pendidikan Islam, mereka tidak mempelajari quran dan hadits secara mendalam. Mereka memang diperbolehkan bertindak sebagai Imam sholat di Masjid bila memang tidak ada orang yang memiliki kriteria yang mumpuni, namun bila mereka mengakui dirinya ataupun diakui masyarakatnya sebagai Ustadz, Ulama ataupun penceramah, yang dapat memberikan fatwa atas masalah tertentu, maka berarti mereka telah melampaui batas kewenangannya dan dapat membawa potensi kerusakan serius pada masyarakat muslim.

Pemimpin masyarakat muslim semacam itu akan mengubah Masjid menjadi arena untuk memperebutkan dominasi sosial, bukan sebagai tempat untuk meningkatkah kehidupan keagamaan dan spiritual.

Imam As-Syafi’i berkata, “Seseorang tidak diperkenankan memberi fatwa kecuali dia mengetahui Al Qur’an secara lengkap, termasuk ayat ayat yang telah dihapus, dan ayat ayat yang menghapusnya, dan ayat yang mirip satu sama lain, dan apakah surah itu diturunkan di Mekah atau di Madinah. Dia harus mengetahui seluruh koleksi hadits Nabi, baik yang asli maupun yang palsu. Dia harus memahami bahasa Arab pada masa Nabi beserta tata bahasa dan keistimewaannya, serta mengetahui puisi puisi arab. Disamping itu dia harus mengetahui kebudayaan berbagai masyarakat yang tinggal di berbagai tempat. Jika seseorang memiliki seluruh pengetahuan itu dalam dirinya, maka ia boleh berpendapat bahwa ini halal ini haram. Jika tidak, maka ia tidak punya hak untuk mengeluarkan fatwa"

Contohlah juga Umar bin Khattab, bila ia ingin memberikan keputusan atas suatu masalah maka ia kumpulkan dahulu seluruh sahabat yang terlibat dalam perang Badar (sekitar 313 sahabat) untuk menemukan jawabannya.

Sayangnya, orang-orang zaman sekarang terlalu cepat mengeluarkan aturan yang didasarkan atas analisis mereka sendiri. dan juga para pemimpin Islam dewasa ini, alih-alih menggunakan masjid untuk meningkatkan kebaikan dan keselamatan jiwa manusia di akherat kelak, mereka justru membicarakan persoalan dunia dan kenikmatannya.

Lebih parah lagi di zaman internet ini, dan ini kejadian nyata! Ada seorang anak laki-laki yang hanya berusia 18 tahun bertindak sebagai ulama besar yang dapat mengeluarkan fatwa, dan ia menuliskan dalam blognya , dan dengan mudahnya ia katakan “anda salah, anda termasuk orang kafir!” lalu banyak orang orang mengajukan pertanyaan besar kepadanya, dan sambil banyak orang pula yang merespon dan mengetik jawabannya sambil mengemukakan pendapat pribadi mereka yang tidak didasari oleh keilmuan. Bahkan banyak pula orang orang yang membacanya dan kemudian mengkopi apa yang ditulis oleh anak anak muda itu, untuk dijadikan landasan hukumnya. Jadilah seperti yang dikatakan nabi,” Mereka sesat dan menyesatkan.”

-Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani in Approach of Amargeddon-

4.3.15

Mengkonsumsi Kacang Tanah Kurangi Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Kacang tanah mengandung gizi tinggi, lemak tak jenuh, serat, vitamin, anti-oksidan, dan dapat meningkatkan kesehatan jantung, dengan mengkonsuminya sekitar 30 gram setiap minggu.

MAKAN kacang, dalam jumlah kecil, dapat mengurangi risiko kematian dan penyakit kardiovaskular, kata hasil penelitian.

Laporan ini mengkompilasi penelitian dari orang-orang berbagai ras, termasuk Kaukasia, Afrika- Amerika, dan Asia. Semua dari latar belakang berpenghasilan rendah.

Para peneliti menemukan, mengkonsumsi kacang secara teratur mengurangi kematian di kalangan pria dan wanita dari semua kelompok. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa makan kacang –yang relatif terjangkau– dapat menjadi cara murah dan bergizi untuk mengurangi angka kematian dan penyakit kardiovaskular di seluruh dunia.

Penelitian ini, yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association dan Internal Medicine, melibatkan lebih dari 70.000 masyarakat Kaukasia dan kulit hitam di Amerika Serikat, dan 130.000 orang China di Shanghai.

“Kami menemukan bahwa mengkonsumsi kacang terkait dengan berkurangnya total mortalitas dan mortalitas penyakit kardiovaskular dalam masyarakat berpenghasilan rendah yang didominasi penduduk kulit hitam dan putih di AS, dan di antara laki-laki dan perempuan China yang tinggal di Shanghai,” kata peneliti senior Xiao-Ou Shu, Wakil Direktur Global Health di Vanderbilt-Ingram Cancer Center (VICC), seperti dilansir Free Malaysia Today, Selasa (3/3/2015).

Ada penurunan risiko kematian total antara 17 hingga 21 persen dari peserta penelitian. Sedang risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular berkurang antara 23 dan 38 persen.

Tapi anggota tim peneliti William Blot memperingatkan, karena data itu dari observasi studi epidemiologi dan tidak acak uji klinis, “kita tidak bisa yakin bahwa kacang merupakan faktor utama yang dapat mengurangi kematian dalam penelitian ini.”

“Tetapi temuan dari studi baru ini, bagaimana pun, memperkuat penelitian sebelumnya, menunjukkan manfaat kesehatan dari makan kacang-kacangan, dan dengan demikian cukup menggembirakan,” tambah Blot, yang juga Wakil Direktur Pengawasan Pencegahan Kanker dan Populasi di VICC.

Kacang tanah merupakan makanan murah dan banyak tersedia dibanding jenis kacang lainnya, serta dimakan oleh banyak kalangan di seluruh dunia.

Kacang mengandung gizi tinggi, lemak tak jenuh, serat, vitamin, anti-oksidan, dan dapat meningkatkan kesehatan jantung, dengan mengkonsuminya sekitar 30 gram setiap minggu.

“Hasil penelitian menunjukkan, kacang merupakan bagian dari diet seimbang yang bermanfaat,” kata Peter Weissberg, Direktur British Heart Foundation, yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.

“Data memang tidak menunjukkan bahwa semakin banyak kacang yang Anda makan, semakin rendah risiko serangan jantung fatal. Karenanya orang jangan mengkonsumsi kacang dalam jumlah besar, khususnya kacang asin, dengan harapan melindungi dari penyakit jantung,” tambahnya.

Penelitian sebelumnya telah difokuskan pada masyarakat kulit putih kelas atas.

Para peserta dalam studi ini diamati antara lima sampai 12 tahun.*

Ratusan Orang di Peshawar Dipenjara karena Anaknya Tidak Divaksinasi Polio

Orangtua yang menjadi target tidak akan ditahan jika mereka setuju untuk memvaksinasi anak-anaknya.

Polisi bersenjata mengawal petugas pelaksana
vaksinasi polio di Pakistan.
Hidayatullah.com—Ratusan orangtua di wilayah barat daya Pakistan telah ditangkap dan dijebloskan ke penjara, karena menolak memberikan anaknya vaksinasi polio.

Feroz Shah, seorang jurubicara pemerintah distrik di Peshawar, mengatakan 471 orang di kota dan desa sekitar telah dipenjarakan atas instruksi dari permerintah dengan tuduhan membahayakan keamanan publik.

Orangtua yang menjadi target tidak akan ditahan jika mereka setuju untuk memvaksinasi anak-anaknya, kata Shakirullah Khan, seorang polisi senior di Peshawar.

“Ini merupakan tindakan drastis pertama yang pernah diambil,” kata Shah dikutip The Guardian Senin (2/3/2015).

“Ini menunjukkan kesungguhan pemerintah dalam membasmi polio,” imbuhnya.

Bersama dengan Afghanistan dan Nigeria, Pakistan menghadapi endemi polio dan negara itu tahun lalu melaporkan banyak terjadi kasus polio. [?]

Pada bulan Januari, pemerintah menargetkan sekitar 35 juta anak di seluruh negeri mendapatkan vaksinasi. Oleh karena petugas pelaksana vaksinasi sering mendapatkan serangan dari warga yang menentang program itu, strategi keamanan baru juga telah diterapkan untuk melindungi mereka.*

2.3.15

Perampokan Besar-besaran terhadap Negara, Mega Skandal BLBI Rp.650 Triliun


JAKARTA (voa-isla.com) - Berbicara tentang skandal BLBI kita harus melihat secara komperhensif agar fair. Yaitu mulai dari awal terjadinya krisis moneter thn 97.Dari situ kita akan melihat betapa bangsa ini telah dirampok secara licik dan habis2an baik oleh asing maupun oleh anak2 bangsa sendiri.

Skandal BLBI adalah perampokan terbesar sejak republik ini berdiri. Bahkan hingga saat ini rakyat masih harus membayar cicilannya.Menurut @RamliRizal kita masih harus membayar cicilan sebesar 60T/tahun hingga 20 tahun kedepan akibat perampokan besar2an ini

Jadi masalah BLBI dan segala penyelewengan atasnya masih sangat relevan utk diusut. Sebab hingga saat ini kita masih dibebani cicilannya., Kejahatan seputar BLBI ini sesungguhnya sangat rumit dan canggih, tapi bisa disederhanakan kira2 seperti ini:Saat krisis moneter melanda negeri ini, pemerintah memutuskan menyelamatkan bank-bank agar tidak berguguran.

Pada kenyataannya bank-bank yang diselamatkan dgn guyuran dana besar2an ini tidak hanya bermasalah karena krismon saja. Tetapi juga sejak awal sudah bermasalah karena kenakalan pemiliknya. Jadi mereka justru mengambil manfaat dari krismon itu sendiri. Tidak cukup sampai disitu, kucuran dana uang rakyat ternyata diselewengkan oleh bank2 tersbut utk keperluan lain diluar penanganan krisis.

Masih belum puas merampok uang rakyat, setelah menyelewengkan dana BLBI mereka berkelit tidak mau membayar kewajibannya. Sebagai gantinya para konglomerat ini menyerahkan aset yang nilainya jauh dibawah hutang mereka pada negara untuk dijual. Makin menjijikkan ulah mereka ketika aset2 tersebut ternyata akhirnya mereka beli sendiri melalui anak2 perusahaan mereka di luar negeri.

Dan harga belinya pun jauh dibawah harga pasar. Contohnya yg terjadi pada BCA, dimana dijual dgn harga obral dgn nilai total hanya 10T. Padahal saat itu BCA punya tagihan kpd Pemerintah sebesar Rp. 60 T, dan ketika BCA dijual sudah punya laba ditahan sebesar Rp. 4 triliun. Bagaimana semua kekonyolan itu bisa terjadi? Jawabnya adalah karena terjadi perselingkuhan dan pengkhianatan dari berbagai pihak. Mulai dari para konglomerat nakal, Pemerintah, DPR, Kejaksaan, IMF, BI, dll. Mereka bersatu menelikung bangsanya sendiri.

Lalu seberapa besar kerugian negara atas pengkhianatan ini? Bandingkan saja kerugian akibat Century 6,7 T sementara BLBI 600 T lebih! Lalu siapa yang harus disalahkan dan dimintai pertanggungan jawab? Untuk itu kita harus mengulang kembali kronologinynya sejak awal. Berikut adalah poin-poin penting kronologis terciptanya skandal BLBI tersebut.

1 September 1997, BI menurunkan suku bunga SBI sebanyak tiga kali. Berkembang isu di masyarakat mengenai bebrp bank besar yg mengalami. Kalah kliring dan rugi dlm transaksi valas. Kepercayaan masyarakat terhadap bank nasional mulai goyah. Terjadi rush kecil-kecilan. 3 September 1997, Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan serta Produksi dan Distribusi berlangsung di Bina Graha.

Hasil pertemuan: pemerintah akan membantu bank sehat yang mengalami kesulitan likuiditas, sedangkan bank yang ”sakit” akan dimerger atau dilikuidasi. Belakangan, kredit ini disebut bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI). 1 November 1997, 16 bank dilikuidasi.

Terjadilah rush besar-besaran akibat kepanikan luar biasa 27 Desember 1997, Presiden menyetujui saran direksi BI utk mengganti saldo debit bank dgn SBPU agar tidak banyak bank yg tutup. Mei 1998, BLBI yg dikucurkan pada 23 bank mencapai Rp 164 T, dana penjaminan antarbank Rp 54 T, dan biaya rekapitalisasi Rp 103 T.

Penerima terbesar hanya empat bank, yakni BDNI Rp 37,039 T, BCA Rp 26,596 T, Bank Danamon Rp 23,046 T, dan BUN Rp 12,067 T. 4 Juni 1998, Pemerintah diminta membayar seluruh tagihan kredit perdagangan (L/C) bank-bank dalam negeri oleh Kesepakatan Frankfurt.

Ini merupakan syarat agar L/C yg diterbitkan bank dlm negeri bs diterima di dunia internasional. Pemerintah terpaksa memakai dana BLBI 18 T. 21 Agustus 1998, Pemerintah memberikan tenggat pelunasan BLBI dalam tempo sebulan. Bila itu dilanggar, ancaman pidana menunggu.

Tenggat berlalu begitu saja. Para konglomerat tdk menggubris ancaman pemerintah. Jangankan pidana, sanksi administratif pun tak terdengar. 26 September 1998, Pemerintah mengalah. Menteri Keuangan menyatakan pemerintah mengubah pengembalian BLBI dari sebulan menjadi lima tahun. 27 September 1998, Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita meralat dari 5 tahun menjadi setahun. Pelunasan BLBI harus tunai dalam tempo setahun.

18 Oktober 1998, IMF mulai ikut campur. Hubert Neiss melayangkan surat keberatan. Meminta pelunasan kembali menjadi lima tahun. 10 November 1998, Akhirnya pengembalian BLBI ditetapkan 4 tahun. Tahun pertama 27 persen, sisanya dikembalikan dalam tiga tahun.

8 Januari 1999, Pemerintah terbitkan surat utang Rp 64,5 triliun sbg tambahan dana yg dikeluarkan BI atas tagihan bank yg dialihkan ke BPPN. 6 Februari 1999, BI dan Menkeu membuat perjanjian pengalihan hak tagih (on cessie) BLBI dari BI kpd pemerintah senilai Rp 144,53 triliun.

Dengan ini maka resmi beban yang harusnya ditanggung para konglomerat nakal tersebut dialihkan menjadi beban rakyat Indonesia. 9 Februari 1999, Ketua BPKP Soedarjono mengungkapkan adanya penyelewengan dana BLBI oleh para bank penerima. Potensi kerugian negara sebesar Rp 138,44 triliun (95,78%) dari total dana BLBI yang sudah disalurkan.

1 September-7 Desember 1999, BPK mengaudit neraca BI dan menemukan bahwa jumlah BLBI yg dapat dialihkan ke pemerintah hanya Rp 75 triliun, Sedangkan Rp 89 triliun tidak dapat dipertangggungjawabkan. BPK menyatakan disclaimer laporan keuangan BI.

26 Oktober 2000, Jaksa agung menunda proses hukum terhadap 21 obligor agar mereka punya kesempatan melunasi dana BLBI. 3 Januari 2001, 2 Deputi BI Aulia Pohan dan Iwan G Prawiranata ditingkatkan berkasnya ke penyidikan krn penyalahgunaan dana BLBI. 10 Maret 2001, Pemilik BUN Kaharuddin Ongko ditahan Kejaksaan Agung atas tuduhan penyelewengan dana BLBI.

22 Maret 2001, Pemilik Bank Modern, Samandikun Hartono ditahan Kejaksaan Agung atas tuduhan penyelewengan dana BLBI. 9 April 2001, Dirut BDNI Sjamsul Nursalim yang bersatus tersangka penyelewengan dana BLBI dicekal Kejaksaan Agung.

29 Maret 2001, Kejagung mencekal mantan ketua Tim Likuidasi Bank Industri (Jusup Kartadibrata), Presider Bank Aspac (Setiawan Harjono). 30 April 2001, Kejagung membebaskan David Nusawijaya, tersangka penyelewengan BLBI.

Abimantrono anwar/dbs/voa-islam.com - See more at: http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2015/02/28/35927/perampokan-besarbesaran-terhadap-negara-mega-skandal-blbi-rp-650-triliun/

1.3.15

Soal Syiah, FPI Dorong Indonesia Ikuti Jejak Malaysia

Hasil kongres umat Islam yang menyatakan Indonesia adalah negeri Muslim yang berakidah Ahlus Sunnah

Hidayatullah.com–Ahmad Sobri Lubis, Wakil Ketua Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) meminta pemerintah Indonesia untuk mengikuti jejak pemerintah Malaysia dalam penanganan masalah Syiah.

Malaysia lebih maju dari Indonesia soal ketegasannya kepada Syiah. Malaysia melarang Syiah dengan penegasan Malaysia sebagai negeri Muslim yang berakidah ahlus sunnah dan berfikih Syafi’i. Nah, ini patut juga ditiru Indonesia,” kata Sobri dalam tablig akbar Majelis Taqarrub Ilallah di Masjid Abu Bakar Ash Shiddiq Jakarta Timur, Sabtu (28/2/2015) pagi.

Di Indonesia, jelas Sobri, Syiah belum dianggap persoalan serius oleh pemerintah. Padahal rentetan konflik Suni-Syiah di Indonesia semakin banyak terjadi di Indonesia.

Konflik Suni-Syiah jangan dianggap kecil, ini bisa melebar kemana-mana. Bagaimana sekarang ini umat Islam bisa mendorong pemerintah untuk bersikap tegas Syiah,” ungkap Sobri.

Menurut Sobri, penegasan Indonesia sebagai negeri Ahlus Sunnah merupakan hasil rekomendasi Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) 2015 di Yogyakarta belum lama ini.

Ini sesuai dengan hasil kongres umat Islam yang menyatakan Indonesia adalah negeri Muslim yang berakidah Ahlus Sunnah. Dengan penegasan ciri khas ini, maka Syiah harus hormat dan tidak menyebarkan pahamnya di Indonesia yang berstatus negara ahlus sunnah,” kata Sobri.

Di balik Jatuhnya Khilafah Turki Ustmaniyah Terakhir

Oleh: Aidil Faqih

Pada bulan Rajab di samping Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad Saw ada peristiwa penting yang takkan dilupakan oleh kaum Muslim, yakni dihapuskannya sistem Khilafah oleh pengkhianat kaum Muslim, Mustafa Kemal Atartuk. Inilah tragedi yang menjadi awal kelamnya kehidupan kaum Muslim.

Ada beberapa faktor penyebab utama kemunduran Negara Khilafah saat itu, diantaranya: konspirasi negara-negara kafir imperialis, pengkhianatan penjabat tinggi negara, adanya ide-ide dan isme-isme rusak (Nasionalisme, Patriotisme, Demokrasi dan HAM) yang mempengaruhi pemikiran kaum muda di Turki dan wilayah Khilafah lainnya, terhentinya ijtihad, upaya memasukkan Undang-undang barat dalam konstitusi Negara Khilafah, penghancuran aqidah Islam melalui serangan misionaris Kristen (pendeta-pendeta yang berjuang memurtadkan orang-orang Islam). Puncaknya, pada tanggal 3 Maret 1924 (28 Rajab 1342 H), agen Inggris keturunan Yahudi Dunamah bernama Mustafa Kemal Pasha menyatakan dibubarkannya Negara Khilafah Islamiyah yang berpusat di Istambul, dan kemudian menggantinya dengan sistem Republik dengan asasnya Sekular-Demokrasi serta memindahkan ibukota Turki dari Istambul ke Ankara.

Sultan Abdul Hamid dan Yahudi

Pada masa pemerintahan Khalifah Sultan Abdul Hamid II, Pemimpin Zionis Internasional bernama Theodore Herzl melalui sahabatnya yang dekat dengan keluarga istana meminta kepada Khalifah untuk memberikan tanah Palestina kepada orang-orang Yahudi. Dan jika diizinkan menduduki Palestina, orang-orang Yahudi akan menyelesaikan utang-utang Negara Khilafah. Namun apa yang terjadi Khalifah Sultan Abdul Hamid II menolak dengan tegas, melalui suratnya:

Nasehatilah temanmu Herzl agar dia tidak mengambil langkah-langkah baru mengenai masalah ini, sebab saya tidak bisa mundur dari tanah suci ini (Palestina) walaupun hanya sejengkal. Sebab tanah ini bukanlah milik saya. Dia milik bangsa dan rakyat saya. Nenek moyang saya telah berjuang demi mendapatkan tanah ini. Mereka telah menyiraminya dengan titisan darah demi mendapat tanah ini. Maka biarkanlah orang-orang Yahudi itu menggenggam jutaan uang mereka. Jika negeriku hancur lebur, maka sangat mungkin mendapatkan negeri Palestina tanpa ada balasan apapun. Namun patut diingat, bahwa hendaklah penghancuran itu dimulai dari tubuh dan raga kami. Namun tentunya saya juga tidak akan menerima, raga saya dirusak binasa sepanjang hayat masih dikandung badan”.

Demikianlah, Herzl gagal merayu Sultan Abdul Hamid II untuk menduduki tanah Palestina. Padahal waktu itu utang Negara Khilafah mencapai 20 juta Lira.

Setelah gagal merayu Sultan Abdul Hamid II, Zionisme Internasional kemudian memulai dengan menggerakkan media-media internasional untuk menjatuhkan Khalifah. Setelah itu, mereka menyatukan musuh-musuh Sultan Abdul Hamid II yang tumbuh dan bercampur baur dalam masyarakat Utsmani. Kita dapatkan para pengikut demokrasi dan mereka yang diperalat kaum demokrat, melakukan rencana yang sangat teratur dan menyerang. Mereka menguasai jaringan bisnis dunia, media-media Eropa, sehingga sangat mungkin bagi mereka untuk membentuk pandangan umum tentang pentingnya memecat Sultan Abdul Hamid II dari jabatannya sebagai seorang Khalifah.

Konspirasi Kolonialis Eropa untuk Menghapuskan Sistem Khilafah

Pada tanggal 31 Maret 1909, Zionis Internasional melakukan konspirasi, yaitu peristiwa tragis yang menimbulkan goncangan hebat. Peristiwa tersebut terjadi di kota Istambul, dimana telah terjadi pembunuhan berdarah yang menimbulkan korban jiwa. Dan kemudian mereka menuduh Sultan Abdul Hamid II terlibat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa tersebut juga membuat orang-orang Yahudi Eropa dari Organisasi Persatuan dan Pembangunan (nama lain dari Gerakan Turki Muda pimpinan Mustafa Kemal) memasuki Istambul untuk melakukan acara penurunan baiat di pusat kota menuntut pemecatan Sultan Abdul Hamid II dari jabatannya sebagai seorang Khalifah. Dengan dukungan media-media di Turki dan Eropa, mereka menuduh Sultan merencanakan terjadinya peristiwa 31 Maret tersebut, membakar mushaf-mushaf Al-Qur`an, pemboros, penumpah darah, dan zhalim. Agar niat busuk tersebut berhasil, para revolusionir bentukan Yahudi melakukan tekanan kepada mufti Islam Muhammad Zhiyaudin untuk mengeluarkan fatwa pemecatan. Pada hari selasa 27 April 1909, sebanyak 240 anggota Majelis A`yan (tokoh-tokoh masyarakat yang ditunjuk) mengadakan pertemuan bersama dan menetapkan pemecatan Sultan Abdul Hamid II. Namun sebagian anggota menolak menerima draft tersebut, diantaranya sekretaris fatwa Nuri Affandi yang hadir dalam pertemuan tersebut.

Namun atas usulan dan desakan dari Organisasi Persatuan dan Pembangunan, akhirnya dibentuklah panitia untuk menyampaikan keputusan pemecatan Khalifah kaum muslimin, panitia tersebut terdiri dari: Immanuel Qarashu (seorang Yahudi asal Spanyol), Aaram (Anggota Majelis Perwakilan yang berasal dari Armenia), As`ad Thuathani (Utusan Albania), Arif Hikmat (anggota Majelis `Ayan, asal Irak Karajabani). Kemudian melalui mereka dilakukan (pemberitahuan) pemecatan Sultan Abdul Hamid II sebagai Khalifah, dan pada saat bersamaan Sultan Abdul Hamid berkata kepada mereka, ”Sesungguhnya ini tak lebih dari perbuatan orang-orang Yahudi yang mengancam Khilafah, lalu apa maksud kalian membawa orang ini (Emmanuel) datang ke hadapanku?”.

Setelah Sultan Abdul Hamid II diturunkan dari jabatannya, kemudian beliau dibuang ke Salonika (wilayah Kekhilafahan Turki yang berbatasan dengan Yunani).

Orang-orang Yahudi dan Freemasonry mengangkat hari penjatuhan Sultan Abdul Hamid II sebagai hari raya mereka. Mereka meluapkan kegembiraan dengan mengadakan demonstrasi di jalan-jalan pusat kota Istambul, Turki Utsmani. Setelah diturunkan dari jabatannya, Sultan Muhammad Rasyad menggantikan beliau sebagai Khalifah kaum muslimin.

Pada hari Senin tanggal 3 Maret 1924, dunia dikejutkan oleh berita bahwa Mustafa Kemal di Turki secara resmi telah menghapus Khilafah. Pada malam itu Abdul Majid II, Khalifah terakhir kaum muslimin, dipaksa untuk mengemas kopernya yang berisi pakaian dan uang ke dalam kendaraannya dan diasingkan dari Turki, dan tidak pernah kembali. Dengan cara itulah pemerintahan Islam yang berusia 1342 tahun berakhir. Kisah berikut adalah sekelumit sejarah dari tindakan-tindakan kekuatan kolonialis dengan pertama kali menyebarkan benih perpecahan diantara kaum muslimin dengan menanamkan nasionalisme dan akhirnya mengatur penghancuran Daulah Khilafah melalui agen-agen pengkhianatnya… (Bersambung)

Tidak berapa lama kemudian, muncullah hakikat sebenarnya yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Kristen dan lebih khusus lagi Inggris. Mereka melihat, bahwa penghancuran Khilafah bukanlah perkara yang mudah, kecuali dengan cara membuat pahlawan boneka (proxy) dan menggambarkan opini umum tentang sosoknya yang besar dan keramat. Dan mereka mengusulkan nama Musthafa Kemal agar menjadi sumber harapan dan sumber penghormatan di kalangan perwira tentara dan rakyat Utsmani.

Mereka membuat beberapa sandiwara peperangan untuk mengangkat (mengorbitkan) nama Musthafa Kemal sebagai pahlawan. Mereka bertempur tetapi tidak ada peluru dan meriam yang ditembakkan pihak sekutu. Musthafa Kemal berhasil mendesak pasukan sekutu mundur dari wilayah Turki. Kemenangan sandiwara ini disambut oleh rakyat Turki dan menyanjung nama Musthafa Kemal serta menganggapnya sebagai pahlawan penyelamat. Inggris mempublikasikan kemenangan (sandiwara) Musthafa Kemal secara besar-besaran. Atas kemenangan ini Musthafa Kemal mengatakan di hadapan publik: ”Semua rencana tidak akan dilakukan kecuali untuk melindungi kesultanan dan Khilafah serta membebaskan Sultan dan negeri ini dari perbudakan negara asing”. Di sisi lain Duta Besar Inggris mengeluarkan beberapa pernyataan yang ditujukan kepada bangsa Turki supaya mematuhi khalifahnya, seolah-olah mereka berdiri dipihak Sultan dan bermusuhan dengan Musthafa Kemal. Maka bertambahlah kebencian terhadap Khalifah dan bertambahlah kecintaan terhadap pahlawan (boneka) yang memerangi sekutu.

Kebusukan rencana Musthafa Kemal mulai terbongkar pada tahun 1341 H/ 1923 M, Organisasi Nasional Turki pimpinan Mustafa Kemal mengumumkan berdirinya Republik Turki yang beribukota di Ankara dan dia terpilih sebagai presiden pertamanya, peristiwa ini membuat posisi Khalifah Sultan Muhammad Wahidudin terancam, kemudian dia melarikan diri ke Malta dengan kapal Inggris. Awalnya Musthafa Kemal berpura-pura tetap menjaga eksistensi Sistem Khilafah dengan menunjuk Sultan Abdul Majid II menggantikan Sultan Muhammad Wahidudin.

Namun pada tanggal 27 Rajab 1342 H bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, Musthafa Kemal memanggil semua pendiri Organisasi Persatuan dan Pembangunan, dia yakin bahwa tidak ada seorangpun yang berani menentang dirinya. Di hadapan anggota, dia mengusulkan untuk membuat projek pembubaran Khilafah yang dia sebut sebagai `bisul abad pertengahan`. Akhirnya pada pertemuan tersebut Sistem Kekhilafahan Islam dibubarkan. Pada keesokan harinya, Khalifah Sultan Abdul Majid II dan keluarga Ustmani diusir dari Ibukota Istambul, hartanya disita, dan Musthafa Kemal mengganti sekolah-sekolah Islam dengan sekolah sekuler dibawah kementrian pendidikan. Hal itu dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan pimpinan delegasi Inggris, Lord Curzon pada saat perjanjian Lausanne tanggal 23 Juli 1923.

Setelah khilafah Islam dibubarkan dan pasukan Inggris ditarik dari wilayah Turki. Menteri luar negeri Inggris, Curzon dipanggil Senat Inggris untuk mempertanggungjawabkan perihal penarikan pasukan Inggris dari wilayah Turki, dihadapan anggota Senat Curzon berkata, ”Utama persoalannya adalah bahwa Turki telah dihancurkan dan tidak akan pernah bangkit kembali, karena kita telah berhasil menghancurkan dua kekuatan spiritualnya, yaitu Khilafah dan Islam”.

Beberapa bulan setelah penghancuran Khilafah tanggal 24 Juli 1924, kemerdekaan Turki secara resmi diakui dengan penandatanganan Traktat Lausanne. Inggris dan sekutu-sekutunya menarik semua pasukannya dari Turki yang ditempatkan sejak akhir PD I. Sebagai reaksi dari hal ini, dilakukan protes pada Menlu Lord Curzon di House of Common karena Inggris mengakui kemerdekaan Turki. Lord Currzon menjawab, “Situasinya sekarang adalah Turki telah mati dan tidak akan pernah bangkit lagi, karena kita telah menghancurkan kekuatan moralnya, khilafah dan Islam.”

Sebagaimana diakui oleh Lord Curzon, Inggris bersama dengan Perancis memainkan peran penting dalam membagi-bagi tanah kaum muslimin diantara mereka. Rencana mereka melawan Khilafah bukanlah karena Khilafah berpihak pada Jerman pada PD I. Rencana ini telah dibuat ratusan tahun yang lalu yang akhirnya berbuah ketika Khilafah Usmani dengan cepat mulai merosot di pertengahan abad ke 18.

Usaha yang pertama untuk menghancurkan persatuan Islam terjadi pada abad ke 11 ketika Paus Urbanus II melancarkan Perang Salib I untuk menduduki Al-Quds. Setelah 200 tahun pendudukan, akhirnya pasukan salib dikalahkan di tangan Salahudin Ayyubi. Di abad ke 15 Konstantinopel ditaklukan dan benteng terakhir Kekaisaran Byzantium itupun dikalahkan. Lalu pada abad ke 16 Daulah Islam menyapu seluruh bagian selatan dan timur Eropa dengan membawa Islam kepada bangsa-bangsa itu. Akibatnya jutaan orang Albania, Yugoslavia, Bulgaria dan negara-negara lain memeluk Islam. Setelah pengepungan Wina tahun 1529 Eropa membentuk Aliansi untuk menghentikan expansi Khilafah di Eropa. Pada titik itulah terlihat bangkitnya permusuhan pasukan Salib terhadap Islam dan Khilafah, dan dibuatlah rencana-rencana berkaitan dengan ‘Masalah Ketimuran’ seperti yang sudah diketahui.

Count Henri Decastri, seorang pengarang Perancis menulis dalam bukunya yang berjudul Islam tahun 1896:

Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan dikatakan oleh kaum muslimin jika mereka mendengar cerita-cerita di abad pertengahan dan mengerti apa yang biasa dikatakan oleh ahli pidato Kristen dalam hymne-hymne mereka; semua hymne kami bahkan hymne yang muncul sebelum abad ke 12 berasal dari konsep yang merupakan akibat dari Perang Salib, hymne-hymne itu dipenuhi oleh kebencian kepada kaum muslimin dikarenakan ketidakpedulian mereka terhadap agamanya. Akibat dari hymne dan nyanyian itu, kebencian terhadap agama itu tertancap di benak mereka, dan kekeliruan ide menjadi berakar, yang beberapa diantaranya masih terbawa hingga saat ini. Tiap orang menganggap muslim sebagai orang musyrik, tidak beriman, pemuja berhala dan murtad.

Setelah kekalahan mereka, pasukan Salib menyadari bahwa kekuatan Islam dan keyakinannya adalah Akidah Islam. Sepanjang kaum muslimin berkomitmen dengan kuat pada Islam dan al-Qur’an, Khilafah tidak akan pernah hancur. Inilah sebabnya di akhir abad ke 16, mereka mendirikan pusat misionaris pertama di Malta dan membuat markasnya untuk melancarkan serangan misionarisnya terhadap Dunia Islam. Inilah awal masuknya kebudayaan Barat ke Dunia Islam yang dilakukan para misionaris Inggris, Perancis dan Amerika… (Bersambung)

Para misionaris itu bekerja dengan berkedok lembaga-lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan. Awalnya akibat dari tindakan itu hanya kecil saja. Tapi selama abad ke 18 dan 19 ketika kemunduran Khilafah mulai muncul, mereka mampu mengeksplotasi kelemahan negara dan menyebarkan konsep-konsep yang jahat kepada masyarakat. Di abad 19, Beirut menjadi pusat aktivitas misionaris. Selama masa itu, para misionaris mengeksploitasi perselisihan dalam negeri diantara orang Kristen dan Druze dan kemudian antara Kristen dan Muslim, dengan Inggris berpihak pada Druze sementara Perancis berpihak pada Kristen Maronit. Selama masa itu para misionaris itu memiliki dua agenda utama: (1) Memisahkan Orang Arab dari Khilafah Usmani; (2) Membuat kaum muslimin merasa terasing dari ikatan Islam

Tahun 1875 ‘Persekutuan Rahasia’ dibentuk di Beirut dalam usaha untuk mendorong nasionalisme Arab diantara rakyat. Melalui pernyataan-pernyataan dan selebaran-selebaran, persekutuan itu menyerukan kemerdekaan politik orang Arab, khususnya mereka yang tinggal di Syria dan Libanon. Dalam literaturnya, mereka berulangkali menuduh Turki merebut Khilafah Islam dari orang Arab, melanggar Syariah, dan mengkhianati Agama Islam.

Hal ini memunculkan benih-benih nasionalisme yang akhirnya berbuah pada tahun 1916 ketika Inggris memerintahkan seorang agennya Sharif Hussein dari Mekkah untuk melancarkan Pemberontakan Arab terhadap Khilafah Usmani. Pemberontakan ini sukses dalam membagi tanah Arab dari Khilafah dan kemudian menempatkan tanah itu di bawah mandat Inggris dan Perancis.

Di saat yang sama, nasionalisme mulai dikobarkan diantara orang Turki. Gerakan Turki Muda didirikan tahun 1889 berdasarkan nasionalisme Turki dan dapat berkuasa tahun 1908 setelah mengusir Khalifah Abdul Hamid II. Pengkhianat Mustafa Kamal yang menghapus Kekhalifahan adalah anggota Turki Muda. Inilah alasanya mengapa Kemal kemudian berkata:

Bukankah karena Khilafah, Islam dan ulama yang menyebabkan para petani Turki berperang hingga mati selama lima abad? Sudah waktunya Turki mengurus urusannya sendiri dan mengabaikan orang India dan orang Arab. Turki harus melepaskan dirinya untuk memimpin kaum muslimin.”

Di samping aktivitas yang dilakukan oleh misionaris Inggris dan Perancis, bersama dengan Rusia mulai dilakukan penjajahan langsung di banyak bagian Dunia Islam. Ini dimulai selama pertengahan abad 18 ketika tahun 1768 Catherine II dari Rusia berperang dengan Khilafah dan dengan sukses dapat menduduki wilayah di Selatan Ukraina, Kaukasus Utara, dan Crimea yang kemudian dijadikan bagian dari Kekaisaran Rusia. Perancis menyerang Mesir dan Inggris mulai menduduki India. Di Abad ke 19 Perancis menduduki Afrika Utara dan Inggris menduduki Mesir, Sudan, dan India. Sedikit demi sedikit wilayah Khilafah menjadi berkurang hingga akhir PD I ketika apa yang tersisa hanyalah Turki, yang diduduki oleh pasukan sekutu di bawah perintah Jendral Inggris yang bernama Charles Harrington.


Pemecahan tanah Khilafah dilakukan dalam sebuah perjanjian rahasia yang dilakukan antara Inggris dan Perancis tahun 1916. Perjanjian itu adalah Perjanjian Sykes-Picot. Rencana ini dibuat diantara diplomat Perancis bernama François Georges-Picot dan penasehat diplomat Inggris Mark Sykes. Di bawah perjanjian itu, Inggris mendapat kontrol atas Jordania, Irak dan wilayah kecil di sekitar Haifa. Perancis diberikan kontrol atas Turki wilayah Selatan-Timur, Irak bagian Utara, Syria dan Libanon. Kekuatan Barat itu bebas memutuskan garis perbatasan di dalam wilayah Khilafah itu. Peta Timur Tengah saat ini adalah garis-garis yang dibuat Sykes dan Picot dengan memakai sebuah penggaris di atas tanah yang dulunya adalah wilayah Khilafah.

Tahun-tahun berlanjutnya kehancuran Khilafah, Inggris memainkan peranan kunci dengan cara memelihara agennya Mustafa Kamal. Melalui sejumlah manuver politik dengan bantuan Inggris, Mustafa Kamal mampu menjadikan dirinya berkuasa di Turki. Tahun 1922, Konperensi Lausanne diorganisir oleh Menlu Inggris Lord Curzon untuk mendiskusikan kemerdekaan Turki. Turki pada saat itu adalah di bawah pendudukan pasukan sekutu dengan institusi Khilafah yang hanya tinggal nama. Selama konperensi itu Lord Curzon menetapkan empat kondisi sebelum mengakui kemerdekaan Turki. Kondisi-kondisi itu adalah: (1) Penghapusan total Khilafah; (2) Pengusiran Khalifah ke luar perbatasan; (3) Perampasan asset-aset Khilafah; (4) Pernyataan bahwa Turki menjadi sebuah Negara Sekuler

Suksesnya Konperensi itu terletak pada pemenuhan keempat kondisi itu. Namun, dengan tekanan asing yang sedemikian itupun, banyak kaum muslimin di dalam negeri Turki masih mengharapkan Khilafah, yang telah melayani Islam sedemikan baiknya selama beberapa abad dan tidak pernah terbayangkan bahwa Khilafah bisa terhapus. Karena itu, Lurd Curzon gagal untuk memastikan kondisi-kondisi ini dan konperensi itu berakhir dengan kegagalan. Namun, dengan liciknya Lord Curzon atas nama Inggris tidak menyerah. Pada tanggal 3 Maret 1924 Mustafa Kemal memakai kekuatan bersenjata dan menteror lawan-lawan politiknya sehingga mampu menekan melalui Undang-undang Penghapusan Khilafah yang memungkingkan terhapusnya institusi Khilafah.

Untuk kekuatan kolonialis, penghancuran Khilafah tidaklah cukup. Mereka ingin memastikan bahwa Khilafah tidak pernah bangkit lagi dalam diri kaum Muslimin. Lord Curzon berkata:

Kita harus mengakhiri apapun yang akan membawa persatuan Islam diantara anak-anak kaum muslimin. Sebagaimana yang kita telah sukses laksanakan dalam mengakhiri Khilafah, maka kita harus memastikan bahwa tidak pernah ada lagi bangkitnya persatuan kaum muslimin, apakah itu persatuan intelektual dan budaya.

Karena itu, mereka meberikan sejumlah rintangan dalam usaha menegakkan kembali Khilafah seperti:
  1. Pengenalan konsep-konsep non-Islam di Dunia Islam seperti patriotisme, nasionalisme, sosialisme dan sekularisme dan mendorong gerakan politik kolonialis yang berdasarkan ide-ide ini.
  2. Kehadiran kurikulum pendidikan yang dibuat oleh kekuatan penjajah, yang masih tetap bercokol selama 80 tahun, yang membuat mayoritas kaum muda yang lulus dan ingin meneruskan pendidikannya ke arah yang bertentangan dengan Islam.
  3. Jeratan ekonomi di Dunia Islam oleh pemerintahan Barat dan perusahaan-perusahaannya dimana masyarakat hidup dalam kemiskinan yang menghinakan dan dipaksa untuk terfokus hanya pada bagaimana menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya dan tidak peduli dengan peran sesungguhnya dari para penjajah itu.
  4. Warisan yang disengaja untuk memecah Dunia Islam yang berkisar pada garis perbatasan yang senantiasa diperdebatkan sehingga kaum muslimin akan tetap terlibat dalam masalah-masalah sepele.
  5. Pendirian organisasi-organisasi seperti Liga Arab dan kemudian Organisasi Konperensi Islam (OKI) yang menipiskan ikatan Islam, dan terus melanjutkan adanya perpecahan di Dunia Islam sementara tetap gagal dalam memecahkan tiap masalah atau isu yang muncul.
  6. Pemaksaan berdirinya Negara asing, Israel, di jantung Dunia Islam yang menjadi pemicu serangan kekuatan Barat atas kaum muslimin yang tidak bisa mempertahankan diri sementara mereka terus menghidupkan mitos rasa rendah diri kaum muslimin.
  7. Kehadiran penguasa-penguasa zalim di Dunia Islam yang kesetiaanya adalah pada tuannya yakni negara-negara Barat; yang menindas dan menyiksa umat Islam; mereka bukanlah dari umat dan membenci umat sebagaimana umat membenci mereka.
Wahai saudaraku, kita tahu bahwa orang-orang kafir seperti Yahudi dan Nasrani akan selalu memusuhi kaum muslimin. Mereka menyukai apa-apa yang menyusahkan kita dan mereka akan selalu melakukan konspirasi untuk berusaha memecah belah dan memusnahkan kaum muslimin. Allah SWT berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yahudi dan nasrani tidak akan pernah ridha sampai kamu masuk dalam golongan mereka”. (QS Al Baqarah:120)

Sudah saatnya kita membangun ukhuwah Islamiyah dan menghadapi musuh bersama, yaitu orang-orang kafir dan munafik yang selalu menghina Islam dan kaum muslimin. Dan memfokuskan pada pandangan urgensi penegakkan Khilafah dan Syariah untuk menjadikannya pandangan umum ditengah-tengah masyarakat (bukan dengan Demokrasi, diskriminasi gender, HAM, dll).

Saudaraku, khilafah pasti akan tegak dengan atau tanpa kita. Karena ini merupakan janji Rasulullah SAW:

…Sesungguhnya akan ada Khilafah yang mengikuti metode kenabian” (HR.Ahmad)

Tinggal kita memilih, apakah kita menjadi orang yang berjuang terhadap penegakan Khilafah dan Syariah, atau kita menjadi orang yang setuju terhadap penegakkan Khilafah dan syariah ketika Khilafah sudah tegak.

Sesungguhnya beruntunglah bagi yang menegakkanya.
Rugilah bagi mereka yang hanya duduk diam menyaksikannya.
Tetapi akan celakalah mereka yang menghalanginya.

Wallaahu a’lam bi Showab
Sumber: khilafah fighters/syabab.com


Bacalah: