16.12.14

Program Air Gratis Sumur Utsman

Bila Yahudi menjual air, kita tidak ikut-ikutan menjual air –tetapi menggratiskannya!

Oleh: Muhaimin Iqbal

BAHWASANNYA air dijual – belikan itu sudah dilakukan oleh Yahudi sejak jaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan bahkan juga sebelumnya. Kaum Muhajirin yang terbiasa memperoleh air gratis dari air Zam-Zam di Makkah, menjadi tambah berat beban hidupnya ketika air-pun harus dibelinya setiba mereka hijrah ke Madinah. Tetapi ini tidak berlangsung lama karena setelah itu air bisa digratiskan kembali, bagaimana caranya? tidakkah kita ingin belajar untuk menggratiskan air ini?

Ketika prihatin umatnya harus membeli air, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi penawaran yang sangat menarik kepada siapa saja yang bisa mengatasinya. Sabda beliau: “Wahai sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapatkan surgaNya Allah Ta’ala.” (HR Muslim)

Maka Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu-lah orangnya yang selain memiliki kemampuan juga terkenal akan kedermawannya –yang mengambil peluang itu. Didatanginya Yahudi pemilik sumur satu-satunya yaitu sumur Raumah, dinegosiasikan untuk dibeli dengan susah payah– akhirnya setuju untuk dibeli hanya separuh sumur. Sehari untuk Utsman dan hari berikutnya untuk si Yahudi, begitu seterusnya.

Namun ketika tiba giliran hak Ustman untuk mengambil air di sumur tersebut, diinfaqkan untuk kaum muslimin di Madinah –agar mereka mengambil air hingga cukup untuk dua hari. Begitu seterusnya sampai si Yahudi kehilangan pasarnya – karena kebutuhan air kaum muslimin tercukupi dari hari-hari mengambil air haknya Utsman. Akhirnya sumur Raumah tersebut dijual sepenuhnya oleh si Yahudi ke Utsman– yang menjadi waqf Utsman hingga kini.

Waqf Utsman tersebut menumbuhkan pohon kurma di sekitarnya dan terus bertambah, waqf ini kemudian selalu dipelihara oleh pemerintahan Islam dan kini oleh pemerintah Arab Saudi. Hingga sekarang ada hotel yang dibangun dari waqf Utsman ini dan bahkan ada rekening bank yang dipakai untuk menampung hasil-hasil dari waqf tersebut yang masih diatas-namakan Utsman bi Affan.

Cerita waqf sumurnya Utsman tersebut lengkapnya sangat indah, tetapi kebanyakan kita berhenti sampai mengaguminya. Kita belum bergerak lebih lanjut apa makna dari cerita tersebut, perintah apa yang tersembunyi di dalam kisahnya? Strategi apa yang hendak diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada umatnya melalui tawarannya di hadits tersebut di atas?

Bukankan kita sekarang juga harus membeli air? bukankah sekarang yang memperdagangkannya mayoritasnya juga Yahudi baik in person maupun in sistem? Bukankah perintah Nabi semua harus kita ikuti dan semua larangannya harus kita jauhi?

وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

...Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah…” (QS al-Hasyr [59]:7)

Bagaimana kalau kita pahami tawaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tersebut diatas juga untuk kita jaman ini, untuk membeli sumur-sumur yang dikuasai Yahudi di seluruh dunia kemudian me-waqfkan-nya untuk umat? Tentu akan ideal sekali apabila ini bisa kita lakukan.

Tetapi siapa yang mampu melakukannya kini? Umat Islam yang kaya dan mampu membeli sumur atau mata air malah ikut-ikutan menjual air. Maka disinilah pelajaran yang sesungguhnya –bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk, penjelasan dari petunjuk-petunjuk itu dan pembeda! (QS 2:185).

Bila kita mengikuti apa saja langkah mereka, mereka buat bank –kita ikut buat bank, mereka buat pasar –kita ikut buat pasar, mereka jual air –kita ikut jual air –tetapi tanpa pembeda yang jelas antara yang mereka lakukan dan yang kita lakukan– maka umat ini tidak bisa unggul dengan mengikuti cara-cara mereka ini, bahkan sebaliknya ikut masuk lubang biawak sebagaimana hadits dari Abu Sa’id (al-Khudry) bahwasanya Nabi Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara/metode) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata mereka memasuki lubang masuk ‘Dlobb’ (binatang khusus padang sahara, sejenis biawak-red), niscaya kalian akan mengikutinya pula”. Kami (para shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi (kalau bukan mereka-terj.).” (HR Bukhari)

Jadi harus ada pembeda yang jelas antara yang Yahudi lakukan dengan yang harus kita lakukan. Kisah sumur Utsman tersebut memberi contoh nyata bagaimana pembeda ini bekerja secara riil di lapangan. Bila Yahudi menjual air, kita tidak ikut-ikutan menjual air –tetapi menggratiskannya! Bila ini bisa kita lakukan –pasti Yahudi akan terusir dari pasar air ini.

Tetapi sekarang kita belum punya uang sabanyak yang dimiliki Utsman untuk membeli kembali sumur-sumur yang dikuasai sistem Yahudi di seluruh dunia, lantas apa yang bisa kita lakukan?

Kita mungkin belum bisa membeli sumur-sumur tersebut, tetapi untuk menggratiskan air bersih di seluruh dunia –insyaAllah ada jalannya yang terang benderang.

Kita diberi tahu oleh Allah bahwa air yang sangat bersih itu adalah air hujan.

وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُّبَارَكاً فَأَنبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ

...Dan Kami turunkan dari langit air yang sangat bersih” (QS 25:48), dan bukan hanya sangat bersih, tetapi juga membawa berkah: “Dan dari langit kami turunkan air yang memberi berkah…” (QS 50:9).

Tetapi air yang sangat bersih dan membawa berkah tersebut hingga kini lebih banyak yang kita sia-siakan, tertampung di kolam-kolam kotor, diusir ke laut –bahkan sebelum sempat turun ke bumi, atau malah dipersepsikan sebagai pembawa bencana banjir dan tanah longsor.

Maka dari sinilah kita bisa memulainya, yaitu mempersepsikan air sebagaimana Allah gambarkan bahwa itulah air yang sangat bersih dan air yang membawa keberkahan. Bahwasanya dia terlanjur jatuh ke tanah dan belum sempat kita tampung, mengalir di sungai-sungai sehingga terkesan kotor –tinggal kita cari jalan untuk membersihkannya kembali.

Dalam tulisan saya sebelumnya (12/12/14), saya berikan salah satu contoh menjernihkan air dengan cara yang mudah dan murah yaitu menggunakan biji kelor baik secara langsung maupun biji yang sudah diambil minyaknya –keduanya bisa digunakan dengan sama baiknya.

Nah melalui pembersih air biji kelor inilah insyaAllah kita bersama-sama bisa membuat program air bersih gratis bagi masyarakat luas.

Bagaimana caranya?

Pertama kita mengadakan gerakan menanam kelor banyak-banyak –bibit berupa stek pohon dan biji Alhamdulillah sudah mulai terkumpul dan mulai kita tanam. Gerakan yang sama bisa diikuti masyarakat luas karena keberadaan kelor ini menyebar dan mudah sekali menanamnya.

Bila nantinya buah kelor tersebut berbuah dan mulai ekonomis dikumpulkan, maka masyarakat bisa langsung mengumpulkannya –atau menggunakannya untuk membersihkan airnya masing-masing, dengan cara seperti dalam tulisan saya tersebut di atas.

Biji kelor yang tidak dimanfaatkan masyarakt setempat, bisa dikumpulkan secara berjenjang dan dibeli dengan harga yang wajar – agar ada insentif untuk mengumpulkan dan mengirimkannya.

Biji kelor yang terkumpul banyak dari masyarakat tersebut insyaAllah dalam waktu dekat sudah bisa kita beli dan kita proses menjadi minyak. Minyaknya yang dikenal sebagai ben oil kita jual dan dia minyak trebaik nomor dua setelah minyak zaitun –harganya masih tinggi hingga sekarang.

Hasil penjualan minyak ini insyaAllah akan cukup untuk mengongkosi seluruh kegiatan pengumpulan biji kelor tadi, hingga memprosesnya dan menjualnya sebagai minyak. Produk samping dari pembuatan minyak ini akan berupa chip atau pellet dari biji kelor –yang tidak berkurang kapasitasnya untuk menjernihkan air – karena hanya diambil minyak/lemaknya , sedangkan zat-zat yang lain terbawa di tepung biji kelor yang sudah berupa chip atau pellet tersebut.

Karena operasi minyak akan menghasilkan dana yang insyaAllah cukup, maka operasi chip atau pellet sebagai penjernih air bisa dibuat gratis untuk mesyarakat luas. Bahkan keuntungan dari operasi minyak –sebagian ataupun seluruhnya– akan dapat dipakai untuk mengepak, mengirim dan mendistribusikan penjernih air gratis tersebut sampai tempat-tempat jauh yang membutuhkannya, sampai saudara-saudara kita di luar negeri yang jauh sekalipun bila perlu!

Apa dampaknya bila ini kita lakukan? Masyarakat luas tidak perlu lagi membeli air. Dengan penjernih air gratis, mereka bisa mengolah sendiri air-air yang ada di sekitar mereka yang selama ini tidak bisa mereka minum – menjadi air minum yang aman – karena selain menjernihkan air, biji kelor juga membunuh 90-99 % bakteri yang ada di dalam air yang semula kotor tersebut.

Setelah mayoritas orang tidak membeli air – insyaAllah cerita Utsman tersebut akan berulang, (Sistem) Yahudi-Yahudi akan kehilangan pasar airnya dan akan mulai melepas kepemilikannya atas sumur-sumur atau mata air-mata air yang ada. Saat itulah umat ini bisa membelinya rame-rame untuk kemudian juga digratiskan untuk seluruh umat.

Konsep ‘gratis’ inilah yang bisa melawan (sistem) Yahudi di hampir seluruh bidang kehidupan – sehingga Yathrib yang didominasi Yahudi pasarnya, produknya dan sumber-sumber kapitalnya – bisa berubah sepenuhnya menjadi dalam penguasaan Islam dalam perode kurang dari 10 tahun ketika Yathrib telah berubah menjadi Madinah.

Lebih jauh coba kita perhatikan pendekatan air gratis dari sumur Utsman tersebut dengan prinsip-prinsip ekonomi secara keseluruhan yang diatur di Islam.

Dalam hal capital misalnya, Sistem Yahudi menjual capital it dengan harga mahal – yaitu dengan riba. Dalam Islam capital itu gratis, kalau dipinjamkan tidak boleh ada tambahan. Kalau dikerjasamakan – dia berbagi hasil dan juga berbagi kerugian (profit and loss sharing).

Pasar-pun demikian, bila dalam sistem Yahudi pasar itu dijual mahal , dalam sistem Islam pasar itu harus terbuka dan bisa diakses oleh seluruh umat dan bahkan tidak diperkenankan ada biaya-biaya atasnya –falaa yuntaqashanna, walaa yudrabanna.

Lantas dari mana pendapatan kita kalau semua-semuanya gratis? Allah Maha Kuasa dalam memberikan rezeki kepada hambaNya. Utsman yang menggratiskan air dari sumurnya tersebut di atas – terbukti dalam beberapa tahun kemudian menjadi orang yang paling banyak sedekahnya pada saat umat Islam menempuh perjalanan perang yang mahal yang menuntut banyak sekali perbekalan – yaitu perang Tabuk.

Pada perang tersebut Utsman bisa memberi bekal untuk 1/3 pasukan, 950 unta, 50 kuda dan 1,000 Dinar. Artinya tindakannya untuk membeli sumur Yahudi dan kemudian men-infaqkan seluruhnya untuk umat, tidak mengurangi sedikitp un kemampuannya untuk men-generate harta yang lain.

Jadi siapa yang mau ikut untuk menjadi aktivis (menyumbangkan tenaga) dan para sponsor (menyumbangkan dana) untuk program air bersih gratis ini? InsyaAllah kita akan membuat event-nya untuk vision sharing-nya dalam waktu dekat. InsyaAllah.*

Penulis adalah Direktur Gerai Dinar

No comments:

Post a Comment