30.6.14

Munarman: Jangan Berharap Dewan Pers Membela Media-Media Islam

JAKARTA (voa-islam.com) - Alhamdulillah, semarak acara Silaturahim Nasional 5 Tahun Voa-Islam bersama media Jurnalis Islam Bersatu (JITU) dan jurnalis media nasional yang peduli pada perjuangan Islam di Indonesia berlangsung sukses.

Acara yang berlangsung di Hotel Gren Alia Cikini (26/6) ini cukup interaktif dan penuh dengan tokoh media Islam nasional, seperti dari ANTV, Islampos.com, Kiblat.net, Bumisyam.com, Tabloid Suara-Islam, IDCNews.com, Radio Dakta, dan ex Redpel Tempo Amran Nasution.

Selain Hanibal Wijayanta, Amran Nasution, Aendra Medita, Syaikh Ghayats dan Yulianis, berkesempatan hadir pula Munarman SH yang memberikan pemaparan yang lugas dan tajam.

Munarman mengatakan bahwa media pers online sangat luar biasa kekuatannya. "Saat ini pers luar biasa kekuatannya, jadi tenang saja kalo ada yag fitnah kita, laporkan saja ke Polisi. Dewan Pers tak bisa apa-apa, tak bisa dicabut. Namun konteksnya dalam hal ini, media online atau media televisi selain ada undang-undang yang mengikatnya. Kalo Televisi UU Penyiaran, media online UU ITE." ucapnya lugas.

Jadi pihak yang tidak suka pada media online tidak bisa dijerat oleh Dewan Pers, akan tetapi mereka akan menggunakan peraturan lain untuk media online yaitu dengan UU ITE (Informasi, Transaksi Elektronika).

Jadi pihak yang tidak suka pada media online tidak bisa dijerat oleh Dewan Pers, akan tetapi mereka akan menggunakan peraturan lain untuk media online yaitu dengan UU ITE

"Mereka akan menghajar disitu (dengan UU ITE), bukan UU Persnya. Dalam hal ini Dewan Pers akan berpihak itu pasti, ketika media dilaporkan yang tidak mendukung demokrasi, karena mandatnya pers itu menegakkan demokrasi, bukan menegakkan syariat Islam. Dewan Pers akan menganggap bukan produk pers." ucap Munarman lantang.

Munarman menambahkan, "media-media yang dianggap tidak mendukung demokrasi maka Dewan Pers akan menganggap bukan produk pers. Karena mandatnya UU pers tidak ada kata-kata menegakkan syariat Islam. Jangan berharap dewan pers membela media-media Islam".

Ironi demokrasi ya seperti ini. Mandat UU Dewan Pers adalah menjaga dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi, tak peduli syariat Islam.

Jangan Berharap Dewan Pers Membela media Islam.

Munarman memberikan contoh "ketika tabloid Suara Islam dilaporkan Syafii Maarif ke Dewan Pers, Dewan pers mau menghajar kita". Lalu Munarman menantangnya dengan UU Pers, mereka tidak bisa apa-apa.

"Namun ketika laporkan media-media sekuler yang menghantam media-media Islam, Dewan Pers malah 'mereka bilang ini (media sekuler) dilindungi." imbuh Munarman.

Jadi memang posisinya demikian, semua ada keberpihakan. Jadi jangan berharap ada media yang netral. Disini selengkapnya

Bahkan Gunawan Mohamad 'Tempo' menyatakan media tak harus netral. Sastrawan dan jurnalis senior, Goenawan Mohamad, menegaskan bahwa media dalam pemberitaannya tidak harus netral. Hal terpenting, dia mengatakan, pemberitaan media tidak untuk memfitnah.

Media-media sekuler itu bohong itu omong kosong kalau mereka bilang tidak berpihak, jadi tidak ada media yang bebas dari keberpihakan. Bodoh kalo kalo kita dibodohi kita buta dengan dunia, fakta dan realitas.
"Media-media sekuler itu bohong itu omong kosong kalau mereka bilang tidak berpihak, jadi tidak ada media yang bebas dari keberpihakan. Bodoh kalo kalo kita dibodohi kita buta dengan dunia, fakta dan realitas. Mereka misinya anti islam." tegasnya lagi.
Jadi media massa adalah propaganda. Jadi ideologi mereka. Tak kan mungkin netral dan profesional. [Adivammar/voa-islam.com]

http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/06/29/31227/munarman-jangan-berharap-dewan-pers-membela-mediamedia-islam/#sthash.4DtNws66.dpbs

Baca juga:
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/06/24/31093/terkuak-akun-twitter-triomacan2000-di-bredel-karena-pesanan-jokowi-cs/#sthash.MXI2uH6A.7hs73hfS.dpbs

Romo Magnis: Jokowi Kalah Pilpres Akan Terjadi Chaos di Indonesia

JAKARTA (voa-islam.com) - Kalangan Katolik nasibnya sudah digantungkan kepada Jokowi. Bukan kepada Jesus. Maka, menjadikan Jokowi sebagai presiden dalam pemilihan 9 Juli nanti, sebagai ‘to be or not to be’ (hidup atau mati). Memenangkan Jokowi ibaratnya seperti ‘perang puputan’ di Bali.

Seluruh daya dan potensi kalangan Katolik, sekarang ini diarahkan memenangkan Jokowi. Tidak ada pilihan lain. Mereka mengerahkan seluruh sarana yang mereka miliki. Surat kabar, majalah, telivisi, media sosial, dan gereja digunakan memenangkan Jokowi.

Kalangan gereja Katolik, seperti yang nampak dilakoni oleh Romo Benny Susetyo yang menjadi ‘Tim Sukses’ Jokowi, benar-benar berjuang ingin memenangkan Jokowi. Romo Beny menyuarakan pentingnya memenangkan Jokowi kepada gereja, dan kalangan aktivis gereja.

Bahkan, seorang Romo di Semarang, mengatakan, Jokowi itu, disamakan dengan Jesus, karena Jokowi dan Jesus, sama-sama mencintai orang kecil. Itulah hembusan penuh dengan pencitraan dan kepalsuan.

Dengan Jokowi menjadi presiden Indonesia, banyak hal yang bersifat strrategis akan dapat diwujudkan. Terutama mengeliminir golongan Islam, yang tetap menjadi momok buat mereka, seperti adanya SKB Tiga Menteri akan dapat dihapus. Karena dengan adanya SKB Tiga Menteri, dinilai sebagai pembatasan kebebasan beragama di Indonesia.

Melalui pemerintah Jokowi, golongan Katolik, bukan hanya ingin mengubah populasi penduduk Indonesia, tetapi mengubah nilai-nilai Islam dalam kehidupan bangsa Indonesia. Upaya ini dimungkinkan dengan adanya tokoh-tokoh yang sekarang ini berada di balik Jokowi.

Seperti Prof. Dr. Musdah Mulia yang menjadi Ketua Megawati Institute, secara terang-terangan ingin mencabut Tap MPR No.XXV/l966, yang melarang ajaran komunis. Dengan demikian komunisme dan partai komunis (PKI), akan hidup lagi di Indonesia. Menghapus kolom agama di KTP, dan menghapuskan Perda Syari’ah di daerah-daerah. Semua ini sebagai langkah strategis menuju Indonesia ‘Tanpa Islam’.

Karena itu, pemilihan presiden 2014, yang akan berlangsung 9 Juli mendatang, sebagai jalan ‘pendek’ menghancurkan golongan Islam dengan cara memenangkan Jokowi. Dengan kemenangan Jokowi, dan Jokowi menjadi presiden, sudah dapat diprediksi, golongan Katolik akan mendapatkan berkah yang besar. Ini seperti yang diinginkan oleh Dubes Vatikan, saat melangsungkan pertemuan di Hotel milik konglomerat Cina, Jacob Soetojo, yang dihadiri Mega, Jokowi, Dubes AS, dan Dubes Vatikan.

Maka, sekarang ini terjadi kolaborasi (persekongkolan) antara pengikut Katolik yang berideologi kiri (Theologi Pembebasan) dengan kalangan aktivis kiri, sekuler, liberal, dan komunis, dan dukungan media seperti Kompas, Tempo, dan Metro TV, TV Kompas, saling bahu-membahu memenangkan Jokowi. Ini ibaratnya peperangan dan pertempuran terakhir memperebutkan kota suci ‘Jerusalem’ antara Pasukan Romawi dengan Shalahuddin.

Dengan kemenangan Jokowi sebagai presiden, maka lima tahun ke depan akan berubah drastisl. Bukan hanya menjadi negara sekuler, tetapi Indonesia seperti tanah Palestina yang dijajah oleh Israel sekarang ini, dan Jerusalem diduduki dan menjadi ibukota Zionis-Israel.

Mereka, terutama kalangan Phalangis (kristen), sekuler, liberal, nasionalis, komunis, bersatu padu, berjuang dengan sangat keras, dan didukung para jenderal, ingin memenangkan peperangan di bulan Juli mendatang. Mereka tidak ingin melepaskan peluang yang ada, dan Jokowi harus menang.

Tengoklah, apa yang dikemukakan oleh tokoh Katolik Romo Franz Magis Suseno yang selama ini dikenal kritis terhadap Pemerintah menyampaikan sebuah tekanann, dalam bentuk analisa yang sifatnya provokatif, konfrontatif dan tendensius. Di mana Romo Magnis mengatakan mengenai kondisi Indonesia pasca pemilu, jika Jokowi gagal menjadi Capres RI, yaitu akan ada terjadi kerusuhan hebat melanda Indonesia.

Seperti dikutip dari portal intelijen, Romo Magnis mengatakan jika Gubernur DKI Jakarta, Jokowi gagal menjadi calon presiden 2014, akan muncul kerusuhan di Indonesia. Analisis itu disampaikan dalam diskusi yang digelar di kantor Maarif Institute, Jakarta. “Kalau Jokowi tidak maju, maka bisa jadi ada kekerasan,” tegas Romo Magnis.

Analisa yang disampaikan tokoh katolik ini sangat bentuk ancaman para pendukung Jokowi, terutama dari kalangan Katolik. Fran Magnis membuat analisa yang disampaikannya adalah sangat kuat unsur provokasinya dan terindikasi adanya sebuah kampanye terselubung kepada umat katolik dalam mendukung Jokowi.

Apa yang disampaikan Romo Magnis dalam diskusi di kantor Maarif Institute ini bisa menjadi bukti adanya dukungan dari umat katolik di Indonesia untuk Jokowi sebagai Capres pada pemilu Presiden tahun ini, dan mengandung unsur ancaman.

Romo Magnis sebagai tokoh agama katolik telah membawa Katolik dalam sebuah spekulasi yang kuat, dan membuat ancaman, dan memang eksistensi Katolik sangat digantungkan kepada Jokowi. Kemenangan Jokowi berarti kemenangna golongan katolik dan Kristen di Indonesia.

Di bagian lain, kalangan para pendukung Jokowi, terutama dari kalangan LSM sekuler, liberal, dan komunis, secara lantang meneriakan kalau Jokowi kalah, maka Indonesia akan terbelah dua. Kalau Jokowi kalah akan terjadi desintegrasi. Skenario chaos (kekacuan), nampaknya sudah mereka siapkan, pasca 9 Juli. Wallahu’alam.

http://www.voa-islam.com/read/opini/2014/06/27/31186/romo-magnis-jokowi-kalah-pilpres-akan-terjadi-chaos-di-indonesia/#sthash.HLT2TNHj.M6cojfPr.dpbs

29.6.14

Mahkamah Agung Malaysia Larang Penggunaan Kata Allah oleh Umat Krsitiani

Pengadilan Agung Malaysia memutuskan menolak penggunaan lafaz Allah oleh surat kabar Katolik dalam banding yang dilayangkan surat kabar tersebut ke pengadilan tertinggi di negeri jiran.

Dalam keputusan yang dikeluarkan Mahkamah Agung Malaysia hari Senin (23/06) ini menyatakan bahwa surat kabar Katolik “Herald” dilarang menggunakan kata Allah dalam pemberitaan mereka.

Sebanyak 4 dari 7 hakim di Mahkamah Agung malaysia memutuskan untuk menguatkan vonis sebelumnya yang melarang surat kabar The Herald menggunakan kata Allah. Hakim ketua Arifin Zakaria mengatakan “keputusan Pengadilan Banding sah dan benar.”

Dalam pengadilan banding pada Oktober 2013 lalu, pihak hakim telah melarang pengunaan kata Allah dalam surat kabar Katolik dengan alasan bahwa kata Allah bukan bagian penting dari agama Kristen.

Kontroversi sendiri dimulai sejak 2008 lalu dimana pemerintah melarang surat kabar The Herald penggunaan istilah Allah, pihak Gereja yang merama keberatan dengan keputusan tersebut telah mengajukan gugatan hukum ke pengadilan Malaysia. (Almasryalyoum/Ram)

Cinta Orang-orang yang Dicintai Allah

Mengapa masih ada dusta yang menggores dalam cinta kita kepada Allah. Mengapa kita masih hendak menipu atas pengakuan rindu kita kepada Allah. Adakah hari-hari kita benar-benar telah tersibukkan dengan tautan kebaikan...


Sering menangis karena Allah merupakan
sifat akhlak orang-orang Shalih
CINTA adalah pembahasan yang tak pernah kering dari lidah manusia. Bahkan boleh jadi cinta ada sejak awal manusia diciptakan.
Uniknya, meski cinta begitu manis untuk diucap dan dibayangkan. Namun demikian, tak sedikit orang lalu kelabakan ketika ditanya tentang bukti kecintaannya itu. Sebab ia memang tak semudah ketika diukir dalam lisan dahulu.

Bagi orang beriman, cinta tentu saja tak sekedar pesona yang menjadikan hidup jadi terasa indah. Ia bukan semata pemanis bibir yang membuat setiap ucapan menjadi puitis laksana seorang pujangga. Tapi cinta hakiki adalah pernyataan iman seorang hamba kepada Sang Pencipta.

Dr. Aidh al-Qarni menggoreskan sebuah kalimat indah dalam karyanya yang sangat populer, La Tahzan (jangan bersedih). Jadilah orang-orang yang termasuk kekasih Allah agar engkau merasakan kebahagiaan sejati. Sebab orang itu dikatakan berbahagia ketika ia mencurahkan seluruh orientasi hidupnya untuk sesuatu yang ia cintai. Tiada sesuatu yang paling membahagiakan seorang hamba kecuali ibadah yang ia persembahkan semata-mata hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala semata.

Iya. Inilah kekuatan cinta sejati. Ia bisa berubah menjadi kekuatan tersembunyi yang tak terhingga batasnya. Ia mampu menguatkan di saat orang lain tak sanggup lagi bergerak. Sejenak, tengoklah ibunda kita tersayang. Ialah ibunda yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan, dan mendidik kita selaku anaknya. Semua itu tak lain sebagai buah cinta seorang ibu terhadap belahan jiwanya.

Pun dengan apa yang dirasakan oleh para generasi sahabat terdahulu. Sontak seorang Bilal mendapatkan energi baru dalam hidupnya. Bilal langsung “lupa” akan ancaman cemeti Umayyah, sang majikan. Hanya karena ia telah berasyik dengan lautan cinta yang sejati.

Duhai, alangkah malunya diri ini, sedang sebagian orang-orang shalih terdahulu pernah berkata. Tidaklah aneh jika orang-orang beriman lalu mencintai Allah, Sang Pencipta. Tapi yang ajaib adalah sebab Allah pun mencintai mereka. Sedang Dia-lah yang menciptakan mereka.

Allah pula yang memberi rezeki, merawat, bahkan menyediakan segala apa yang mereka butuhkan. Tapi yang ajaib adalah sebab Allah tak pernah butuh dengan seluruh amalan yang dilakukan, namun Dia tetap saja mempermudah hamba-hamba-Nya beribadah dan berbuat amal kebaikan. Allah berfirman;

يَأْتِي اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

…Allah mencintai mereka sedang mereka cinta kepada-Nya” (QS al-Maidah [5]: 54)

Jika benar demikian, lalu mengapa masih ada dusta yang menggores dalam cinta kita kepada Allah. Mengapa kita masih hendak menipu atas pengakuan rindu kita kepada Allah. Adakah hari-hari kita benar-benar telah tersibukkan dengan tautan kebaikan.

Ibarat kereta api yang disesaki dengan gerbong-gerbong kebaikan yang saling bertaut tanpa henti. Ataukah justru waktu kita masih banyak terisi dengan kesia-siaan. Sedang di saat yang sama, masih saja kita mengaku sebagai orang yang cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Akhir kata, sejarah kehidupan manusia menjadi pijakan kita saat ini. Ada pilihan dalam setiap pijakan. Di sana ada kisah Paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muththalib yang menjemput kematiannya di medan Uhud. Ia gugur atas nama cinta dan penghambaan makhluk kepada Rabbnya. Layaknya Hanzhalah yang rela meninggalkan dekapan istrinya di malam pernikahan. Sebab di sana ada sesuatu yang lebih indah dari segalanya. Menikmati dekapan cinta sejati, Sang Ilahi Rabbi.

Namun semoga kita juga tak lupa. Karena dalam sejarah juga ada nama Firaun, yang berkalang tanah demi cinta kepada kekuasaan di dunia. Pun ada Qarun, sebagai simbol orang-orang yang tamak dan berlebihan dalam mencintai harta dunia. Sebagaimana, sejarah juga menggores pelajaran, bahwa dahulu ada Qais dan Laila yang tergila-gila hanya gara-gara cinta sepasang anak manusia.*/Masykur Abu Jaulah

Tanda Cinta Allah terhadap Hamba-Nya

Banyak orang mengaku dicintai dan mencintai Allah, tanpa menyadari kalau sesungguhnya Allah tidak suka, bahkan murka padanya; yaitu orang yang sering bermalas-malasan dan lalai melaksanakan kewajibannya kepada Allah. Hakikat sederhana untuk meraih cinta Allah adalah melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Ibarat seseorang yang mencintai lawan jenis, ia harus menunjukkan cintanya dengan bergegas dan terbukti nyata yang masuk akal.

Kekeliruan dalam memaknai cinta dan mencintai Allah adalah seperti kaum kafir sesat yang menempuh jalan salah. Untuk meluruskannya tidaklah sulit.

Allah SWT telah menginformasikan kekeliruandalam Al Quran: Katakanlah “Apakah Kami beri tahu kalian tentang perbuatan orang-orang yang paling merugi?" Yaitu usaha mereka yang sia-sia dalam kehidupan dunia, dan mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itulah orang-orang yang telah mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (mengingkari) perjumpaan dengan Nya. Maka sia-sialah amal mereka, dan kami tiadakan mereka pada hari Kiamat. (Qs Al Kahfi: 103-105)

Cinta Hamba kepada Tuhannya dan cinta Allah terhadap hambaNya mensyaratkan ketundukan (Tawajuh) hati manusia dan seluruh perangkat fisiknya pada segala sesuatu yang diridlai Tuhannya.

Allah SWT berfirman: Diantara manusia ada yang menjadikan tandingan-tandingan dari selain Allah. Mereka mencintai tandingan-tandingan itu seperti mencintai Allah. Adapun orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah dan teramat kuat (Qs. Al Baqarah: 165)

Firman Allah SWT: Katakanlah (Muhammad) “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang" (Qs. Ali Imran: 31)

Wahai orang-orang beriman barang siapa di antara kalian murtad (keluar) dari agamanya maka akan Allah datangkan kaum yang dia cintai dan mencintai dia. Mereka bersikap lembut terhadap orang-oang mukmin dan tegas terhadap kaum kafir. Mereka berjuang di jalan Allah dan tidak takut pada celaan pencela. Itulah karunia Allah, diberikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui...” (Qs. Al Maidah: 54)

Allah mencintai mereka dengan memberi pahala dan pertolongan (taufik). Mereka mencintai Allah dengan beriman dan ta'at. Tanda cinta Ilahi ialah sikap tawadhu’ (rendah hati) di antara kaum mukmin, berjuang di jalan Allah dan berani dalam (menegakkan ) kebenaran.

Menjelaskan dengan elemen-elemen cinta hamba terhadap Tuhannya, dan cinta Allah terhadap hambaNya, Bukhari meriwayatkan dari Abu Huraiarah r.a., ia menuturkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Allah SWT berfirman,”Siapa memusuhi waliKu, Aku nyatakan perang kepadanya. Suatu upaya hambaKu untuk mendekat kepada Kudengan amalan-amalan sunnah, Aku pasti mencintainya. Apabila Aku mencintainya, Aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar; Aku menjadi matanya yang dengan itu ia melihat; Aku menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar; Aku menjadi tangannya yang dengan itu ia menggenggam; dan Aku menjadi kakinya yang dengan itu ia berjalan. Jika ia meminta kepadaKu, pasti Kuberi dan jika ia minta perlindungan kepadaKu, pasti kulindungi"

“Aku jadi telinga, mata dan seterusnya...” bermakna bahwa Allah akan menjaga seluruh indra dan organ tubuhnya dari pengfungsian di luar kerangka ketaatan. Ini merupakan kiasan akan pertolongan Allah terhadap hamba yang mencintaiNya.

Di antara buah cinta Allah SWT terhadap hambaNya mewujud melalui cinta Jibril serta penghuni langit dan penduduk bumi kepadanya. Dan murka Allah terhadap hambaNya mewujud melalui pernyataan benci para penduduk langit dan bumi kepadanya.

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw, Beliau bersabda, “Apabila Allah SWT mencintai Fulan; Cintailah dia! Maka penghuni langit pun mencintainya. Kemudian didesain penerimaan (cinta) untuknya di bumi."

Dalam riwayat Muslim disebutkan (melengkapi makna sebaliknya) “…Apabila Allah membenci seorang hamba, diserukan kepada Jibril bahwa Allah membenci Fulan; ”Bencilah dia’. Maka Jibril membencinya dan menyerukan kepada penghuni langit bahwa Allah membenci Fulan, 'Bencilah dia' Kemudian didesain kebencian kepadanya di bumi."

Orang yang dicintai konsisten pada kebaikan yaitu menaati Allah secara utuh. Dan yang dibenci adalah orang yang fasik, yaitu orang yang bergelimang maksiat. Maka orang yang dicintai Allah, Jibril, para malaikat dan manusia, bahagia di dunia dan akhirat. Dan orang yang dibenci akan sengsara.

Termasuk tanda cinta Allah terhadap hambaNya; Disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW mengirim sesesorang untuk memimpin pasukan ke medan perang. Orang itu selalu membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan bacaan “Qul Huwallahu Ahadsebagai penutup. Setelah kembali, hal itu disampaikan kepada Rasulullah Saw, ”Tanyakan kepadanya,” Kata beliau, mengapa dia melakukan itu? Setelah ditanyakan maka orang itu menjawab, “Karena merupakan sifat Allah Yang Maha Penyayang, aku senang sekali membacanya.” Rasulullah Saw bersabda, ”Sampaikan kepadanya bahwa Allah mencintainya.”

Prof. Dr wahbah Az-Zuhaili

4.6.14

Pendukung Jokowi adalah Dalang Kerusuhan Di Indonesia?

Oleh: Berric Dondarrion
Bersama Presiden Soeharto, Benny adalah Penasihat YPPI yang didirikan oleh para mantan tokoh demonstrasi 1966 dengan dukungan Ali Moertopo. Hadir di rumah Fahmi [Idris] pada malam itu para pemimpin demonstrasi 1966 seperti Cosmas Batubara, dr. Abdul Ghafur, Firdaus Wajdi, Suryadi [Ketua PDI yang menyerang Kubu Pro Mega tanggal 27 Juli 1996]; Sofjan Wanandi; Husni Thamrin dan sejumlah tokoh. Topik pembicaraan, situasi politik waktu itu…

Moerdani berbicara mengenai Soeharto yang menurut Menhankam itu, ‘Sudah tua, bahkan sudah pikun, sehingga tidak bisa lagi mengambil keputusan yang baik. Karena itu sudah waktunya diganti’…Benny kemudian berbicara mengenai gerakan massa sebagai jalan untuk menurunkan Soeharto. Firdaus menanggapi, ‘Kalau menggunakan massa, yang pertama dikejar adalah orang Cina dan kemudian kemudian gereja.’ “ 
Salim Said, Dari Gestapu Ke Reformasi, serangkaian kesaksian, Penerbit Mizan, halaman 316.

Pembicaraan di rumah Fahmi Idris, tokoh senior Golkar yang kemarin menyeberang ke kubu Jokowi-JK demi melawan Prabowo adalah bukti paling kuat yang menghubungkan Benny Moerdani dengan berbagai kerusuhan massa yang sangat marak menjelang akhir Orde Baru karena terbukti terbukanya niat Benny menjatuhkan Soeharto melalui gerakan massa yang berpotensi mengejar orang Cina dan orang Kristen. Kesaksian Salim Said ini merupakan titik tolak paling penting guna membongkar berbagai kerusuhan yang tidak terungkap seperti Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan 13-14 Mei 1998, yang akan saya bongkar di bawah ini.

A. Peristiwa 27 Juli 1996 Adalah Politik Dizalimi Paling Keji Sepanjang Sejarah Indonesia

Selanjutnya bila kita hubungkan kesaksian Salim Said di atas dengan kesaksian RO Tambunan bahwa dua hari sebelum kejadian Megawati sudah mengetahui dari Benny akan terjadi serangan terhadap kantor PDI dan Catatan Rachmawati Soekarnoputri, Membongkar Hubungan Mega dan Orba sebagaimana dimuat Harian Rakyat Merdeka Rabu, 31 Juli 2002 dan Kamis, 1 Agustus 2002 maka kita menemukan bukti adanya persekongkolan antara Benny Moerdani yang sakit hati kepada Soeharto karena dicopot dari Pangab (kemudian menjadi menhankam, jabatan tanpa fungsi) dan Megawati untuk menaikan seseorang dari keluarga Soekarno sebagai lawan tanding Soeharto, kebetulan saat itu hanya Megawati yang mau jadi boneka Benny Moerdani. Sedikit kutipan dari Catatan Rachmawati Soekarnoputri:

“Sebelum mendekati Mega, kelompok Benny Moerdani mendekati saya [Rachmawati] terlebih dahulu. Mereka membujuk dan meminta saya tampil memimpin PDI. Permintaan orang dekat dan tangan kanan Soeharto itu jelas saya tolak, bagi saya, PDI itu cuma alat hegemoni Orde Baru yang dibentuk sendiri oleh Soeharto tahun 1973. Coba renungkan untuk apa jadi pemimpin boneka?

Orang-orang PDI yang dekat dengan Benny Moerdani, seperti Soerjadi dan Aberson Marie Sihaloho pun ikut mengajak saya gabung ke PDI. Tetapi tetap saya tolak.”

Dari ketiga catatan di atas kita menemukan nama-nama yang saling terkait dalam Peristiwa 27 Juli 1996, antara lain: Benny Moerdani; Megawati Soekarnoputri; Dr. Soerjadi; Sofjan Wanandi; dan Aberson Marie Sihaloho, dan ini adalah “eureka moment” yang membongkar persekongkolan jahat karena Aberson Marie adalah orang yang pertama kali menyebar pamflet untuk regenerasi kepemimpinan Indonesia dan diganti Megawati sehingga menimbulkan kecurigaan dari pihak Mabes ABRI; Dr. Soerjadi adalah orang yang menggantikan Megawati sebagai Ketua Umum PDI di Kongres Medan (kongres dibiayai Sofjan Wanandi dari CSIS) yang mengumpulkan massa menyerbu kantor PDI dan selama ini dianggap perpanjangan tangan Soeharto ternyata agen ganda bawahan Benny Moerdani, dan tentu saja saat itu Agum Gumelar dan AM Hendropriyono, dua murid Benny Moerdani berada di sisi Megawati atas perintah Benny Moerdani sebagaimana disaksikan Jusuf Wanandi dari CSIS dalam Memoirnya, A Shades of Grey/Membuka Tabir Orde Baru. Semua fakta ini juga membuktikan bahwa dokumen yang ditemukan pasca ledakan di Tanah Tinggi tanggal 18 Januari 1998 yang mana menyebutkan rencana revolusi dari Benny Moerdani; Megawati; CSIS dan Sofjan-Jusuf Wanandi yang membiayai gerakan PRD adalah dokumen asli dan otentik serta bukan dokumen buatan intelijen untuk mendiskriditkan PRD sebagaimana diklaim oleh Budiman Sejatmiko selama ini.

Ini menjelaskan mengapa Presiden Megawati menolak menyelidiki Peristiwa 27 Juli 1996 sekalipun harus mengeluarkan kalimat pahit kepada anak buahnya seperti “siapa suruh kalian mau ikut saya?” dan justru memberi jabatan sangat tinggi kepada masing-masing SBY yang memimpin rapat penyerbuan Operasi Naga Merah; Sutiyoso yang komando lapangan penyerbuan Operasi Naga Merah; Agum Gumelar dan Hendropriyono yang pura-pura melawan koleganya. Megawati melakukan bunuh diri bila menyelidiki kejahatannya sendiri!

Bila dihubungkan dengan grup yang berkumpul di sisi Jokowi maka sudah jelas bahwa CSIS; PDIP; Budiman Sejatmiko, Agum Gumelar; Hendropriyono; Fahmi Idris; Megawati; Sutiyoso ada di pihak Poros JK mendukung Jokowi-JK demi menghalangi upaya Prabowo naik ke kursi presiden.

B. Kerusuhan Mei 1998, Gerakan Benny Moerdani Menggulung Soeharto; Prabowo; dan Menaikan Megawati Soekarnoputri Ke Kursi Presiden.

Pernahkah anda mendengar kisah Kapten Prabowo melawan usaha kelompok Benny Moerdani dan CSIS mendeislamisasi Indonesia? Ini fakta dan bukan bualan. Banyak buku sejarah yang sudah membahas hal ini, dan salah satunya cerita dari Kopassus di masa kepanglimaan Benny. Saat Benny menginspeksi ruang kerja perwira bawahan dia melihat sajadah di kursi dan bertanya “Apa ini?”, jawab sang perwira, “Sajadah untuk shalat, Komandan.” Benny membentak “TNI tidak mengenal ini.” Benny juga sering mengadakan rapat staf pada saat menjelang ibadah Jumat sehingga menyulitkan perwira yang mau sholat Jumat.

Hartono Mardjono sebagaimana dikutip Republika tanggal 3 Januari 1997 mengatakan bahwa rekrutan perwira Kopassus sangat diskriminatif terhadap yang beragama Islam, misalnya kalau direkrut 20 orang, 18 di antaranya adalah perwira beragama non Islam dan dua dari Islam. Penelitian Salim Said juga menemukan hal yang sama bahwa para perwira yang menonjol keislamannya, misalnya mengirim anak ke pesantren kilat pada masa libur atau sering menghadiri pengajian diperlakukan diskriminatif dan tidak akan mendapat kesempatan sekolah karena sang perwira dianggap fanatik, sehingga sejak saat itu karir militernya suram.

Silakan perhatikan siapa para perwira tinggi beken yang diangkat dan menduduki pos penting pada masa Benny Moerdani menjadi Pangad atau Menhankam seperti Sintong Panjaitan; Try Sutrisno; Wiranto; Rudolf Warouw; Albert Paruntu; AM Hendropriyono; Agum Gumelar; Sutiyoso; Susilo Bambang Yudhoyono; Luhut Panjaitan; Ryamizard Ryacudu; Johny Lumintang; Albert Inkiriwang; Herman Mantiri; Adolf Rajagukguk; Theo Syafei dan lain sebagainya akan terlihat sebuah pola tidak terbantahkan bahwa perwira yang diangkat pada masa Benny Moerdani berkuasa adalah non Islam atau Islam abangan (yang tidak dianggap “fanatik” atau berada dalam golongan “islam santri” menurut versi Benny). Inilah yang dilawan Prabowo antara lain dengan membentuk ICMI yang sempat dilawan habis-habisan oleh kelompok Benny Moerdani namun tidak berhasil. Tidak heran kelompok status quo dari kalangan perwira Benny Moerdani membenci Prabowo karena Prabowo yang menghancurkan cita-cita mendeislamisasi Indonesia itu.

Mengapa Benny Moerdani dan CSIS mau mendeislamisasi Indonesia? Karena CSIS didirikan oleh agen CIA, Pater Beek yang awalnya ditempatkan di Indonesia untuk melawan komunis namun setelah komunis kalah dia membuat analisa bahwa lawan Amerika berikutnya di Indonesia hanya dua, “Hijau ABRI” dan “Hijau Islam”, lalu menyimpulkan ABRI bisa dimanfaatkan untuk melawan Islam, maka berdirilah CSIS yang dioperasikan oleh anak didiknya di Kasebul, Sofjan Wanandi, Jusuf Wanandi, Harry Tjan Silalahi, mewakili ABRI: Ali Moertopo, dan Hoemardani (baca kesaksian George Junus Aditjondro, murid Pater Beek).

Tidak percaya gerakan anti Prabowo di kubu Golkar-PDIP-Hanura-NasDem ada hubungan dengan kelompok anti Islam santri yang dihancurkan Prabowo? Silakan perhatikan satu per satu nama-nama yang mendukung Jokowi-JK, ada Ryamizard Ryacudu (menantu mantan wapres Try Sutrisno-agen Benny untuk persiapan bila Presiden Soeharto mangkat); ada Agum Gumelar-Hendropriyono (dua malaikat pelindung/bodyguard Megawati yang disuruh Benny Moerdani); ada Andi Widjajanto (anak Theo Syafeii) ada Fahmi Idris (rumahnya adalah lokasi ketika ide Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan Mei 1998 pertama kali dilontarkan Benny Moerdani); ada Luhut Panjaitan; ada Sutiyoso; ada Wiranto dan masih banyak lagi yang lain.

Lho, Wiranto anak buah Benny Moerdani? Benar sekali, bahkan Salim Said dan Jusuf Wanandi mencatat bahwa Wiranto menghadap Benny Moerdani beberapa saat setelah dilantik sebagai KSAD pada Juni 1997. Saat itu Benny memberi pesan sebagai berikut:

“Jadi, kau harus tetap di situ sebab kau satu-satunya orang kita di situ. Jangan berbuat salah dan jangan dekat dengan saya sebab kau akan dihabisi Soeharto jika dia tahu.”

(Salim Said, halaman 320)

Tentu saja Wiranto membantah dia memiliki hubungan dekat dengan Benny Moerdani namun kita memiliki cara membuktikan kebohongannya. Pertama, dalam Memoirnya, Jusuf Wanandi menceritakan bahwa pasca jatuhnya Soeharto, Wiranto menerima dari Benny Moerdani daftar nama beberapa perwira yang dinilai sebagai “ABRI Hijau”, dan dalam sebulan semua orang dalam daftar nama tersebut sudah disingkirkan Wiranto. Ketika dikonfrontir mengenai hal ini Wiranto mengatakan cerita “daftar nama” adalah bohong. Namun bila kita melihat catatan penting masa setelah Soeharto jatuh maka kita bisa melihat bahwa memang terjadi banyak perwira “hijau” di masa Wiranto yang waktu itu dimutasi dan hal ini sempat menuai protes.

Fakta bahwa Wiranto adalah satu-satunya orang Benny Moerdani yang masih tersisa di sekitar Soeharto menjawab sekali untuk selamanya mengapa Wiranto menjatuhkan semua kesalahan terkait Operasi Setan Gundul kepada Prabowo; mengatakan kepada BJ Habibie bahwa Prabowo mau melakukan kudeta sehingga Prabowo dicopot; dan menceritakan kepada mertua Prabowo, Soeharto bahwa Prabowo dan BJ Habibie bekerja sama menjatuhkan Soeharto sehingga Prabowo diusir dan dipaksa bercerai dengan Titiek Soeharto. Hal ini sebab Wiranto adalah eksekutor dari rencana Benny Moerdani menjatuhkan karir dan menistakan Prabowo.

Membicarakan “kebejatan” Prabowo tentu tidak lengkap tanpa mengungkit Kerusuhan Mei 1998 yang ditudingkan pada dirinya padahal saat itu jelas-jelas Wiranto sebagai Panglima ABRI pergi ke Malang membawa semua kepala staf angkatan darat, laut dan udara serta menolak permintaan Prabowo untuk mengerahkan pasukan demi mengusir perusuh. Berdasarkan temuan fakta di atas bahwa Benny Moerdani mau menjatuhkan Soeharto melalui kerusuhan rasial dan Wiranto adalah satu-satunya orang Benny di lingkar dalam Soeharto maka sangat patut diduga Wiranto memang sengaja melarang pasukan keluar dari barak menghalangi kerusuhan sampai marinir berinisiatif keluar kandang. Selain itu tiga fakta yang menguatkan kesimpulan kelompok Benny Moerdani ada di belakang Kerusuhan Mei 98 adalah sebagai berikut:
  1. Menjatuhkan lawan menggunakan “gerakan massa” adalah keahlian Ali Moertopo (guru Benny Moerdani) dan CSIS sejak Peristiwa Malari di mana malari meletus karena provokasi Hariman Siregar, binaan Ali Moertopo (lihat kesaksian Jenderal Soemitro yang dicatat oleh Heru Cahyono dalam buku Pangkopkamtib Jenderal Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 74 terbitan Sinar Harapan).
  2. Menurut catatan TGPF Kerusuhan Mei 98 penggerak lapangan adalah orang berkarakter militer dan sangat cekatan dalam memprovokasi warga menjarah dan membakar. Ini jelas ciri-ciri orang yang terlatih sebagai intelijen, dan baik Wiranto maupun Prabowo adalah perwira lapangan tipe komando bukan tipe intelijen, dan saat itu hanya Benny Moerdani yang memiliki kemampuan menggerakan kerusuhan skala besar karena dia mewarisi taktik dan jaringan yang dibangun Ali Moertopo (mengenai jaringan yang dibangun Ali Moertopo bisa dibaca di buku Rahasia-Rahasia Ali Moertopo terbitan Tempo-Gramedia). Lagipula saat kejadian terbukti Benny Moerdani sedang rapat di Bogor dan ada laporan intelijen bahwa orang lapangan saat kerusuhan 27 Juli 1996 dan Mei 98 dilatih di Bogor!!!
  3. Alasan Megawati setuju menjadi alat Benny Moerdani padahal saat itu keluarga Soekarno sudah sepakat tidak terjun ke politik dan alasan Benny Moerdani begitu menyayangi Megawati mungkin adalah karena mereka sebenarnya pernah menjadi calon suami istri dan Soekarno sendiri pernah melamar Benny, pahlawan Palangan Irian Jaya itu untuk Megawati, namun kemudian Benny memilih Hartini wanita yang menjadi istrinya sampai Benny meninggal (Salim Said, halaman 329).
Berdasarkan semua fakta dan uraian di atas maka kiranya sudah tidak bisa dibantah bahwa alasan Kelompok Benny Moerdani, dalang Peristiwa 27 Juli 1996 dan Kerusuhan Mei 1998 ada di belakang Jokowi-JK dengan mengorbankan keutuhan partai masing-masing (PDIP, Hanura, Golkar) untuk melawan Prabowo adalah dendam kesumat yang belum terpuaskan sebab Prabowo menjadi penghalang utama mereka ketika mencoba mendeislamisasi Indonesia.

(Dimuat Kompasiana 22/5/2014)

http://yudisamara.org/2014/05/24/pendukung-jokowi-adalah-dalang-kerusuhan-di-indonesia/