17.3.14

Thailand Tangkap dan Usir Balik Pengungsi Muslim Uighur yang Meminta Suaka

Pemerintahan Thailand menghukum puluhan pencari suaka minoritas Muslim Uighur yang sedang teraniaya, pada hari Sabtu, 15 Maret di tengah seruan dari kelompok hak asasi manusia agar tidak secara paksa memulangkan mereka kembali ke China.

Pemerintah Thailand harus menyadari bahwa Uighur yang dipaksa kembali ke China akan menghilang ke dalam lubang hitam,” kata Brad Adams, direktur Asia Human Rights Watch mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di situsnya.

Kelompok Uighur, yang mayoritas Muslim, minoritas Turki yang berasal dari Cina barat, ditemukan telah mengungsi pada tanggal 13 Maret 2014 di sebuah hutan di provinsi Songkhla Thailand.

Kelompok pengungsi ini terdiri dari 78 pria, 60 wanita dan 82 anak-anak.

Para pencari suaka, yang tampaknya bersiap-siap untuk pindah ke tempat lain, menyatakan diri mereka sebagai orang Turki.

Namun para aktivis yang berbasis di AS telah mengidentifikasi mereka adalah orang-orang Uighur , yang berbicara dalam bahasa Turki , kelompok mayoritas Muslim dari wilayah Xinjiang China barat laut .

Pemerintah Thailand menghukum kelompok pengungsi tersebut dengan denda 4.000 baht oleh pengadilan di Thailand selatan .

Para pria akan ditahan oleh imigrasi Tailand dan para wanita dan anak-anak akan dibawa ke tempat penampungan, ujar Polisi Mayor Jenderal Thatchai Pitaneelaboot kepada Agence France Presse ( AFP ) melalui telepon.

Departemen Luar Negeri AS telah mendesak Thailand ”untuk memberikan perlindungan penuh” untuk para pencari suaka.

Kami prihatin tentang Muslim Uighur dan orang Uighur tersebut harus diselamatkan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Marie Harf di Washington, tanpa langsung membahas adanya kemungkinan pemulangan pengungsi tersebut ke China.

Kami mendorong Thailand untuk memastikan kebutuhan secara kemanusiaan terpenuhi.

Uighur American Association, sebuah kelompok advokasi yang berbasis di Washington, juga telah menyuarakan keprihatinan atas kelompok pengungsi tersebut.

Kelompok ini mendesak Thailand untuk bekerja sama dengan Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi.

Kelompok Uighur seharusnya tidak dikaitkan hubungan Thailand dengan China, tetapi seharusnya Thailand mengikuti standar pengungsi internasional,” kata presiden asosiasi Alim Seytoff .

Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi beberapa insiden pengungsi Uighur yang secara paksa dikembalikan ke Cina, khususnya dari Asia Tenggara.

Pada bulan Desember 2009, Kamboja memaksa memulangkan kembali 20 Uighur meskipun fakta bahwa kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) telah membuat surat dan perlindungan untuk ”orang-orang yang menjadi perhatian” kepada semua negara.

Pada tanggal 31 Desember 2012, Malaysia juga pernah mendeportasi enam pria Muslim Uighur untuk kembali ke China. Enam pria tersebut telah ditahan sebelumnya pada tahun 2012, diduga karena berusaha meninggalkan Malaysia dengan paspor palsu.

Thailand telah lama menjadi negara transit bagi perdagangan manusia, ribuan Muslim Rohingya yang melarikan diri dari Burma diyakini telah melewati wilayah Thailand dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2013, banyak pengungsi Rohingya menuduh petugas keamanan Thailand telah terlibat perdagangan manusia atas pengungsi Muslim Rohingya. (OI.Net/KH)

No comments:

Post a Comment