25.12.13

Jangan Gunakan Kata “Kanker” Sembarangan!

Umumnya pasien mendengar kata ‘kanker’, mengira penyakit nya akan makin parah, bermetastasis, dan menyebabkan kematian

Hidayatullah.com– Sekelompok peneliti menyarankan dunia kedokteran menghapus pemakaian kata “kanker” untuk beberapa kondisi medis tertentu yang relatif jinak. Kondisi tersebut antara lain lesi dengan pertumbuhan lambat pada bagian tubuh manusia, termasuk payudara, prostat, paru-paru, dan kulit. Penghapusan istilah “kanker” diperkirakan bisa meredakan kekhawatiran pasien, juga mengurangi kecenderungan dokter untuk memberikan pengobatan yang agresif.

Rekomendasi itu diungkap sekelompok panel peneliti dari Institut Kanker Nasional (NCI) Amerika Serikat dalam jurnal Lancet Oncology.

Menurut kelompok itu, teknologi diagnosis baru berhasil menemukan kelainan lebih kecil yang kemungkinan besar tak mematikan. Namun, kelainan semacam itu tetap dilabeli sebagai kanker. Penanganannya pun sama seperti kanker yang sebenarnya. Hasil yang diperoleh: miliaran dolar terbuang untuk operasi, radiasi, serta kemoterapi yang tak perlu.

Sayangnya, saat pasien mendengar kata ‘kanker’, kebanyakan mengira mereka mengidap penyakit yang akan makin parah, bermetastasis, dan menyebabkan kematian. Banyak dokter berpikir seperti itu juga. Mereka bertindak atau memberi saran kepada pasien seperti halnya menghadapi kanker,” tulis artikel sebagaimana dikutip laman indo.wsj.com, Senin (06/05/2014)

Ketimbang menyebutnya sebagai kanker atau pra-kanker, kelompok itu menyarankan penyebutan “lesi lambat berasal epitel” atau IDLE.

Pengubahan nama itu merupakan bagian dari proposal panel tersebut tentang perubahan besar akan diagnosis dan penanganan kanker. Panel ahli kanker terkemuka itu, yang dibentuk NCI pada 2012, juga mendesak pengurangan pemindaian rutin atas kanker awal. Mereka pun meminta petugas kesehatan lebih menahan diri dalam perawatan kanker awal, sehingga sebab alamiah masing-masing penyakit lebih dapat dipahami.

Orang-orang jangan lagi memakai konsep bahwa deteksi awal bisa menyelamatkan nyawa,” kata Laura Esserman, ketua penulis sekaligus direktur Carol Franc Buck Breast Care Center di University of California, San Francisco.

Gagasan itu, yang meretas pada era 1980-an, menilai penanganan kanker sejak awal akan mengurangi sel-sel yang berikutnya ditemukan sehingga kasus kematian dapat dicegah, kata Esserman. Diagnosis dini akan kanker memang semakin banyak. Namun, penurunan tingkat kematian akibat kanker lebih kecil dari perkiraan.

Beberapa ahli lalu menyimpulkan, banyak kasus kanker dini ternyata tidak mengancam jiwa. Sementara itu, kanker yang membahayakan justru tak terdeteksi.

Kanker tidak hanya terdiri atas satu jenis penyakit. Jadi, kita tidak perlu memperlakukan semua kasus, seolah-olah segalanya adalah kanker,” sahut Esserman.

Ahli kanker lainnya sepakat bahwa definisi kanker mesti diperbarui. Namun, pembaruan sebaiknya dilakukan sampai ilmuwan mampu mendefinisikan mana kanker yang mengancam nyawa dan tidak. Sampai definisi itu dirumuskan, para ahli merasa tidak nyaman memberikan rekomendasi kepada pasien untuk tidak mengobati kanker.

Kita mesti berhati-hati dengan persoalan ini. Kita belum memiliki definisi kanker untuk abad ke-21,” papar Otis Brawley, direktur kesehatan American Cancer Society yang tak tergabung dalam panel NCI.*

No comments:

Post a Comment