8.10.12

Pertobatan Seorang Rapper

Saya melihat agama telah menjadi komoditas bisnis!
SAYA dari keluarga Kristen. Sebagai seorang pendeta, ayah keras mendidik saya. Sudah biasa saya dihajar pakai ikat pinggang.

Tapi dari ayahlah saya mendapat tetesan “darah” seni. Ayah mahir memainkan berbagai alat musik. Sedangkan saya sangat suka musik rock. Bahkan saya sempat membuat band. Sebagai seorang vokalis, penghayatan terhadap lagu–lagu yang saya bawakan, ternyata berpengaruh kepada cara berpikir dan gaya hidup saya.

Saya akhirnya terseret masuk ke dunia musik underground, hingga seorang teman memberi saya sebuah buku berjudul “Peta Pemikiran Karl Marx”. Buku kecil berwarna merah itulah pintu awal pencarian jati diri saya. Dari buku ini saya diajari bahwa agama itu candu masyarakat.

Sikap anti agama saya makin kuat setelah membaca buku “Senja Kala Berhala dan Anti Krist” karya Friedrich Nietzhie.

Sekalipun anti agama, saya masih datang gereja. Kalau tidak, saya tidak dapat uang jajan dari Mama. He…he…

Sikap memilih menjadi atheis juga dilatari fakta pertikaian di internal gereja. Saya melihat agama telah menjadi komoditas bisnis. Pendeta-pendeta hanya menjadikan agama sebagai alat untuk mencari makan.

Dari kekecewaan itu, saya mulai mencari ruang baru dari dinamika pemikiran saya. Beberapa CD Public Enemy dan kutipan lagu Wake Up dari Rage Againts The Machine (RATM) menyentil perhatian saya.

Meskipun RATM bukan band Islam, namun kutipan syair lagu Wake Up (Bangun) seperti benar-benar membangunkan pencarian jawaban dari keresahan saya tentang Tuhan, keadilan dan dunia yang lebih baik.

Lagu yang menceritakan tentang pembunuhan Malcolm X tersebut membuat saya tertarik mengenal sosok Malcolm X. Rasa penasaran terhadap tokoh pejuang hak asasi manusia asal Amerika ini mendorong saya untuk mencari berbagai informasi mengenai kehidupan dia.

Saya belajar banyak dari dia. Dari Malcolm X kemudian saya mengenal Muhammad Ali dan Nabi Muhammad SAW.

Dari salah satu literatur Malcolm, ada satu kalimatnya kepada Muhammad Ali petinju legendaris Amerika yang membuat saya  terkesan. Ketika Muhammad Ali mengecam kaum kulit putih yang menindas Yahudi dan orang kulit hitam, Malcolm justru berkata, ''Di Makkah, saya lihat orang bermata coklat, biru, hitam serta berkulit putih, dan coklat semuanya duduk bersama.''

Kalimat yang mengungkapkan kekaguman Malcolm terhadap umat Islam tersebut, membuat saya semakin tertarik dengan Islam.

Suatu ketika saya duduk dengan seorang sahabat SMA yang juga sama-sama Rapper. Sahabat itu bertanya sederhana.

“Richard, kalau Lu doa kemana dulu; ke bapak, ke anak, apa ke roh kudus. Mana dulu yang denger?”

Pertanyaan itu semakin mengeraskan penolakan saya kepada relevansi kekristenan. Di sisi lain saya juga sadar gagasan sosialisme, komunisme hingga atheisme sendiri mulai absurd.

Rasa jenuh itu kemudian saya lampiaskan kepada seorang sahabat sesama anak band di komunitas underground, namanya Arif Saefulloh. Ia sosok yang tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslim  kendati sedang manggung.

Kepada Arif saya mengutarakan niat saya untuk masuk Islam. Eh, bukan dukungan yang saya peroleh, justru larangan yang saya dapat. Arif tidak menginginkan keputusan saya masuk Islam lebih karena faktor emosional sesaat.

Saya tidak menyerah. Saya menemui teman-teman lainnya dari kalangan komunitas underground yang beragama Islam. Dengan bertempat di pinggir jalan yang berada di Kompleks Perumahan Taman Kartini, Bekasi, saya mengucapkan syahadat di hadapan teman-temannya. Peristiwa itu terjadi tahun 2002 dan yang menjadi saksi saya adalah teman-teman yang memakai baju Sepultura, Kurt Cobain, dan Metallica.* (Diceritakan langsung kepada Bambang S, wartawan Majalah Suara Hidayatullah)

5.10.12

Columbus Bukanlah Penjelajah Pertama Benua Amerika

Jika Anda mengunjungi Washington DC di Amerika, datanglah ke Perpustakaan Kongres (Library of Congress). Lantas, mintalah arsip perjanjian pemerintah Amerika Serikat dengan suku Cherokee, salah satu suku Indian, tahun 1787. Di sana akan ditemukan tanda tangan Kepala Suku Cherokee saat itu, bernama AbdeKhak dan Muhammad Ibnu Abdullah.

Cherokee muslimah woman
Isi perjanjian itu antara lain adalah hak suku Cherokee untuk melangsungkan keberadaannya dalam perdagangan, perkapalan, dan bentuk pemerintahan suku Cherokee yang saat itu berdasarkan hukum Islam.

Lebih lanjut, akan ditemukan kebiasaan berpakaian wanita suku Cherokee yang menutup aurat sedangkan kaum laki-lakinya memakai turban (surban) dan terusan hingga sebatas lutut.

Cara berpakaian ini dapat ditemukan dalam foto atau lukisan suku Cherokee yang diambil gambarnya sebelum tahun 1832.

Kepala suku terakhir Cherokee sebelum akhirnya benar-benar punah dari daratan Amerika adalah seorang Muslim bernama Ramadan Ibnu Wati.

Berbicara tentang suku Cherokee, tidak bisa lepas dari Sequoyah. Ia adalah orang asli suku Cherokee yang berpendidikan dan menghidupkan kembali aksara Syllabary milik suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara alfabet. Jika kita sekarang mengenal abjad A sampai Z, maka suku Cherokee memiliki aksara sendiri.

Yang membuatnya sangat luar biasa adalah aksara yang dihidupkan kembali oleh Sequoyah ini mirip sekali dengan aksara Arab.

Bahkan, beberapa tulisan masyarakat Cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada sangat mirip dengan kata ”Muhammad” dalam bahasa Arab.

Nama-nama suku Indian dan kepala sukunya yang berasal dari bahasa Arab tidak hanya ditemukan pada suku Cherokee (Shar-kee), tapi juga Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin Cree, Makkah, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Nazca, Zulu, dan Zuni.

Bahkan, beberapa kepala suku Indian juga mengenakan tutup kepala khas orang Islam. Mereka adalah Kepala Suku Chippewa, Creek, Iowa, Kansas, Miami, Potawatomi, Sauk, Fox, Seminole, Shawnee, Sioux, Winnebago, dan Yuchi.

Hal ini ditunjukkan pada foto-foto tahun 1835 dan 1870.

Secara umum, suku-suku Indian di Amerika juga percaya adanya Tuhan yang menguasai alam semesta.
Tuhan itu tidak teraba oleh panca indera.
Mereka juga meyakini, tugas utama manusia yang diciptakan Tuhan adalah untuk memuja dan menyembah-Nya.

Bukankah Al-Qur’an juga memberitakan bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin semata-mata untuk beribadah pada Allah? Seperti penuturan seorang Kepala Suku Ohiyesa:
”In the life of the Indian, there was only inevitable duty-the duty of prayer-the daily recognition of the Unseen and the Eternal”. 

Semangat orang-orang Islam dan Cina disaat itu untuk mengenal lebih jauh tentang Bumi ini yang terdiri dari lautan dan daratan sebagai tempat tinggalnya sangatlah tinggi.

Selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah, Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu.

Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah:
  1. Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957)
  2. Al Idrisi (meninggal tahun 1166)
  3. Ibn Battuta (meninggal tahun 1369)
  4. Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384)

Pelayaran dari Cordoba tahun 889 Masehi
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 – 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi.

Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa di masa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 – 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan.

Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.

Landed in America
Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.

Pelayaran dari Delba, Palos, Spanyol tahun 900-an Masehi
Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.

Pelayaran dari Granada, Spanyol tahun 999 Masehi
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary).

Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.

Pelayaran dari Maroko, Afrika tahun 1291 Masehi
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 – 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.

Pelayaran dari Timbuktu, Afrika tahun 1300-anMasehi
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu.

Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 – 1312) dan saudara dari Sultan, Mansa Kankan Musa (1312 – 1337) yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.

Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab.

Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re’isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517.

Piri Reis Map
Piri Reis Map dibanding peta modern, sangat akurat!

Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat!

Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika.

Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi.

Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Dan tahukah anda? Dua orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus yaitu kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua Amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum Yahudi dari Spanyol sebanyak 300.000 orang Yahudi oleh raja Ferdinand seorang Kristen yang taat, membuat orang-orang Yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol..!

Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil Amerika itu.

Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.

Dan tahukah anda? sebenarnya laksamana Zheng He atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama laksamana Cheng Ho adalah juga penemu benua Amerika pertama, sekitar 70 tahun sebelum Columbus?

Admiral Zheng He (Laksamana Cheng Ho)
Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana.

Para peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan lantas mendapat perhatian besar.

Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina, Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho).

Bersama bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.

Bahkan menurutnya, Zheng He ‘mengalahkan’ Columbus dengan rentang waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah.

Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.

Perbandingan kapal layar Cheng Ho (layar kuning) dengan kapal layar Colombus (ditengah, layar merah)

”Laksamana Cheng Ho lah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,” ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night.

Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.

Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan membandingkan peta pelayaran Zheng He.

“Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut,” ungkap Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris ini. Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He.

Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa. Akibat perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun.

Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang seperti pada masa tahun 1421.

“Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan penanggalan petanya,” kata Menzies.

Saat sedang bingung memikirkan masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya.

“Dengan kemujuran luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat.”

Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis katulistiwa di Samudera Hindia.

Adapun Polaris, sang bintang utara, dan bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan, tercantum dalam peta.

“Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan letak Polaris. Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun.”

Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.

Selama ini, masyarakat dunia mengetahui kiprah Zheng He sebagai penjelajah ulung. Dia terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur.

Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam. Ayah dan kakek Zheng He diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah. Sementara Zheng He sendiri tumbuh besar dengan banyak mengadakan perjalanan ke sejumlah wilayah. Ia adalah Muslim yang taat.

Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang sudah ada jauh sebelum masa dinasti Ming. Pada saat pasukan Ming menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun.

Zheng He pun dijadikan sebagai pelayan putra mahkota yang nantinya menjadi kaisar bernama Yong Le. Nah kaisar inilah yang memberi nama Zheng He hingga akhirnya dia menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia dengan armada terbanyak di dunia sepanjang sejarah hingga saat ini dengan membawahi 317 kapal laut tiang tinggi! Hebat! (berbagai sumber/icc.wp.com)

Zheng He (Cheng Ho) Expedition Animation...

Chinese Treasure Fleet - Adventures of Zheng He...

*** IndoCropCircles.wordpress.com ***
 
Baca Juga:

Dahulu Kala, Bangsa Kita Pernah Menguasai 2/3 Bumi?

Misteri Candi Cetho, Candi Sukuh dan Candi Penataran...

Cetho Temple (Lat= -7.5957324; Lon= 111.1582518)
Sukuh Temple (Lat= -7.6273004; Lon= 111.1310756)
Penataran Temple (Lat= -8.01604; Lon= 112.2092324)

Oleh: Turangga Seta 

Turangga Seta adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang pelestarian budaya yang ada di Nusantara, serta mempelajari dan memetakan kembali kebesaran Nusantara yang sampai saat ini hanya dianggap sebagai mitos belaka.

Dalam perjalanannya, kami banyak menemukan benda-benda peninggalan purbakala yang dapat dijadikan bukti dan acuan tentang ada tidaknya mitos itu.

Di sisi lain, kami juga banyak menemukan aplikasi kearifan lokal yang ternyata sanggup digunakan untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan bencana alam. Aplikasi kearifan lokal itu sudah kami aplikasikan di berbagai daerah, salah satu bentuk aplikasi kearifan lokal yang sudah terdokumentasi dengan lengkap adalah pada saat prosesi kami di titik 45 semburan lumpur panas Lapindo Brantas.
Untuk yang berhubungan dengan sejarah Nusantara, kami berhasil menemukan bahwa:

Sejarah Nusantara tidak sekerdil sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sejarah sekolah yang resmi atau literasi sejarah yang ada.
“Bahkan lebih dari itu, kami menemukan bukti tentang kebesaran leluhur Nusantara yang disekitar 10.000 tahun sebelum masehi sudah menguasai 2/3 bumi”
Data yang kami peroleh terdapat di beberapa relief dan prasasti yang dapat dilihat dan dimengerti oleh semua orang.

Selain itu kami juga berhasil memetakan dan mendokumentasikan lebih dari 20 jenis aksara purba asli Nusantara yang dapat dipakai untuk membaca prasasti dan rontal-rontal kuno.

Berhubungan dengan pencitraan sejarah sebagai mitos, kami juga berhasil menemukan bukti bahwa beberapa cerita mitos itu adalah benar adanya, bukan hanya sekedar cerita pengantar tidur atau celoteh dongeng keheroikan belaka (seperti keberadaan Kerajaan Hastina Pura, Kerajaan Ngamartalaya, Kerajaan Dahana Pura, Kerajaan Gilingwesi, dll.)

Kami juga berhasil memetakan periodesasi terciptanya bumi sampai ke titik akhir menjadi tiga:
  • Jaman Kali [Jaman Besar], dan setiap Jaman Kali kami bagi menjadi tujuh.
  • Jaman Kala [Jaman Sedang], dan 1 Jaman Kala kami bagi menjadi tiga
  • Mangsa Kala [Jaman Kecil], serta berhasil mengurutkan sejarah kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara yang mayoritas dihilangkan dari sejarah resmi.

Kebesaran Nusantara di masa lalu sangat erat kaitannya dengan kebesaran tradisi yang pernah ada di Nusantara. Namun sayangnya kebesaran tradisi kita itu telah dihilangkan dengan masuknya ajaran-ajaran baru.

Bahkan ajaran-ajaran baru cenderung mem-vonis tradisi kuno menjadi animisme, dinamisme dan politeisme. Padahal ada beberapa teknologi terapan masa lalu yang sangat efektif dan menjadi kekuatan kehormatan dari kebesaran leluhur kita yang sebetulnya masih sangat relevan untuk digunakan oleh generasi kita sebagai pewaris teknologi tersebut, namun kita tidak pernah menyadarinya.

Sebagai contoh, dalam Kitab Negara Kertagama terdapat aturan bahwa setiap Adipati harus menghadap ke pusat kerajaan [Kerajaan Induk] setiap 35 hari sekali.

Diandaikan bila hal itu terjadi di era Kerajaan Majapahit, Adipati dari Kadipaten Magadha [sekarang Bandung] untuk mencapai ke Trowulan pasti butuh waktu lebih dari dua minggu. Karena pada masa itu belum ada jalan raya dan mayoritas daerah sepanjang perjalanan masih berupa hutan belantara, juga belum terdapat sarana transportasi modern seperti saat sekarang ini.

Belum lagi para Adipati yang memerintah di luar pulau Jawa, seperti Adipati dari Kadipaten Tamgaram [sekarang Lampung] atau Adipati dari Kadipaten Madagascar [pulau dekat benua Afrika], bagaimanakah dan apakah sarana transportasi mereka untuk menghadiri Pisowanan Agung setiap 35 hari sekali itu.

Untuk perbandingan, saat gempa besar melanda Padang ternyata bantuan yang lewat darat sampa lebih dari sebulan kemudian belum bisa merata ke daerah Padang Pariaman, hingga hanya bisa didistribusikan melalui transportasi udara. Bisa dibayangkan teknologi jenis apakah yang dipakai oleh para Adipati kita pada jaman Majapahit untuk berpindah tempat pada saat itu, di saat mereka masih harus menembus medan yang tidak ada jalannya yang penuh dengan hutan belantara, bahkan sebagian harus menyeberangi lautan yang luas, sementara mereka sendiri masih harus menjalankan roda pemerintahan di Kadipaten-nya masing-masing.
“Maka kamipun kemudian sadar bahwa ada tekanan dari beberapa negara besar yang mendorong supaya kita melupakan dan menyepelekan tradisi asli kita, karena hanya dengan tradisi warisan leluhur, maka kita bisa bangkit dari keterpurukan, juga semangat nasionalisme generasi muda akan menjadi bangkit lagi kalau kita berhasil menunjukkan ke mata dunia bahwa kita bukanlah Negara kecil”
Kita akan sanggup membantah setiap klaim dari Malaysia, karena terdapat juga bukti bahwa kita bangsa asli Nusantara bukanlah orang Melayu dan orang Melayu pada masa lalu hanyalah prajurit biasa dari wilayah yang menginduk kepada Nusantara di era kerajaan-kerajaan leluhur kita pada jaman dulu.

Untuk dampak positif ekonomi, dengan meng-ekspos kebesaran Nusantara akan ber-imbas ke bangkitnya peningkatan perekonomian di daerah yang candi-candinya menjadi bukti kebesaran Nusantara.

Candi-candi itu saat ini tersebar mulai dari Jawa Barat sampai ke Jawa Timur. Sangat disayangkan mencermati para arkeolog kita hanya menganggap cerita dalam relief-relief tersebut hanya sebatasan kisah Ramayana, Sudamala, dll., sehingga sejarah kisah aslinya tidak pernah dipelajari dan terungkap.

Sebagian dari materi ini pernah dibawakan pada:
  • Diskusi Panel: “Indonesia Asal Peradaban Dunia“, Sabtu Wage, 27 Maret 2010 di The Executive Club, Hotel Sultan – Jakarta
  • Seminar: “Penemuan Purbakala dan Spiritualitas Indonesia“, Sabtu Wage, 20 Februari 2010 di Cafe Domus Newseum Indonesia – Jakarta

Candi Cetho









Candi Sukuh






Candi Penataran















Sumber: http://indocropcircles.wordpress.com/2011/03/17/indonesia-pernah-menguasai-duapertiga-dunia/

4.10.12

Matikan TV Anda dan Berbahagialah

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim 

Sabar. Ah…, rasanya kata ini yang kerap kali hilang ketika kita memerintahkan anak-anak kita untuk mendirikan shalat. Karena keinginan yang kuat agar mereka menjadi anak-anak shalih yang mendoakan, kita haruskan mereka melakukan shalat bahkan ketika usianya belum genap empat tahun. Karena besarnya tekad agar mereka tidak mengabaikan shalat, kita memarahi anak-anak dengan ucapan dan cubitan atas sebab kurang seriusnya mereka shalat, padahal usianya baru saja memasuki lima tahun. Atau…, kita mudah marah kepada mereka disebabkan kita tidak mau bersusah-payah berusaha? Kita ingin memperoleh hasil yang cepat dengan usaha yang sedikit.

Apa yang membuat para orangtua semakin menipis kesabarannya? Selain karena lemahnya tujuan dan tidak adanya visi ke depan dalam mendidik anak, banyaknya waktu menonton TV juga sangat berpengaruh. Selama menonton TV, otak kita cenderung pasif. Ron Kauffman, pendiri situs TurnOffYourTV.com, menunjukkan bahwa selama menonton TV pikiran dan badan kita bersifat pasif (berada pada kondisi alfa). Tidak siap untuk berpikir. Jika keadaan ini terus berlanjut, orangtua akan cenderung bersikap dan bertindak secara reaktif. Bukan responsif. Mereka mudah marah ketika mendapati anak melakukan apa yang dirasa mengganggu. Mereka juga mudah bertindak kasar jika anak tidak segera melakukan apa yang diinginkan orangtua. Apalagi jika sebelumnya mereka sudah memiliki kecenderungantemperamental, semakin cepatlah mereka naik darah.

Di luar itu, secara alamiah kita –anak-anak maupun dewasa—cenderung tidak siap melakukan pekerjaan lain secara tiba-tiba jika sedang asyik melakukan yang lain. Kalau Anda sedang asyik nonton pertandingan sepak bola, telepon dari bos Anda pun bisa terasa sangat mengganggu. Apalagi kalau gangguan itu berupa permintaan istri untuk membersihkan kamar mandi, keasyikan menonton atraksi kiper menepis bola bisa membuat emosi Anda mendidih. Apatah lagi jika gangguan itu datang dari rengekan anak Anda yang minta diantar pipis…!

Jika menonton TV sudah menjadi bagian hidup orangtua yang menyita waktu berjam-jam setiap harinya, pola perilaku yang reaktif, impulsif dan emosional itu lama-lama menjadi karakter pengasuhan. Semakin tinggi tingkat keasyikan orangtua menonton TV, semakin tajam ”kepekaan” mereka terhadap perilaku anak yang ”mengganggu” dan ”membangkang”. Akibatnya, semakin banyak keluh-kesah, kejengkelan dan kemarahan yang meluap kepada anak-anak tak berdosa itu. Lebih menyedihkan lagi kalau lingkaran negatif menumbuhkan keyakinan bahwa anak-anak (sekarang) memang susah diatur.

Matikan TV Anda dan Berbahagialah

Satu lagi masalah yang sering dihadapi orangtua: merasa tidak ada waktu untuk mendampingi anak. Kesibukan selalu merupakan alasan klasik yang membenarkan hampir semua kesalahan kita. Kita tidak punya waktu untuk anak. Tetapi kita memiliki kesempatan untuk menonton TV begitu tiba di rumah, karena orang sibuk memerlukan hiburan. Sebuah alasan yang sangat masuk akal ketika istri tak lagi cukup untuk menghibur hati.

Nah.

Apakah tidak ada jalan untuk membalik keadaan? Matikan TV dan hidupkan hati Anda. Kalau Anda merasa benar-benar memerlukan TV, susun jadwalnya. Pastikan Anda menonton, misalnya maksimal satu jam sehari semalam atau setengah dari itu, dan tentukan Anda hanya melihat tayangan yang benar-benar bergizi. Bukan cerita-cerita kosong yang tidak berarti.

Begitu Anda mematikan TV dan mengalihkan hiburan dalam bentuk bercanda dengan anak-istri, insyaAllah Anda akan mendapatkan beberapa keuntungan ganda sekaligus. Anda mendapatkan waktu dan kesempatan untuk bercanda maupun bercakap-cakap –bukan sekedar berbicara dengan orang-orang yang Anda cintai; Anda juga menabung kesabaran; sekaligus Anda membangun kedekatan hati dengan keluarga.

Ada perbedaan antara berbicara dengan bercakap-cakap (ngobrol). Berbicara bersifat satu arah, sedangkan ngobrol bersifat mengalir dimana kita saling mengajukan pertanyaan, tapi bukan berupa tanya-jawab. Ngobrol membuat hati semakin dekat satu sama lain. Ngobrol juga menjadikan perasaan kita lebih hidup. Tentu saja, apa yang kita obrolkan juga berpengaruh.

Ya, bercakap-cakap dengan obrolan yang baik. Inilah kenikmatan surga yang bisa kita hadirkan di rumah kita tanpa harus mati terlebih dahulu. Pada saat ngobrol, kita bisa memberi dukungan sekaligus dorongan positif bagi anak-anak kita. Ini merupakan salah satu yang sangat mereka perlukan untuk mengembangkan sense of competence (perasaan bahwa dirinya memiliki kompetensi). Dukungan dan dorongan positif yang kita berikan di saat yang tepat, sangat berperan untuk membangun diri dan percaya diri mereka. Tetapi ini sulit sekali kita berikan kepada mereka jika kesabaran tidak ada, waktu tidak punya dan keakraban tidak terjalin. Kita berbicara kepada mereka, tetapi tidak berkomunikasi. Kita mendengar suara mereka, tetapi tidak mendengarkan perkataan dan isi hatinya. Sebabnya, otak kita sudah penat karena beban kerja dan tayangan TV yang menyita energi otak kita. [baca juga: Hidup Bahagia Tanpa TV (bagian 1)]

Nah.
Omong-omong, kapan terakhir kali Anda ngobrol dengan anak Anda? Sudah lama..?*
Mohammad Fauzil Adhim adalah penulis kolom Parenting Majalah Hidayatullah. Berbagai tulisan lain dapat dibaca di majalah Hidayatullah. @kupinang

Pluralisme Menggerogoti Akidah umat Islam Tanpa Sadar

Hidayatullah.com--Gerakan pemurtadan Islam saat ini berlangsung sangat kuat. Begitu kuatnya sampai-sampai banyak umat Islam telah murtad tanpa sadar. Salah satu alat pemurtadan umat tersebut menurut Dr. Adian Husaini MA adalah pluralisme. Pluralisme menurutnya adalah ide yang membuat orang menjadi ragu dengan agamanya sendiri. Bahkan secara mendalam pluralisme adalah pintu masuk dari pengimplementasian atheisme ke dalam masyarakat beragama. Secara khusus adalah umat Islam.

“Pluralisme ini adalah ajaran yang sangat-sangat menyesatkan,” jeas Adian dalam acara Majelis Qiyamqu di Islamice Center AQL Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (29/30/2012) lalu.

Adian juga menjelaskan cara musuh Islam menggunakan pluralisme merusak umat adalah dengan menggunakan pola raya. Pluralisme menurutnya menggerogoti akidah umat Islam tanpa disadari oleh umat Islam sendiri. Ketika seorang Muslim sudah tidak yakin dengan mutlaknya kebenaran Islam, secara tidak sadar ia sendiri telah terjebak pada pemurtadan tanpa sadar.

“Ketika seorang beragama sudah tidak yakin pada agamanya sendiri, pada dasarnya dia mulai meninggalkan agama, dari sinilah atheisme telah tertanam pelan-pelan ke dalam hidupnya.*

Ibrahim Killington, Penganut Paganisme yang Memeluk Islam

REPUBLIKA.CO.ID, Sebelum menjadi Muslim, Ibrahim Killington lebih banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Menegak minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang sudah menjadi kebiasaanya. "Saya bergaul dengan orang yang sama seperti saya. Dengan harapan, kesenangan dan kebahagian itu tak pernah berakhir," kenang dia.

Berbicara soal Islam dan Muslim, ia tak banyak mengetahui hal itu sebelum tragedi 9/11. Ia hanya mendengar istilah teroris banyak diulas pada setiap pemberitaan baik cetak maupun elektronik. Ia sempat bingung, apakah Islam dan Muslim itu teroris.
Namun, pemberitaan negatif itu mulai mempengaruhi pandangannya terhadap Islam dan Muslim. Satu hal yang tertanam dalam dirinya, setiap Muslim melakukan kekejaman di seluruh dunia. Kebenciannya terhadap Islam dan Muslim mulai tumbuh. Ia merasa negaranya sudah diacak-acak oleh Islam dan Muslim. "Mereka itu penjahat berbahaya di dunia," kata dia.
Satu ketika, ia mendengarkan siaran radio. Nama program radio itu adalah 'Terror Talk'. Radio ini milik pemerintah AS. Isi dari pembicaraan dalam radio itu adalah soal kehidupan Nabi Muhammad SAW.

Yang ia dengar, radio itu mempertanyakan keteladanan Nabi Muhammad SAW mengingat prilaku terorisme di seluruh dunia. "Saya mulai mempertanyakan apa yang diyakini umat Islam pada waktu itu. Kebetulan saya tengah mencari kebenaran," kata dia.

Awalnya, ia banyak belajar tentang mitologi Nordik dan paganisme. Disela itu, ia banyak membaca tentang Islam. Ketika berselancar di dunia maya, ia terlibat diskusi menarik dengan Baba Ali. Ia seorang Muslim. Ia telah mematahkan stereotip Muslim dalam pandanganya.

Ia begitu terkejut, ternyata ada Muslim yang humoris dan santun. Ia mulai membaca Alquran. Ia pikir, ia telah mendapatkan kesempatan untuk membaca kitab yang menjadi rujukan teroris. Awalnya, ia takut terpengaruh. Nyatanya, ia begitu terkejut dengan isi Alquran.

Ayat demi ayat meluruhkan hatinya. Kebenciannya terhadap Islam dan Muslim menguap. "Inilah kebenaran. Pertanyaannya, bagaimana aku berubah," kata dia.

Pertama yang ia lakukan adalah pergi ke masjid. Ia habiskan waktu sepanjang hari untuk banyak membaca literatur tentang Islam. Ibunya sempat mengkhawatirkan anaknya itu. Ia katakan kepada ibunya bahwa ia tengah berada di masjid. Mendengar itu, ibunya sontak berteriak. "Tidak, anda tidak bisa berada di masjid. Anda adalah seorang Kristen," kata ibunya.

Itulah reaksi awal dari ibunya. Beberapa saat kemudian, ia mulai menerima keputusan anaknya itu untuk mempelajari Islam. Ibunya pun menangis. "Banyak cerita tentang bagaimana kisah orang yang memeluk Islam. Mereka merasa kembali ke rumah setelah sekian lama pergi. Itulah yang aku rasakan," kenang dia.

Di masjid itu, akhirnya ia memeluk Islam. "Ketika anda ingin mencari tahu tentang Islam dan Muslim, ada baiknya anda pergi ke masjid. Di sana, anda akan mendapatkan informasi sebenar-benarnya. Jangan takut akan apa yang keluarga anda pikirkan. Islam itu lahir untuk kita, umat manusia," papar dia.