28.9.12

Holocaus dan UU Penodaan Agama

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri
Berikut mengenai holocaus (holocaust). Holocaus, mengutip Wikipedia Bahasa Indonesia, didefinisikan sebagai penganiayaan dan pemusnahan (genosida) orang Eropa keturunan Yahudi secara sistematis yang disponsori negara Jerman Nazi dan sekutunya, dipimpin Adolf Hitler, antara 1933-1945. Disebutkan, sekitar enam juta orang Yahudi meninggal dunia dalam peristiwa tersebut. Perinciannya, satu juta anak-anak, dua juta wanita, dan tiga juta laki-laki.

Namun, banyak pihak yang hingga kini masih memperdebatkan, baik jumlah korban tewas maupun definisi dan peristiwa holocaus itu sendiri. Ada yang mengatakan, holocaus seharusnya tidak hanya mengenai bangsa Yahudi, tapi juga bangsa-bangsa lain yang menjadi korban pembunuhan Nazi Hitler. Misalnya, orang-orang Romania, Polandia, Rusia, dan bangsa-bangsa lainnya. Jumlah mereka semuanya diperkirakan mencapai 11 hingga 17 juta jiwa. Mereka tewas dalam kamp-kamp Nazi menjelang dan selama Perang Dunia II.

Pertanyaan lainnya, benarkah Hitler pernah memerintahkan pembantaian massal terhadap orang-orang Yahudi itu sendiri. Karena, untuk membunuh massal enam juta orang tentu membutuhkan dana yang sangat besar. Padahal, saat itu Nazi Jermah sedang menghadapi perang besar yang juga membutuhkan biaya sangat besar pula.

Berikutnya, bila benar Hitler menginstruksikan pembunuhan besar-besaran terhadap orang-orang Yahudi, lalu untuk tujuan apa. Adakah orang-orang Yahudi dianggap ancaman besar bagi eksistensi bangsa Nazi Jerman, padahal saat itu mereka tidak mempunyai negara dan apalagi militer yang kuat. Kalau begitu, holocaus itu mitos atau benar-benar ada?

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu biarlah para sejarawan yang akan membuktikannya. Yang jelas, holocaus kini telah dimanfaatkan sedemikian rupa oleh bangsa Israel, terutama oleh para tokoh dan pimpinan kaum zionis. Mereka menjadikan tragedi holocaus sebagai trik untuk menarik perhatian masyarakat internasional agar jatuh kasihan dan iba. Bahwa, mereka adalah bangsa yang terzalimi. Bahwa, mereka adalah bangsa yang perlu dibantu dan didukung, termasuk pendirian negara Israel meskipun harus menduduki tanah air bangsa Palestina.

Apa yang saya sampaikan mengenai holocaus di atas sebenarnya bukanlah fokus dari tulisan ini. Yang saya ingin garis bawahi adalah sebegitu besar pengaruh lobi Yahudi sehingga mereka telah berhasil mendesak negara-negara Barat agar mempunyai undang-undang tentang holocaus yang disebut UU Gitto. Yakni, siapa pun yang menolak tragedi holocaus (Holocaust Denial) akan dianggap sebagai anti-Yahudi (anti-Semit) dan akan diganjar dengan hukuman penjara dan denda. Selain AS, minimal 10 negara Eropa kini mempunyai UU tersebut, antara lain Prancis, Polandia, Austria, Swiss, Belgia, Romania, dan Jerman.

Sejumlah ilmuwan, mengutip berbagai sumber, telah menjadi korban dari undang-undang tersebut. Seorang peneliti asal Australia, Fredick Toban, diganjar enam bulan penjara ketika menolak peristiwa holocaus. Kata Toban, “Di Eropa, setiap orang bisa menghujat Yesus dan Maryam yang suci, namun tidak dapat mengkritik orang-orang Yahudi dan holocaus.”

Ilmuwan lain yang jadi korban UU Gitto adalah Robert Forison. “Sampai saat ini mereka tidak dapat menjawab argumentasi kita atas kebenaran tragedi holocaus, melainkan menyerang kita dengan menyeret ke pengadilan, menindak, dan menyiksa,” ujar Forison yang berkewarganegaraan Prancis dan Inggris ini.

Forison diberhentikan dari mengajar di Universitas Lion pada 1978 akibat mempertanyakan holocaus dan menolak keberadaan ruangan gas yang ditulis dalam bukunya “Ruangan Gas: Fiktif atau Nyata?”. “Kami para penentang holocaus tidak diberi hak untuk mencetak dan menyebarkan artikel dan buku. Mereka melarang buku-buku kami dan melarang penerbitannya di luar negeri.”

Ernes Zundel dan almarhum Roger Garaudy adalah contoh lain ilmuwan yang menjadi korban dari UU tentang holocaus. Garaudy, warga Prancis, pernah diseret ke pengadilan ketika menerbitkan buku Mitos-Mitos Pembangunan Politik Israel yang antara lain mempertanyakan kebenaran tragedi holocaus.

Zundel adalah penelitik asal Jerman. Sebelum hijrah ke AS, ia bermukim di Kanada. Namun, akibat tekanan dan intimidasi kaum Zionis di Kanada, Zundel terpaksa pindah ke AS. Di Negeri Paman Sam ini, Zundel terus diburu dan kemudian ditangkap. Ia lalu diekstradisi ke Jerman untuk diadili karena keyakinannya yang menentang adanya holocaus.

Saya tidak sedang mempersoalkan undang-undang tentang holocaus. Yang sedang saya gugat adalah mengapa negara-negara Barat tidak menerapkan undang-undang antipenodaan dan pelecehan terhadap agama, agama apa pun, seperti halnya mereka mempunyai undang-undang Holocaust Denial? Bahwa siapa pun yang menghina, melecehkan, dan menodai suatu agama, dapat dikenai sanksi sebagaimana mereka yang tidak mengakui adanya holocaus.

Karena, selama tidak ada undang-undang yang melarang pelecehan terhadap suatu agama, bisa dipastikan peristiwa film “the Innocence of Muslims”, kartun yang melecehkan Islam, dan hal-hal lain yang menghina agama akan muncul dan muncul lagi. Bisa dipastikan pula protes besar-besaran akan berlangsung di berbagai negara. Kalau sudah begitu, korbannya bukan hanya beberapa orang yang meninggal dunia, tapi juga terganggunya hubungan antara umat Islam dan Barat yang bisa saja justru mempersubur adanya terorisme internasional.

Jangan hanya lantaran alasan demokrasi dan kebebasan berekspresi, orang lalu bisa sebebas-bebasnya berbuat semaunya, termasuk menodai, melecehkan, dan menghina suatu agama.

Makin Banyak Warga Amerika Tak Percaya Media Massa

Hidayatullah.com--Jajak pendapat yang dilakukan oleh Gallup dan dirilis pada hari Jumat kemarin (21/9/2012) cukup mengejutkan, sebab di Amerika Serikat ketidakkepercayaan orang terhadap media semakin parah, lansir Russia Today.

Berdasarkan jajak pendapat Gallup itu diketahui lebih dari separuh orang Amerika (60 persen) sedikit sekali sampai tidak percaya sama sekali dengan media arus utama.

Pollster dan Gallup menanyai orang Amerika tentang tanggapan mereka atas media massa secara rutin sejak tahun 1990an. Dari analisa data yang mereka dapat dalam dua puluh tahun ini, ternyata masyarakat Amerika yang tidak percaya kepada media massa semakin banyak.

Di tahun 1997 saat pertama kali Gallup menanyai hal yang sama, warga yang tidak percaya media massa arus utama (mainstream) jumlahnya 46 persen. Sedangkan yang percaya atau sangat percaya, ketika itu, mencapai 53 persen.
Sekarang, orang Amerika yang percaya media massa arus utama hanya 40 persen. Sedangkan tahun 2011 kemarin 44 persen, atau lebih tinggi 4 persen dari tahun sekarang.

Hasil jajak pendapat Gallup ini sejalan dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan Public Policy Polling untuk Daily Kos dan SEIU belum lama ini. Saat ditanya suka atau tidak suka dengan media politik, sebanyak 78 persen mengatakan sangat bosan sekali dengan jurnalis politik.

Puluhan tahun lalu, media di Amerika Serikat masih dihargai tinggi oleh warganya. Tahun 1970an orang Amerika yang mempercayai media Amerika sebagai sumber berita mereka mencapai 72 persen.

Gallup melakukan jajak pendapat itu pada tanggal 6-9 September 2012 dengan responden acak sebanyak 1.017 orang dewasa dari Amerika Serikat, dengan margin of error 4 persen.*

Yeah but this won't be a problem right. Right!

Sepuluh Ironi Demokrasi


Oleh: Ali Akbar bin Agil

BELAKANGAN ini umat Islam tersulut perasaan iman dan kehormatannya setelah sejumlah orang-orang licik yang tak bertanggungjawab mefilmkan sosok sakral di hatinya, Nabi Muhammad SAW. Belum reda permasalahan ini kini muncul karikatur Nabi di sebuah tabloid asal negeri anggur, Prancis.

Sam Bacile, pembuat film “Innocence of Muslim”, menggambarkan Nabi Muhammad sebagai orang yang haus seks dan pengidap pedofilia. Setelah kontroversi film, hinaan datang dari majalah Charlie Hebdo yang memuat kartun Nabi Muhammad. Bahkan redaktur majalah tersebut berjanji akan terus mengolok-olok Nabi Muhammad hingga suatu saat menjadi suatu yang lumrah seperti diolok-oloknya Yesus atau Paus.

Sejauh ini, sudah hampir 50 orang tewas di seluruh Negara Muslim dalam demo menentang penghinaan atas sosok Nabi. Setiap orang yang masih berada dalam koridor iman wajar apabila marah dan tidak bisa menerima begitu saja sikap yang sangat menyayat hati ini. Dengan dalih demokrasi, kebebasan berekspresi, kebebasan mengeluarkan pendapat dan suara, mereka mati-matian dengan gigih dan kuat pula membela sikap nyinyirnya.

Direktur Penerbit Imtiyaz Surabaya, Rijal Mumazziq Zionis, menulis dalam akun Facebook-nya, “Di Stadion, jika kita meneriakkan suara monyet saat Didier Drogba, Michael Essien dan Eric Abidal menggiring bola, kita akan dihukum karena rasisme! Jika Youssi Benayun menggiring bola dan kita teriakkan Fucking Jewish, kita ditangkap para Steward, diserahkan ke polisi atas tuduhan anti-semit! Tapi jika memparodikan sosok suci dalam sebuah agama, itu namanya “kebebasan berekspresi.””

Demokrasi telah menjadi dewa yang diagungkan. Dengannya, seseorang, sekelompok, atau sebuah negara, boleh-boleh saja mencaci, memaki, menjatuhkan harkat dan martabat. Atas namanya, kebenaran dan kebebasan berekspresi telah termanipulasi.

Betapa demokrasi menjadi senjata ampuh untuk dapat menjatuhkan martabat seorang tokoh dunia yang diakui jasanya dalam perdamaian dunia, tanpa mau mendengar dan mengerti perasaan umatnya. Itulah demokrasi yang konon menjadi sistem terbaik di dunia ini. Padahal, demokrasi merupakan produk pemikiran manusia yang nisbi.

Demokrasi hanya menjadi hiasan bibir semata untuk kepentingan politik dan syahwat ekonomi segelintir negara.

Mereka berteriak demokrasi dengan suara lantang dan menggelegar saat melihat kepentingannya terganggu. Tapi mereka diam seribu bahasa pada saat mereka mengenyahkan umat Islam di Afghanistan, Iraq, Somalia, Bosnia, atas nama demokrasi.

Mereka berkoar-berkoar dengan mulut berbusa bahwa Demokrasi menjamin kesetaraan dan keadilan namun tidak menghargai keyakinan Muslimah dalam mengenakan jilbab, sesuai kewajiban dari agamanya. Demokrasi menginjak-injak fitrah manusia dengan melegalkan perkawinan sesama laki dan perempuan, lokalisasi pelacuran, perjudian, dan mengahalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.

Bagi negara Barat, demokrasi yang benar adalah demokrasi yang sesuai penafsiran mereka. Karikatur Nabi boleh beredar dengan UU produk manusia di Prancis, namun mereka dengan sigap menjerat setiap orang yang menyoal masalah pembantaian orang Yahudi.

Demokrasi hanya ironi yang menjadi senjata untuk menerkam dan dan menginjak-injak umat Islam. Kalangan penggiat demokarasi bersama-sama dengan penganut sekularisme, liberalisme, dan neokomunisme, menjadikan konsep demokrasi sebagai hammer untuk menggebuk umat Islam.

Bagi Habib Rizieq, Islam dan demokrasi seperti minyak dan air, bagai langit dan bumi, dua hal yang tidak akan mungkin dapat disatukan. Setidaknya ada 10 perbedaan paling prinsip antara sistem Islam dan demokrasi, kata Habib Rizieq dalam karyanya Hancurkan "Liberalisme Tegakkan Syariat Islam" (2011 : 153 -155).

Pertama, sistem Islam bersumber dari Allah Dzat yang Maha Sempurna dan Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hamba-Nya dan keburukan yang bisa menimpanya.

Sementara sistem demokrasi tak lain merupakan produk karya manusia yang sangat lemah dan penuh dengan kesalahan dan kekurangan.

Kedua, demokrasi menjadikan meniscayakan suara terbanyak sebagai hukum, adapun Islam meniscayakan pelaksanaan syariat Islam dengan panduan Al-Qur`an dan Sunnah.

Ketiga, demokrasi memisahkan antara agama dan Negara sementara dalam Islam tidak ada pemisahan antara keduanya.

Keempat, standar kebenaran dalam Islam memakai patokan syariat, beda dengan demokrasi yang menjadikan hawa nafsu manusia dan akal pendeknya sebagai ukurannya.

Kelima, dalam Islam suara yang diambil sebagai pandangan dan masukan lahir dari orang-orang pilihan yang memiliki integritas dan moral bermutu, namun ia tetap menjadi suara manusia bukan suara Tuhan. Dalam demokrasi, suara yang diambil bisa dari mana saja: pahlawan atau pecundang, ulama atau preman, orang awam atau alim, suara mereka sama, dan semuanya dianggap sebagai “suara tuhan.”

Keenam, sisitem demokrasi dapat melahirkan undang-undang halalisasi perkara yang haram dan haramisasi hal yang halal. Beda halnya dengan Islam yang tetap memastikan sesuatu yang haram dan halal tetap berlaku sebagaimana mestinya.

Ketujuh, system telah teruji oleh sejarah sejak masa Nabi Adam, sementara demokrasi baru muncul di abad 17 pasca Revolusi Prancis tahun 1789. Meski datang belakangan dan menjadi sistem yang dianggap paling unggul saat ini, justeru demokrasi semakin menampakkan kelemahan, ketidakadilan, dan kebobrokannya.

Kedelapan, jika ada persamaa antara sistem Islam dan demokrasi, seperti diklaim oleh beberapa pihak, maka hal tersebut tak lain merupakan imitasi dari sistem Islam, sebab system Islam semakin menemukan bentuk sempurnanya di masa kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam. dan bukan sebaliknya.

Kesembilan, sistem Islam menjadi sistem yang mengantarkan umat kepada kebaikan dan kesejahteraan, seperti tertera dalam Al-Quran Surah Ali Imran ayat 110. Bagaimana dengan demokrasi? Sampai detik ini tak pernah berhasil menjadi sistem terbaik, malah makin terkuak bobrok dan rusaknya.

Kesepuluh, menegakkan system kehidupan berlandaskan Islam merupakan kewajiban agama, sehingga mendapat pahala dan berkah bagi yang melaksanakannya, dan mendatangkan dosa dan murka bagi yang meninggalkannya. Adapun demokrasi tidak termasuk dalam kewajiban agama, bahkan bisa menjerumuskan kepada dosa dan mendatangkan bencana karena banyaknya pertentangangan dengan Islam.*/Penulis adalah Tenaga Edukatif di Pesantren Darut Tauhid Malang

Yesus Menikah, Rohaniwan Kristen Tak Percaya

Lukisan dgn tema Yesus & Mary Magdalene
Hidayatullah.com--”Gospel of Jesus' Wife” yang menunjukkan bahwa Yesus memiliki isteri, tidak membuat kalangan Kristen terkejut, bahkan banyak yang menilai, kutipan yang tertera dalam papirus kuno itu adalah palsu, lansir Christian Post (20/9/2012)

Albert Mohler, presiden The Southern Baptist Theological Seminary, menyebut hal itu sebagai upaya terselubung untuk membuat sensasi oleh ilmuwan.

“Sebuah koran Inggris mengatakan bahwa klaim tentang Yesus yang menikah kelihatannya lebih berharga bagi para penggemar karya fiksi Dan Brown, The Da Vinci Code, ketimbang profesor Harvard betulan. Jika sobekan [papirus] itu asli, maka keberadaan dokumen kecil itu akan menjadi pusat perhatian para sejarawan masa kini. Tetapi ini, kegilaannya justru digembar-gemborkan melalui media.”

Isi sobekan papirus kuno itu diungkap oleh profesor Karen King dari Harvard Divinity School. Lembaran kecil tersebut memuat delapan baris kalimat yang tidak lengkap dalam bahasa Koptik.

King, yang mendapatkannya dari seorang kolektor pribadi, mengatakan papirus itu berasal dari abad keempat masehi. Tidak ada yang diketahui seputar penemuan benda itu, yang ditengarai ditemukan dalam ekskavasi di daerah Mesir Atas.

Kata-kata dalam papirus kuno yang menjadi pusat perhatian itu berbunyi, “Yesus berkata kepada mereka, 'Isteri saya...'”

King menegaskan bahwa kalimat itu tidak membuktikan bahwa Yesus menikah. Itu hanya membuktikan bahwa di era awal Kristen sudah ada perdebatan mengenai apakah Yesus menikah atau tidak.

Sean McDonough, profesor Perjanjian Baru di Gordon-Conwell Theological Seminary, kepada Christian Post mengatakan bahwa publikasi tentang isi papirus itu hanyalah bagian dari rangkaian sensasi seputar sejarah Bibel.

Dr. Christian Askeland, seorang pakar manuskrip Koptik, mengatakan bahwa para pakar spesialis Nag Hammadi dan manuskrip kuno lainnya sangat meragukan keaslian dari sobekan papirus itu. Mereka bahkan curiga benda kuno itu palsu.

“Saya belum pernah bertemu orang yang mendukung keasliannya, meskipun demikian saya tidak meragukan bahwa pasti ada yang asli,” katanya dalam blog pribadinya. Mohler yakin, tujuan dari orang-orang yang berada dibelakang publikasi papirus kuno yang mengindikasikan bahwa Yesus menikah adalah usaha untuk menggoyahkan kepercayaan orang pada Kitab Perjanjian Baru.

Sedangkan McDonough mengatakan, kalaupun papirus itu asli, maka kalimat yang mengisyaratkan bahwa Yesus punya isteri harus berhadapan dengan 4 Bibel yang selama ini dipercaya umat Kristen, di mana satupun tidak ada yang menyatakan Yesus punya isteri.

Dalam novel karya Dan Brown disebutkan bahwa Yesus menikah dengan Mary Magdalene –salah satu murid Yesus– dan memiliki keturunan. Rahasia keturunan Yesus itu dijaga ketat oleh Knights Templar yang melindungi anak-keturunan Yesus dari orang-orang yang ingin mencelakainya, termasuk dari gereja yang tidak ingin terbongkar kebohongannya bahwa mereka tahu Yesus punya isteri dan anak, karena hal itu akan meruntuhkan wibawa gereja dan Bibel.*

Baca juga: http://kliping2009.blogspot.com/2012/09/papirus-kuno-nyatakan-yesus-menikah.html

Banyak Pelaku Kasus Terorisme Sengaja Dipelihara

H.M. Busyro Muqoddas:Teroris dipelihara oleh si 'anti teroris' sendiri?
Jum'at, 28 September 2012
Hidayatullah.com--Gerakan–gerakan terorisme di Indonesia dinilai merupakan sebuah rekayasa dan sengaja dipelihara oleh pihak berkepentingan. Hal ini disampaikan H.M Busyro Muqoddas, SH.,M.Hum dalam pengajian bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kamis (27/09/2012). Pernyataan Busyro ini disampaikan terkait dengan beberapa usaha Datasemen Khusus (Densus) 88 yang pernah mencoba menangkap beberapa pengurus ranting Muhammadiyah di daerah Yogyakarta.

 “Penangkapan kasus – kasus terorisme itu ternyata menangkap orang yang dikorbankan, lalu dipaksa untuk mengaku atas perbuatan (terorisme) yang tidak pernah dilakukan,” jelas Muqoddas.

Muqoddas juga menjelaskan bahwa isu “terorisme’ di Indonesia tidak akan pernah selesai. Semua ini karena para pelakunya itu sendiri sengaja dipelihara. Menurutnya jika umat Islam mau bersatu dan serius, pabrik reproduksi ‘terorisme’ itu sendiri bisa dibongkar dengan mudah.

“Sesungguhnya Muhammadiyah bisa membongkarnya kalau mau berani dan bertanggung jawab,” tambah Muqoddas.

Sebagaimana diketahui, belum lama ini Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ini pernah meluncurkan sebuah buku berjudul “Hegemoni Rezim Intelijen” yang merupakan disertasi atau karya ilmiah Busyro untuk tugas akhir program doktor di Universitas Islam Indonesia (UII).

Dalam buku itu, Busyro mengupas sisi gelap peradilan kasus Komando Jihad (Komji), khususnya mengenai kasus peradilan Ja'far Umar Thalib, tokoh Laskar Komando Jihad dalam kerusuhan Ambon.

Hasil kesimpun disertasi itu, ada skenario yang kental sekali mengenai Komando Jihad. Hal ini dimulai dengan membuat isu mengenai komunisme yang mengancam Indonesia sehingga diperlukan organisasi Komando Jihad di mana isu ini didesain oleh Ali Moertopo.*

20.9.12

Papirus Kuno Nyatakan Yesus Menikah

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Berdasarkan kepercayaan Umat Kristen, Yesus tidak pernah menikah. Tapi, sebuah papirus kuno mengungkapkan hal sebaliknya. Dalam papirus kuno itu terungkap kebenaran jika Yesus pernah menikah.

Tulisan dalam papirus itu menggunakan bahasa Mesir kuno, koptik. Adapun isi tulisannya berbunyi "Yesus kepada mereka, istri saya".

Namun, tidak disebutkan asal papirus kuno tersebut. Pakar Ketuhanan, Harvard Divinity School, Massachusetts, Karen King mengatakan dalam tradisi Kristen disebutkan Yesus tidak menikah. Klaim itu tidak didukung fakta sejarah.

"Pada Injil Perjanjian Baru tidak menyebut Yesus menikah. Namun, itu membuat kita terlibat dalam perdebatan," papar dia seperti dikutip onislam.net, Rabu (19/9).

Menurut King, isi dari papirus akan memicu perdebatan tentang apakah Yesus menikah atau tidak. Sebab, sejarah tidak menjelaskan apapun.

"Jadi, kalau kita dalam posisi sebelum papirus itu ditemukan. Kita tidak akan tahu apakah ia sudah menikah atau belum," ucapnya.

Sebagian besar penganut Protestan dan Katolik telah lama mempertahankan klaim Yesus tidak menikah. Namun, ada sejumlah aliran dalam Kristen yang menyatakan sebaliknya.

Pada 2003, Dan Brown dalam bukunya 'The Da Vinci Code' menuliskan Yesus memiliki istri. Hal itu memicu kemarahan dikalangan umat Kristen.

King mengatakan papirus itu menjadi bukti awal sejumlah penganut awal Kristen percaya Yesus telah menikah. "Pada periode lain, diketahui mereka percaya, tapi mereka tidak menyebut detail," kata dia.

Selanjutnya, kata dia, penganut Kristen pada periode berikutnya secara lisan mengklaim Yesus tidak pernah menikah. Para teolog ketika melihat itu menyatakan temuan tersebut adalah bukti otentik Yesus menikah.

"Saya percaya, dengan merujuk tata bahasa yang digunaka, ini otentik," ungkap Ahli bahasa Koptik, Universitas Ubrani, Yerusalem, Shisha Halevy.

Baca juga: http://kliping2009.blogspot.com/2012/09/yesus-menikah-rohaniwan-kristen-tak.html

18.9.12

Surat Terbuka untuk Sdr. Surya Paloh, Pemilik MetroTV

Draft...

Surat Terbuka untuk Sdr. Surya Paloh, pemilik MetroTV dan pendiri Partai Nasional Demokrat (NasDem).

Background:
  1. Kecenderungan MetroTV yang kerap memberitakan "Islam" yang tidak semestinya dan cenderung mencitrakan Islam sesuai dengan kacamata mereka yang "tidak suka" dengan Al Islam. Lebih dari itu saya kadang menilai MetroTV menjadi "corong" para liberalis dan kapitalis yang mungkin berada di dalam atau di luar Indonesia. Pemberitaan tersebut bisa berupa Berita (Liputan), "Dialog", Running Text dll.
  2. Surya Paloh adalah (katanya) seorang Muslim, jadi saya menganggap beliau adalah saudara saya sesama muslim.
  3. Ada kewajiban saya untuk menegur dan mempertanyakan sikap saudara saya sesama muslim dalam rangka saling mengingatkan serta saling menasehati dalam hal kebenaran dan kesabaran.
  4. Mempertanyakan tentang kedudukan beliau sebagai pemimpin sekaligus pemilik MetroTV yang "tidak peduli/membiarkan/merestui" mereka yang ada di bawah beliau berlaku "yang tidak seharusnya".
  5. Mengingatkan bahwa setiap pemimpin (termasuk saya sendiri) akan ditanya tentang kepemimpinannya kelak di akhirat di hadapan Allah ta'ala. Dan sungguh akan besar sekali dosa yang harus ditanggung oleh seorang pemimpin yang "membiarkan" atau bahkan "merestui" menyebarnya "ketidakbenaran" yang disebarluaskan ke banyak orang (memirsa TV) di seluruh negeri ini.
  6. Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim akan melihat Partai Nasional Demokrat (NasDem) sama dengan melihat Pak Surya Paloh.
  7. http://kliping2009.blogspot.com/search/label/MetroTV
  8. Karena saya adalah seorang Muslim(?)!


Q103.1-3. Al  'Ashr (Masa)

Bismillahirrahmaanirrahiim
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."

__oOo__

TVOne punya siapa yah?
Mudah-mudahan mereka yang ada di belakang TVOne dan kita semua diberi petunjuk dan hidayah-Nya oleh Allah ta'ala untuk turut serta mengaping Al Islam di Indonesia ini dengan baik dan benar... amiin!

Alhamdulillah saya lahir di Indonesia dan menjadi seorang muslim..!

Rohis Kader "Teroris"?

Oleh: Muhammad Hidayat

BEBERAPA waktu yang lalu ummat Islam dibuat geram dengan pemberitaan salah satu televisi nasional, Metro TV tentang pola rekrutmen “teroris” muda.

Sebagaimana diketahui, 5 September 2012, Metro TV mengadakan dialog di program Metro Hari Ini bersama narasumber Guru Besar Universitas Islam Negeri Jakarta Profesor Bambang Pranowo, mantan Kepala Badan Intelijen Negara Hendropriyono dan pengamat terorisme Taufik Andri.

Dalam dialog tersebut Profesor Bambang Pranowo menyampaikan hasil penelitiannya bahwa ada lima pola rekrutmen teroris muda. Salah satunya melalui ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Saat dialog berlangsung, ditayangkan pula info grafik berisi poin-poin lima pola rekrutmen versi Profesor Bambang Pranowo.

Dalam dialog itu dijelaskan, bahwa sasaran “teroris”  adalah siswa SMP akhir – SMA dari sekolah-sekolah umum, mereka juga masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah. Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudian diajak diskusi diluar sekolah dan mereka dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa korup, keadilan tidak seimbang. Yang tidak kalah penting, katanya,  mereka didoktrin bahwa penguasa adalah thogut/kafir/musuh.

Berbagai protes-pun bermunculan, khususnya dari para aktivis yang memang terlibat langsung sebagai ADS-ADK (Aktivis Dakwah Sekolah – Aktivis Dakwah Kampus), baik melalui akun resmi media tersebut di internet, ataupun melayangkan laporan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. Hal ini dikarenakan beberapa poin tersebut cenderung diarahkan pada salah satu kegiatan ekstrakurikuler resmi di sekolah, yakni Kerohanian Islam (Rohis), yang faktanya apa yang disampaikan melalui media liberal-sekuler tersebut sangat jauh dari data yang valid dan sah, singkatnya hal tersebut ialah fitnah belaka. Jadi secara tidak langsung, media tersebut telah men-“cap” Rohis (serta kegiatan dakwah pada umumnya) sebagai sarang kader “teroris” baru.

Meskipun pada akhirnya pihak MetroTV mengklarifikasi pemberitaan tersebut dengan berdalih bahwa itu adalah hasil penelitian seorang guru besar UIN dan terkesan “berlepas tangan” dari penayangannya, namun apa yang telah tersiarkan secara luas dan disaksikan jutaan mata tetaplah menimbulkan kegeraman ditengah masyarakat, khususnya pada ADS-ADK. Dan pun, pihak redaksi menolak mengakui bahwa MetroTV dan atau narasumber telah mengatakan Rohis sebagai sarang teroris, walaupun kita semua telah mendapati fakta melalui screenshot yang berhasil diambil salah satu penonton bahwa pernyataan tersebut memang telah tersampaikan.

“Metro TV kembali ingin menegaskan bahwa tidak benar jika dikatakan telah menyebutkan Rohis sebagai sarang teroris. Ketiga narasumber yang hadir juga tidak pernah menyebutkan bahwa Rohis adalah sarang teroris dalam dialog tersebut.” (http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/09/15/106152/Penjelasan-Metro-TV-Atas-Program-Metro-Hari-Ini-Edisi-5-September-2012/6)

Lalu, benarkah Rohis dijadikan kader teroris?

Sebagai seorang yang mengaku beriman kepada Al-Qur’an dan rukun iman lainnya, sangatlah wajar jika kita menolak mentah-mentah pernyataan tersebut, terlepas dari siapapun yang menyampaikan. Mengingat hal tersebut memang jauh dari fakta dilapangan dan apa yang kami saksikan sendiri.

Kalau kita searching kata “Rohis” di Wikipedia, kita akan mendapati pengertian Rohis sebagai berikut:

“Rohis berasal dari kata "Rohani" dan "Islam", yang berarti sebuah lembaga untuk memperkuat keislaman. Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler (ekskul). Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah, dan berbagi. Susunan dalam rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat ketua, wakil, bendahara, sekretaris, dan divisi-divisi yang bertugas pada bagiannya masing-masing.

Rohis umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota pria dan wanita hal ini dikarenakan perbedaan muhrim di antara anggota. kebersamaan dapat juga terjalin antar anggota dengan rapat kegiatan serta kegiatan-kegiatan di luar ruangan. utama rohis mendidik siswa menjadi lebih islami dan mnegenal dengan baik dunia keislaman, dalam pelaksanaannya anggota rohis memiliki kelebihan dalam penyampaian dakwah dan cara mengenal Allah lebih dekat melalui alam dengan tadzabur alam, hal itu karena dalam kegiatannya rohis juga mengajarkan hal tersebut. Rohis selalu mendekatkan anggotanya kepada Allah SWT, dan menjauhkan anggotanya dari terorisme, kesesatan, dsb.”

Dari makna di atas, sangat jelas bahwa apa yang dituduhkan sangat jauh dari realita yang ada.

Dalam sebuah kesempatan, Drs H Mawardi AS –Ketua MUI Lampung- juga telah membantah pemberitaan diatas.

"Bagaimana mungkin, organisasi yang memiliki peran besar dalam menyelamatkan pemuda agar memiliki pribadi yang berkarakter, justru dinyatakan sebagai tempat pembentukan teroris," (Republika.co.id. 15/09/2012)

Rohis dan Remaja Masjid “Di Lapangan”

Sebagai pihak yang pernah dan sedang terjun langsung dalam membina pelajar SMA/se-derajat di kota Pekanbaru, Riau, maka perlu kami sampaikan bahwa kegiatan-kegiatan dakwah remaja disini –dan dimanapun berada dalam pengetahuan kami- ialah jauh dari unsur-unsur yang mengarah pada kekerasan, terorisme, apalagi ajaran sesat. Dalam ruang lingkup harian, pekanan, bulanan hingga tahunan, program kegiatan sudah disusun secara terstruktur, ditandatangani oleh Pembina sebagai penanggung-jawab.

Kegiatan yang dijalankan-pun beragam, yang kesemuanya tidak satupun mengarah pada terorisme, melainkan sebagai sarana untuk mengembangkan diri, berkreativitas dan mendalami ajaran Islam serta memunculkan akhlakul karimah kepada sesama manusia. Sebut saja, sholat Dhuha bersama-sama saat istirahat, melaksanakan kultum selepas sholat Zhuhur dan ‘Ashar, olahraga saat Ahad pagi, mendiskusikan tugas setelah pulang sekolah, melaksanakan camping/lintas alam, memperbaiki (tahsin) bacaan Quran, hingga melatih segenap anggota agar mahir dalam menggunakan internet. Dan kegiatan ini-pun atas persetujuan dari orangtua melalui surat izin resmi yang ditandatangani, serta selalu dipublikasikan dalam bentuk foto dan video, serta pemberitaan di Koran lokal, hingga media sosial seperti Facebook, Twitter dan website resmi.

Maka sangatlah naïf jika dikatakan berbagai kegiatan diatas justru mengarah pada terorisme, ekstrimisme dan sejenisnya. Bahkan, Alhamdulillah kegiatan dakwah remaja di Pekanbaru juga pernah dimuat di hidayatullah.com (http://hidayatullah.com/read/23067/09/06/2012/dekatkan-pelajar-ke-masjid-melalui-komunitas-belajar.html)

Apa yang pernah dan sedang kami lakukan disini, juga merupakan cerminan dari apa yang dilakukan oleh berbagai aktivis dakwah sekolah dan kampus dimana-pun berada, karena semua ADS/ADK tersebut mengarahkan anggotanya pada tujuan yang sama, yakni mentauhidkan Allah serta beribadah hanya kepada-Nya.

Kami sempat mewawancarai beberapa orang untuk meminta pandangan mereka seputar Rohis dan pemberitaan media tersebut.

“Rohis ialah wadah bagi pemuda Islam untuk mendekatkan diri pada ajaran Islm dalam rangka membentengi pergaulan bebas di SMA.” (Ade Nafiarman, alumni salah satu SMA yang kini bekerja di salah satu BUMN)

“Itu salah kaprah, sebenarnya bukan seperti itu. Rohis memang mengajar kita lebih dalam tentang agama. Soal perekrutan anggota (teroris)seperti itu tidak bisa menyalahkan Rohis..” ujar Hafizh, mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Pekanbaru yang pernah ikut bergabung di Rohis saat SMA.

Sementara itu, Bapak Feizal Karim, M.Eng –salah seorang staff Gubernur Riau- mengungkapkan bahwa justru Rohis di sekolah harus diperkuat, jangan sampai “mati”.

“Justru Rohis harus diperkuat, jangan sampai mati, bukan Rohis yang salah. Jangan sampai (dengan pemberitaan ini) memperlemah anak-anak untuk ke Masjid atau bergabung di Rohis. Mestinya media tersebut harus bisa memilah, tidak patut menyampaikan seperti itu”. Tanggapan beliau saat kami hubungi via telpon.

Realitas Remaja Saat Ini

Dalam sebuah kesempatan bersama adik-adik anggota, kami pernah menyampaikan bahwa semua yang terdaftar sebagai anggota ialah orang-orang yang sedikit jika dibandingkan dengan total semua pelajar di kota ini. “Adik-adik hanyalah satu dari puluhan, puluhan dari ratusan, dan ratusan dari ribuan.”.

Lalu kemana adik-adik SMA/se-derajat lainnya? Banyak dari mereka yang kita jumpai di warnet-warnet, tempat permainan biliyard, kafe-kafe, nongkrong dan nge-trek di jalanan sambil merokok, serta berbagai aktivitas sia-sia lainnya. Pemandangan ini akan sangat ramai kita temukan saat malam mingguan tiba. Di salah satu taman kota disini bahkan sering dijumpai pasangan remaja yang “mojok” alias berzina di gelapnya malam, semoga Allah menjaga kita dari perilaku seperti ini. Sementara itu di sisi lain, alhamdulillah berkat kegiatan-kegiatan Islam yang diadakan secara rutin tidak ada remaja-remaja masjid atau rohis yang terlibat dalam aktivitas semacam ini. Alangkah baiknya apabila kalangan remaja bisa mendapatkan perhatian yang lebih dari pemerintah sebagai pelanjut estafet kepemimpinan di masa mendatang. Kalau remaja di masa sekarang hancur akhlaq-nya, maka apa jadinya negara kita ini bila mereka memimpin di masa mendatang?

Tentu sebagai sesama generasi muda Islam, kita sangat sedih melihat realita diatas dan berharap ada perbaikan untuk masa yang akan datang. Dan memperbaiki generasi muda inilah yang sedang dilakukan oleh banyak pihak yang peduli akan nasib bangsa ini, termasuk diantaranya ialah saudara-saudara di Rohis.

Maka, melalui artikel singkat ini kami menghimbau kepada khalayak ramai, khususnya para orangtua dan pemerintah agar justru memasukkan anak-anak mereka dan remaja pada umumnya ke Rohis atau remaja masjid, bukan membiarkannya melakukan aktivitas sia-sia dan bahkan menimbulkan mudhorat dan dosa, dan tentunya dengan tetap melakukan kontrol atas segala kegiatannya di luar rumah. Dan kepada media dan narasumber terkait agar lebih faktual dalam menyajikan berita dan data, berdasarkan fakta yang ada dan telah di-cek kebenarannya di lapangan, serta harus meminta maaf kepada semua pihak yang pernah mereka zholimi. Kemudian untuk saudara-saudara kami yang tengah bergerak dalam dakwah remaja, agar tetap semangat dalam mendidik dan membina adik-adik kami para generasi penerus bangsa ini, semoga Allah memberikan keistiqomahan kepada kita semua, aamiin. Allahu Akbar! Wallahu a’lam bishshowab.

Penulis adalah penyiar Radio Robbani FM Pekanbaru, Aktivis Dakwah Remaja di Pekanbaru, Riau

Isu Terorisme Dinilai Jadi Kendaraan Pembunuhan Gerakan Islam

Hidayatullah.com--Muhammad Mahendradatta, salah satu advokat senior Indonesia menganggap isu terorisme sudah menjadi kendaraan menuju pembunuhan karakter terhadap Islam.  Menurut tokoh Tim Pengacara Muslim (TPM) ini, sinergi antara BNPT dan gerakan liberal dicurigai berniat menghancurkan Islam di Indonesia.

Jadi mereka memang ingin menghancurkan ideologi (Islam), mereka ingin Indonesia menjadi negara sekuler,” jelas Mahendratta kepada hidayatullah.com, Sabtu (15/09/2012)

Terkait isu BNPT mengenai terduga ‘teroris’ yang banyak masih berusia belia tidak bisa dijadikan alasan menuduh  organisasi rohani Islam (Rohis) di sekolah dan kampus sebagai biang keladinya. Menurutnya zaman sekarang pendidikan bisa didapat di mana saja.

Lagipula secara fakta, Mahendradatta menjelaskan isu terorisme yang gerakkan BNPT dan Densus 88 sendiri sudah terbukti bukan lagi penegakan hukum. Namun,  ada propaganda politik untuk menghancurkan Islam.

“Dan itu adalah pelanggaran HAM,” tambahnya lagi.

Pernyataan Mahendra ini disampaikan menanggapi tayangan Metro TV yang menampilkan tayangan mengenai pola rekruitmen terduga ‘teroris‘ muda. Dalam tayangan tersebut, Metro TV menyebut bahwa sasaran rekruitment teroris muda dari siswa SMP dan SMA di sekolah umum.

Dalam sebuah running teksnya, Metro TV menyebut tayangannya tersebut bersumber dari penelitian Bambang Pranowo dari UIN Jakarta.

Tayangan Metro TV tersebut juga mendapat bantahan dari Ketua Badan Fatwa MUI Pusat, KH. Ma’ruf Amin.  Kiai Ma'ruf Amin meminta organisasi rohani islam (Rohis) tidak digeneralisir sebagai sarang teroris. Menurutnya, penyebutan Rohis sebagai sarang teroris akan menimbulkan stigma negatif terhadap organisasi di sekolah tersebut.

"Jangan digeneralisir seperti itu. Pernyataan yang demikian justru akan menimbulkan sikap saling curiga," ujar Ma'ruf.

Menurut Ma'ruf, jika ada indikasi sebuah Rohis yang digunakan sebagai sarana pengkaderan teroris, aparat diminta langsung bertindak. Tetapi sebaiknya tidak menggeneralisir bahwa semua Rohis adalah sarang teroris.

"Kalau memang ada tangkap saja langsung, tapi jangan digeneralisir. Akibatnya nanti akan saling tuding dan saling lempar," ujarnya dikutip Bisnis Indonesia.*

Ummu Askar: Densus 88 Todongkan Senjata pada Balita

Hidayatullah.com— Keluarga Ummu Askar, orangtua dari ketiga anak -- Askar (3 tahun), Najwa (7 tahun) dan Syanaz (12 tahun)-- mengaku sangat kecewa dengan tindakan  Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 dalam penangkapan terduga  kasus “terorisme” Firman di Perumahan Taman Anyelir Depok  pada hari Rabu (05/09/2012). Pasalnya, Densus dinilai membuat trauma ketiga anaknya karena tindakannya yang telah menodongkan senjatanya pada anak balita.   Kekecewaan Ummu Askar ini disampaikan saat mengadu masalah ini di Kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Senin (17/09/2012).

“Anak-anak saya sangat ketakutan ketika melihat senjata itu diarahkan begitu dekat mereka, bahkan salah satu anak kami shock hingga harus dibawa ke rumah sakit,” jelas Ummu Askar pada hidayatullah.com.

Ummu Askar juga bercerita Densus 88 memeriksa dompetnya dan mengambil semua uang di dompetnya. Bukan hanya dompetnya saja, Densus 88 juga memerika dompet anggota keluarga yang lain dan melakukan hal yang sama mengambil semua uang di dalamnya.

“Kok bisa seperti itu ya Densus  88, kayak orang kekurangan uang,” tambah Ummu Askar lagi.

Ummu Askar beserta keluarga mengadukan penggeledahan dan penangkapan Firman tersebut ke Komnas HAM didampingi Tim Pengacara Muslim (TPM).  Hadirnya juga perwakilan Forum Umat Islam (FUI) yang dipimpin oleh Alfian Tanjung juga jurubicara Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Shon Hadi.*