29.8.11

Kawat Kedubes AS Soal Teroris Sebelum Marriott Dibom Tak Aneh

Wikileaks Jakarta
Indra Subagja - detikNews

Jakarta - Kawat-kawat diplomatik rahasia dari Kedubes AS Jakarta yang akan dibocorkan WikiLeaks mengungkap, ada kawat terkait terorisme yang dikeluarkan 4 hari sebelum peristiwa bom di Hotel JW Marriott pada 17 Juli 2009 lalu. Hal ini dinilai tak aneh. Indikasi terorisme bisa dipantau hanya sulit diketahui kapan waktu eksekusinya.

"Jadi intelijen kita pun sudah tahu sebenarnya, ini bisa dideteksi dari adanya pembelian potasium klorat. Ini sudah terbaca, hanya kapan mainnya targetnya di mana itu seperti mencari jarum di jerami," kata pengamat terorisme, Mardigu saat dihubungi detikcom, Senin (6/12/2010).

Menurut Mardigu, intelijen mengetahui pergerakan pelaku peledakan dari pengawasan yang dilakukan di toko kimia. Biasanya saat pelaku terorisme hendak beraksi, ada pembelian besar oleh orang tidak dikenal, bahan potasium klorat di pasar.

"Polisi tahu mereka sedang bergerak, hanya saja kapan eksekusinya itu yang sulit," tambahnya.

Biasanya kegiatan para pelaku teror itu terbaca karena sial atau atas informasi laporan dari masyarakat. "Dahulu kan sering ada bom yang diuji coba meledak, atau ada warga lapor adanya aktivitas mencurigakan," terangnya.

Diketahui sejauh ini, WikiLeaks baru memberikan rekap 3.059 dokumen yang akan dibocorkan dari Kedubes AS di Jakarta dan 167 dokumen dari Konjen AS Surabaya. Rekap dokumen itu disertai tanggal dan perihal yang diketahui dari kode-kode khusus. Namun isi dokumennya memang belum bisa dibaca, karena belum dirilis.

Seperi dilansir dari situsnya, Senin (6/12/2010), sebuah kawat pernah keluar dari Kedubes AS di Jakarta pada 13 Juli 2009. Kodenya adalah PTER, PREL, PGOV, ASEC, ID. Dari kode itu, bisa diketahui isi kawat itu adalah terkait isu terorisme, dikaitkan dengan hankam, pemerintah pusat dan hubungan luar negeri Indonesia.

Pada 17 Juli 2009, bom Marriott pun meledak dan ikut merusak Hotel Ritz-Carlton. Pada tanggal itu pula, langsung keluar kawat lagi dari Kedubes AS Jakarta dengan kode PTER, PGOV, PREL yang artinya terorisme, pemerintah Indonesia dan hubungan luar negerinya.

Kawat-kawat diplomatik terkait terorisme tidak berhenti di situ saja. Pada 21 Juli 2009 atau 4 hari setelah kejadian, kembali keluar kawat berkode PTER, PGOV, PREL, ASEC, CASC, ID. Artinya terkait dengan terorisme dan hankam di Indonesia. Kode CASC atau assistance to citizen berarti ada arahan agar AS membantu Indonesia terkait peristiwa bom itu. Pada 23 Juli 2009 kembali keluar kawat terkait terorisme dengan kode sama.

(ndr/fay)

http://www.detiknews.com/read/2010/12/06/112209/1509747/10/kawat-kedubes-as-soal-teroris-sebelum-marriott-dibom-tak-aneh

WikiLeaks tentang Hotel JW Marriott

Jakarta – Kawat-kawat diplomatik rahasia dari Kedubes AS Jakarta yang akan dibocorkan WikiLeaks semakin terang. WikiLeaks mengungkap, ada kawat terkait terorisme yang dikeluarkan 4 hari sebelum peristiwa bom di Hotel JW Marriott pada 17 Juli 2009 lalu.

Sejauh ini, WikiLeaks baru memberikan rekap 3.059 dokumen yang akan dibocorkan dari Kedubes AS di Jakarta dan 167 dokumen dari Konjen AS Surabaya. Rekap dokumen itu disertai tanggal dan perihal yang diketahui dari kode-kode khusus. Namun isi dokumennya memang belum bisa dibaca, karena belum dirilis.

Seperi dilansir dari situsnya, Senin (6/12/2010), sebuah kawat pernah keluar dari Kedubes AS di Jakarta pada 13 Juli 2009. Kodenya adalah PTER, PREL, PGOV, ASEC, ID. Dari kode itu, bisa diketahui isi kawat itu adalah terkait isu terorisme, dikaitkan dengan hankam, pemerintah pusat dan hubungan luar negeri Indonesia.

Pada 17 Juli 2009, bom Marriott pun meledak dan ikut merusak Hotel Ritz-Carlton. Pada tanggal itu pula, langsung keluar kawat lagi dari Kedubes AS Jakarta dengan kode PTER, PGOV, PREL yang artinya terorisme, pemerintah Indonesia dan hubungan luar negerinya.

Kawat-kawat diplomatik terkait terorisme tidak berhenti di situ saja. Pada 21 Juli 2009 atau 4 hari setelah kejadian, kembali keluar kawat berkode PTER, PGOV, PREL, ASEC, CASC, ID. Artinya terkait dengan terorisme dan hankam di Indonesia. Kode CASC atau assistance to citizen berarti ada arahan agar AS membantu Indonesia terkait peristiwa bom itu. Pada 23 Juli 2009 kembali keluar kawat terkait terorisme dengan kode sama.

Jika Kedubes AS sudah mengeluarkan kawat diplomatik soal terorisme, 4 hari sebelum JW Marriott meledak, apa artinya AS sudah tahu akan ada serangan terorisme? Hal itu baru akan terjawab jika dokumen ini dirilis sepenuhnya oleh WikiLeaks.

WikiLeaks saat ini menjadi pusat perhatian karena merilis Cablegate atau skandal kawat diplomatik AS. Ada 251.287 dokumen, termasuk 3.059 dokumen dari Kedubes AS Jakarta dan 167 dokumen dari Konjen AS Surabaya. Dokumen yang akan dibocorkan dari perwakilan AS di Indonesia mulai dari pemerintahan Soeharto pada 19 November 1990 sampai pemerintahan SBY pada 27 Februari 2010.

Wikileaks pada tahun 2009 lalu pernah membocorkan makalah internal milik Kongres AS. Sejumlah makalah pun bertemakan Indonesia, yang dibuat oleh lembaga think-tank milik kongres. Tujuannya untuk membantu Kongres mengambil kebijakan luar negeri.

Namun dokumen ini berbeda jauh dengan apa yang akan dibocorkan Wikileaks saat ini. Target mereka kini bukan kongres AS, tapi Kemlu AS dan kedubes mereka di dunia. Yang dibocorkan pun bukan makalah berlembar-lembar, melainkan telegram-telegram singkat dan berstatus rahasia dari para diplomat. Oleh karena itu, WikiLeaks menyebutnya Cablegate alias skandal telegram atau kawat.

Kawat diplomatik apa yang akan dibocorkan dari Jakarta? Kita tunggu saja. Yang jelas baru satu telegram rahasia terkait Indonesia yang sudah terungkap, bahwa para diplomat RI di PBB sudah dimata-matai AS atas perintah Menlu Hillary Clinton.
(fay/asy)

http://konspirasi.com/peristiwa/wikileaks-tentang-hotel-jw-marriott/

Wikileaks Ungkap Bom dan SBY


Tuesday, 01 March 2011 14:20

Amerika sudah tahu JW Marriott bakal dibom. Capres SBY dinilai positif dan Wiranto ditolak.

Akhirnya, Julian Assange ditahan di London atas order Swe-dia. Kepolisian setempat berkilah, Julian Assange ditahan agar tidak kabur. Pria ini dituduh pemerintah Swedia telah melakukan kekerasan seksual terhadap relawan situsnya.

Drama itu bagian dari klimak teror yang membadai Julian Assange, pendiri situs Wikileaks. Sebelumnya, perusahaan jasa keuangan global Mastercard, Paypal, dan Visa, membekukan sepihak hubungannya dengan Wikileaks. Akibatnya, donasi publik internasional kesulitan mengalir ke situs web itu. Assange pun terpaksa menghijrahkan situsnya ke alamat baru.

Wikileaks menjadi pusat perhatian karena merilis Cablegate atau skandal kawat diplo-matik AS. Ada 251.287 dokumen, termasuk 3.059 dokumen dari Kedubes AS Jakarta dan 167 dokumen dari Konjen AS Sura-baya. Dokumen yang akan di-bocorkan dari perwakilan AS di Indonesia mulai dari pemerin-tahan Soeharto pada 19 Novem-ber 1990 sampai pemerintahan SBY pada 27 Februari 2010.

Seperti diunggah situs Wikileaks pada 6 Desember lalu, ada kawat dari Kedubes Amerika soal terorisme yang dikeluarkan 4 hari sebelum peristiwa bom di Hotel JW Marriott, 17 Juli 2009.

Seperi dilansir Wikileaks, kawat dari Kedubes AS di Jakarta pada 13 Juli 2009 itu berkode PTER, PREL, PGOV, ASEC, ID. Dari kode itu, bisa diketahui isi kawat itu adalah terkait isu terorisme, hankam, pemerintah pusat dan hubungan luar negeri Indonesia.

Pada 17 Juli 2009, bom Marriott pun meledak dan ikut merusak Hotel Ritz-Carlton. Pada hari yang sama, langsung keluar kawat lagi dari Kedubes AS Jakarta dengan kode PTER, PGOV, PREL yang artinya terorisme, pemerintah Indonesia dan hubungan luar negerinya.

Menurut Ketua Lajnah Siya-sah HTI Harits Abu Ulya, dokumen tersebut semakin membuktikan bahwa Amerika beserta komplotannya adalah dalang teror bom di Indonesia dan bahkan di dunia.

Misalnya jelang peristiwa Bom Bali 2002. Koran Australia, Sydney Morning Herald, edisi 16 Oktober 2002, memberitakan bahwa CIA telah menyampaikan informasi kepada pemerintah Australia dua minggu sebelumnya bahwa Bali akan menjadi sasaran teror intemasional. Karenanya, Warren Reed, mantan dinas rahasia Australia (ASIS) merasa heran bahwa Teror Bom Bali akhirnya bisa terjadi.

Dalam wawancara dengan SBS, Melbourne Independent Media Center, Australia, pada 17 Oktober 2005, Presiden RI Abdurrahman Wahid tegas menyatakan bahwa dalang teror bom Bali 12 Oktober 2002 adalah agen-agen intelijen militer dan polisi yang didanai CIA (AS), Mossad (Israel), dan MI-6 (Inggris).

Wikileaks juga mengungkap dokumen dukungan Amerika soal Pemilu 2004 di Indonesia. Dalam CRS Report RS21874 Analyst in Southeast and South Asian Affairs, 20 Mei 2005, Kandidat Presiden SBY disebut The Thinking General. Sebaliknya, menurut kawat tersebut, bila Wiranto jadi Presiden, hubungan RI dan AS akan sangat rumit karena Kongres AS menaruh perhatian besar pada isu pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur.

Laporan itu mengatakan, suksesnya Pemilu 2004 meneguhkan dominasi partai sekuler, yaitu Golkar, PDIP, dan Partai Demokrat.

Selain itu, Wikileaks juga memuat informasi mengenai Timor Timur, saat itu pemerintah AS yang dipimpin Bill Clinton menekan pemerintah Indonesia untuk menerima kehadiran pasukan perdamaian Internasional di Timor Timur usai jejak pendapat pada tahun 1999 yang warnai dengan kerusuhan, Clinton menekan Indonesia dengan ancaman penghentian bantuan eko-nomi.[] ta

http://mediaumat.com/media-nasional/2456-49-wikileaks-ungkap-bom-dan-sby.html

24.8.11

Adab Berbicara dan 4 Racun Hati!

ADAB BERUCAP

Sebagai kaum muslimin, kita perlu menjaga berbagai perilaku kita ketika kita berinteraksi dengan kaum muslimin di luar atau bahkan dengan orang – orang non-muslim. Karena, hal tersebut dapat menjaga nama baik kita, orang tua kita, keluarga kita bahkan hal tersebut dapat menjaga nama baik agama Islam.

Karena lisan ini sangatlah berbahaya. Apabila kita melakukan kemaksiatan, sedang hal tersebut dilihat oleh orang yang bukan beragama Islam, maka hal tersebut tentu dapat membuat orang yang melihat tadi mempunyai pemikiran buruk tentang Islam. Bahkan, tidak menutup kemungkinan apabila kemaksiatan yang dilihatnya tersebut diberitahukan kepada orang lain. Hal seperti inilah yang kita kadang tidak tahu/atau menyepelekan kemaksiatan. Karena sesungguhnya Syaitan sangatlah licik dalam menjerumuskan umat ini.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu menerangkan, “Kaum muslimin selamat dari lisannya di mana ia tidak mencela mereka, tidak melaknat mereka, tidak mengghibah dan menyebarkan namimah di antara mereka, tidak menyebarkan satu macam kejelekan dan kerusakan di antara mereka. Ia benar-benar menahan lisannya. Menahan lisan ini termasuk perkara yang paling berat dan paling sulit bagi seseorang. Sebaliknya, begitu gampangnya seseorang melepas lisannya.”

Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR Bukhari dan Muslim)


Berikut ini adalah seputar hadist-hadist dan ayat Quran tentang Adab Berbicara:

1. Berbicaralah tentang kebaikan
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.”(QS An Nisa’ 114)

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS Al-Mu’minun 1-3)

Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

2. Berbicaralah dengan jelas dan benar

Dari Aisyah ra :“Bahwasanya perkataan rasulullah SAW itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)

3. Menjauhi bertele-tele

Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara. Maka dikatakan: Wahai rasulullah kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: “Orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi dan meng-hasan-kannya)

4. Tidak terlalu banyak berbicara

Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata seorang lelaki: "Wahai abu AbduRRAHMAN (gelar Ibnu Mas’ud)! Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari?" Maka jawab Ibnu Mas’ud: "Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada nabi SAW dan beliau menjawab kuatir membosankan kami “ (HR Muttafaq ‘alaih)

5. Mengulangi kata-kata yang penting

Dari Anas ra bahwa, "Nabi SAW jika berbicara maka beliau mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau mendatangi rumah seseorang maka beliau pun mengucapkan salam 3 kali." (HR Bukhari)

6. Menghindari ucapan bathil

Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keridhoan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

7. Menjauhi perdebatan sengit

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Aku jamin rumah didasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah ditengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)

8. Menjauhi kata-kata keji, mencela dan melaknat


Bukanlah seorang mu’min jika suka mencela, mela’nat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)

9. Menghindari banyak canda

Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)

10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk 
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al Hujuraat 11)

Dan juga pada hadist Nabi SAW: “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)

11. Menghindari perkataan bohong/dusta dan juga tidak menyampaikan apa yang telah didengarkan

Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)

Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu,sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR Muslim dan Abu Dawud)

12. Menghindari ghibah dan mengadu domba

Berdasarkan hadist Nabi SAW: “Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.” (HR Muttafaq ‘alaih)

13. Berhati-hati dan adil dalam memuji

Dari AbduRRAHMAN bin abi Bakrah dari bapaknya berkata : Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu! (2 kali)" Lalu kata beliau SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)


Dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim)

14. Menjauhi sifat merasa kagum pada diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata

Sesungguhnya orang yang paling aku benci diantara kalian dan yang paling jauh majelisnya dariku pada hari kiamat: orang yang berlebihan dalam berbicara, sok fasih dengan ucapannya dan merasa ta’ajjub terhadap ucapannya.” (HR Tirmidzi, Ibnu Hibban dan yang lainnya dari hadits Abu Tsa’labah Al-Khusyani ra)

15. Menjauhi terlalu banyak tertawa
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS At Taubah 82)

Dalam salah satu haditsnya Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kamu akan sedikit tertawa, …” (HR Abu Dzar ra)

Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis? Sedang kamu melengahkan(nya)? Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” (QS An Najm 59-62)

Itu semua adalah beberapa adab dalam berbicara. Namun, apabila kita merasa tidak perlu berbicara kepada orang lain, hendaknya kita perbanyak amalan-amalan saleh seperti :

1. Membaca Al qur’an karim, menjadikanya wirid setiap hari dan juga menghafalkanya.
Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda: “Dikatakan pada orang yang senang membaca alqur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

2. Selalu berdzikir kepada Allah

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(QS Ali Imran 191)

3. Jika mendengar bacaan Alqur’an, maka segera berhenti dari berbicara, dan segera mendengarkan dengan khusyu’
Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS Al A’raf 204)

Demikian seputar tata cara berbicara. Menjaga lisan sangatlah penting. Mu’adz pernah bertanya: “Wahai Rasulullah, amal apakah yang dapat mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka?” Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya engkau telah bertanya tentang hal yang besar dan sesungguhnya hal itu benar-benar mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah untuk melakukannya.” Selanjutnya, Rasulullah SAW menyebutkan beberapa perkara yang mendekatkannya kesurga dan menjauhkannya dari neraka, kemudian diakhir hadiutsnya beliau bersabda: “Jagalah ini olehmu”, seraya memegang lisannya sendiri.”

Lalu Mu’adz bertanya lagi: “Wahai Rasulullah SAW apakah kita dihukum karena apa yang kita katakan?” Rasulullah SAW menjawab: “Semoga ibumu kehilanganmu, hai Mu’adz. Memang tiada yang menjungkalkan manusia kedalam neraka dengan hidung atau dengan kepala mereka dibawah, melainkan karena diakibatkan oleh ulah lisan mereka.” (HR Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Selain itu di hadist yang lain:

Uqbah bin Amir ra. salah seorang sahabat, bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana cara untuk selamat? Yakni perkara apa yang dapat menyelamatkanku dari murka Allah, kemarahan, dan adzab-Nya?” Rasulullah SAW menjawab: “Jagalah lisanmu; buatlah rumahmu terasa luas olehmu; dan menangislah oleh kesalahanmu.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

Salah seorang Tabi’in pernah mengatakan: “Aku pernah melihat Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. memegang lisannya sendiri saat dia menginstospeksi dirinya seraya menangis, lalu berkata: ‘Inilah yang menyebabkan aku terjerumus kedalam kebinasaan.’

Itulah pentingnya menjaga lisan. Semoga dengan membaca artikel ini, kita dapat berinteropeksi diri dan mulai detik ini juga kita dapat berbicara sesuai dengan Adab yang diajarkan Rasulullah SAW sehingga kita selamat dari siksa Allah di hari pembalasan nanti. Amin Ya rabbal Alamin…




4 RACUN HATI

Rasulullah pernah bersabda: "Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati". (HR Bukhari dan Muslim)

Allah berfirman, “(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS Ash Shuara 88-89)

Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Hati yang selamat didenisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah, dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran.

Maka, barangsiapa menginginkan keselamatan dan kehidupan bagi hatinya, hendaklah ia membersihkan hatinya dari pengaruh racun-racun itu. Kemudian menjaganya, jangan sampai ada racun lain yang menggrogotinya.

Adapun jika tanpa sengaja ia mengambil salah satunya, ia mesti bersegera untuk membuangnya dan menghapus pengaruhnya dengan cara bertaubat, beristighfar dan mengerjakan amal shalih yang dapat menghapus kesalahan.

Yang dimaksud dengan empat racun hati yaitu:
  1. Banyak bicara
  2. Banyak memandang
  3. Banyak makan dan minum
  4. Banyak bergaul dengan sembarang orang

Sebagian ada yang mengatakan bahwa racun hati ada 5. Yaitu ditambah “Banyak Tidur”. Namun hal tersebut tidak dibahas disini.

1. Banyak Bicara

Dari Mu’adz, dari Rasulullah bersabda, “Dan tiadalah yang menelungkupkan wajah atau batang hidung manusia ke dalam api neraka, melainkan karena ulah lidahnya.” (HR At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim)

Dari Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqa berkata, Aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah yang paling anda takutkan terhadap diri saya?” Beliau bersabda, “Ini.” sambil memegang lidahnya.(HR At Tirmidzi, Ibnu Majah, Al Hakim dan Ad Darimi)

Dari Uqbah bin Amir berkata, “Ya Rasulullah, apakah keselamatan itu?” Beliau bersabda, “Peliharalah lidahmu.” (HR At-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Mubarak)

Begitu juga seperti yang dikatakan pada hadist berikut,
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah, bahwasanya ia mendengar Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya, seorang hamba berbicara dengan sebuah pembicaraan yang jelas (ia anggap biasa); ternyata hal itu membuat ia tergelincir ke dalam api neraka lebih jauh dari pada jarak timur dan barat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Demi Allah, tiada tuhan yang pantas disembah selain Dia. Tiada sesuatu pun yang lebih pantas untuk dipenjara lebih lama, (kecuali) dari lidahku.

Beliau juga berkata, “Wahai lidah, berkatalah yang baik, kamu akan beruntung. Dan Diamlah dari yang buruk, (maka) kamu akan selamat, sebelum kamu menyesal.”

Dari Abu Darda’ berkata, “Berlakulah adil terhadap dua telinga dari lidah. Dijadikan untuk anda dua telinga dan satu lidah, supaya anda lebih banyak mendengar daripada berbicara.”

Allah Berfirman, “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”(QS Qaf 18)

2. Banyak Memandang

Allah berfirman, "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya”; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka. Dan hendaklah mereka menutup kain kudung kedada mereka, dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera- putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka, putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan Janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung." (QS An-Nur 30-31)

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah bersabda, “Telah ditetapkan kepada manusia bagiannya dari perzinahan, ia pasti melakukan hal itu. Kedua mata, zinanya ialah memandang. Kedua telinga, zinanya adalah mendengar. Lidah, zinanya adalah berbicara, Tangan, zinanya adalah memukul (meraba). Kaki, zinanya adalah melangkah. Hati, berkeinginan dan berangan-angan. Dan yang membenarkan atau menggagalkan semua itu, adalah kemaluan.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ahmad)

Dari Jarir berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah tentang pandangan yang tiba-tiba (tidak sengaja). Beliau menjawab, “Alihkan pandanganmu!” (HR Muslim, At-Tirmidzi, Ad-Darimi dan Ahmad)

Para ulama berkata, “Antara mata dan hati ada kaitan yang sangat erat. Bila mata telah rusak dan hancur, maka hatipun rusak dan hancur. Hati seperti ini, ibarat tempat sampah yang berisikan segala najis, kotoran dan sisa-sisa yang menjijikkan. Ia tidak layak dihuni cinta dan ma’rifatullah, tidak akan merasa tenang dan damai bersama Allah, dan tidak akan mau inabah (kembali) kepada Allah. Yang bersemayam di dalamnya adalah yang berlawanan dengan semua itu.”

3. Banyak Makan dan Minum

Allah berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS Al A’raf 31)

Dari Miqdam bin Ma’di Karib berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Janganlah manusia memenuhi sebuah tempat yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suapan (tiga sampai sembilan), untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)

Ibnu Abbas berkata, “Allah menghalalkan makan dan minum, selama tidak berlebih-lebihan dan tidak ada unsur kesombongan.”

Dari Utsman bin Za’idah berkata, Sufyan Ats-Tsauri berkirim surat kepadaku: “Apabila engkau ingin badanmu sehat dan ringan tidurmu, maka sedikitkanlah makanmu.”

Sebagian salaf berujar, Sebagian pemuda Bani Israil berta’abud (berpuasa sambil berkhalwat). Bila telah datang masa berbuka, salah seorang dari mereka berkata, “Jangan makan banyak-banyak, sehingga minum kalianpun banyak. Lalu tidur kalian juga banyak, akhirnya kalian banyak merugi.”

‘Aisyah meriwayatkan, sejak masuk Madinah, keluarga Rasulullah belum pernah merasa kenyang oleh roti gandum selama tiga hari berturut-turut, sampai beliau wafat. (HR Bukhari dan Muslim)

Abu Sulaiman Ad-Darimi berkata, “Kunci dunia adalah kenyang, sedangkan kunci akhirat adalah lapar.”

Al-Harits bin Kaladah(salah seorang pakar kedokteran Arab pada masa lalu) berkata, “Menjaga diri dari makanan (melebihi yang diperlukan), merupakan pangkal penyakit.”

Al-Harits berkata pula, “Yang membunuh manusia dan membinasakan binatang-binatang buas di dunia ini,
ialah memasukkan makanan di atas makanan sebelum selesai pencernaan.”

4. Banyak Bergaul

Allah berfirman, “Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zhalim menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an, ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku.” Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.” (QS Al Furqan 27-29)

Allah berrman pula, “Teman-teman akrab para hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS Az-Zukhruf 67)

Rasulullah bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk, adalah seperti penjual minyak wangi dan peniup api (pandai besi), adakalanya memberi anda (minyak wangi), atau anda membeli darinya, atau anda mendapat bau wangi darinya. Adapun peniup api (pandai besi), adakalanya membakar pakaian anda, atau anda mendapatkan bau yang kurang sedap darinya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Rasulullah bersabda, “Seseorang itu mengikuti agama sahabatnya. Maka, hendaklah kalian memperhatikan siapa sahabat kalian.” (Hadits hasan diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi)

Rasulullah bersabda, “Janganlah anda berteman melainkan dengan orang mukmin dan janganlah memakan makananmu, kecuali orang bertaqwa.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan Abu Dawud dengan sanad yang hasan)

Berkata Umar bin Khathab, “Janganlah anda berjalan bersama orang fajir (yang bergelimangan dalam dosa), karena dia akan mengajarkan kepada anda perbuatan dosanya.”

Berkata Muhammad bin Wasi’, “Tiadalah tersisa dari kenikmatan dunia, selain shalat berjama’ah dan berjumpa dengan teman (yang shalih).”

Berkata Bilal bin Sa’ad, “Saudaramu yang selalu mengingatkanmu akan kedudukanmu di sisi Allah adalah lebih baik bagimu, daripada saudaramu yang selalu memberimu dinar (harta benda).”

Berkata sebagian salaf, “Orang yang paling lemah (tercela), yaitu orang yang tidak mau mencari teman (yang baik). Dan yang lebih lemah (tercela) daripadanya, ialah orang -yang apabila telah mendapatkan teman (yang baik)- ia menyiakannya.”

Wallahu 'alamu.

[http://directorymuslim.com/?tag=banyak-bicara]

22.8.11

Bagaimana Salaf di Bulan Ramadhan?

Salaf di Bulan Ramadhan

Ada seseorang yang bertanya kepada Asy-Syaikh Al-’Allamah Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah tentang bagaimana dengan keadaan para salaf dahulu ketika bulan Ramadhan.


Jawaban beliau:

Sungguh, merupakan hal yang telah diketahui tentang bagaimana keadaan Rasulullah yang mulia ‘alaihish shalatu wassalam dahulu, bahwasanya beliau telah melakukan persiapan untuk memasuki bulan ini (Ramadhan), beliau memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Dahulu beliau pernah berpuasa di bulan Sya’ban selama sebulan penuh dan pernah pula berpuasa kurang dari itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Kemudian (ketika memasuki bulan Ramadhan), beliau ‘alaihish shalatu wassalam berpuasa. Dan kesungguhan beliau (untuk beribadah) terus bertambah terkhusus ketika mulai memasuki sepuluh hari terakhir di bulan tersebut. Maka ketika mulai memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, beliau mulai menyingsingkan lengan baju dan mengencangkan ikat pinggangnya, kemudian beliau beri’tikaf, demikian juga para istri beliau dan banyak para sahabat beliau ‘alaihish shalatu wassalam juga demikian. Mereka benar-benar melaksanakan amalan yang agung ini dengan kesungguhan.

Puasa yang baik, amalan yang shalih, dan suka berbuat kebaikan.

Rasulullah ‘alaihish shalatu wassalam adalah seorang yang dermawan (suka memberikan kebaikan). Bahkan beliau adalah manusia yang paling dermawan. Apalagi ketika memasuki bulan Ramadhan, maka sifat kedermawanan beliau ‘alaihish shalatu wassalam semakin bertambah dan bahkan melebihi daripada angin yang bertiup. Terkhusus tatkala Malaikat Jibril ‘alaihish shalatu wassalam datang kepada beliau, sebagaimana dalam hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah membaca Al-Qur’an di hadapan Malaikat Jibril di setiap bulan Ramadhan sebanyak satu kali. Dan ketika di tahun terakhir menjelang wafatnya, beliau membacakan Al-Qur’an di hadapan Malaikat Jibril sebanyak dua kali. Sebagaimana hal ini dijelaskan di dalam hadits ‘Aisyah dan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma. Dan yang demikian itu merupakan isyarat akan dekatnya wafat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam.

Para salaf dahulu sangat antusias dan memberikan perhatian yang lebih di dalam bulan yang agung ini, dengan melakukan amalan-amalan shalih seperti: membaca Al-Qur’an, memperbanyak dzikir, dan menahan diri dari perbuatan maksiat.

Karena hal itu merupakan konsekuensi dari ibadah puasa. Puasa itu adalah tidak sekedar menahan diri dari makan dan minum saja, namun juga harus mampu menahan diri dari segala perbuatan yang dapat mendatangkan murka Allah tabaraka wata’ala dari perbuatan-perbuatan maksiat dan yang selainnya. Kemudian disertai dengan melakukan amalan-amalan ketaatan kepada Allah ‘azza wajalla dengan mengikhlaskan niat hanya semata-mata karena Allah.

Para salaf ridhwanullahi ‘alaihim, sebagaimana diceritakan oleh Al-Imam Malik, dan beliau adalah orang yang mengetahui tentang keadaan umat, apabila telah datang bulan Ramadhan, mereka menghabiskan waktunya untuk puasa dan membaca Al-Qur’an, mereka memfokuskan diri untuk membaca Al-Qur’an pada bulan yang mulia ini kemudian merenungi dan memperhatikan makna-maknanya, mengambil berbagai nasehat yang ada di dalamnya dan menghindarkan diri dari berbagai larangannya, memahami perkara-perkara yang halal dan haram, memahami janji-janji dan ancaman Allah serta berbagai hal lain yang ada dalam Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an, mereka membersihkan jiwa dan dengannya pula akan menerangi hati. Al-Qur’an adalah kehidupan, cahaya, dan petunjuk, sebagaimana yang Allah tabaraka wata’ala sifatkan dalam firman-Nya:

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Qur’an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” [Asy-Syura: 52]

Kesimpulannya bahwa mereka -yaitu para as-salafush shaleh-, baca dan pelajarilah bagaimana kesungguhan mereka, kesabaran, dan keikhlasan mereka kepada Allah serta upaya yang mereka lakukan dengan sekuat tenaga untuk beribadah di bulan yang mulia ini dan juga di bulan yang lainnya.

Maksudnya adalah ini sebagai nasehat bagi kita bahwa kita tidak hanya ingat (ketaatan dan amal shalih) di bulan Ramadhan saja kemudian kita lupa dan meninggalkan amalan-amalan ketaatan di bulan-bulan yang lainnya!

Bahkan hendaknya kita terus menyambung ibadah kepada Allah, shalat malam, menghadapkan diri kita kepada Allah dan menjalankan berbagai ketaatan yang dengannya kita mendekatkan diri kepada Allah di bulan Ramadhan.

Bukan kemudian kita menjadi lupa. Sebagian manusia, mereka mengisi bulan Ramadhan tersebut dengan amalan-amalan ketaatan. Kemudian apabila bulan Ramadhan tersebut telah berlalu, maka ibadah mereka berkurang kemudian malas serta mulai melupakan amalan-amalan ketaatan. Bukan seperti ini yang kita inginkan.

Sehingga tidak diragukan lagi, bahwa hendaknya kita memberikan perhatian yang lebih banyak di bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan yang lainnya. Akan tetapi dengan semakin bertambahnya tahun dan kehidupan ini, mengharuskan diri kita untuk selalu mengingat Allah ta’ala.

Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan menyebut nama Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” [Al-Ahzab: 41-42]

Maka sebagai seorang mu’min, wajib baginya untuk selalu mengingat Allah tabaraka wata’ala, mentaati-Nya, bertakwa kepada-Nya, dan takut serta merasa diawasi oleh-Nya di setiap waktu dalam kehidupannya.

Aku memohon kepada Allah, agar Dia memberikan taufiq-Nya kepada kita dan kalian semua agar dimudahkan untuk melaksanakan shalat malam, puasa, dan hal-hal lain yang diwajibkan pada bulan Ramadhan yang mulia ini, serta bersemangat untuk meraih berbagai keutamaan yang ada di dalamnya. Demikian pula kita memohon kepada Allah, agar selalu memberikan taufiq-Nya kepada kita untuk bisa menunaikan amalan-amalan ketaatan kepada-Nya dan menjalankan segala yang diridhai-Nya. Sesungguhnya Rabb kami Maha Mendengar do’a yang dipanjatkan kepada-Nya.

-selesai jawaban beliau hafizhahullah yang begitu indah-


(Dikutip dari http://www.assalafy.org/mahad/?p=536#more-536)

9 Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan

Oleh: Badrul Tamam

Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Bulan Ramadhan adalah bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan kebaikan, bulan simpati, bulan pembebasan dari neraka, bulan kemenangan atas nafsu, dan kemenangan. Pada bulan tersebut, Allah melimpahkan banyak kerunia kepada hamba-hamba-Nya dengan dilipatgandakan pahala dan diberi jaminan ampunan dosa bagi siapa yang bisa memanfaatkannya dengan semestinya. Berikut ini kami hadirkan beberapa amal-amal utama yang sangat ditekankan pada bulan Ramadhan.

1. Shiyam/Puasa

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah 'Azza wa Jalla berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan Muslim, lafadz milik Muslim)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada orang yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata. Ini sesuai dengan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu) Ini merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.

Dalam sabdanya yang lain, "Jika pada hari salah seorang kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membaut kegaduhan, dan juga tidak melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada orang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran, penglihatan, lisan, dan seluruh anggota tubuh. Jangan jadikan sama antara hari saat berpuasa dan tidak.

2. Al-Qiyam/shalat malam/Tarawih

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta'ala berfirman,

"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka." (QS. Al-Furqan: 63-64)

Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha berkata, "Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu biasa melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila sudah masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, kemudian berkata kepada mereka, "al-shalah, al-Shalah." Lalu beliau membaca:

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 132)

Dan Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:

"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?" (QS. Al-Zumar: 9)

Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma berkata, "Luar biasa Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu" Ibnu Abi Hatim berkata, "Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti itu karena banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur'an yang dikerjakan amirul Mukminin Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu sehingga beliau membaca Al-Qur'an dalam satu raka'at."

Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih hendaknya mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam golongan qaimin, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda, "Siapa yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka dicatat baginya shalat sepanjang malam." (HR. Ahlus Sunan)

3. Shadaqah

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan. Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)

Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:

a. Memberi makan

Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:

"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera." (QS. Al-Nsan: 8-12)

Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada orang yang fakir. Rasullullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, "Aku mengundang sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Islmail."

Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu 'Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.

Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama orang-orang dan mereka makan bersamanya.

b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR. Ahmad, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)

Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu 'Anhu, "Siapa yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya."

...Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan...

4. Bersungguh-sungguh dalam membaca Al-Qur'an

Dan ini sudah kami ulas dalam tulisan yang lalu berjudul: Teladan Salaf Dalam Membaca Al-Qur'an di Bulan Ramadhan.

5. Duduk di masjid sampai matahari terbit

Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,

"Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka'at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna , sempurna." (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Keutamaan ini berlaku pada semua hari, lalu bagaimana kalau itu dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat menggapainya dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shalih yang bangun di akhirnya, dan menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah dan bersemangat untuk menggapai derajat tinggi di surga.

6. I'tikaf

Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan diwafatkannya, beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim). I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan; berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia akan mudah bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat dengan niat yang benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong. Dianjrukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul Qadar. I'tikaf merupakan kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena seorang mu'takif (orang yang beri'tikaf) mengurung dirinya untuk taat kepada Allah dan mengingat-Nya, memutus diri dari segala kesibukan yang bisa mengganggu darinya, ia mengurung hati dan jiwanya untuk Allah dan melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan kepada-Nya. Maka bagi orang beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali Allah dan mendapat ridha-Nya.

7. Umrah pada bulan Ramadhan

Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,

"Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, "seperti haji bersamaku." Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

8. Menghidupkan Lailatul Qadar

Allah Ta'ala berfirman,

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadar: 1-3)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

"Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya. Beliau juga membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu', "Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan datang." (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)

...Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim...

Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat tabi'in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.

Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu 'Anhu, "Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27." Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan, "Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh Ramadhan Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau."

Dari 'Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, "Ucapkan:

اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)

9. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar

Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa, khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:

  • Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak ditolak.
  • Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia."
  • Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, "Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)." (QS. Al-Dzaariyat: 18)

...Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan amal shalih...

Penutup

Sesungguhnya berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. Ini sebagai bentuk pembenaran akan janji Allah adanya pahala yang berlipat. Sekaligus juga sebagai pemuliaan atas bulan yang penuh barakah dan rahmat.

Beberapa amal-amal ibadah di atas memiliki kekhususan dan hubungan kuat dengan kegiatan Ramadhan, lebih utama dibandingkan dengan amal-amal lainnya. Maka selayaknya amal-amal tersebut mendapat perhatian lebih dari para shaimin (orang-orang yang berpuasa) agar mendapatkan pahala berlipat, limpahan rahmat, dan hujan ampunan. Sesungguhnya orang yang diharamkan kebaikan pada bulan Ramadhan, sungguh benar-benar diharamkan kebaikan darinya. Dan siapa yang keluar dari Ramadhan tanpa diampuni dosa-dosa dan kesalahannya, maka ia termasuk orang merugi.  

Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]

12.8.11

Pancasila Bukan Ideologi

Thursday, 11 August 2011 10:24

mediaumat.com- Pancasila hanya sebagai set of phylosophi (seperangkat gagasan filosofis) bukan sebagai ideologi. Sebab, kalau ideologi mengandung dua unsur penting yang pertama pemikiran menyeluruh terhadap alam semesta, kehidupan dan manusia. Dan Kedua darinya lahirlah sistem. Inilah yang tidak dimiliki oleh pancasila dan hanya sebagai perangkat falsafah.

Hal ini dijelaskan oleh Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia Ismail Yusanto saat menjadi pembicara dalam diskusi dan bedah buku Pancasila 1 juni dan syariah Islam karya Prof. Dr. Hamka Haq, M.A. Rabu (10/08) di Mega Institute Jakarta.

Ismail menjelaskan bahwa pada faktanya rumusan seperti ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang beradap dan seterusnya. Itu merupakan rumusan filosofis tentang ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan hanya sebagai filosofi bukan ideologi.

“maka falsafah-falsafah itu sesungguhnya hanya falsafah-falsafah biasa. Dia mengandung nilai-nilai apa yang dirumuskannya. Ketuhanan yang maha esa kalau dikatakan apakah itu sesuai dengan islam, ya tentu saja kecuali kalau bunyinya ketuhanan maha dua, ” ujarnya.

“Nah pada level filosofi sesungguhnya ini bisa ditarik kemana-mana. Kalau ditanya sesuai dengan islam ya sesuai-sesuai saja. Sesuai dalam arti bahwa hanya sebatas nilai-nilai filosofi itu ada pada islam,” terangnya.

Mengomentari tentang buku Pancasila 1 juni dan Syariah Islam karya Prof. Dr. Hamka Haq, M.A. Ismail Yusanto mengatakan bahwa buku ini lebih pada ke ayatisasi Pancasila.

“Dia tidak menjawab persoalan apa yang saya sebutkan. Tetapi dia tidak cukup untuk mengatur masyarakat kita, sebab pancasila tidak menyentuh pada tataran sistem. Dan Islam sangat beda dengan pancasila sebab Islam lebih luas dari falsafah-falsafah yang ada pada pancasila,” jelasnya.

Dalam diskusi dan bedah buku ini, hadir juga sebagai pembicara Habib Muhsin Alatas (FPI) dan Abdul Moqsith (JIL).[]fatih mujahid

DNA Firaun Mirip Orang Eropa

Selasa, 02 Agustus 2011

Hidayatullah.com--Sekitar 7 persen pria Inggris dan separuh dari seluruh pria Eropa Barat berhubungan secara genetis dengan Firaun Tutankhamun, demikian menurut ahli genetik dari Swiss.

Para pakar dari iGENEA di Zurich merekonstruksi DNA raja Mesir yang naik tahta pada usia 9 tahun itu, berikut ayahnya Akhenaten dan kakeknya Amenhotep III.

Hasilnya menunjukkan, DNA Raja Tut -- sebutan akrab raja belia itu -- berada dalam kelompok yang dikenal dengan haplogroup R1b1a2, yang juga dimiliki oleh 50% pria Eropa Barat. Hal itu menunjukkan mereka berasal dari moyang yang sama.

Menurut iGENEA, orang Mesir moderen yang memiliki gen haplogroup sekarang ini jumlahnya kurang dari 1%.

"Sungguh menarik mengetahui bahwa dia (Tut) memiliki gen yang sama dengan kelompok Eropa," kata Roman Scholz, direktur iGENEA.

Sekitar 70% pria Spanyol dan 60% pria Prancis juga memiliki gen dari kelompok haplogroup yang sama dengan raja Mesir yang memerintah lebih dari 3.000 tahun lalu itu.

"Kami menduga moyang yang sama hidup di Kaukasus sekitar 9.500 tahun lalu," kata Scholz kepada Reuters.

iGENEA memperkirakan, migrasi dari haplogroup R1b1a2 ke Eropa dimulai bersama dengan penyebaran pertanian di abad 7000 SM.

Meskipun diketahui gen Tutankhamun mirip orang Eropa, tapi tidak diketahui pasti bagaimana garis keturunan itu diturunkan dan sampai ke Mesir dari tempat asalnya.

Pusat penelitian itu masih terus melakukan tes DNA untuk mencari kerabat terdekat Tutankhamun yang masih hidup.

Temuan ini sebenarnya tidak mengejutkan, karena sebagaimana dikatakan dalam al-Qur`an bahwa manusia di dunia ini berasal dari satu bapak dan satu ibu, yaitu Adam dan Hawa.*
Sumber : rtr/gn

Kasus Terorisme di Indonesia Masih Misteri

Hidayatullah.com--Berbagai kasus terorisme, yang kemudian diikuti oleh penangkapan oleh Densus 88, selama ini masih menyimpan kabut misteri yang kental. Demikian dikatakan Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustafa B. Nahrawardaya.

Ia mencontohkan, kematian beberapa orang yang masih terduga teroris, kematian saksi penangkapan teroris bernama Nuriman di Sukoharjo, misalnya, dan juga perilaku anggota Densus yang tanpa pengawasan lembaga independen, sangat berpotensi menimbulkan pelanggaran HAM berat karena berkaitan dengan penghilangan nyawa orang.

"Anehnya pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Densus 88," sebut Mustofa, Sabtu (18/6).

Fakta-fakta yang disebut-sebut dipakai polisi untuk mengambil keputusan mengambil langkah tegas terhadap terduga terorisme selama ini, imbuh Mustofa, belum bisa dipegang akurasinya, mengingat kondisi internal Polri sendiri, belum ada jaminan soliditasnya.

"Masih banyak kasus internal Polri yang tidak tersentuh hukum, sehingga fakta yang dimaksud, patut dipertanyakan," katanya.

Ia menambahkan, hingga saat ini banyak sekali konflik kepentingan di internal Polri, yang mengakibatkan merembet pada ketidakprofesionalan dalam bekerja menghadapi terorisme.

Kerapuhan dan perpecahan, serta ketidaksolidan internal Polri, menunjukkan kerapuhan kebijakannya. Kerja polisi yang hanya snapshot melihat kasus terorisme, disebabkan efek negatif konflik kepentingan tersebut.

Oleh karena itu, terang dia, vonis yang 15 tahun penjara terhadap Abubakar Ba'asyir baru-baru ini, bisa dikatakan adalah puncak dari hasil sebuah rekayasa tersistem oleh kerja tim tersembunyi, hingga menyebabkan polisi maupun hakim dapat tersesat dalam mengambil kebijakan dan langkah hukumnya.

Anehnya, kesesatan ini, ungkap Mustofa, bahkan tidak dilakukan tindakan tegas oleh pemerintah.

Oleh karena itu, ia menilai, apapun bunyi vonis terhadap Ba'asyir, sangat erat kaitannya dengan kepentingan pemerintah jangka pendek, yang suatu saat nanti akan terbongkar kedoknya, seiring perjalanan demokrasi yang masih dalam masa transisi.*

"Ada Propaganda Menghilangkan Kata 'Jihad' dan ‘Islam’

Hidayatullah.com--HAMPIR setahun ini pemerintah dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sibuk melakukan kampanye deradikalisasi.

Lembaga yang memiliki kewenangan luas dan khusus di bidang kontra-terorisme dan dibentuk melalui kepres No 46 tahun 2010 ini beberapa kali membuat program “Halaqoh Nasional Penanggulangan Terorisme dan Radikalisme” di beberapa kota besar. Baru-baru ini, dalam sebuah wawancara dengan situs Kristen, Reformata, (07 Juni 2011), Ansyaad Mbai, Kepala BNPT mengatakan, tujuan gerakan radikal adalah negara Islam, khilafah dan penegakan syariat Islam.

Mengapa Islam seolah-oleh terus dihadapkan sebagai musuh negara? Apa dan bagaimana dampak dari kampanye deradikalisasi seperti ini?

Untuk menelaah persoalan ini, wartawan Hidayatullah.com, Ainuddin Chalik, mewawancarai Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya. “Setidaknya sudah banyak ibu-ibu mulai khawatir melepas anak-anaknya belajar ngaji ke masjid,” katanya. Apa maksudnya? Berikut petikannya:

Apa pendapat Anda tentang pernyataan Pak Ansyaad Mbai?

Saya tidak tahu apa maksudnya pernyataan dia. Mana ada teroris mendirikan negara Islam? Kalau benar teroris, pasti inginnya mendirikan negara preman dong. Masak negara Islam dibuat teroris. Perkataan seperti itu, nantinya akan menyakiti orang yang beragama Islam. Kalau Ansyaad memakai akal normal, pasti tidak berkata begitu. Logika dia sungguh sesat. Dia tidak bisa membedakan antara menegakkan syariat dengan pembentukan negara Islam. Terbukti dia menghubung-hubungkan NII dengan penegakkan syariat. Padahal itu sangat jauh.

Negara Islam tidak masalah. Banyak negara Islam juga baik-baik saja. Jadi jangan samakan antara negara Islam dengan gerakan makar. Itu dua hal yang berbeda. Wong Islam itu baik kok, jadi harusnya tidak ada masalah. Cuma sebagai catatan, untuk saat ini di Indonesia, masyarakat –terutama untuk kepentingan intelijen—tidak bisa menerima itu.

NII jaman Kartosoewiryo saja tidak bisa dibandingkan dengan jaman sekarang. Dan sejarah Kartosoewiryo saja belum tentu akurat, tapi kok sudah dijustifikasi sedemikian rupa untuk membanding-bandingkan dengan sejarah penegakan syariat masa kini. Pemerintah sendiri sudah mengijinkan penegakkan syariat seperti halnya yang terjadi di Aceh. Jadi menurut saya, Ansyaad perlu mempelajari kembali sejarah kita. Penegakan syariat jangan disamakan dengan makar. Bayangkan, kalau BNPT dilokomotifi orang yang tidak mengerti persoalan, betapa rawannya lembaga tersebut disalahgunakan.

Kesan apa yang Anda tangkap dalam kampanye deradikalisasi tersebut?

Ada gerakan merusak Islam secara sistemik. Saya meyakini, ada upaya besar-besaran guna menyambut propaganda besar Amerika untuk menghilangkan kata jihad, Islam, jamaah serta frasa khilafah-Islamiyah dari muka bumi. Jadi sesungguhnya peradaban Islam-lah yang diserang.

Apa indikasinya?

Terlihat dari cara kerjanya. Mantan mujahidin dikesankan teroris. Simbol-simbol Islam di-blow up untuk kerja-kerja anti teror. Orang beramal diputarbalikkan faktanya sehingga menjadi penyokong dana teror. Orang ingin berpakaian cara keyakinannya, dipelintir jadi pakaian teroris. Dan ini berlangsung di seluruh dunia.

Saya menengarai banyak aparat keamanan –khususnya intelijen—sangat tidak paham persoalan Islam.

Menurut Anda apakah kerja BNPT selama ini telah maksimal?

Yang harus diperhatikan, apakah BNPT bisa membedakan antara korban terorisme dengan pelaku terorisme? Bandingkanlah dengan kasus narkotika. Ada istilah korban penyalahgunaan narkotika yang mesti direhabilitasi di tempat khusus. Kenapa kalau kasus teror tidak? BNPT mestinya bisa melakukan klasifikasi seperti itu. Jangan dipukul rata semua yang disebut namanya oleh tersangka bom yang ditangkap, langsung dikategorikan sebagai pelaku teror, lalu dibikinkan daftar pencarian orang (DPO).

Menurut saya, BNPT malah menimbulkan banyak fitnah akibat kepala BNPT yang tidak menguasai perkembangan, khususnya masalah Islam. Akibatnya fungsi re-edukasi dan re-sosialisasi dalam rangka de-radikalisasi banyak disalahtafsirkan.

Kenapa Anda menyebut itu disalahtafsirkan?

Fungsi BNPT dan BIN bertukar fungsi sehingga amburadul. Kalau hasilnya adalah orang takut belajar dan bicara agama serta takut beribadah, itu berarti fungsi BNPT disalahgunakan.

Saya melihat penanganan teror selama ini ternyata tidak mengalami kemajuan. Cara yang dipakai Densus 88 cenderung tidak manusiawi terhadap orang yang belum tentu bersalah.

Sekedar catatan, di Amerika sendiri, tak ada lagi tertuduh kasus terorisme dengan tembak mati. Tetapi, di negara kita ternyata masih obral nyawa dengan menembak mati orang yang masih terduga. Hampir setiap waktu. Bahkan diliput TV. Mungkin Amerika tertawa melihat aksi aparat Indonesia.

Saya ingat perkataan seorang ahli hukum terkenal, Cesare Beccaria dalam bukunya “Dei Deliti e Delle Pene (An Essay on Crimes and Punishment)” menyatakan bahwa, “Seseorang tidak bisa dihakimi sebagai penjahat sebelum dia dinyatakan bersalah.”

Sejumlah pemberitaan media terkesan menggiring masyarakat untuk antipati terhadap Islam, bagaimana menurut Anda?

Saat ini, ada tiga kata dan satu frasa yang ditakuti Amerika dan sekutunya. Yakni jihad, Islam, jamaah serta frasa Khilafah-Islamiyah. Selama kata itu masih terucap di masjid-masjid, di forum-forum majelis ilmu, maka upaya untuk melunturkan dan mengaburkannya akan terus dilakukan.

Mereka membuat umat Islam takut mempelajari al-Qur’an. Ini tak hanya membuat orang non-Muslim phobia terhadap Islam, tapi dengan harapan membuat orang Muslim phobia terhadap agamanya sendiri.

Kira-kira apa dampak dari semua ini?

Setidaknya sudah banyak ibu-ibu mulai khawatir melepas anak-anaknya belajar ngaji ke masjid, kursus bahasa Arab dan takut ikut kegiatan Kerohanian Islam (Rohis).

Semua golongan direkayasa agar tidak mempercayai rekan seagamanya sendiri. Mau berjamaah di masjid, takut kena rekrutan NII dan terorisme. Mau ikut diskusi Islam, takut terjerumus aliran sesat. Mau menjadi mahasiswa baru, takut dibrainwash (cuci otak, red). Mau berbaju Muslim taat, takut dibilang teroris.

Jadi gejala apa sebenarnya ini?

Itulah pintar-pintarnya intelijen. Saya ingat kasus peledakan Borobudur tahun 1985 silam. Seseorang bernama Muhammad Jawad alias Ibrahim, mendekati pemuda-pemuda di Malang. Beberapa pengasuh pondok pesantren juga diceramahi oleh Jawad soal beringasnya aparat saat peristiwa Tanjung Priok tahun 1983. Jawad memprovokasi mereka dan mengajak balas dendam terhadap pemerintah.

Adalah Abdulkadir Ali Alhabsyi dan Husein Ali Alhabsy --kakak beradik-- yang dikenal alim ini akhirnya terprovokasi. Mereka meledakkan Borobudur dan akhirnya ditangkap. Anehnya, Muhammad Jawad tidak pernah dicari polisi hingga sekarang. Orang yang alim saja bisa dibikin teroris, apalagi orang yang tiba-tiba menjadi alim.

Sejarah masa lalu sepertinya tidak banyak kita pelajari dan tidak ditengok. Sementara itu, kejadian seperti ini terus berulang, namun masyarakat tetap bebal dan malas berhati-hati. Wajar saja jika mudah dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk dilibatkan pelan-pelan ke dalam konflik terorisme.* [Mustofa B. Nahrawardaya]

Bahaya Motif di Balik Peristiwa Radikalisme dan Terorisme

Oleh: Mustofa B. Nahrawardaya

PERNAHKAH anda membayangkan bagaimana caraanya membuat citra Pondok Pesantren --yang selama ini dikenal berisi orang-orang menuntut ilmu agama--, agar nampak buruk, agar nampak radikal, dan dikesankan berisi orang-orang yang melawan ideologi negara? Sepertinya sangat susah.

Tapi dengan sebuah peristiwa ledakan bom rakitan, ternyata hal itu bisa dilakukan. Bahkan, dengan adanya satu saja ada ledakan kecil di Pondok Pesantren di kampung kecil, hampir semua orang kemudian menuntut pentingnya pengetatan dan pengawasan ekstra terhadap semua Pondok Pesantren di Seluruh Indonesia.

Seluruh perhatian kemudian terpusat pada pentingnya mengendalikan Pondok Pesantren agar terhindar dari pengaruh radikalisme dan terorisme. Itulah yang disebut sebagai ‘dampak’. Bom adalah peristiwanya, dan citra buruk sebagai dampaknya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008:313), dampak diartikan sebagai pengaruh kuat yang mendatangkan akibat, baik itu akibat negatif maupun akibat positif). Karena yang diinginkan bernama dampak, maka kadang peristiwanya bisa direkayasa sedemikian rupa agar dampak yang ditimbulkan bisa sesuai dengan keinginan pembuat peristiwa Meski begitu, dampak dari peristiwa kadang juga di luar dugaan pembuat peristiwa.

Namun yang pasti, dampak yang diinginkan sangat mudah dicapai dengan peristiwa yang diciptakan. Mau tahu bagaimana sebuah peristiwa sangat penting untuk mendapatkan dampak yang diinginkan?

Pertama, bagi orang awam, Bom Bali I yang terjadi pada Oktober 2002 mungkin dikiranya benar-benar bikinan Amrozi Cs. Bom yang menewaskan 202 orang ini, bahkan disangkal sendiri oleh mantan Kabakin ZA Maulani (almarhum), jika bom tersebut bikinan Amrozi Cs. Karena jika dilihat dari bahan yang ditemukan di TKP (Tempat Kejadian Perkara), bahan tersebut hanya bisa dimiliki oleh Israel, Prancis dan Amerika Serikat.

Namun sidang bom terdahsyat Indonesia ini, para pelaku yang sekarang sudah dieksekusi mati, mengaku bahwa bahan yang digunakan hanya bahan-bahan dari materi petasan. Sedangkan yang ditemukan di TKP adalah semacam C4, maupun bekas RDX. Tentu itu bukan keanehan, karena memang Amrozil Cs hanyalah tumbal.

Maka dari itu, meski para pelaku mengaku hanya menggunakan 1 kuintal bahan petasan sekalipun, menurut ZA Maulani, tak mungkin bisa menghancurkan TKP hingga sedahsyat yang terlihat di lokasi ledakan. Amrozi Cs, dalam sidang mengaku membuat bom (petasan)nya, akan tetapi tampaknya mereka sengaja dijebak dalam ledakan sedemikian rupa dahsyatnya, sehingga yang bersangkutan beserta kelompok dan teman-temannya menjadi terlibat dalam kejadian tersebut.

Hal itu bisa dilihat dalam sidang-sidang, mereka tampak bodoh dan tak bisa terampil merangkai secara profesional. Meski begitu, lihat saja dampak dari Bom Bali I. Pemerintah kemudian membabibuta memburu seluruh orang-orang yang pernah belajar bom semacam Amrozi. Mereka tak tidak lain, adalah para bekas Mujahidin yang pernah berjuang dan berjihad di Afganistan, Ambon , dan Maluku.

Jumlah mereka, menurut beberapa sumber, mencapai 3000 orang. Sebagian dari 3000 veteran mujahidin ini sudah dihabisi aparat di Indonesia maupun negara-negara tetangga. Maka dari itu, tidak sedikit pengamat menduga, peristiwa Bom Bali sengaja diciptakan untuk memaksa pemerintah agar bersemangat memburu para veteran mujahidin Indonesia, demi membalas dendam terhadap kejadian 9/11 yang merontokkan tower WTC di Amerika.

Bagaimanapun, peristiwa 9/11 telah mempermalukan Amerika di mata negara-negara sedunia. Dan, ternyata dampak dari Bom Bali 1 benar-benar sukses. Pemerintah sangat bersemangat memburu mereka, dengan bantuan dana dan perlengkapan dari Amerika. Yang menjadi janggal, teroris kini tidak pernah habis meski Densus sudah menangkapi dan menembak mati dedengkot-dedengkot teroris macam Noordin M Top, Dr Azahari, Dulmatin, dan lain-lain. Setiap hari muncul nama baru yang dikait-kaitkan dari kadang dari terduga yang sudah ditembak mati.

Kedua, berbagai persitiwa bom di Indonesia pasca Bom Bali I, juga meninggalkan dampak luar biasa. Banyak keluarga Muslim yang misalnya isterinya mengenakan cadar, berbaju gamis, celana ngantung, berjenggot, atau semacam itu, akhirnya menjadi terkucilkan.

Mereka bahkan sudah tercap sebagai ‘kelompok’ calon teroris meskipun tidak melakukannya. Ini gara-gara polisi sering membiarkan media over blow-up ambil gambar dan mempublikasikan terduga pelaku bom yang selalu bercelana ngantung, berjenggot, berbaju gamis, dan beristeri cadaran.

Dan anehnya, cara-cara ini terus menerus digunakan oleh Densus 88 setiap kali ada persitiwa bom. Lebih lucu lagi, Densus 88 tak segan menyertakan kitab suci Umat Islam bernama al-Qur’an sebagai barangbukti terorisme.

Mungkinkah dengan kebijakan murahan itu, ada keinginan agar penyitaan al-Qur’an bisa berdampak negatif: misalnyaagar orang Islam takut menyimpan al-Qur’an di rumah? Atau orang Islam takut membawa bahkan menampakkan al-Qur’an di tempat umum?

Yang lebih memprihatinkan, cara-cara polisi menggelandang terduga teroris, sangat mirip cara pasukan Amerika. Dan sudah seperti pemandangan di Timur Tengah: terborgol, terantai kakinya, dilakban matanya, dan diseret-seret. Jika melihat itu, kita sepertinya tidak sedang berada di Indonesia yang dikenal santun.

Terakhir, tentang bom di Pondok Pesantren UBK (Umar Bin Khattab) Bima, Nusa Tenggara Barat. Tidak jelas, siapa yang merakit, menaruh, dan meledakkan bom itu. Yang jelas, sebelum ada bom, dikabarkan anggota Polsek setempat yakni Brigadir Rokhmad tewas dibunuh oleh salahsatu santri ponpes UBK. Pada Kamis tanggal 30 Juni 2011 siang, polisi naas itu ditikam pelaku bernama Saban Abdurahman.

Sebenarnya publik juga belum mengetahui latar belakang penusukan itu. Mengapa tiba-tiba ada penusukan hingga menewaskan seorang polisi. Satu-satunya sumber, hanya datang dari polisi sendiri. Kata polisi, pelaku menikam polisi karena ada perintah tuhan untuk membunuh korban yang dianggap kafir.

Tahu-tahu, sebuah bom meledak beberapa hari setelah polisi menangkap pelaku penusukan. Tepatnya Senin tanggal 11 Juli 2011, sebuah bom kecil tiba-tiba meledak di dalam ponpes UBK. Siapa yang merakit, dan meledakkan bom itu? belum diketahui.

Dengan adanya ledakan tersebut, kini ada alasan polisi untuk memasuki pondok. Polisi lalu menangkapi santri dan kembali menenteng satu peti al-Qur’an sebagai barang bukti, selain beberapa barangbukti lain yang ‘lazim’ ditemukan di TKP bom: VCD Jihad, rangkaian bom, CPU, printer, dan lain-lain.

Polisi juga menyebut dugaan adanya bom adalah untuk "membalas dendam" polisi karena menangkap Ubaid, salahsatu tersangka pelatihan militer yang konon ada kaitan dengan ponpes UBK!. Belakangan polisi mengaitkan mereka dengan JAT-nya Abu Bakar Baasyir karena ada jaket bertuliskan Jamaah Anshorut Tauhid.

Dampak berikutnya. Beberapa tokoh masyarakat buru-buru menyuarakan perlunya pemerintah mengawasi semua pondok pesantren. Salah satu ormas Islam, underbow PBNU, GP Ansor malah langsung membentuk Densus 99 untuk membantu Densus 88— sebuah langkah yang rancu.

Sudah tentu, banyak yang meminta agar ponpes UBK nantinya akan ditutup. Jika benar ponpes UBK ditutup, itulah dampak paling berbahaya. Karena jika hanya karena sebuah ledakan kecil kemudian berhasil menutup operasi sebuah Pondok Pesantren, maka kejadian serupa akan terulang di pondok pesantren lain.

Ingat, masih ribuan veteran Mujahidin yang belum dihabisi aparat. Artinya, mereka bisa saja satu demi satu digilir dan dibuat sedemikian rupa agar terlibat dalam aksi terorisme yang melibatkan ponpes tertentu, lalu dipakai alasan untuk menutup Pondok Pesantren itu.

Saya menduga, peristiwa di Ponpes Bima adalah sebuah "pilot project liar" untuk kelak bisa dipakai polanya, menutup Ponpes Al Mukmin Ngruki di Solo. Apalagi Abu Bakar Baasyir sudah mendekam di tahanan, kemungkinan melakukan aksi serupa di Ngruki sungguh sangat mudah. Apakah caranya dengan akan ‘ledakan’ juga, atau dengan variasi lain? Kita tunggu.*

Penulis adalah Koordinator Indonesian Crime Analyst Forum (ICAF) dan Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah

Pesantren dan Drama Terorisme Versi Indonesia

Oleh: Mohammad Ismail

BARU-BARU ini kita sibukkan dengan berita tentang upaya berbagai kalangan untuk melakukan penutupan pondok pesanten Umar Bin Khottob di NTB. Penutupan ini dilakukan karena telah terjadi ledakan bom di dalam area pondok pesantren tersebut. Pondok yang dipimpin oleh ustadz Abrori, yang saat ini sedang menjalani proses pengadilan boleh jadi sebagai bentuk tindakan pelemahan kekuatan Islam.
Pondok pesantren, yang selama ini dikenal sebagai lembaga pendidik kader umat Islam justru telah tercemari hanya karena satu ledakan bom dengan skala ringan.

Atas kejadian tersebut tidak menutup kemungkinan semua pondok pesantren yang jumlahnya bahkan telah mencapai ribuan itu akan menjadi lembaga yang paling ditakuti di Indonesia, imbasnya akan semakin sedikit pula calon kader umat yang mau mondok lagi, sehingga berkuranglah kader umat Islam.

Boleh jadi, target atas peristiwa ini adalah berkurangnya siswa yang belajar di pondok pesantren. Ini tentu akan memudahkan mereka dalam upaya menghapus istilah “jihad” dalam otak dan mental setiap kaum Muslim.

Atas kelicikan musuh Islam inilah citra pondok pesantren semakin kental dengan budaya teror. Dengan kata lain, saat ini pesantren sedang digiring ke dalam stigmatisasi sebagai sarang “teroris”. Setelah pondok Ngruki, Pondok Umar bin Khottob kini menjadi bulan-bulanan, bisa jadi tidak hanya sampai di situ, suatu saat pondok-pondok yang lainnya pun akan dihajar dengan dalih yang sama.

Masalahnya, tindakan dan usaha melaranb pesantren ini di dukung oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj dengan membentuk Densus 99 dengan alasan untuk membantu peran Densus 88. Tentu hal ini akan menjadikan opini public yang kuat bahwa pondok pesantren identik dengan “aksi teror” sehingga perlu diawasi selama 24 jam sehari.

Islam, Jihad dan Era Penghancuran Agama

Era penghancuran dasar-dasar agama Islam saat ini semakin menjadi-jadi. Sekarang bukan lagi secara diam-diam akan tetapi telah membesar bahkan mencakup ranah kenegaraan. Semua pihak –dengan dukungan media—melakukan berbagai upaya, agar Negara Islam tidak lagi dipercaya untuk melakukan tanggung jawab kepemimpiannya atas rakyatnya sendiri.

Islam dan Negara Islam, inilah target utama konspirasi Negara-negara penindas. Islam yang menduduki mayoritas penduduk setiap Negara seperti hidangan lezat di atas meja yang siap santap dengan cara yang tidak lazim. Mereka memiliki tujuan dan keyakinan bahwa dengan menguasai Negara Islam yang memiliki kekayaan berupa ladang minyak tersebar ini maka proses menguasai dunia internasional akan semakin mudah seperti mudahnya kita meludah.

Salah satu usaha pertama dalam usaha penghancuran dasar-dasar agama Islam adalah menghilang kata dan makna jihad.

Salah satu upaya menghilangkan makna “jihad” dalam Islam tercermin dalam kamus Al Munjid. Sebuah kamus yang dianggap paling lengkap dan komperehensif --antara lain karena dihiasi dengan gambar-gambar—dan dijadikan kamus utama di berbagai kampus Islam dan pondok pesantren seluruh dunia. Bahkan beberapa pondok pesantren menjadikannya sebagai satu mata pelajaran khusus yang disebut Mata Pelajaran Fathul Munjid—ini ternyata di susun dua orang pendeta (rahib) Katolik bernama Fr. Louis Ma’luf al-Yassu’i dan Fr. Bernard Tottel al-Yassu’i. Kamus ini dicetak, diterbitkan, dan didistribusikan oleh sebuah percetakan Katolik sejak tahun 1908.

Penggunaan Kamus al-Munjid di pesantren ini bukanlah tanpa penentangan. Sebagian ulama menganggap kamus tersebut merupakan bagian dari operasi para orientalis yang memiliki agenda tersembunyi terhadap Dunia Islam.

Salah satu contohnya, adalah diterangkan Lowis Ma'luf Al-Yasu'i tentang kata “jihad” yang diartikan “Perang membela kejayaan agama” (p.106). Sepintas, arti kata ini sudah terlihat rancu, terlepas dari disengaja atau tidak, yang jelas ini merupakan salah satu bentuk pengaburan makna istilah-istilah syar’i dalam Islam.

Adapun upaya pengaburan makna lainnya yaitu pada kata “al-Qur’an” (p.617), ketika pendeta ini menulis kata al-Qur’an, ia tidak pernah menyertakannya dengan “al-karim” (yang mulia). Namun, ketika menyajikan kata yang berhubungan dengan kitab orang Nasrani seperti pada kata “Injil”, ia mengkaitkannya dengan kata “al-muqoddas” (yang disucikan).

Sengaja penulis memaparkan fakta tersebut sebagai bukti bahwa orang yang benci terhadap Islam tidak akan pernah puas melakukan segala cara untuk membasmi Islam dari atas bumi ini.

Berangkat dari paparan tersebut, jelas menunjukkan bahwa upaya menghilangkan istilah penting dalam khasanah Islam, termasuk “jihad” akan terus terjadi. Yang terjadi adalah sekarang ini. Jika orang menggunakan istilah/kata itu, maka mereka akan segera mendapat cap sebagai “teroris”.

Padahal, dalam kamus Lisanul ‘Arab karya Ibn Mandhur, menyebutkan, kata “Jihad” berasal dari Jahada–Yajhadu-Al Juhdu Wa Al Jahdu yang memiliki arti lebih dari 20 makna yang berkisar pada arti “kemampuan” (al-Thoqoh), “kesulitan” (al-Masyaqqoh) , “keluasan” (al-Wus’u), “memerangi musuh/orang-orang kafir” (al-qitaal).

Sedangkan menurut syar’i sebagaimana yang dituturkan di dalam kitab al-Mughniy, karya Ibn Qudaamah, menyatakan, bahwa jihad yang dibahas dalam Kitaab al-Jihaad tidak memiliki makna lain selain yang berhubungan dengan peperangan, atau berperang melawan kaum kafir, baik fardlu kifayah maupun fardlu ain, ataupun dalam bentuk sikap berjaga-jaga kaum Mukmin terhadap musuh, menjaga perbatasan dan celah-celah wilayah Islam.

Dalam Islam, jihad merupakan suatu wujud dari pengorbanan seorang hamba kepada sang khaliq. Dengan berkorban harta dan nyawa inilah Islam mampu bertahan dari fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-musuh Islam.

Jadi secara defenisi sudah jelas. Perkara dalam prakteknya ada kekeliruan, salah tafsir atau disalah-gunakan, itu soal lain. Namun, tak ada satu ulama salaf pun berbeda pendapat atas definisi dan makna tersebut.

Hanya saja, Amerika dan sekutunya nampak takut kekuatan ini. Kebencian Amerika dan sekutunya terhadap jihad dalam Islam tercermin dari setiap bentuk tindakannya terhadap Negara-negara Islam. Tentu saja usaha penghilangan ini ada maksudnya. Jika kata dan makna “jihad” dalam Islam akan terhapus, maka, dengan sendirinya umat Islam kehilangan ruh nya.

Dalam buku “Dasar-Dasar Intelijen” (2006), ZA. Maulani mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dalam operasi intelijen asing di Indonesia dalam rangka membangun stigma-stigma negative terhadap Islam.

Semakin meningkatnya operasi intelijen asing di Indonesia maka bisa dipastikan akan menjadi semakin banyak pula cap-cap teroris yang akan disematkan pada organisasi-organisasi keislaman yang ada di Indonesia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh John Howaard dari Australia yang menuduh melalui majalah The Far Eastern Economic Review Hongkong bahwa di Indonesia terdapat ratusan gerakan Islam radikal yang berpotensi sebagai organisasi teroris.

Kampanye asing yang ingin menguasai negeri dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini akan mengecap banyak organisiasi keIslaman khususnya di Indonesia sebagai sarang teroris.

Kesimpulan

Dari paparan di atas, penulis melihat bahwa di Indonesia saat ini sedang terjadi pemaksaan opini negative terhadap lembaga-lembaga Islam. Hal ini semakin memperjelas bahwa kampanye pencegahan terorisme sebenarnya tidaklah murni berdiri sendiri untuk meredam aksi teror. Lebih dari itu yaitu untuk memperkuat stigma negative terhadap kelompok-kelompok Islam.

Mungkin bagi kita yang mengetahui skenario intelijen asing di Indonesia tentu hal ini tidak aneh. Akan tetapi opini yang digiring dengan aksi teror yang dilakukan dengan perencanaan licik seperti ini jika dibiarkan akan semakin mudah untuk meruntuhkan bangunan akidah Islam. Banyaknya masyarakat yang terprovokasi atas aksi tersebut justru akan semakin menambah lebar senyum para penindas Negara dan agama ini.

Lantas, bagaimana tindakan kita saat ini? penulis tidak bisa mendikte setiap individu untuk berbuat sesuatu. Akan tetapi ada hal yang perlu kita pegang yaitu kembali pada al-Qur’an dan Hadits. Secara mendasar memang kedua sumber tersebutlah yang tidak boleh ditinggalkan, namun untuk mempertahankan keilmuan kita alangkah baiknya kita lebih percaya kepada sesama Muslim yang terbukti kualitas keilmuannya daripada percaya pada orang yang tidak dapat membuktikan apa-apa atas tuduhan yang mereka lakukan pada golongan tertentu. Apalagi jika percaya pada orang fasiq atau media fasiq yang saat ini jumlahnya bertebaran.

Yang tidak kalah penting, berhati-hatilah terhadap orang yang teriak “teroris” pada golongan kita sendiri!

Penulis adalah mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam ISID Gontor Ponorogo

“Negara Agama” Versi Siapa?

Oleh: Sarah Mantovani

BELUM lama ini, dalam sebuah wawancara di sebuah media, Ansyad Mbai, Kepala Badan Nasional Penangggulangan Terorisme menebutkan tujuan kelompok radikal di Indonesia. “Tujuan gerakan mereka adalah ingin mengubah negara bangsa menjadi negara agama,” ujarnya.

Meski pernyataan itu disampaikan Ansyad Mbai di sebuah situs Kristen, Reformata.com terkait dengan Penanggulangan Terorisme pada tanggal 07 Juni 2011 lalu, namun tetap penting ditanggapi.

***

Hingga kini, penyebutan istilah ‘Negara agama’ yang di lekatkan pada Islam mempunyai momok yang menakutkan bagi sebagian orang, karena penggunaan istilah Negara agama pada Islam bersamaan pula dengan istilah Islam Radikal yang cirri-cirinya disebutkan ingin menegakkan Syari’at Islam sebagai hukum Negara. Tak hanya itu, kini dari orang-orang Islam pun sepertinya senang melekatkan istilah ‘Negara agama’ bagi Negara-negara yang menerapkan Hukum Islam. Padahal jika di telusuri dari sejarahnya, istilah Negara agama bukan berasal ataupun datang dari Islam, melainkan berasal dari Barat. Tentunya hal ini akan berimplikasi serius, karena istilah ‘Negara agama’ yang sudah lahir sejak tahun 37 M ini ternyata berbeda jauh dengan Negara versi Islam yang sebenarnya.

Terlebih dahulu perlu kita bedakan antara Negara dengan konsep Islam dan Theocracy ala Barat. Karena meski sama-sama diperintah oleh Tuhan tetapi keduanya jauh berbeda.

Term Theocracy sendiri berasal dari kata Theos yang berarti Tuhan dan Cracy yang berarti kekuasaan. Jadi Theocracy adalah pemerintahan oleh Tuhan. Dalam The Concise Oxford Dictionary, hlm. 1321, misalnya, istilah ini jelas di kaitkan dengan pengertian pemerintahan atau Negara yang di perintah oleh Tuhan, langsung atau melalui suatu kelas kependetaan.

Dalam sistem kependetaan ini, pemahaman keagamaan di strukturkan secara hierarkis di tangan para ahbar (para pemimpin hierarki keagamaan), para ruhban (orang-orang suci) atau malah andad (orang-orang yang dalam wewenang keagamaannya menjadi semacam saingan Tuhan). istilah Theocracy ini menurut Majid Khadduri, pertama kali di gunakan oleh Flavius Josephus untuk memperlihatkan ciri negara Yahudi pada permulaan era Kristen (kira-kira pada tahun 37-100 M).

Kemudian istilah ini dipakai pula secara tidak tepat oleh J. Wellhausen untuk menyebut tipe negara-negara Arab (baca: Islam).

Pada negara dengan konsep Islam tidak menerapkan sistem kependetaan seperti Teokrasi ala Barat melainkan menerapkan sistem politik yang dilandaskan pada tiga prinsip, yakni Tawhid (Ke-Esaan Tuhan), Risalah (Kerasulan) dan Khilafah (Ke-Khalifahan).

Tauhid berarti bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah Pencipta, Pemelihara, dan Pemilik dari alam semesta dengan segenap isinya, baik organik maupun non-organik. Oleh karena itu, kita tidak bisa menentukan maksud dan tujuan eksistensi kita atau membatasi otoritas duniawi kita; juga tidak seorang pun memiliki hak untuk membuat keputusan-keputusan ini bagi kita. Hak ini hanya ada pada Tuhan.

Prinsip Ke-Esaan Tuhan ini menyebabkan konsep kedaulatan hukum dan politik manusia menjadi tidak berarti. Tidak ada satu pun individu, keluarga, golongan atau ras yang dapat menempatkannya melebihi Tuhan. Tuhan adalah Penguasa dan perintah-perintah-Nya merupakan hukum Islam.

Risalah adalah media di mana kita menerima hukum Tuhan. Kita telah menerima dua hal dari sumber ini, yakni Al-Qur’an, Kitab dimana Allah menguraikan hukum-hukumNya melalui Nabi Muhammad saw., melalui kata, dan perbuatan dalam kapasitasnya sebagai utusan Allah. Al-Qur’an juga meletakkan prinsip-prinsip umum mengenai landasan kehidupan umat manusia dan utusan Allah, berdasarkan prinsip-prinsip ini, ditetapkan suatu sistem model kehidupan Islam. Kombinasi dari kedua unsur ini dinamakan Syari’ah (hukum).

Sedangkan Khilafah artinya “wakil”. Manusia, menurut Islam, adalah wakil Tuhan di atas dunia; yaitu karena mengemban kuasa yang didelegasikan kepadanya oleh Tuhan dan dalam batas-batas yang ditentukan, ia dituntut untuk melaksanakan kekuasaan Tuhan. Inilah yang dimaksudkan oleh Islam bahwa manusia adalah wakil (Khalifah) Tuhan di atas dunia.

Oleh karena itu, negara yang menerapkan teori politik ini merupakan suatu kekhalifahan di bawah kedaulatan Tuhan. Penjelasan mengenai istilah Khilafa ini menunjukkan bahwa tidak ada individu atau golongan yang dapat menjadi Khalifah; kekuasaan Khilafa diberikan kepada seluruh masyarakat yang benar-benar memenuhi syarat-syarat perwakilan serta mentaati prinsip-prinsip Tawhid dan risalah.

Dengan demikian, keseluruhan masyarakat harus mengemban tanggung jawab khilafa dan setiap orang merupakan bagian daripadanya.

Tahir Azhary, dalam “Negara Hukum: Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini” (Disertasi Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, 1991) mengatakan, konsep negara Islam ialah kekuasaan hukum (nomokrasi Islam). Dalam filsafat hukum Islam, hukum ada sebelum terwujudnya Negara. Artinya, Negara itu dibentuk dan dijalankan atas dasar hukum yang bersumber dari Allah SWT. Negara didirikan justru untuk mendukung usaha penegakan itu.

Seperti dinyatakan oleh Ibn Taimiyah, “Memimpin ummat merupakan kewajiban, dan agama tidak akan tegak kokoh tanpa pemimpin. Karena Allah telah mewajibkan kaum Muslimin untuk menyeru kepada kebaikan dan melarang setiap kemungkaran, membela orang teraniaya, berjihad, melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah, berlaku adil dalam menjatuhkan hukum, hal mana memerlukan kekuasaan dan komando”.

Ini artinya, Negara dalam konsep Islam pertama-tama adalah nomokrasi. Namun demikian, untuk mendirikan Negara dan menjalankan kepada standar yang ditentukan oleh hukum (syari’at), harus pula didasarkan kepada musyawarah antar sesama warga masyarakat. Prinsip musyawarah ini penting, karena dalam Islam, setiap manusia mempunyai predikat sebagai ‘khalifah’ Allah di bumi. Karena itu, setiap manusia memiliki kualitasnya masing-masing sebagai pribadi otonom dalam menentukan kehendak atas dasar batasan-batasan yang telah ditentukan oleh Tuhan.

Dengan demikian, fungsi Negara dalam konsep Islam menjadi sekedar alat bantu yang diperlukan untuk menegakkan syari’at. Tetapi alat bantu ini tidak boleh keluar dari kerangka hukum Tuhan itu sendiri. Dalam hal ini, kedaulatan yang dimiliki oleh setiap manusia (rakyat) itu haruslah mengikuti standar-standar yang ditentukan oleh hukum (kedaulatan hukum) yang telah ditentukan Tuhan. Karena, kedaulatan rakyat itu hanyalah merupakan cermin dari kedaulatan yang hakiki, yaitu kedaulatan Allah SWT.

Teokrasi Barat vs Islam

Perbedaan antara Teokrasi ala Barat dengan Negara versi Islam pernah dijelaskan oleh Presiden pertama RI, Soekarno. Dalam kuliah umum yang di sampaikannya di Universitas Indonesia tanggal 07 Mei 1953 tentang “Negara Nasional dan Cita-cita Islam”, Soekarno menjelaskan:

“1).Islam mempunyai cita-cita kenegaraan; 2). Islam bukan saja mengatur soal hubungan manusia dengan Allah, soal ibadah dan kepercayaan tetapi mengatur juga soal-soal kehidupan dan hubungan manusia dengan masyarakat, sehingga tidak saja agama tetapi way of life yang mengatur segala soal kehidupan; 3). Islam tidak memisahkan gereja dari negara sebagaimana agama Kristen, tetapi agama dan Negara menurut Islam adalah bersatu dan sejalan; 4). Walaupun begitu, Islam tidak mengenal dan tidak membenarkan teokrasi karena dalam Islam tidak ada tingkatan-tingkatan kepadrian sebagaimana dalam agama Kristen; 5). Negara Islam menjamin kemerdekaan kepercayaan agama-agama lain dan memberi persamaan hak antara segala rakyat”.

Sama seperti Buya Hamka yang pernah menjelaskan Teokrasi ala Barat dengan mengatakan,”Term Theocracy timbul di negeri-negeri Barat sendiri, terutama sebelum pecah di antara golongan Katholik dengan golongan Protestan. Pada masa itu, Gereja Katholik memandang bahwa gereja adalah pelaksana juga dari pemerintahan dunia, sehingga raja-raja memohonkan kepada Paus di Vatikan agar dianugerahi dan direstui untuk memerintah. Dalam Kerajaan Prancis di samping raja mesti ada seorang Kardinal yang melaksanakan pemerintahan sebagai Perdana Menteri. Hukum yang dilancarkan katanya ialah Hukum Tuhan, sebab gereja memerintah di atas nama dan wakil Tuhan. Sabda gereja adalah undang-undang.

Sedang dalam ajaran yang pokok dari agama Islam sendiri, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. yang mendapat wahyu, semua urusan Negara dinamai urusan duniawi dan hendaklah semua itu dilakukan dengan musyawarah. Baik musyawarah yang dikehendaki oleh penguasa (wa syawirhum fil amri), atau musyawarah yang timbul atas inisiatif pemuka-pemuka rakyat sendiri (wa amruhum syuura bainahum).” (Rusydi Hamka, Biografi Prof. Dr. HAMKA, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1981)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa, konsep Negara dalam versi Islam sangat berbeda dengan konsep Theocracy ala Barat. Lagipula, menurut Said Ramadhan, konsep Islam bertolak belakang dengan konsep ‘teokrasi’ Barat, konsep Islam justru merupakan pemberontakan total terhadap segala bentuk penuhanan terhadap sesama manusia. Sistem kependetaan demikian ditentang keras oleh Islam, seperti dinyatakan dalam QS. 9:31 dan QS. 2:165. Demikian pula, dalam hadis nabi yang terkenal dinyatakan “Tidak boleh ada kerahiban (rahbaniyah) dalam Islam”.
Bahkan dalam QS. 57:27 dinyatakan bahwa sistem kerahiban ini adalah bentuk penyimpangan dari agama yang benar. Agama Islam memahamkan tanggung jawab.

Oleh karena itu, konsep ini sama sekali berbeda dengan konsep teokrasi warisan bangsa Eropa abad pertengahan yang mewujudkan gagasan kedaulatan Tuhan dalam sistem kependetaan yang menyatu dengan kekuasaan para Raja. Seperti halnya dalam konsep Islam, teokrasi Barat pun menganggap Tuhan sebagai sumber dari pemegang kedaulatan. Tetapi teokrasi Barat menjelmakan kedaulatan Tuhan itu ke dalam diri jabatan kepala Negara. Bahkan, pada perkembangan di zaman abad pertengahan, kekuasaan kepala Negara (Raja) itu sendiri menyatu dengan konsep kependetaan dalam agama Kristen, sehingga teokrasi melahirkan sistem yang absolut. Hukum Tuhan dijalankan oleh Raja-Pendeta atas nama Tuhan yang mutlak. Karena itulah, isitilah teokrasi di zaman modern sekarang selalu digambarkan sebagai kejahatan dan kengerian yang dilakukan atas nama Tuhan.

Maka dari itu, konsep ‘negara Islam’ sendiri harus turut merasakan penderitaan akibat implikasi yang menyertai penggunaan istilah yang menyerupai ‘teokrasi’ ini.
Dengan demikian, jika kesimpulan di atas Negara agama adalah teokrasi ala Barat, timbul pertanyaan besar di benak saya, yang dimaksud Ansyad Mbai “Negara Agama” itu versi siapa?

Penulis sedang menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Pamulang