28.7.11

Kepala Babi Digantungkan di Sebuah Mushola di Prancis

Sebuah mushola kecil milik komunitas Muslim Afrika Utara di kota Toul, sebelah timur Prancis menjadi sasaran aksi vandalisme. Polisi setempat mengatakan, pelaku vandalisme menorehkan grafiti anti-Islam dan gambar swastika di dinding mushola bahkan menggantungkan kepala babi di bagian pintunya.

Aksi vandalisme anti-Islam ini dilaporkan oleh seseorang yang kebetulan lewat di depan mushola itu pada polisi pada Rabu (19/8) pagi. Polisi kota Toul masih menyelidik kasus ini dan belum ada orang yang dicurigai sebagai pelakunya. Namun anggota parlemen kota Toul, Nadine Morano yang juga menjabat sebagai menteri muda urusan keluarga di pemerintah Presiden Nicolas Sazkozy mengecam keras dan menyebut aksi vandalisme itu sebagai "tindak kekerasan yang tidak bisa diterima." Ia mendesak kepolisian untuk mencari pelakunya.

Aksi vandalisme terhadap tempat-tempat ibadah Muslim bukan kali ini saja terjadi di Prancis seiring dengan makin meningkatnya sikap Islamofobia dalam dua tahun belakangan ini di negeri yang paling banyak penduduk Muslimnya di daratan Eropa itu. Selain masjid, pemakaman milik warga Muslim juga kerap menjadi sasaran aksi vandalisme.

Kebijakan pemerintahan sayap kiri Sarkozy dituding sebagai penyebab makin tingginya sikap anti-Islam di Prancis. Setelah diberlakukan larangan berjilbab bagi para muslimah, pemerintahan Sarkozy membentuk tim khusus beranggotakan 32 anggota legislatif untuk menggodok undang-undang yang melarang para muslimah mengenakan burka.

Sejumlah pengamat termasuk komunitas Muslim mengkritik kebijakan Sarkozy itu karena bertentangan dengan prinsip sekularisme yang dianut Prancis serta melanggar kebebasan berekspresi serta kebebasan beragama yang dijamin oleh undang-undang Prancis.

"Prancis sedang bertempur dengan nilai-nilai sekularnya sendiri. Kebebasan tidak bisa dihadap-hadapkan atas nama kebebasan itu sendiri. Apakah pemerintah Prancis akan menjadi 'Taliban'nya Eropa yang mengatur apa yang harus dikenakan perempuan?" kritik seorang pengamat. (ln/mol)

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/kepala-babi-digantungkan-di-sebuah-mushola-di-prancis.htm

Kepala Babi Digantung di Gerbang Masjid Cheko

Sentimen anti-islam di Cheko masih tinggi. Baru-baru ini, kepala seekor babi didapatkan tergantung bersama sejumlah pernyataan anti-islam yang tertulis di gerbang dan dinding luar masjid Prague, Cheko.

Situs berita berbahasa Arab al-Muhith (30/3) mengabarkan, seekor kepala babi degan mata melotot digantung di gerbang masjid. Selain itu, terdapat juga corat coret dan gambar kepala babi serta tulisan sepanjang empat meter di dinding luar masjid yang berkatakan "Enyahlah Islam".

Pihak kepolisian Cheko membenarkan adanya kasus ini dan segera bergerak untuk menangani kasus pelecehan dan sentimen keagamaan tersebut. "Seorang Muslim melaporkan adanya kasus pelecehan ini di masjid Prague. Kini kami tengah menyelidiki kasus ini," ujar salah satu sumber kepolisian Cheko, Jean Micolovsci.

Kepala Organisasi Muslim Prague Haji Vladimir Sanka mengecam keras kejadian tersebut. Ia menyatakan jika hal ini adalah bukti dari bentuk anti-islam yang masih berkembang di Prague.

Foto tergantungnya kepala babi dan corat-coret anti-islam di masjid Prague ini segera termuat di situs Partai Nasional Cheko yang beraliran ultra-konservatif.

Beberapa waktu lalu partai ini pernah mengusulkan ke parlemen Cheko untuk meghapuskan Islam dari negara Eropa Timur ini.

Di Republik Cheko, terdapat sekitar 420 ribu jiwa penduduk yang beragama Islam. Dari jumlah tersebut, 80 % berasal dari etnik Cheko sendiri, dan 20 % persen lainnya dari unsur pendatang. (mht/L2 Cairo)

Lihat juga: Muslim Inggris Dihadiahi Kepala Babi
 

Halangi Jemaah Shalat Di Masjid Dekat Tanah Miliknya, WN AMERIKA Adakan Lomba Pacu Babi

Ini sebenarnya cerita menggelikan yang menunjukkan suatu tindakan ‘dungu’ gara-gara tidak senang dengan keyakinan orang lain!

Seorang pemilik tanah, warga negara Amerika di kawasan TEXAS melakukan suatu upaya muslihat yang menjijikkan.! Tujuannya ingin mengganggu jemaah masjid hanya gara-gara sebuah masjid milik kaum Muslimin didirikan di samping tanah miliknya di kota ‘Chity’. Ia mengira dengan tindakannya itu, kaum Muslimin tersebut akan meninggalkan kawasan itu.!!??

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Pertama-tama, pemilik tanah yang bernama Craig Becker itu mengumpulkan informasi seputar akidah Islam. Setelah mengetahui daging babi diharamkan dalam Islam, ia mencari cara untuk mengusir secara tidak langsung kaum Muslimin dari situ. Karena mengira umat Islam berkumpul di masjid pada hari minggu, maka ia mengadakan perlombaan pacuan ‘babi’ mingguan setiap hari Minggu di tanahnya yang luas di mana terletak masjid baru yang masih dalam tahap pembangunan di sampingnya itu. Ia mengira, hal itu akan membatalkan shalat jemaah masjid sehingga mereka akan meninggalkan kawasan itu.!!??

Setelah memperhatikan hari libur kaum Muslimin, ternyata ia dapati bukan hari Minggu, maka lantas ia mengubah jadual perlombaan ke hari Sabtu. Tetapi kemudian tahulah ia bahwa kaum Muslimin ramai berkumpul setiap hari Jum’at, karenanya ia pun merubah lagi jadual perlombaan menjadi hari Jum’at selepas shalat Jum’at tepat.!?

Para penanggung jawab lembaga Islam yang membangun masjid di kota Chity itu menjelaskan, mereka tidak akan menghiraukan provokasi tersebut dan tidak terlalu peduli dengan perlombaan pacuan babi sebab Islam mengharamkan makan daging babinya bukan menontonnya.!!??

Dr Kamal Abu El Futuh, salah seorang penanggung jawab lembaga Islam itu menjelaskan,”Warga negara Amerika itu berafiliasi pada gereja Baptist. Ia bahkan tidak dapat menerima sesama penganut sekte kristen lainnya. Nah, tentunya apalagi terhadap kaum Muslimin.! Ketika melihat keberadaan masjid di dekat tanahnya, ia merasa terganggu akan tetapi kami akan tetap melaksanakan kewajiban agama kami seperti orang lain.”

Ia menambahkan,”Masyarakat Islam setempat telah membeli sebidang tanah dengan total 1.100.000 Dolar AS. Di situ, dulunya merupakan sebuah rumah di dekat jalan yang diberi nama ‘Becker Family’, lalu kami rubah menjadi masjid meskipun untuk itu banyak sekali rintangan yang kami hadapi, yang mengganggu penyelesaian proyek pembangunan ini dengan berbagai alasan. Terakhir, tetangga kami, orang Amerika itu mengambil ide perlombaan pacuan babi. Akan tetapi tindakan seperti ini sama sekali tidak akan membuat kami terprovokasi.!!” (ismo/AH)

http://arrahmah.com/read/2007/01/17/169-halangi-jemaah-shalat-di-masjid-dekat-tanah-miliknya-wn-amerika-adakan-lomb.html

Ada yang Salah dengan Jilbab Kami?

7 Juli 2009 15:56 WIB
Ribuan Orang Mengiringi Pemakaman Pahlawan Jilbab

http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/ribuan-orang-mengiringi-pemakaman-pahlawan-jilbab.htm#.UcwBMdgubXQ

Ribuan orang mengantarkan jenazah Marwah Al-Sharbini ke tempat peristirahatannya yang terakhir di kota Alexandria, Mesir waktu setempat. Ribuan orang itu berjalan mengiringi peti jenazah Marwa yang mendapat sebutan "martir jilbab".

Kematian Marwa memicu kemarahan di kalangan komunitas Muslim di Jerman dan Mesir-negara asal Marwa-tetapi juga komunitas Muslim di berbagai negara. "Tidak ada Tuhan selain Allah dan orang-orang Jerman adalah musuh Allah," kata seorang warga Mesir yang ikut mengantarkan jenazah Marwa ke pemakaman.

"Kami akan membalas kematiannya. Barat, mereka tidak mau mengakui kita. Di sana ada rasisme," ujar Tarek Al-Sharbini, saudara lelaki Marwa.

Selain Marwa, suaminya juga menjadi korban dan sekarang masih dalam kondisi kritis di sebuah rumah sakit Dresden, Jerman. Suami Marwa secara tak sengaja terkena tembakan aparat saat sang suami mencoba melindungi istrinya yang diserang dengan senjata tajam oleh pemuda Jerman keturunan Rusia.

Peristiwa itu terjadi di ruang sidang di kota Dresden, saat Marwa akan memberikan kesaksian atas kasusnya. Marwa menuntut pemuda yang juga tetangganya itu ke pengadilan karena menyebutnya sebagai teroris hanya karena ia mengenakan jilbab. Marwa berada di Jerman mengikuti suaminya yang sedang melakukan riset dengan biaya beasiswa.

Menurut kakak lelaki Marwa, aparat mengira suami Marwa yang melakukan serangan sehingga petugas keamanan pengadilan itu menembaknya. "Para aparat keamanan itu berpikir, sepanjang orang itu tidak berambut pirang, maka dialah pelaku serangannya, dan mereka menembak suami Marwa," kata kakak lelaki Marwa.

Pemuda Jerman keturunan Rusia yang menyerang Marwa, bernama Alex W, 28, kini mendekam di penjara dan akan dikenakan tuduhan baru yaitu pembunuhan. Christian Avenarius, jaksa pengadilan Dresden mengatakan, Alex menusuk Marwa karena didorong rasa kebencian yang dalam terhadap Islam, karena sejak awal pengadilan, Alex yang berimigrasi ke Jerman tahun 2003 sudah mengungkapkan pernyataan-pernyataan anti-Islam dan anti-Muslim.

Dari wawancara di beberapa media Mesir, keluarga Al-Sharbini di Mesir mengatakan bahwa pelaku penusukan sudah sering menghina dan melecehkan Marwa, bahkan pernah mencoba melepas jilbab Marwa. Ibu Marwa, Laila Shams mengungkapkan, Marwa juga kesulitan mendapat kerja di Jerman karena ia mengenakan jilbab.

"Suatu kali, Marwa pernah disuruh melepas jilbab jika ingin mendapatkan kerja, tapi Marwa menolaknya," kata sang ibu.

Menanggapi kasus Marwa, Jubir pemerintah Jerman Thomas Steg mengatakan bahwa insiden ini berlatar belakang rasial dan pemerintah mengutuk keras pelakunya. Pemerintah Jerman baru bersuara atas kasus ini, setelah komunitas Muslim di negara itu mengecam pemerintah dan para politisi di Jernam yang diam saja atas kasus tersebut.

Menyindir sikap pemerintah dan para politisi di Jerman, harian independen di Mesir, El-Shorouk menulis, kalau korbannya Yahudi, barulah dunia gempar. Seorang bloger Mesir bernama Hicham Maged dalam blognya menulis, "Mari kita bayangkan, jika kondisinya dibalik, korban adalah orang Barat yang ditusuk di dunia atau di salah satu negara Timur Tengah oleh seorang Muslim ekstrim."

Atas insiden yang menimpa Marwa, Asosiasi Farmasi Mesir sudah menyerukan boikot terhadap obat-obatan dari Jerman.

Pemerintah Mesir belum mengeluarkan pernyataan atas peristiwa yang menimpa warga negaranya. Belum jelas apakah pemerintahan Husni Mubarak akan menuntut pemerintah Jerman bertangung jawab atas kasus ini. (ln/aljz/isc)



24 Juni 2013 08:14 WIB
Muslim di Perancis Demonstrasi untuk Protes Serangan Terhadap Muslimah Berjilbab

http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/muslim-di-perancis-demonstrasi-untuk-protes-serangan-terhadap-muslimah-berjilbab.htm#.Ucv_dNgubXR

Ketakutan serangan fisik terhadap komunitas Muslim, Muslim Perancis telah turun ke jalan untuk memprotes serangan terhadap muslimah karena memakai jilbab, harus dilindungi.

Saya warga Perancis, saya seorang muslim, saya memiliki hak untuk menjaga martabat saya,” kata Rabia, korban serangan Islamophobia.

Mereka harus berhenti menyerang karena Islamofobia."

Saya tidak bisa mengerti mengapa jilbab saya menjadi alasan untuk mereka menyerang.”

Empat wanita Muslimah baru-baru ini diserang secara fisik di Paris.

Salah satu wanita Muslim, 21, telah keguguran setelah diserang pekan lalu oleh dua pria botak di pinggiran Paris Argenteuil.

Laporan-laporan media awalnya mengatakan bahwa Muslimah hamil itu diserang karena dia memakai cadar. Tetapi kemudian ternyata diketahui bahwa wanita itu hanya mengenakan jilbab.

Serangan itu terjadi tiga minggu setelah seorang wanita Muslimah berjilbab di Argenteuil ditargetkan dengan cara yang sama.

Polisi Prancis juga mengundang kemarahan umat Islam di lingkungan setelah mencoba untuk menangkap seorang wanita hanya karena memakai cadar di awal bulan ini.

Muslim Perancis meminta pemerintah untuk memberikan perlindungan kepada komunitas mereka.

Kementerian dalam negeri Perancis harus melindungi semua orang dari ketidakamanan terlepas dari perbedaan apapun seperti jenis kelamin, warna kulit atau agama.”

Muslim Perancis telah lama mengeluhkan diskriminasi dan meningkatnya sentimen anti Muslim di negara Eropa. (OI.net/Dz)

Nabi Muhammad Dibenci Karena Aqidahnya

Setiap muslim meyakini bahwa Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam merupakan sosok manusia paripurna. Beliau memiliki akhlak agung yang tiada tandingannya. Karena akhlaknya, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dicintai dan dihormati segenap kalangan. Tua-muda, laki-perempuan semua sangat terkesan dengan pribadi agungnya. Kemuliaan kepribadian Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bukan baru hadir setelah beliau diangkat Allah menjadi Nabi. Bahkan sejak masa jahiliyah masyarakat musyrik Quraisy Mekkah menjuluki beliau dengan ”Al-Amin” (laki-laki terpercaya). Hal ini bahkan diabadikan di dalam firman Allah:

Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS Al-Qolam: 4)

Namun siapapun yang mengenal sejarah hidup Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam pasti tahu bahwa dalam hidupnya beliau juga memiliki musuh. Dan tidak sedikit di antaranya yang sedemikian benci kepada Nabi shollallahu ’alaih wa sallam sehingga berniat membunuh manusia mulia ini. Sehingga muncullah suatu pertanyaan di dalam benak fikiran kita. Jika akhlak Nabi shollallahu ’alaih wa sallam diakui sedemikian mulia, lalu mengapa beliau masih mempunyai musuh? Mengapa masih ada manusia yang berniat membunuhnya jika semua orang sepakat bahwa akhlak beliau sedemikian mengagumkan?

Saudaraku, hal ini hanya menggambarkan kepada kita bahwa sesungguhnya ada hal lain yang jauh lebih utama daripada perkara akhlak yang menyebabkan manusia menjadi siap bermusuhan dengan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam. Hal itulah yang dinamakan dengan ”Al-Aqidah” atau keimanan. Siapapun orang yang memusuhi Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam pastilah orang yang tidak suka dengan ajaran aqidah atau keimanan yang dibawakannya.

Mereka tidak bisa memungkiri kemuliaan akhlak Nabi shollallahu ’alaih wa sallam, namun mereka sangat tidak suka dengan ajaran aqidah Tauhid yang Nabi shollallahu ’alaih wa sallam da’wahkan kesana-kemari. Sebab menurut mereka, ajaran Tauhid mengancam eksistensi ajaran mereka.

Ajaran mereka, yaitu kemusyrikan, menyuarakan eksistensi banyak ilah (tuhan), sedangkan ajaran aqidah Tauhid menegaskan hanya ada satu ilah di muka bumi yaitu Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Lalu seseorang yang berikrar syahadat Tauhid diharuskan mengingkari eksistensi berbagai ilah lainnya untuk hanya menerima dan mengakui Satu ilah saja.

Sehingga dalam catatan Siroh Nabawiyyah (sejarah perjuangan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam) kita sempat menemukan bagaimana paman Nabi, yakni Abu Tholib, diminta oleh para pemuka Musyrik Quraisy untuk melobi Nabi shollallahu ’alaih wa sallam agar mau menghentikan seruan da’wah Tauhid-nya dengan imbalan apapun yang diinginkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam. Tetapi apa jawaban Nabi shollallahu ’alaih wa sallam terhadap permintaan mereka?

Demi Allah, hai Pamanku...! Jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, dengan maksud agar aku meninggalkan urusan ini, maka saya tidak akan melakukannya, sampai Allah memenangkannya atau aku hancur dalam melaksanankannya...!

Pada dasarnya seruan Tauhid inilah seruan abadi para Nabi dan Rasul utusan Allah. Umat manusia sepanjang zaman didatangi oleh para Nabi dan Rasul secara bergantian dengan membawa misi mengajak manusia agar menghamba semata kepada Allah dan menjauhi Thoghut.

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu". (QS An-Nahl ayat 36)

Sebelum para Nabi dan Rasul mengajarkan apapun, mereka senantiasa mendahulukan pengajaran akan hakikat fundamental pengesaan Allah. Tiada gunanya segenap amal-sholeh dan amal-ibadah diajarkan kepada manusia jika tidak dilandasi sebuah pemahaman sekaligus keyakinan mendasar akan keesaan Allah. Bahkan Al-Qur’an menggambarkan bahwa hakikat kebencian kaum kafir hingga tega menyiksa sesama manusia lainnya ialah dikarenakan manusia lain itu memiliki keimanan akan keesaan Allah semata.

Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu'min itu melainkan karena orang-orang mu'min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS Al-Buruuj ayat 8-9)

Inilah hakikat permusuhan dan konfrontasi di dunia. Permusuhan yang sesungguhnya ialah permusuhan karena pertentangan aqidah bukan yang lainnya. Seorang mu’min sepatutnya menyadari bahwa Nabi kita yang mulia akhlaknya itu tidak pernah dibenci lantaran akhlaknya. Namun setiap bentuk kebencian dan permusuhan yang diarahkan kepada beliau senantiasa bertolak dari ketidak-relaan manusia untuk menerima sekurang-kurangnya mentolerir keberadaan aqidah Tauhid yang diajarkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.

Maka sudah sepantasnya kita selalu introspeksi dan evaluasi diri. Jika dalam kehidupan ini kita ternyata dimusuhi manusia, maka jangan bersedih dulu. Sebab Nabipun pernah dimusuhi. Namun selanjutnya kita perlu lihat, apakah manusia memusuhi kita lantaran akhlak kita atau aqidah kita. Jika ternyata kita dibenci lantaran akhlak kita, maka sudah sepatutnya kita ber-istighfar dan memperbaiki diri. Karena Nabi shollallahu ’alaih wa sallam tidak pernah dibenci manusia lantaran akhlaknya. Namun jika kita dibenci lantaran aqidah kita, maka sepatutnya kita bersyukur dan bersabar. Sebab Nabi shollallahu ’alaih wa sallam dan para sahabatnya-pun dibenci karena aqidahnya. Itupun dengan satu catatan, yaitu kita selama ini memang sudahterus-menerus berusaha meluruskan dan mengokohkan aqidah Tauhid kita setiap hari. Semoga saudaraku...

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran ayat 139)

[http://www.eramuslim.com/suara-langit/undangan-surga/nabi-muhammad-dibenci-karena-aqidahnya.htm]

17.7.11

Fatwa DDII tentang Kuis/Undian SMS Berhadiah



KEPUTUSAN FATWA
MAJLIS FATWA DEWAN DA‘WAH ISLAMIYAH INDONESIA
NOMOR: 19/MF-DD/IV/1427/2006

TENTANG SMS BERHADIAH


Dengan mengharapkan rahmat dan ridha Allah Yang Maha Kuasa, Majlis Fatwa Dewan Da‘wah Islamiyah Indonesia, setelah

Menimbang:

a. Pentingnya menjaga kepentingan atau hak insaniyah (dharûriyyah) supaya tetap berada dalam panduan syari‘at serta pentingnya memelihara kebutuhan hidup manusia (hâjiyyah), sekaligus aspek kesempurnaan hidup (tahsîniyyah) yang merangkumi dua aspek penting, yaitu: makârimul-akhlâq – kemuliaan akhlak, dan mahâsinul-‘âdah – memperbaiki adat kebiasaan atau moralitas bangsa.

b. Bahwa tindakan dan perbuatan tolong-menolong hanya bisa dilakukan dalam kebaikan dan ketaqwaan, tidak untuk kepentingan lain yang mengarah pada perilaku maksiat dan permusuhan atau alasan lain yang dikemas dengan dalih bantuan sosial, tujuan kemanusiaan serta propaganda humanisme lainnya yang kerapkali bersembunyi di balik pengelolaan tindak perjudian, termasuk alasan pengelolaan SMS.

c. Bahwa judi adalah segala bentuk permainan/pertaruhan yang mengharapkan sesuatu yang lebih besar tanpa kerja keras, sarat dengan unsur spekulatif, unsur gharar (manipulasi), ighra’ (iming-iming hadiah secara berlebihan), dhulm (tidak fair) dan kontra-produktif, di mana ada pihak yang diuntungkan (menang) dan dirugikan (kalah).

d. Banyaknya jebakan promosi iklan yang menyesatkan dan propaganda yang menipu masyarakat luas dengan iming-iming hadiah menggiurkan serta embel-embel lain yang intinya mempertaruhkan pulsa handphone.

e. Bahwa tawaran hadiah melalui SMS (Short Message Services) yang menyeruak akhir-akhir ini, baik melalui kuis, hadiah produk tertentu, kontes tertentu, permainan (games), kompetisi dan berbagai bentuk kegiatan lainnya, pada umumnya mengarah pada mengeksploitasi nafsu konsumerisme dan mengarah pada praktek judi.

f. Luasnya dampak negatif dan tumpukan bahaya judi, baik bagi individu, masyarakat, maupun negara, yang cenderung memalingkan dan melalaikan orang untuk mengerjakan shalat, menanamkan benih-benih permusuhan dan menebarkan hawa kebencian. Menyeret pelakunya pada sifat nista dan watak malas, menimbulkan efek negatif kecanduan, serta mengarahkan masyarakat pada budaya gambling (mental judi) dan untung-untungan.

g. Bahwa judi menimbulkan akibat negatif dan destruktif (merusak dan menghancurkan). Judi sama bahayanya dengan narkoba, karena sama-sama menimbulkan kecanduan dan merusak/menghancurkan, menghancurkan usaha dan keinginan untuk bekerja, meludaskan harta, merusak dan melemahkan akal/pikiran, jasmani merana, jiwa menjadi kesat dan masyarakat jadi hancur.

h. Bukti-bukti lapangan yang menguatkan bahwa praktek SMS yang dimaksud poin d. dan e. mengandung unsur-unsur perbuatan yang bisa dikategorikan perjudian.

i. Kesalahpahaman pihak-pihak terkait menyangkut manfaat finansial yang diperoleh dari hasil judi, disusul oleh fenomena gonta-gantinya nama/jenis judi dari waktu ke waktu, sehingga membutuhkan fatwa baru.


Mengingat:

1. Firman Allah s.w.t yang menyatakan bahwa:

a. Judi adalah perbuatan syaitan yang memiliki sekian banyak bentuk yang selalu berubah-rubah sesuai situasi dan kondisi, yang jika tidak dicegah/ditinggalkan niscaya akan mendatangkan musibah peradaban. Larangan judi dalam al-Qur’an, satu nafas dengan larangan khamer (al-Ma’idah: 90-91).

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kalian lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan mengerjakan shalat; maka berhentilah kalian (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (Q5: 90-91)

Berkata Imam Malik rahimahullah terhadap ayat ini: “Maisir (judi) ada dua, judi permainan dan judi undian. Contoh judi permainan (game) ialah main dadu dan catur serta permainan lain yang sejenis. Sedang judi undian adalah apa yang terlintas dalam (pikiran) manusia. Sungguh pun demikian, setiap bentuk permainan yang memakai sistem undi, bisa dikategorikan judi.”

b. Judi tergolong dosa besar (kabâ’ir) yang diancam dengan adzab dan laknat oleh Allah s.w.t. (al-Baqarah: 219).

"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.” (Q2: 219)

c. Judi mengarahkan jiwa masyarakat ke arah israf (melampau batas) dan tabdzir (boros), seperti disebutkan dalam Q7: 31 dan 25: 67.

d. Hasil yang diperoleh dari hadiah judi, termasuk memakan/menikmati harta orang lain dengan jalan yang batil, seperti firman Allah dalam an-Nisa’: 29.

e. Larangan berbuat dzalim dan mendzalimi orang lain (al-Baqarah: 179).


2. Hadits Nabi SAW:

a. Bahwa judi adalah kawan arak:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, bahwasanya Nabi s.a.w melarang khamer, berjudi, main dadu, dan menghisap candu. Nabi melanjutkan: setiap yang memabukkan adalah haram.” (HR Abu Dawud (2/354), Ahmad)

b. Bahwa judi bukan persoalan sepele yang bisa dijadikan bahan mainan:
Dari Abu Hurairah r.a, bersabda Rasulullah s.a.w: "Barangsiapa berkata kepada rekannya mari bermain judi, maka hendaklah ia bersedekah." (HR Bukhari 3/5756, 5942, 6274 dan Muslim No. 1647)

Berkata Imam Az-Dzahabi dalam kitab Al-Kabâ’irnya:
Jika berkata saja mewajibkan kaffarah atau shadaqah, maka bagaimana lagi dengan mengerjakan judi.” (sumber: Kitab al-Kabâ’ir, Beirut: Dar Kutub as-Sya‘biyah, hal. 89)

c. Bahwa praktek mencari untung-untungan adalah bagian dari tindak perjudian:
Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi s.a.w: “Barangsiapa yang memasukkan satu kuda di antara dua kuda, di mana ia merasa aman untuk kalah, maka itulah qimar (undiah berhadiah).” (HR.Abu Dawud (2/2579), Ibnu Majah (2/2876), Ahmad (2/505). Berkata Imam Abu Dawud: hadits ini menurut kami, shahih. Lihat Tuhfah al-Asyraf (10/9-10)

d. Bahwa praktek Short Message Service (SMS) yang dikembangkan oleh penyelenggara kuis berhadiah, kontes tertentu, hadiah produk dan sejenisnya, sudah memenuhi unsur-unsur judi.

Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi s.a.w: "Tidak ada sabaq (hadiah uang dsb) kecuali memanah, lomba berkuda dan lomba unta". (HR Abu Dawud (2/2575), Turmudzi (3/1752), Ibnu Majah (2/2878), Ahmad (2/256, 358, 474), dishahihkan oleh Syeikh Albani dalam al-Irwa’ no. 1506)


3. Qaedah Ushul, di antaranya:
  • Sesuatu yang boleh, menjadi tidak boleh, kalau akan menyampaikan pada sesuatu yang tidak boleh.
  • Bahaya itu harus dicegah.”
  • Semua perkara yang membawa pada yang haram, maka hukumnya haram.
4. UU No. 7 tahun 1974, PP No. 9 tahun 1981 dan KUHP Pasal 303 ayat (1) yang sama-sama menggolongkan perjudian sebagai tindak kejahatan pidana.

5. Fatwa Lajnah Da‘imah wa al-Buhuts al-‘Ilmiyah wa al-Ifta’, Saudi Arabia, sebagaimana disiarkan oleh Koran Harian ar-Riyadh edisi 13567, pada hari Selasa, 11 Rajab 1426 H/16 Agustus 2005. Nomor Fatwa: 33312 tanggal terbit, 14 Rab.Awal 1426 tentang “Haula Hukmi al-Musabaqat allati Tujriyha Ba‘dha as-Suhuf.” Fatwa yang ditanda tangani oleh tujuh Mufti Saudi Arabia masing-masing; Syeikh ‘Abdul ‘Azis bin ‘Abdullah bin Muhammad ‘Alu as-Syeikh (Ketua), Syeikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Syeikh ‘Abdullah bin ‘Abdurahman al-Ghudyan, Syeikh ‘Abdulllah bin Muhammad al-Muthlaq, Sa‘ad bin Nashr al-Syutsriy, Syeikh Ahmad bin ‘Ali Sier al-Mubarikie, Syeikh ‘Abdullah bin Muhammad bin Hunein, Lajnah menetapkan setelah melakukan studi mendalam tentang masalah ini, maka diputuskan: “Sesungguhnya penyelenggaraan SMS berhadiah ini sekaligus barang yang dihadiahi itu adalah termasuk perkara yang haram, karena termasuk jenis judi undian (qimar) yang Allah s.w.t telah tetapkan keharamannya dalam al-Ma’idah: 90-91. Sedang judi itu sendiri mencakup benda (barang) yang ditangguhkan pemberiannya setelah melalui proses taruhan (mukhatharah), tilep (gharar), dan pembodohan (jihalah), dan menikmati harta orang lain secara bathil.”

6. Syeikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi mengenai hukum penonton TV yang memburu hadiah lomba dari tawaran pengelola (bandar), melalui panggilan telepon (premium call) atau sms, Syeikh Qardhawi menjawab: "Pertandingan seperti ini hanyalah satu bentuk dari jenis judi. Permainan ini, jelas dapat menarik simpati penonton antarbangsa ataupun penonton lokal lewat tawaran kuiz berhadiah, dengan satu harapan mereka meraih hadiah jutaan uang/barang. Dan hasilnya, berjuta orang dari mereka menjadi rugi akibat pulsa premium call yang dikenakan oleh pihak pengelola, di mana pihak pengelola (bandar) sebagai penyewa server bisa berkongsi dengan promotor lomba. Tetapi apa yang pemirsa dapat, hanyalah kerugiaan uang jutaan. (sumber: http://www.islamonline.net).

7. Syeikh Muhammad Salih Al-Munajjid, ‘ulama Arab Saudi mensifatkan sms ini sebagai perjudian gaya baru, katanya : "Pertandingan ini adalah satu jenis perjudian bentuk baru yang dengan kemampuan teknologi dapat terselenggara pada masa kini (perjudian telepon/SMS) sebagai judi, dan dia haram sebagaimana firman Allah dalam al-Ma‘idah: 90-91.

8. Keputusan Fatwa Muzakarah Jawatan Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Agama Islam Malaysia, dan NFC Malaysia setelah menggelar sejumlah forum dengan para ‘ulama diseluruh bagian Malaysia, pakar teknologi, informasi dan konsumen. Semua ‘ulama yang hadir dengan mutlak menyetujui fatwa haramnya sms berhadiah. Pihak penyelenggara yang tidak mematuhi fatwa ini akan diproses di pengadilan syari‘ah Malaysia (sumber: Republika, 29/7/2005).

9. Fatwa lembaga internasional dan ulama berkaliber dunia, diantaranya: Syeikh Abdul Aziz bin Baz (rahimahullah), Mufti Agung Arab Saudi. Syeik Bin Baz pernah memberi fatwa berkenaan dengan judi gaya baru, karena ia akan menyedot uang banyak dan mempertaruhkan pulsa handphone, disadari atau tanpa disadari. Fatwa yang sama disampaikan oleh Syeikh Muhammad Salih Al-Munajjid (Saudi Arabia), Dr. Yusuf Qardhawi (Mesir), Dr. Nasr Farid (mantan Mufti Mesir), Syeikh Wafa’ Abu 'Ajuz, Al-Amin, mantan Lajnah Ulama' Al-Azhar dan Guru Besar hadits di Al-Azhar, Dr. Mohammad At-Thabthabâ'i (Guru Besar Hukum Islam di Kuwait). Termasuk Keputusan Fatwa National Fatwa Council (NFC) di Malaysia (tertanggal 24 Juli 2004), yang mengeluarkan fatwa yang melarang kaum muslimin Malaysia mengikuti beragam perlombaan yang menawarkan hadiah melalui layanan pesan singkat SMS.


MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

  1. Undian SMS berhadiah yang menonjolkan gharar/tadlîs (penipuan), mengundi nasib (azlâm/aqlâm), unsur taruhan (betting), kerugian (dzulm) dan sejenisnya, termasuk judi (maisir) atau qimar (undian) yang diharamkan oleh agama.
  2. Hukum haram SMS berhadiah ini meliputi pihak yang terlibat dari penyelenggara acara, provider telekomonikasi, pengirim maupun pihak pendukung lainnya.
  3. Mendorong aparat keamanan dan penegak hukum serta instansi pemerintah yang terkait untuk menertibkan ‘imperium’ bisnis perjudian terselubung yang berlindung di balik kemudahan fasilitas teknologi SMS.
  4. Menolak segala bentuk pemikiran yang masih ingin mempertahankan dan/atau menjadikan judi sebagai motif untuk membangun dunia olahraga, bantuan kemanusiaan atau kepentingan pembangunan bangsa secara umum.
  5. Mendorong masyarakat dan lembaga da‘wah untuk berperan aktif melakukan monitoring, pengawasan dan pembinaan dalam usaha penegakan al-amru bi’l-ma‘ruf wa an-nahyu ani’l-munkar secara terpadu.



Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 13 Rab. Awal 1427 H.
12 April 2006 M.



MAJELIS FATWA
DEWAN DA‘WAH ISLAMIYAH INDONESIA



Drs. H. Dahlan Bashri, MA (Ketua Umum)
H. Syariful Alamsyah, Lc (Sekretaris)


Sumber:
http://www.dewandakwah.com/content/blogcategory/18/32/
http://www.dewandakwah.com/images/fatwa/fatwa%20dd%20%28sms%29.pdf

Lebih Dekat Dengan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir: Menjadi Yatim Saat Umur 7 Tahun (1)

Menjelang vonis bagi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir, media nasional kian marak membicarakan pribadi beliau. Namun ditengah pemberitaan itu, sosok Ustadz Abu digambarkan sangat menyeramkan. Situasi itu semakin parah dengan nuansa penuh pengawasan tiap kali Ustadz Abu Bakar Ba'asyir mendatangi persidangan.

Sebutan teroris pun kian akrab kita dengar selama proses persidangan. Padahal ditengah itu semua, sosok Ustadz Abu adalah pribadi yang tegar, sederhana, lurus, bahkan sangat lemah lembut.

Sedari kecil Ustadz Abu sudah hidup mandiri. Keterbatasan kedua orang tuanya dalam segi ekonomi dan fisik, tidak menghalanginya untuk tetap tegar di jalan Allah dan memacu diri menuntut ilmu sebagai insan bertauhid. Ya meski harus bersepeda sejauh 26 KM.

Lahir di Desa Pekunden, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang Jawa Timur, sebuah desa di pingiran Kabupaten Jombang-Jawa Timur. Kelahirannya di Jombang disambut sayup-sayup senandung takbir yang terdengar di sudut-sudut desa yang didengungkan anak-anak melalui surau-surau tua di sekitar rumahnya.

Senandung takbir perayaan peringatan keteladanan pengorbanan Bapak Tauhid, Ibrahim ‘alaihissalam yang hendak menyembelih putranya. Ia terlahir pada tanggal 12 Dzulhijjah 1359, dua hari setelah Hari Raya Idul Adha.

Gemuruh takbir yang menggetarkan hati beriringan dengan gemuruh bangsa Indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya untuk keluar dari penjajahan tentara kafir Belanda dalam suasana serba kekurangan dan keprihatinan.

Tanggal kelahirannya bertepatan dengan tanggal 17 Agustus 1938. Raut muka syukur dan linangan air mata syukur kedua orang tuanya mengiringi kelahiran sosok Abu Bakar Ba’asyir yang diharapkan meneladani pengorbanan Ibrahim dan semangat patriotisme seorang pejuang dalam mempertahankan prinsip kebenaran dan keislaman. Ia terlahir bersama tiga saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan.

Orang tua Abu Bakar Ba’asyir bukanlah seorang yang kaya raya umumnya kebanyakan warga masyarakat keturunan Arab lainnya. Namun, kecintaan terhadap Islam dan ketundukan orang tuanya pada Allah-lah yang menjadikan Abu bakar kecil ini mampu bertahan. Darah keturunan Hadramaut Yaman mengalir deras dalam dirinya. Ayahnya bernama Abud bin Ahmad dari keluarga Bamu'alim Ba'asyir yang membuat Abu Bakar menyandang marga Ba’asyir di belakang nama aslinya.

Kenangan indah bersama sang ayah tak banyak ia rasakan dan ia nikmati. Saat usia 7 tahun, ayahnya harus meninggalkan tawa riang Abu Bakar kecil menuju keharibaan Ilahi. Ayahnya meninggal dunia. Ia menjadi yatim di tengah kehidupan bangsa Indonesia yang masih kacau meskipun telah memperoleh kemerdekaannya.

Di tengah carut marutnya kehidupan bangsa Indonesia, ibunya yang masih buta huruf latin aksara Indonesia mengasuh sendiri Abu Bakar kecil. Ibunya bernama Halimah yang lahir di Indonesia walaupun masih juga berketurunan Yaman dari keluarga Bazargan.

Demi melanjutkan amanat agama dan suaminya, sang Bunda terus menanamkan nilai-nilai keislaman demi kebahagiaan sang putra kelak. Ibundanya yang pandai membaca al-Quran dan seorang muslimah taat beragama selalu mendampingi pendidikan agama sang anak di rumah meskipun Abu Bakar kecil juga tak pernah absen menghadiri pendidikan agama di mushalla kampung tempat tinggalnya.

Tak ingin membiarkan anaknya tertinggal dalam kebodohan, orang tuanya memasukkan Abu Bakar kecil untuk menempuh pendidikan pertamanya di sebuah Madrasah Ibtida’iyah (Sekolah Islam setingkat SD). Namun, dikarenakan situasi konflik revolusi bangsa Indonesia melawan Belanda pada saat itu, sekolahnya harus tertunda dan mengalami jeda. Baru kemudian setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia dipindahkan ke Sekolah Rakyat (Sekolah umum sederajat SD saat ini).

Selama menjadi siswa di madrasah, Abu Bakar kecil sempat ikut kegiatan gerakan Kepanduan Islam Indonesia (pada masa orde lama yang kemudian difusikan dalam Gerakan Pramuka). Untuk menutup kekurangan sang anak dalam ilmu agama, setiap malamnya, Abu Bakar kecil belajar mengaji dan ilmu agama di mushalla desa tempat tinggalnya. Selain kegiatannya di mushalla, sang bunda masih terus mendampingi langsung pendidikan Abu Bakar kecil di rumah.

Setelah lulus dari Sekolah Rakyat (SR), pendidikannya berlanjut ke jenjang sekolah menengah. Ia bersekolah di sebuah SMP Negeri di kota Jombang yang berjarak 13 Km dari rumah tempat tinggalnya. Setiap hari, perjalanan sejauh minimal 26 Km ia tempuh dengan sepeda.

Semasa SMP ini, Abu Bakar aktif mengikuti kegiatan berorganisasi dalam Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) ranting Mojoagung disamping masih menjadi anggota Gerakan Pramuka.

Menginjak masa remaja setelah merampungkan sekolah di SMP, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMA. Saat itu, ia masuk SMA Negeri Surabaya. Kondisi perekonomian Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan merata di seluruh lapisan masyarakat membuat pendidikannya di SMA hanya mampu bertahan selama 1 tahun. Kegiatan berorganisasinya pun juga terpaksa harus terhenti. Selanjutnya, ia memutuskan hijrah ke Solo untuk membantu kakaknya yang sedang mengembangkan sebuah perusahaan sarung tenun di Kota Solo.

Hingga pada tahun 1959 M, atas dorongan dan bantuan kedua kakaknya, Salim Ba'asyir dan Ahmad Ba'asyir, ia mendaftar sebagai santri di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, sebuah Pondok Pesantren yang terbilang terbaik dan termaju di Indonesia.

Atas berkat rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, ia berhasil menjadi santri di pondok pesantren tersebut. Di sini, keaktifan berorganisasinya kembali tersalurkan dalam wadah Pelajar Islam Indonesia (PII) cabang Gontor. Impiannya melanjutkan pendidikan yang sempat terhenti membuatnya serasa melihat pelita di tengah buta kegelapan malam.

Empat tahun menjadi santri pondok pesantren Darussalam Gontor, dengan rahmat Allah, ia berhasil lulus dari kelas Mualimin pada tahun 1963 M. Semangatnya untuk menempuh pendidikan masih membara di benaknya sehingga (masih atas bantuan kakaknya), ia melanjutkan studinya di Universitas Al Irsyad jurusan Dakwah di kota Solo selama kurang lebih 3 tahun.

Selama menjadi mahasiswa, ia aktif dalam beberapa organisasi pemuda. Ia menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Solo. Di HMI, dia pernah mendapatkan amanah sebagai ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) -sebuah lembaga semi otonom HMI- cabang Solo di masa Ir. Imaduddin sebagai Ketua Umumnya.

Di organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Abu Bakar Ba’syir pernah mendapatkan amanat dakwah sebagai Ketua pada tahun 1961. Selain itu, di dalam organisasi Pemuda Al Irsyad, ia menjadi sekretaris cabang Solo.

Menginjak usia dewasa, panggilan hati untuk menikah mengarahkannya untuk menyunting seorang muslimah bernama Aisyah binti Abdurrahman Baraja'. Sejak saat itu, keberadaan sang istri selalu menyertai perjuangan dakwahnya. Kesetiaan sang istri tak hanya dibuktikan dengan kata mutiara dan hiasan pujian semata. Namun, keberadaan sang istri, Aisyah Baraja’, dalam perjuangan dakwah terwujud dalam tindakan nyata dan fakta.

Dari rahim istrinya, keduanya memiliki tiga orang anak yang saat ini telah menikah dan masih hidup semuanya. Tiga anaknya terdiri atas 1 orang putri dan 2 orang putra. Mereka adalah Zulfah, Rosyid Ridho dan Abdul Rohim. Bersambung. (pz/triirawan/risalahjihad)

Mengenal Lebih Dekat Ustadz Abu Bakar Ba'asyir: Orang Tua Yang Tidak Kenal Kata Pensiun (2-Habis)

Perjalanan dakwahnya kemudian berlanjut dengan mendirikan radio dakwah yang di namai radio ABC (Al-Irsyad Broadcasting Center) di gedung Al Irsyad Solo yang hingga kini masih berdiri. Ikut aktif bersama beliau adalah Ustadz Abdullah Sungkar rahimahullah, Ustadz Abdullah Thufail rahimahullah, dan Ustadz Hasan Basri rahimahullah.

Karena terjadi perselisihan faham dengan beberapa pengurus Al-Irsyad terkait acara radio tersebut, maka beliau keluar bersama beberapa pengurus radio ABC dan mendirikan Radio Dakwah Islamiah Surakarta (Radis) yang padat dengan muatan dakwah yang tegas dan menghindari lagu-lagu maksiat. Radis didirikan di komplek masjid Al Mukmin lama yang akhirnya ditutup oleh rezim Orba karena dianggap menentang pemerintah.

Tak cukup hanya dakwah lewat frekuensi udara, beliau mendirikan madrasah diniyah (semacam lembaga non formal yang mengajarkan pendidikan agama Islam yang biasanya diselenggarakan pada sore hari) di komplek masjid Al Mukmin Gading Wetan (saat ini menjadi SMU Islam 1 Surakarta, bukan SMU Al-Islam 1 Surakarta). Pada mulanya, madrasah yang hanya masuk sore hari ini memberikan pendidikan Bahasa Arab dan materi syariat Islam. Selanjutnya, melalui madrasah diniyah inilah, cikal bakal Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki kemudian berdiri hingga sekarang.

Melihat pekembangan madrasah yang pesat dan di dorong oleh amanah yang diamanatkan oleh KH. Zarkasyi (Pendiri Pondok Pesantren Darussalam Gontor), Abu Bakar Ba’asyir berinisiatif mengembangkan madrasah diniyah menjadi pondok pesantren yang saat itu bertempat di Gading Kidul-Surakarta menempati area yang sempit.

Barulah setelah 2 tahun kemudian, Pondok Pesantren Al Mukmin dipindahkan ke tanah yang lebih luas di desa Ngruki yang dibeli dari salah seorang tokoh agama di solo. Desa Ngruki sendiri saat itu masih ”dikuasai” oleh kalangan komunis yang masih cukup kental.

Bersama almarhum Ustadz Abdullah Sungkar, almarhum Ustadz Hasan Basri, almarhum Abdullah Baraja' , almarhum Ustadz Yoyok Raswadi, dan ustadz Abdul Qahar Haji Daeng Matase. Ustadz Abu Bakar Ba'asyir terus membangun dan mengembangkan pendidikan di pesantern Al-mukmin. Pendukung utama berdirinya pondok pesantren tersebut adalah anggota pengajian-pengajian yang diasuh oleh tokoh-tokoh pendiri, terutama anggota pengajian kuliah zuhur di Masjid Agung Surakarta. Alhamdulillah, hingga sampai saat ini kegiatan pengajian tersebut masih berjalan.

Sejak awal, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan teman-temannya mempunyai karakter yang tak enggan menyampaikan kebenaran dimanapun dan apapun keadaan yang harus di hadapinya walaupun harus berhadapan dengan penguasa. Hal inilah yang kemudian membuat pemerintah menjadi gerah.

Karena materi yang disampaikan dianggap menentang rezim saat itu, akhirnya Ustadz Abdullah Sungkar, Ustadz Hasan Basri, dan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sendiri dipenjara selama 4 tahun tanpa alasan yang jelas hingga akhirnya Ustadz Abdullah Sungkar dan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir kembali divonis hukuman 9 tahun penjara.

Tidak terima dengan keputusan hakim, maka beliau berdua mengajukan banding, hingga diturunkan menjadi 4 tahun sesuai dengan masa tahanan yang sudah dijalani. Tak puas dengan hasilnya, jaksa agung mengajukan kasasi ke MA.

Dua orang ustadz ini seringkali disebut oleh sebagian kalangan sebagai dwi tunggal. Jika orang nasionalis punya Soekarno-Hatta, maka orang-orang pergerakan Islam memiliki Abdullah Sungkar-Abu Bakar Ba’asyir. Setelah bebas, sembari menunggu hasil kasasi, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir bersama Ustadz Abdullah Sungkar rahimahullah, tetap melanjutkan aktivitas pendidikan dan dakwah mereka sepertimana semula.

Hal ini menjadikan rezim Orba menekan MA untuk menaikkan masa hukuman menjadi 9 tahun agar menjadi alasan bagi penangkapan mereka kembali. Ketika panggilan dari pengadilan Sukoharjo untuk mendengarkan keputusan pengadilan datang, sang dwitunggal memahami benar maksud dan tujuan licik pemerintah.

Maka setelah berkonsultasi dengan beberapa ulama, mereka berdua memutuskan untuk tidak menghadiri undangan pengadilan tersebut karena hal tersebut adalah dosa. Hingga tidak ada pilihan lain bagi mereka kecuali berhijrah atau tetap di rumah hingga ditangkap oleh polisi. Bagi keduanya, hal demikian adalah lebih mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada datang menyerahkan diri kepada thaghut.

Nampaknya pilihan hijrah-lah yang dipilih, karena jalan ini adalah yang paling baik dari kedua pilihan itu. Berkat pertolongan Allah melalui Pak Muhammad Natsir, mantan Ketua Umum Masyumi dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, mereka berdua berhasil berhijrah ke Malaysia dan menetap di sana. Kemudian, keberadaan mereka disusul oleh keluarga yang kemudian juga turut menetap di sana selama 15 tahun. Selama masa hijrah, beliau tetap bekerja dan berdakwah seperti semula.

Tahun 1998, Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak meruntuhkan kekuasaan orde baru yang zalim. Kemudian, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir memutuskan kembali ke Indonesia bersama Ustadz Abdullah Sungkar pada tahun 1999. Namun tak berselang lama, tepatnya pada tahun 2000 M, Ustadz Abdullah Sungkar wafat. Kemudian, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir memutuskan kembali ke ponpes Al Mukmin Ngruki meneruskan pendidikan dan dakwah untuk menegakkan cita-cita demi tegaknya syariat Islam di Indonesia.

Dalam rangka mengembangkan dakwah, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir mengikuti kongres umat Islam yang digagas oleh beberpa aktivis dakwah di Yogyakarta, dimana pada kongres tersebut, umat Islam sepakat membuat sebuah wadah untuk kaum muslimin bersatu demi menegakkan kalimah Allah di bumi Indonesia, hingga terbentuklah Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Hasil kongres memutuskan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir diangkat menjadi Amir Ahlul Halli Wal Aqdi MMI atau juga di sebut sebagai Amir MMI.

Tahun 2003, beliau ditangkap lagi oleh pemerintahan Megawati karena dituduh terlibat kegiatan terorisme yang membuatnya divonis 1,5 tahun walaupun tanpa bukti. Anehnya vonis itu di jatuhkan bukan karena keterlibatan dengan terorisme seperti yang selama ini di tuduhkan kepadanya, alias mengalami kriminalisasi.

Arah tuduhan di persidangan berbelok dari urusan terorisme kepada tuduhan makar dan pemalsuan KTP, walau saksi-saksi di persidangan dari kalangan pejabat pemerintah daerah Sukoharjo sendiri menyatakan bahwa tidak ada kejanggalan apapun pada proses pembuatan KTP Ustadz Abu Bakar Ba’asyir.

Tahun 2004, setelah keluar dari pintu penjara salemba, beliau langsung dicegat oleh polisi untuk dijebloskan kembali ke penjara. Lagi-lagi karena tuduhan yang sama. Dia dianggap terlibat kasus bom hotel Marriot. Padahal, saat kejadian Bom Mariott berlangsung, beliau sendiri sedang mendekam di penjara Salemba sejak 1.5 th sebelumnya. Hingga pada saat pemerintahan SBY, Ustadz Abu Bakar Ba'asyir tetap harus tinggal di penjara hingga 30 bulan karena tekanan pihak asing hingga bulan Juni 2006. Baru Kemudian beliau merasakan kebebasan.

Selanjutnya, aktivitas dakwahnya masih beliau lanjutkan dengan berkeliling ke seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan penegakan Syariat Islam di Indonesia. Tak hanya kalangan ulama yang ia datangi, tak kurang dari pemukiman penduduk, perumahan, perkantoran, majelis-majelis taklim, masjid, mushola, pejabat, dan birokrat serta penjara ia datangi bersama beberapa aktivis Islam baik dari Majelis Mujahidin Indonesia maupun yang elemen Islam lainnya.

Kesibukannya berdakwah selepas dari penjara hampir tidak menyisakan waktu di rumah untuk bercengkerama dengan keluarganya, anak-anak, serta cucunya selayaknya orang-orang tua yang telah menikmati masa pensiun. (pz/risalahjihad/JAT)

Mualaf Kristiane Backer: Ada Sesuatu Yang Hilang di Balik Semua Kemewahan

Mualaf Kristiane Backer: Ada Sesuatu Yang Hilang di Balik Semua Kemewahan

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON - Pembawa acara TV, Kristiane Backer, menyerah pekerjaannya di MTV dan pergi ke Mekah ketika dia berusia 30. Bintang kelahiran Jerman yang sekarang berusia 45 tahun itu kini tinggal di London. Dia memakai jilbab hanya ketika beribadah.

"Saya diperkenalkan kepada Islam oleh teman-teman Muslimku. Saya mulai mempelajari Islam. Setelah tiga tahun penelitian yang mendalam, saya akhirnya memutuskan untuk masuk Islam,’’ kata Kristiane Backer.

Sebelum memeluk Islam, kehidupan Kristiane Backer layaknya para bintang yang bergaya hidup tinggi nan glamor. Seperti layaknya seorang bintang, dia mendapat pelayanan dan perlakuan karpet merah. Desainer akan mengirimnya pakaian supermewah untuk dikenakan pada acara televisi. ‘’Tapi, aku selalu merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidup saya,’’ katanya.

Kristiane Backer sempat berpikir bahwa dirinya mengalami krisis. Dia selalu bergegas dari satu pekerjaan ke pekerjaan berikutnya. Karena kesibukan pekerjaannya, wanita berdarah Jerman ini hampir menghabiskan sebagian hidupnya di jalan.

Kristiane Backer akhirnya mulai bertanya-tanya untuk apa semua ini. Kepemilikan materi tidak membawa kebahagiaan. Wanita merasa begitu tertekan untuk harus cocok dengan apa yang dianggap indah.

‘’Islam mengakui kecantikan dari dalam dan menawarkan sistem nilai alternatif yang benar-benar mengesankan saya,’’ katanya. ‘’Saya pikir itu sebabnya begitu banyak wanita yang akhirnya memutuskan untuk masuk Islam.’’

Agama tidak menekan perempuan dan laki-laki. Kristiane Backer pun tidak pernah merasa dipaksa untuk mengenakan jilbab dalam aktivitas sehari-harinya. ‘’Jika kita tahu lebih banyak tentang Islam, hal tersebut akan sulit bagi teroris untuk bersembunyi di balik agama untuk membenarkan kekerasan mereka. "


Baca Juga:  Tiga dari Empat Mualaf Inggris Ternyata Kaum Perempuan... Ini Alasan Mereka Memilih Islam

Perempuan Cantik = Putih?

C-a-n-t-i-k, satu kata yang terdiri dari enam huruf ini, begitu memesona kaum perempuan. Yup, perempuan mana yang tidak ingin disebut cantik? Cantik identik dengan sesuatu yang enak dilihat atau dipandang.

Cantik dalam pengertian awam yang kemudian didoktrinisasi kaum kapitalis adalah perempuan yang bertubuh langsing, rambut hitam lurus berkilauan, hidung mancung, bibir seperti delima merekah, mata bening, dan berkulit putih.

Nah, untuk kategori yang terakhir ini, para pemilik modal kemudian berlomba–lomba mengampanyekan produk mereka, terutama di negara–negara dengan ras kulit berwarna, tak terkecuali di Indonesia.

Sepertinya, propaganda mereka tidak salah. Buktinya, banyak perempuan yang terbius atau terhipnotis untuk mendapatkan kulit putih bagai pualam seperti bintang iklan yang mereka lihat di layar kaca. Alhasil, bertebaranlah berbagai produk kecantikan berbahan dasar pemutih alias whitening. Mulai dari yang dijual bebas di pasaran, salon kecantikan, hingga spa bertarif mahal.

Saya sampai terbengong–bengong melihat seorang teman yang memiliki tiga jenis krim pemutih sekaligus. Waktu pemakaiannya pagi, siang dan malam. Menyimpannya juga tidak sembarangan, harus disimpan dalam freezer. Soal harga, wuihhhh, selangit.

Ada pula yang berburu pemutih dengan bahan dasar alami yang katanya terbuat dari plasenta. Entah plasenta apa? Katanya, krim ini bisa membuat kulit mulus dan kenyal (menghambat penuaan) bagai kulit bayi. Saking ngototnya, si teman tidak lagi mempedulikan apakah produk itu halal atau haram. Nauzubillah min dzalik!

Bukannya saya tidak care dengan yang namanya kecantikan. Tapi dari dulu saya memang tidak suka dengan hal yang ribet dalam berdandan. Makanya, peralatan kosmetika yang saya punya cuma bedak, lipstik, penjepit bulu mata dan sisir.

Dulu, sempat beberapa kali facial namun kemudian saya hentikan dengan berbagai alasan, antara lain, saya merasa sangat kesakitan dan tersiksa ketika komedo saya dicongkel dan muka serasa mengkerut saat dimasker. Duh sakit deh. Itu pun saya minta paket facial tanpa pemutih. Hingga, orang salon itu heran. Aneh mungkin, saat orang minta pemutih, saya malah menolak.

Pertanyaannya, kenapa harus whitening? Ya, kenapa harus putih? Selalu dan hampir semua produk kecantikan diiklankan untuk menjadikan kulit putih. Akibatnya, kita termakan propaganda melalui berbagai media terutama televisi, bahwa cantik itu harus putih. Kalau tidak putih sama dengan tidak cantik. Itu harga mati.

Entahlah, saya termasuk orang yang tidak peduli dengan slogan itu. Bukannya narsis atau bagaimana, saya fine–fine saja dengan kulit coklat saya ini, tidak pernah merasa risih apalagi menjadikanya putih berkilau. Bagi saya, coklat itu seksi dan eksotis! Jadi, kenapa harus berusaha mengubahnya?

Saudariku, para muslimah, kita yakin, tidak ada sesuatu pun yang diciptakan Allah Subhanawata’ala secara kebetulan di dunia ini. Semua ada maksud dan tujuan. Dan bukankah manusia itu sudah diciptakan dalam sebaik–baiknya bentuk?

Sekarang, coba kita telaah baik–baik. Saya pernah membaca sebuah artikel yang menyatakan bahwa kulit berwarna (gelap), mengandung lebih banyak pigmen yang berguna menangkal sinar jahat ultraviolet (UV) yang konon sangat ditakuti kaum perempuan karena dapat merusak kulit. Nah, apa nggak poin plus buat mereka yang berkulit gelap. Lalu, kenapa harus ngotot diputihkan, mengorbankan banyak uang, waktu dan pikiran untuk membuatnya putih seperti selebritis atau bintang iklan?

Lalu, secara tidak sengaja, ketika membuka laman YouTube yang sedang mengiklankan pakaian dalam perempuan, saya melihat bagian tengah punggung si bintang iklan, terdapat banyak bintik hitam dan kecoklatan. Hal yang jamak kita lihat pada orang berkulit putih baik di layar kaca maupun dalam kehidupan nyata. Tak percaya, lihatlah para bule berkulit putih, di sekitar dada (bawah leher) dan lengan mereka, sering kita jumpai bercak hitam atau coklat tersebut. Hal yang sama tidak pernah kita jumpai pada mereka yang berkulit hitam atau gelap bukan?

Di situlah letak Mahaadil-nya Allah Subhanawata’ala. Dia memang tidak memberikan apa yang kita inginkan tapi apa yang kita butuhkan. Dan apa yang kita butuhkan, Allah yang lebih tahu dari kita karena Dia-lah pemilik kehidupan ini. Hidup di negara tropis seperti Indonesia ini, hemat saya memang lebih cocok untuk mereka yang berkulit gelap/berwarna. Jadi, kenapa harus protes ketika keinginan kita tidak sesuai dengan harapan? Kenapa komplain ketika diberi kulit yang berwarna alias tidak putih dan berusaha sekuat tenaga menjadikannya putih.

Setahu saya, tidak ada satu krim atau senyawa kimia apapun yang bisa memutihkan kulit yang hitam. Yang ada, hanyalah mencerahkan. Sekali lagi, mencerahkan bukan memutihkan. Semakin instan upaya pencerahan yang terjadi, semakin besar pula indikasi pemakaian merkuri dan zat berbahaya lainnya pada krim tersebut.

Tidak tanggung–tanggung, dalam jangka waktu panjang, zat ini dapat mengakibatkan penyakit kanker, gagal ginjal dan penyakit mematikan lainnya. Dan tidak kalah pentingnya, sebagai muslimah, kita perlu pula memperhatikan aspek kehalalan sebuah produk kosmetika. Jangan hanya untuk mengejar cantik dan putih semata, kita menjadi lalai.

Maka, tidak ada jalan yang lebih baik selain mensyukuri apa yang telah dikaruniakan Allah Subhanawata’ala dengan memelihara sebaik mungkin anugerah tersebut. Terutama mempergunakannya di jalan kebaikan yang diridai-Nya. Tampil cantik, itu kudu, harus. Karena Allah sendiri juga menyukai keindahan. Lebih penting lagi adalah mempercantik hati, jiwa dan pikiran kita, sehingga mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita kepada-Nya. So, cantik, tidak harus putih, bukan? [eramuslim]

Penulis: Mirawati (Mira_uniang@yahoo.co.id), jurnalis di kota Padang.

15.7.11

Ada Bintang David di Logo Terbaru UIN Sunan Gunung Djati Bandung?

Thursday, 23/06/2011

Setelah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merubah logonya dengan menggusur gambar Kitab Suci Al Qur’an dengan tampilan menyerupai Hexagram atau Bintang David, kini UIN Sunan Gunung Djati Bandung seperti mengikuti jejak koleganya di Jakarta.

Bahkan logo terbaru kampus yang terletak di kawasan Cibiru tersebut tampil dengan gambar menyerupai Bintang David yang lebih vulgar ketimbang UIN Jakarta. Analisa ini bukan untuk memvonis bahwa logo terbaru UIN Bandung pasti terkait misi Zionisme. Tidak sama sekali, karena di situs UIN Bandung sendiri dijelaskan bahwa makna Bintang Bersegi Enam Warna Putih pada lambangnya dimaksudkan sebagai “Ayat-ayat Kauniyah” yang harus digali, dikelola, dan dikembangkan oleh manusia, serta dibimbing oleh wahyu untuk mewujudkan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang bertugas untuk memakmurkan alam, dan sekaligus melambangkan “Rukun Iman”. Wallahua’lam.

Namun kita patut menyayangkan terjadinya hal ini dan mencoba bersikap khusnudzan bahwa pihak UIN khilaf atas terjadinya “kecelakaan” pada logo barunya tersebut.

Kalau seksama kita perhatikan, logo Hexagram hadir secara terang menyala dan diperlihatkan secara utuh. Keenam sudutnya hanya naik sedikit ke atas dan ke bawah namun tetap mengandung unsur Hexagram sebagai perlambang kaum masonik secara kuat. Karenanya, jika saja kita tatap secara fokus, kita akan terhantar pada tampilan gambar bendera Israel saat ini.

Selain daripada itu, logo UIN Bandung kali ini juga menampilkan logo pentagram kecil yang dikelilingi Bintang David tersebut. Pentagram adalah simbol religius kaum pagan. Di Indonesia, khususnya Bandung, simbol pentagram sudah tidak asing. Pentagram menjadi sangat terkenal khususnya pada band-band underground Bandung dimana mereka kerap memakainya, namun abai pada pengetahuan sejarah persentuhannya dengan nilai satanisme. Bahkan mungkin kita juga sudah masa bodoh apakah sebuah lambang mengandung nilai satanisme atau tidak.

Padahal Anton Lavey, penulis Injil Setan yang kerap mengkampanyekan simbol pentagram, pernah menyatakan bahwa musik adalah alat yang dipakai para penganut Kabbalah dalam melebarkan misinya. Oleh karena itu tak pelak, konon Marliyn Manson dan Black sabbath adalah band Metal pertama kali terpengaruh oleh Gereja Setan buatan Anton Lavey. Simbol pentagram juga menjadi perwujudan dari Kambing Mendez-Goat alias Baphomet.

Lalu kenapa logo UIN Bandung bisa seperti ini? Ini sepertinya ekses dari peralihan nama IAIN menjadi UIN yang mengandung beberapa konsekuensi logis, termasuk masalah logo.

Rektor UIN Bandung, Profesor Nanat Fatah Natsir, seperti diberitakan Pikiran Rakyat tertanggal 3/11/2010, pernah menyatakan bahwa penggantian logo ini didasarkan atas perubahan status dari IAIN menjadi UIN sehingga terdapat program studi yang menyelenggarakan bidang pendidikan umum. Hal itu berbeda dengan dengan sebelumnya, dimana IAIN hanya terdiri dari program studi yang berkaitan dengan agama Islam.

Walhasil kita mesti cermat bahwa Hexagram atau bintang persegi enam seperti sudah menjadi “hak paten” pengikut satanisme dan paganisme yang kuat dipengaruhi freemasonry. Terlebih kampus Islam harus menjadi garda terdepan membumikan nilai Islam dan menjauhi millah kaum kafir. 'Ubudullah Wajtanibuth-Thagut' sembahlah Allah, beribadahlah hanya kepada Allah saja dan tinggalkanlah segala sesembahan selain Allah, yang kita kenal dengan nama thagut. Dan puncak thaghut adalah Iblis.

Pada abad ke-17 Hexagram mulai disebut dengan nama Shield of David oleh orang Yahudi dan diadopsi sebagai lambang dari organisasi Zionis di Kongres Zionis pertama pada tahun 1897. Dan sampai saat ini negara Zionis Israel masih setia memakai lambang itu sebagai lambang resmi negaranya di atas darah para syuhada muslim Palestina yang terbunuh atas kekejian mereka.

Pada masa sekarang, Hexagram digunakan oleh gerakan Freemason sebagai simbol pada banyak organisasi dan perusahaan yang berada di bawah kendalinya.

Tentunya kita harus berhati-hati ketika mengaitkan sebuah logo yang jelas-jelas dipakai Yahudi untuk diterjemahkan dalam bahasa Islam. Karena Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda seperti diriwayatkan dari Ibnu Umar ,”Barangsiapa yang meniru suatu kaum maka dia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Daud yang dishahihkan oleh Ibnu Hibban). Allahua’lam. (pz)

http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/ada-bintang-david-di-logo-terbaru-uin-sunan-gunung-djati-bandung.htm

UIN Logo Baru: Ke Mana Arahnya?

Logo Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta yang baru menghilangkan gambar Al-Quran dan Hadits. Gambar bola dunia dan partikelnya mirip simbol sekularisme dan atheis. Tapi mungkin hanya mirip

Oleh: A. Taif A Nabeel *

Kamis (21/8) malam, bulan lalu, logo lama UIN Jakarta resmi diganti dengan logo baru dengan dimeriahkan oleh penampilan musik orkestra Dwiki Darmawan dan penyanyi Ita Purnamasari di Auditorium Utama.

Seperti yang diberitakan dalam UINJKT Online, peresmian logo baru ini juga ditandai dengan pembukaan kain selubung logo oleh Rektor Prof Dr KUmaruddin Hidayat di atas panggung yang didampingi mantan rektor Drs H Ahmad Syadzali serta para pembantu rektor.

Direktur MarkPlus, Hermawan Kertajaya yang menghadiri acara tersebut mengatakan, penggantian logo UIN Jakarta sudah tepat dan menunjukkan nilai-nilai yang lebih universal. “Logo baru UIN Jakarta sekarang melambangkan proses horizontalisasi. Ini mencerminkan kemajuan,” katanya.

Sementara Rektor dalam sambutannya menegaskan, logo baru UIN Jakarta diganti bukan tanpa alasan. Setidaknya, menurut rektor, ada dua alasan yang melandasi. Pertama, logo lama bersifat verbalistik yang lebih menonjolkan elemen geografis lokal dan elemen kenegaraan. Selain itu, logo lama tidak distingtif dan memadai untuk memberikan gambaran sebuah identitas baru bagi UIN Jakarta menuju "world class university". Kedua, hasil kesepakatan rapat senat para guru besar.

“Logo lama itu bergambar ada Monumen Nasional-nya. Sekarang, kita tidak lagi berdasarkan geografis lokal, baik Jakarta, Banten maupun Jawa Barat, tetapi dunia yang digambarkan dengan bola dunia. Jadi, kita ingin UIN Jakarta itu mendunia,” tegasnya.

Arti Logo

Logo baru UI
Gambar logo baru UIN Jakarta terdiri atas empat (4) elemen, yakni bola dunia, partikel atom, kitab suci, dan tulisan “UIN”. Bola dunia berwarna biru, melambangkan wawasan universal UIN Jakarta dan juga misi Islam sebagai rahmatan lil’alamin. Partikel atom berwarna emas menggambarkan keilmuan dan dinamika serta keajegan hukum alam (sunnatullah) yang diperintahkan Allah untuk selalu dibaca dan diteliti demi kesejahteraan umat manusia. Parikel itu juga dapat dilihat sebagai bunga lotus atau sidrah (sidrah al-muntaha), yakni lambang cita-cita setiap mukmin untuk menggapai pengetahuan kebenaran tertinggi (ma’rifah al-haq).

Kemudian kitab suci berwarna putih dengan garis tepi berwarna kehijauan, melambangkan sumber inspirasi dan kaidah hukum serta moral bagi pengembangan UIN Jakarta. Sementara tulisan “UIN” berwarna biru melambangkan kedalaman ilmu, kedamaian, dan kepulauan nusantara yang berada di antara dua lautan besar, yakni sebuah wilayah yang mempertemukan berbagai peradaban dunia. Selain itu, terdapat juga garis putih horizontal yang membelah tulisan “UIN”. Garis ini merupakan pengikat UIN Jakarta sebagai universitas yang kuat.

Hilangnya “Al-Quran”

Logo lama UI
Penjelasan official tentang arti logo baru di atas, tentunya tidak menutup adanya interpretasi lain. Dan hal itu juga patut diperhatikan, utamanya bagi pejabat tinggi di lingkungan UIN yang berwawasan terbuka dan menghargai perbedaan.

Banyak suara yang menganggap bahwa elemen kedua yang dijabarkan sebagai partikel atom itu mirip dengan Bintang David jika ditarik lancip. Namun saya sendiri kurang setuju dengan interpretasi seperti ini, sebab kita hanya diajarkan menilai apa yang terlihat dan bukannya menafsirkan niat yang tersembunyi dari gambaran logo itu. Karena hal ini justru akan menguatkan pola-pola tafsir batiniyah. Bagi saya, elemen yang “dipaksakan” sebagai partikel atom ini, justru menggambarkan 2/3 dari lambang sekularisme dan tertutup dengan gambar buku dan tulisan UIN yang dilatarbelakangi dengan bola biru. Jadi elemen “partikel atom” itu memang terkesan dipaksakan jika digambarkan sebagai sunnatullah, apalagi ditafsirkan dengan sidratul muntaha, tempat yang belum pernah diketahui oleh seorang manusia pun selain Rasulullah SAW saat mendapatkan perintah shalat di malam Isra’ Mi’raj.

Hal yang lebih sensitif lagi dari tampilan logo baru ini adalah dihapuskannya tulisan “Al-Quran al-Karim” dan digantikan dengan tulisan “UIN”. Tentunya para pemerhati pendidikan Islam akan bertanya-tanya, ada apa dengan penghapusan tulisan “Al-Quran al-Karim”? Apakah karena tulisan ini adalah tulisan arab sehingga merasa risih dengan nuansa kearab-araban? Ataukah karena logo lama dinilai terlalu Islami dan ke-Quran-Quranan sehingga dikhawatirkan akan melibas keragaman budaya dan kearifan lokal? Ataukah karena kepercayaan diri sebagai generasi Quran mulai meluntur di lembaga pendidikan tinggi Islam ini? Tentunya tidak seorangpun bisa memastikan jawaban atas rentetan pertanyaan di atas.

Simbol Sekularisme
Namun setidaknya pertanyaan-pertanyaan itu adalah wujud rasa memiliki sekaligus ungkapan keprihatinan atas UIN yang menjadi aset terbesar umat Islam di Indonesia. Keprihatinan ini semakin menguat jika dikaitkan dengan ulah akademis beberapa guru besar UIN yang kurang simpatik. Sebagai contoh dalam ruang perkuliahan pasca sarjana, seorang profesor yang juga ditengerai gemar menjadi penghulu perkawinan lintas agama ini mengajarkan bahwa Kebenaran Agama adalah Palsu; Agama untuk Orang Bodoh?! Dan Thomas Alfa Edison pun Masuk Surga; Budha, Socrates juga Nabi; Rukun Iman cukup dua; Hadits-hadits itu membikin kita bingung; Tuhan juga memaafkan kaum atheis; Bersyukur pada Iblis; Tidak Pernah Ada Isra’ Mi’raj; Lebih Mengutamakan Agama daripada Akal adalah Kafir; Siapa saja yang melakukan kebaikan, yg bermoral, itu adalah Islam! Jadi tidak harus bersyahadat; Anak-2 JIL itu bagus sekali, walau salah Tuhan akan memaafkan; Lauh Mahfuzh itu alam bawah sadar; Tidak masalah jika orang mau pindah-pindah agama; Kisah-kisah dalam Al-Quran itu, umumnya kisah fiktif, dll.

Sementara Guru Besar Sejarah dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN yang dikenal piawai menulis ini secara mengejutkan memberi apresiasi terhadap karya Farag Fouda yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Di sampul depan buku ini dia menulis: “Karya Farag Fouda ini secara kritis dan berani mengungkapkan realitas sejarah pahit pada masa Islam klasik. Sejarah pahit itu bukan hanya sering tak terkatakan di kalangan kaum Muslim, tapi bahkan dipersepsikan secara sangat idealistik dan romantik. Karya ini dapat menggugah umat Islam untuk melihat sejarah lebih objektif, guna mengambil pelajaran bagi hari ini dan masa depan”.

Padahal buku yang aslinya berjudul al-Haqiqah al-Ghaibah ini sarat dengan cacian terhadap Sahabat, metodologi yang lemah dan bobot ilmiah yang rendah. Penulisnya sendiri telah dipandang murtad oleh sederet ulama terpandang dan akhirnya dia terbunuh di Mesir.

Tradisi memberi sanjungan tinggi terhadap karya-karya yang mengelirukan dalam memahami Islam tidak hanya untuk buku Fouda, namun beliau juga memberikan sanjungan terhadap terjemahan karya Abdullahi Akhmed an-Na’im, “Islam dan Negara Sekular” yang mempertanyakan kelayakan Syariah dalam kehidupan bernegara, bahkan dipandangnya sebagai sumber hukum yang diskriminatif terhadap warga non-muslim. Namun di sampul depannya, beliau justru memberi apresiasi buku tokoh liberal asal Sudan ini: “Buku ini, tidak ragu lagi, merupakan kontribusi penting bagi diskusi dan perdebatan tentang tarik tambang syariah, sekularisme dan negara”.

Penyimpangan pemikiran di lembaga ini juga dimeriahkan oleh profesor perempuan, peraih penghargaan doktor terbaik di IAIN Syarif Hidayatullah 1996/1997 ini mengkampanyekan aturan syariah baru. Sebab syariah yang “lama” terbukti bias jender. Maka dia mengusulkan laki-laki juga terkena masa tunggu (‘iddah) bila terjadi perceraian, bagian waris laki-laki sama dengan bagian perempuan, dll. Bahkan akhir-akhir ini dia juga mengkampanyekan halalnya homoseksual melalui artikelnya yang bertema “Allah Hanya Melihat Taqwa, bukan Orientasi Seksual Manusia”.

Penutup

Logo baru UIN mengundang multi tafsir. Jika dikaitkan dengan beberapa mata kuliah yang menjadi kurikulum wajib di fakultas Ushuluddin dan corak pemikiran beberapa guru besar yang mengajar di lembaga ini, maka tidak berlebihan bila logo baru ini dipandang menjadi cerminan 2/3 logo sekularisme sekaligus menancapkan paham ini di lingkungan pendidikan ini. Mengamati fenomena ini tentunya sangat tragis, jika lembaga pendidikan yang tahun lalu baru merayakan HUT 50 tahun dan menjadi aset dan kebanggaan umat ini, terus membiarkan prilaku intelektual menyimpang kalangan guru besar maupun dosennya. Akankah seorang Ratu Adil akan datang dan menyelamatkan lembaga pendidikan tercinta ini? Kita tunggu saja. [hidayatullah.com]

*) Penulis tinggal di Jakarta

3.7.11

Misteri Candi dan Piramida di Nusantara

Sejarah memang penuh dengan misteri. Banyak orang menganggap jika sejarah itu telah final, statis, dan sama sekali tidak dinamis, tidak hidup. Anggapan ini tentu saja tidak benar. Sejarah itu hidup dan terus berkembang dengan bukti-bukti baru. Bukti-bukti termutakhir tentang sejarah masa lalu terus bermunculan di masa sekarang. Berbagai situs, candi, fosil, dan sebagainya terus bermunculan ke permukaan kehidupan kita kini. Kita bahkan tidak tahu bukti-bukti apa lagi yang esok akan terus bermunculan, sehingga kita hari ini harus terus merekonstruksi sejarah itu sendiri, harus terus mendesain ulang sejarah kita di masa lalu.

Entah sampai kapan hal ini terus ada dan semuanya merupakan modal penting bagi kehidupan umat manusia di masa depan.

Kita saat ini merasa jika manusia sekarang telah mencapai puncak peradaban, puncak ilmu pengetahuan, dan puncak kejayaan teknologi. Namun tahukah Anda jika hal itu hanyalah pengulangan dari sejarah masa silam?

Kaum Aad dan Tsamud dahulu kala telah memiliki kemampuan untuk membangun gedung-gedung pencakar langit dan mengubah gunung baru menjadi istana. Sisa-sisa kejayaan mereka sampai hari ini masih bisa disaksikan siapa pun di Lembah Petra, Yordania.

Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan. (QS. Al A’raaf, 7: 74)

Lalu Hiram, sang arsitek Kerajaan Nabi Sulaiman, telah begitu mahir membangun dan mengkonstruksi sebuah istana megah di mana lantainya terlihat bagaikan permukaan air yang sangat jernih hingga membuat Ratu Bilqis terperdaya.

Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya”. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca.” Berkatalah Balqis, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.”(QS An Naml 44)

Kita sampai hari ini masih saja terheran-heran, bagaimana manusia-manusia dahulu bisa membangun candi seindah dan semegah Borobudur, bagaimana mereka bisa mengangkat dan memindahkan bebatuan besar guna menyusun Stonehedge, membangun situs-situs raksasa di Pulau Paskah, membuat garis Nazca di Pegunungan Peru, dan lain sebagainya.

Manusia sekarang juga masih bertanya-tanya mengapa di lahan bekas pertempuran besar antara kaum Pandawa melawan Kurawa di Padang Khurusetra, yang sekarang menjadi gurun di Mahendjo Daro, terdapat sisa radiasi nuklir. Apakah Bharatayudha itu merupakan perang modern sehingga dipergunakan senjata berbahan nuklir?

Dan yang paling menarik, tentu saja, kisah kegemilangan nenek moyang kita yang dahulu kala, beribu tahun sebelumnya, telah menghuni apa yang sekarang disebut sebagai Nusantara. Sejarah Nusantara masih teramat banyak yang belum tergali dengan sempurna. Masih teramat banyak misteri yang melingkupinya. Beberapa di antaranya akan dipaparkan di sini.

Bangunan Candi dan Piramida

Indonesia atau Nusantara dahulu kala, puluhan ribu tahun silam, adalah Atlantis. Banyak pihak yang mencemoohkan hal ini, termasuk sebagian orang Indonesia sendiri. Mereka menyatakan jika hal itu hanya sebagai pseudoscientism, ilmu ilmiah jadi-jadian. Lantas siapakah orang yang berani dengan tegas menyatakan Indonesia sekarang adalah Atlantis di zaman dahulu?

Adalah Profesor Arysio Santos des Nunes. Dia Pakar Fisika Nuklir dari Brasil yang menjadi pengajar di sejumlah perguruan tinggi bergengsi di Amerika dan pernah menjadi anggota Dewan Nuklir Dunia di Swiss. Selama tigapuluhan tahun, Santos meneliti Timoeus dan Critias, dua manuskrip tertua karya Plato yang menyinggung keberadaan Atlantis. Hasilnya sungguh mengguncang dunia. Santos dengan sangat yakin menegaskan jika Nusantara merupakan sisa-sisa Atlantis di masa lalu. Tentang Santos dan Atlantisnya bisa dibaca di Eramuslim Digest edisi 11. Demikian juga dengan ulasan dari Profesor Oppenheimer yang menyatakan jika Sunda Land merupakan asal muasal pusat peradaban dunia.

Tentang Santos dan Oppenheimer, kini artikelnya sudah bisa kita baca di mana-mana. Bahkan buku hasil penelitiannya pun sudah diindonesiakan dan dengan mudah bisa diperoleh di berbagai toko buku. Lepas dari keduanya, ada sejumlah temuan unik dan misterius yang berbeda pada bangunan candi dan piramida yang ada di Nusantara, namun memperkuat temuan Santos dan Oppenheimer, terkait dengan Nusantara sebagai pusat peradaban dunia. Beberapa temuan itu akan dipaparkan satu persatu di dalam serial tulisan ini. Inilah di antaranya:

Candi Cetho, Sukuh, dan Penataran

Cetho dalam bahasa Jawa berarti “Nyata”. Candi Cetho terletak di kaki Gunung Lawu, di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, pada ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Dilihat dari bentuknya, Candi Cetho berbeda dengan candi-candi lain yang ada di Nusantara. Cetho bentuknya menyerupai piramida, mirip dengan candi-candi yang ada di peradaban bangsa Inca dan Suku Maya di Amerika Latin.

Menurut perhitungan sejumlah arkeolog, Cetho dibangun pada akhir zaman Majapahit, di kala kekuasaan Prabu Brawijaya ke V. Namun melihat bentuk fisik dari Cetho, anggapan itu sepertinya kurang tepat. Candi-candi yang dibangun di era akhir Majapahit biasanya terbuat dari batu bata merah, bukan batu kali seperti halnya Cetho. Lalu relief-relief yang ada pada candi-candi Majapahit di era yang sama biasanya detil dan rapih, sedangkan Cetho tidak. Relief-relief di candi Cetho, pemahatannya terlihat sangat sederhana. Ini semua mengindikasikan jika candi Cetho diduga kuat lebih tua usianya ketimbang Kerajaan Majapahit itu sendiri.

Belum lagi bentuk dan rupa aneka patung yang ada di candi Cetho yang sama sekali tidak menggambarkan manusia Jawa yang ada pada zamannya. Namun patung-patung tersebut lebih mirip dengan orang-orang Sumerian yang berasal dari abad ke 3.000 SM.

Sekurangnya ada tiga buah candi yang sampai hari ini masih diselimuti misteri besar. Ketiganya adalah Cetho, Sukuh, dan Penataran. Yang dua pertama terletak di Karanganyar Jawa Tengah, sedangkan yang ketiga berdiri di Blitar Jawa Timur.

Misteri Candi Cetho dan Sukuh

Cetho maupun Sukuh berbentuk piramida terpenggal. Kedua pun sama-sama berada di lereng Gunung Lawu dalam jarak yang tidak terlalu jauh. Sejumlah arkeolog Indonesia mengatakan bahwa Candi Cetho dan Sukuh dibuat pada akhir Jaman Majapahit di abad ke-15 M. Jika benar demikian, keduanya tergolong masih muda dalam kacamata sejarah.

Selain bentuknya yang tidak lazim seperti candi-candi Hindu lainnya yang ada di Nusantara maupun di seluruh dunia, Cetho dan Sukuh juga menyimpan simbolisme yang aneh yang sangat berbeda dengan candi-candi Hindu lainnya. Keanehan inilah yang menarik perhatian dari Yayasan Turangga Seta, sebuah komunitas penyuka sejarah kebesaran Nusantara, sehingga mereka membuat daftar beberapa kejanggalan yang terdapat di Candi Cetho, Sukuh, dan juga Penataran ini. Menurut catatan mereka terhadap Cetho dan Sukuh antara lain:

Pertama, bebatuan asal candi. Baik Cetho maupun Sukuh terbuat dari batuan kali yang dipahat dan disusun menjadi satu. Padahal, candi-candi pada era Majapahit, biasanya terbuat dari susunan batu bata karena di zaman Majapahit sudah dikenal luas produksi pembuatan batu bata dari tanah liat.

Kedua, berbagai relief yang terdapat pada Candi Cetho dan Sukuh, tingkat presisi dan kerapian pemahatannya masih sangat sederhana seolah di kala itu belum ditemukan alat-alat pahat yang lebih ‘modern’ dan belum ada tukang pahat yang terampil, belum ditemukan teknik pahat yang lebih maju. Hal ini sangat berbeda dengan relief-relief di era Majapahit yang lebih detil dan rumit.

Ketiga, bentuk beberapa patung yang tidak menggambarkan sosok orang Jawa yang ada pada masa itu, namun patung tersebut justru lebih menyerupai sosok orang Sumeria. Memang, tidak semua patung seperti ini karena ada banyak pula patung yang sosoknya mewakili orang Jawa pada masa itu. Walau bagaimana pun, tetap saja pertanyaan mengapa ada patung-patung mirip orang Sumeria di tempat ini mengemuka.

Selain itu, pahatan wajah, bentuk mata, potongan rambut, pakaian, serta perhiasan pada patung-patung di sini juga ada yang tidak mencerminkan model orang Jawa, melainkan bangsa Sumeria, Viking, Mayan, Romawi (Rum), dan Yunani. Kita mengetahui jika sampai sekarang, para sejarawan mengklaim jika peradaban Sumeria merupakan peradaban tertua yang pernah ditemukan di bumi. Ada pula patung ‘orang Sumeria’ yang digambarkan dengan wajah memelas atau ketakutan dengan posisi badan seperti orang yang menyerah atau takluk?

Salah satu contoh, patung ini telinganya tidak menggunakan sumping seperti orang Jawa kebanyakan, namun menggunakan anting-anting. Pada lengan tangan, orang Jawa biasanya menggunakan kelat bahu seperti yang sekarang masih tersimpan di Museum Gajah Jakarta, namun pada patung ini tidak. Pergelangan tangan orang Jawa biasanya juga memakai gelang jenis keroncong, tetapi pada patung ini malah terlihat menggunakan gelang yang sangat mirip dengan jam tangan atau arloji. Asal tahu saja, gelang sejenis ini merupakan gelang ciri khas orang-orang Sumeria. Cobalah mengamati kedua gambar di bawah ini untuk bisa mengetahui di mana persamaannya.

Sudah menjadi tradisi orang Sumeria jika perhiasan berupa gelang yang menyerupai jam tangan hanya digunakan oleh mereka yang berasal dari kalangan bangsawan dan ksatria. Begitu juga dengan bentuk mahkota rambut dan jenggotnya.

Pertanyaannya, mengapa ada patung mirip orang Sumeria yang menurut literatur telah ada pada zaman 3.000-4.000 tahun sebelum Masehi di Candi Cetho? Jika mereka dianggap manusia pertama yang beradab, maka mengapa mereka dibuat seperti orang takluk di lereng Gunung Lawu ini? Benarkah Cetho dan Sukuh dibangun pada abad ke-15 Masehi atau malah usianya jauh lebih tua lagi? Apakah nenek moyang kita dahulu kala pernah bergaul dengan orang Sumeria dalam satu waktu, yang berarti ribuan tahun sebelum masehi?

Tak jauh dari Candi Cetho, terdapat Candi Sukuh. Keduanya sama-sama berdiri di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 1.186 meter diatas permukaan laut. Candi ini berada di Dusun Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dalam penulisan banyak artikel, Sukuh lebih terkenal dibandingkan Cetho. Namun sering pula selalu digandengkan. Kepopuleran Sukuh disebabkan bentuknya yang unik, mirip dengan bangunan-bangunan piramida yang ada di Mesir, Chichen Itza, dan Tenochticlan di Mexico, serta Copan di Honduras, hanya saja ukurannya lebih kecil.

Garuda Atau Horus di Sukuh?

Selain bentuknya, salah satu yang menarik di Sukuh adalah patung berbadan manusia namun memiliki sayap. DI depan, patung ini kepalanya hilang, namun di belakang candi terdapat beberapa patung dengan sosok yang sama namun kepalanya masih ada dan berbentuk kepala burung.

Para arkeolog menganggap ini sebagai penjelmaan dari Burung Garuda atau Jatayu. Namun boleh saja mereka menganggapnya demikian, namun dunia lebih mengenal simbol manusia bersayap dengan kepala burung sebagai Horus, “The Famous Bird-head Haggadah”, yang berasal dari bangsa Yahudi.


Piramida Sebagai Bangunan Pengumpul Energi

Coba berhenti sejenak dan kita mulai memikirkan mengapa di berbagai belahan dunia sejak zaman dahulu kala sampai hari ini masih saja ada sejumlah bangunan berbentuk piramida yang terus-menerus didirikan? Ada berbagai gambar dan simbol piramida yang terus-menerus disosialisasikan? Apakah ini hanya kebetulan?

Dahulu, para Firaun Mesir membangun piramida sebagai cungkup makamnya, sebuah cungkup yang amat sangat besar. Bangsa Maya juga membangun piramida sebagai bangunan untuk bisa berkomunikasi dengan Yang Tertinggi. Dan ternyata di lereng Gunung Lawu, juga terdapat bangunan sejenis. Di masa modern, piramida kaca dibangun di depan Louvre Paris, di Washington, juga ada di banyak bangunan di dunia, termasuk di Jakarta. Belum lagi sosialisasi piramida, baik piramida utuh maupun sebagai simbol dan gambar. Bahkan sebuah bank swasta nasional besar di Indonesia pernah memajang gambar Piramida Illuminaty sebagai ikon promosinya.

Bentuk bangunan piramida, kepercayaan esoteris, dan kedatangan Dajjal di akhir zaman sesungguhnya saling terkait. Bagaimana keterkaitannya satu dengan yang lain? [EraMuslim]