28.6.11

Obelisk?

Keberadaan kerajaan Iblis di bumi ditandai dengan symbol-symbol sebagai "suatu pernyataan kehadirannya", misalnya symbol piramyd, mata Iblis all seeing eye, segitiga, matahari, unicorn, dan banyak lagi. Salah satu symbol dari keberadaan Iblis tersebut adalah Obelisk, suatu bentuk tugu batu persegi empat yang menjulang tinggi dengan piramyd di puncaknya. Keberadaan obelisk di berbagai titik penting di dunia memberi suatu makna tersendiri. Dan bagi kita, pengetahuan ini menjadi berguna dan penting untuk menyingkapkan rahasia kerajaan kegelapan dengan segala bentuk tipu muslihat dan dominasinya atas hal-hal tertentu. Dengan demikian tindakan-tindakan profetik kita bukan menjadi "sembarang memukul" tetapi mengerti apa yang kita lakukan.

SEJARAH OBELISK
Obelisk adalah bagian penting dari arsitektur Mesir sejak dahulu kala. Walau kata Obelisk sebenarnya adalah kata dari bahasa Yunani, yang berarti batu persegi empat yang panjang. Kata Yunani yang popular dipakai untuk menggambarkan jenis tugu ini ditemukan oleh seorang penjelajah terkenal dari Yunani bernama Herodotus.

Asal mulanya bangsa Mesir menjadikan obelisk sebagai bagian dari arsitektur kuil dan rumah mereka untuk didedikasikan atau sebagai bentuk penyembahan kepada Horus (nama lain dari dewa Ra = Matahari) anak dari Osiris dan Isis. Osiris (dewa vitalitas dan kesuburan) dan istrinya Isis (dewi kesembuhan) dianggap pasangan yang harmonis. Namun adik dari Osiris, yaitu Seth (dewa kekacauan, padang gurun dan badai) membunuh Osiris karena merasa cemburu dan membuang mayatnya ke sungai. Isis kemudian menemukan dan membangkitkannya kembali. Namun sekali lagi Seth membunuh dengan memotong tubuh Osiris menjadi 14 bagian. Seluruh potongan itu disebarkan keseluruh Mesir. Kembali Isis mencari seluruh potongan tubuh suaminya dan seluruhnya ditemukan kembali kecuali bagian alat kelaminnya yang tidak ditemukan.

Disinilah konon Obelisk menjadi lambang dari phallus (alat kelamin laki-laki) dari Dewa Osiris. Obelisk menjadi lambang kesuburan dan sekaligus menjadi lambang penyembahan kepada Dewa Matahari/Ra.

Telah tercatat bahwa di seluruh dunia saat ini ada 30 Obelisk asli (the original obelisk) dari Mesir yang masih tersisa. 8 berlokasi di Mesir, 13 di Roma, 4 di Inggris, 1 di Israel, 1 di Amerika, 1 di Turki, 1 di Ethiopia, dan sisanya tersebar di bagian dunia lainnya. Obelisk yang terbuat dari sebuah batu alami (bukan terdiri dari susunan batu). Tetapi pada masa selanjutnya berkembanglah pembuatan obelisk dalam berbagai bentuk dan model dengan prinsip yang sama yaitu 4 sisi bidang pada ujung atasnya berbentuk pyramid.

SYMBOL IBLIS
Sejak awal peradaban manusia Iblis telah menyatakan keberadaan dirinya ditangah-tengah manusia. Dia selalu ingin menguasai manusia dan tanpa malu-malu menyatakan keberadaan dirinya. Dimana ada orang yang melakukan penyembahan terhadap sesuatu benda khususnya, dia pasti hadir dan bersemayam. Karena Iblis selalu mencari orang yang mau menyembah dia baik secara sadar maupun tidak.

Keberadaan Obelisk merupakan bentuk penghinaan kepada Tuhan (dengan menunjukkan phallus ke langit). Hampir disetiap kota di dunia ada tugu-tugu Obelisk seperti ini, dan itu juga merupakan bukti penguasaan Iblis atas dunia: "…..seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat" (1 Yohanes 5:19). Setiap tempat yang dikuasainya selalu disertai dengan tanda-tanda atau symbol-symbol kerajaannya. Salah satunya ialah Obelisk ini.

Sebagai symbol dominasi Iblis atas bumi ini, kehadiran beberapa obelisk tertentu (di lokasi tertentu juga) merupakan "tanda tangannya". Diketahui bahwa obelish di Washington DC merupakan symbol penguasaan Iblis atas EKONOMI dunia; obelish di Luxsor, Mesir, merupakan symbol penguasaan Iblis atas PEMERINTAHAN dunia; dan obelisk di Vatican, Roma - Italia, merupakan symbol penguasaan Iblis atas AGAMA dunia. Ekonomi, Pemerintahan, dan Agama dunia penguasaannya diwakili oleh ketiga obelisk tersebut. Penjelasan detail mengenai hal tersebut akan mencengangkan siapapun. Bahwa benda-benda mati yang disembah dan dihormati ternyata berunsurkan kekuatan-kekuatan spiritual yang tidak main-main, dan dipercaya (sebagai tradisi ritual) oleh mereka yang dianggap sangat "berwawasan sekuler" sekalipun. Dan obelisk adalah salah satunya, bukan satu-satunya. Masih begitu banyak "kehadiran" yang misterius disekitar kita, bahkan hal-hal yang telah akrab dalam kehidupan sehari-hari kita. Mengucap syukur atas kehadiran Ruach haKodesh di dalam kita, karena tanpa itu kita tidak punya kesanggupan untuk "membedakan" mana yang dari Tuhan dan mana yang dari musuh-musuh Tuhan.

Jelas, kehadiran Iblis telah nyata di seluruh bagian dunia ini (bd. MS: System Global Babel) di dalam segala aspek kehidupan manusia: bisnis, sosial, politik, pendidikan, gaya hidup, teknologi, dan terlebih lagi di kehidupan rohani manusia. Dalam kondisi dunia seperti ini, kehadiran The Covenant Holders menjadi teramat penting untuk berfungsi "menahan" kekuatan musuh atas gereja Tuhan. Sadar dan berjaga-jagalah, dengan pengetahuan Visi Global Elohim kita tidak akan tertipu dan dijerat oleh segala muslihat iblis. Yehua Hamasiah menyatakan janji-Nya, alam maut tidak dapat menguasai kita. Dan dimana ada Ruach HaKodesh, disitu ada kemerdekaan, merdeka menjadi kebutuhan ditengah dunia yang tidak merdeka ini. Sudahkah kita menggenapi janji itu di dalam kehidupan kita? (bs).

http://www.cherubimsonline.com/obelisk.php?mencat=2&submencat=1&show=1&content=1

Obelisk di Vatikan. Iblis berhasil 'menancapkan kuku' pengaruhnya pada ajaran Allah azza wa jalla yang dibawa Isa as. Jadi teringat dengan yang ada di film Zeitgeist...










What is an Obelisk and where did they come from?

After studying this paper a Christian might ask should we accept the obelisks such as these in Rome, London, New York, and Washington? You will find they did not come from Christianity.

An obelisk is a monolithic stone monument whose four sides, which generally carry inscriptions, gently taper into a pyramidion at the top. The ancient Egyptians usually erected them in pairs and associated them with the rays of the Sun, which increase in width as they reach the Earth. The earliest known examples, excavated at Abu Sir, Egypt, date from the Old Kingdom during the reign of Neuserre (2449-2417 BC). The unfinished obelisk in the quarry at Aswan shows how these monuments, some more than 32 m (105 ft) long, were cut as single pieces of red granite. Their transport on barges down the Nile is depicted on relief sculptures. So popular were these monuments among the Roman emperors that 13 of them were taken to Rome. Today, in addition to CLEOPATRA's NEEDLES in London and New York, historic Egyptian examples stand in Paris, Florence, and Rome. Cleopatra's Needles, named for the famous Egyptian queen, are two ancient OBELISKS presented by the khedive of Egypt to Great Britain (1878) and the United States (1880). The British monument, 20.9 m (68.5 ft) high, is located on the Thames Embankment in London. The American one, 21.2 m (69.5 ft) high, stands in New York City's Central Park. They were originally erected c.1500 BC in the city of HELIOPOLIS by THUTMOSE III. In 14 BC, Augustus ordered their removal to Alexandria to grace the grounds of the Caesareum. The British installed their obelisk at its present location in 1878; the Americans did so in 1881. Carved from rose-colored Syrene granite and inscribed with HIEROGLYPHICS, each weighs approximately 200 tons. In recent years, the surfaces of the obelisks have eroded because of moist air and urban pollution.

The Obelisk you see below was brought from Egypt and erected at the Vatican.

The Italian architect Domenico Fontana, 1543-1607, traveled to Rome from his native Lugano in 1563, accompanied by his older brother Giovanni, who later became a celebrated engineer. Fontana was commissioned in 1585 by Cardinal Felice Peretti to design a chapel in the Basilica of Santa Maria Maggiore, and when the cardinal was elected Pope Sixtus V in the same year, Fontana became the architect to the papacy. During the 5-year reign of Sixtus, the city of Rome was extensively rebuilt under Fontana's direction; it took on the baroque form that survives to this day. Fontana's part in this large project included the designs of the Vatican, Lateran, and Quirinal palaces (see VATICAN PALACE), the Vatican Library, and completion of the dome of SAINT PETER'S BASILICA, all of which were executed between 1585 and 1590. In 1586, Fontana removed an ancient Egyptian obelisk from the side of the Vatican to its present position in front of Saint Peter's, where it distracts from the effect of Giovanni Lorenzo BERNINI's colonnades. For this, as for almost all his other work, Fontana has been denigrated by modern architectural historians, who have characterized his talent as uninspired and mediocre. Fontana was deprived of his post by Pope Clement VIII in 1592. He was obliged to move to Naples, were he built the Palazzo Reale (1600-02). Howard Batchelor - Bibliography: Giedion, S., Space, Time, and Architecture (1954); Heydenreich, Ludwig, and Lotz, Wolfgang, Architecture in Italy: 1400-1600 (1967)


Obelisk of Ramses II on the left and a 3/4 view on the right.



The obelisk in front of the Pylon, left side in the picture on the right is the "Ramses II Obelisk" which is shown on your left. Also you will notice the foundation stone at right side in front of the Pylon. This is the site for the obelisk which was shipped off to Paris in the 19th century.

Obelisk of Ramses II History
The Obelisk above on the left is the Obelisk of Ramses II who was one of the greatest pharaohs in Ancient Egypt, and also called "Ramses the Great". He built many magnificent memorials. Abu Simbel, with their four colossal statues of Ramses II, is the most magnificent and the best known. He erected more obelisks than any other pharaohs. In fact, 9 obelisks still remain. See here for the details. He was a competent administrator, and successfully governed a vast Empire territory from Syria in North to Sudan in South. He ruled for 67 or 68 years, and lived until he was 92, and it is said that he got 162 sons and daughters. (Source: "Ramses der Grosse" by Philipp Vandenberg, 1977 Scherz Verlag)

Most of Ramses' obelisks are relatively small, but the two that stood before the 1st pylon of the Luxor Temple are quite large. This is the 2nd largest one among existing obelisks in Egypt, followed to Queen Hatshepsut Obelisk. At the base of the obelisk, there is a relief of four animals. They are baboons (a kind of monkey). The people at that time believed it raises their front feet in adoration of the sun when it rises in the morning from east horizon.

Inscriptions: Each of the four sides of this obelisk has at the top the scenes of Ramses making offerings to the god Amun-Re, beneath which are three columns of hieroglyph. On the northern face, the column on the right deems Ramses "splendid of statues, great of monuments in the Southern Opet [Luxor]...making monuments in Thebes for the One." The left-hand column meanwhile, proclaims the pharaoh "the sovereign, great of Jubilees like Tatenen, making monuments in Karnak for his father Amun-Re who placed him upon his throne...."

Present State: As one of the pair was lost, now only one remains. Leslie Greener (the artist and historian of Egyptology) says about the Luxor Temple, "Its imposing pylon gate will always have the bereft appearance of an elephant with one tusk missing."
(Source: "The Obelisk of Egypt" by Labib Habachi, 1977 Charles Scribner's Sons) Even if it's only one, the obelisk with a great pylon is must to see. Luxor was called "Thebes" in ancient Egypt. Historic sites in Luxor district were registered as UNESCO's World Heritage in 1979.

Cleopatra's Needles
There are three Cleopatra's Needles: in London, Paris and New York City. Each obelisk is made of red granite, stands about 68 feet high, weighs about 180 tons and is inscribed with hieroglyphs. Although the needles are genuine Ancient Egyptian obelisks, they are somewhat misnamed as they have no inscriptions associated with queen Cleopatra VII of Egypt. They were originally erected in the Egyptian city of Heliopolis on the orders of Thutmose III, around 1450 B.C.E. The quarry from which the red granite was obtained was near Aswan. The inscriptions were added about 200 years later by Ramses II to commemorate his military victories. The obelisks were later moved to Alexandria and set up in the Caesarium — a temple built by Cleopatra (hence the name Cleopatra's Needle) in honor of Mark Antony — by the Romans, during the reign of Augustus Caesar, but were later toppled. The knocking down of the obelisks allowed them to be buried in sand, which helped preserve them from local weathering. It is included in this section (Weathering) of the Earth Science Image Archive because it emphasizes the concept of the rate of weathering for the same rock type in different climates. Unfortunately I do not have any "before pictures", just "after pictures" that show significant weathering effects.

London ("Cleopatra's Needles")

This "fallen" obelisk is the one which was transported to London, and its companion was also transported to New York 3 years later in 1880. Therefore, there is nothing in Alexandria at present. Egyptian viceroy, Mohammed Ali approved in 1819 that Egypy would make a gift obelisk to Britain. In 1831 the approval was renewed, but the British Government declined to fund the expense of transportation it to London, although it welcomed the gesture. On the other hand, France obtained an another obelisk (where was in Luxor), and sucessfully transported it to Paris in 1832. Finally in the 1870s, the soldier-turned-writer General James Alexander took up the cause, and then he did serious efforts for this collection with the support by a millionaire Sir James Erasmus Wilson who offered the private fund voluntarily. After a time-consuming negotiation with the land owner of the obelisk, it was planned that the obelisk is transported over the ocean with a special iron container (cylindrical case) named Cleopatra made by the engineer, John Dixson. At last, Cleopatra which contains the obelisk departed the Port of Alexandria, towed by the mother ship Olga, on September 21st, 1877. Here are some pictures on the journey.

Paris, France ("Cleopatra's Needles")



Location: Place de la Concorde, Paris, France. (Also known as Cleopatra's Needles. See note above)
Pharaoh: Ramses II (The 19th Dynasty, reigned B.C. 1304-1237)
Height: 22.83 meters or 74 feet (There are various data like, 22.55 meters, 23.39 meters, etc.)
Pedestal: 2.44 meters (4 meters?) One reliable source says 32 meters or 107 feet including the pedestal + new golden pyramidion. This may be more accurate.
Weight: 227 tons (There are various data like, 220 tons, 230 tons, 250 tons, etc.)
Stone: Red granite.

Provenance: This is the one of the pair of obelisks that were erected in front of Luxor Temple, in B.C. 13th Century, and transported to Paris in 19th Century. Another one still remains at the original cite in Luxor.

New York ("Cleopatra's Needles")


According to the history books, "Cleopatra's Needles" is the name given to two Egyptian obelisks from Alexandria (Egypt). Today, one of the Cleopatra's Needles is in New York and the other one is in London. The obelisks are made of the rosered granite of Syene and are almost 70' in height. They were originally erected by the Egyptian king Thothmes III in front of the great temple of Heliopolis around 1500 B.C. The New York City obelisk was presented as a gift to America in 1881 by the Rhedive of Egypt in the hope of stimulating economic investment in his country, and it took four months to move the obelisk from the Hudson River dock to its present location inside Central Park. The name Cleopatra's Needle is in fact a romantic invention simply because that queen is well-known to us via the likes of William Shakespeare and Elizabeth Taylor, as the obelisks are not connected to her at all.

"Theodosius Obelisk"

This obeliks is called Theodosius, because the Byzantine (Eastern Roman) Emperor in the late 4th Century, Theodosius I carried it into the current site. This obelisk is located in the site of Square of Horses [The Hippodrome Square] in Istanbul. The ancient Hippodrome, the scene of chariot races and the center of Byzantine civic life, located in front (west) of famous Blue Mosque [Sultanahmet Camii]. Interseting thing is there are three pillars in the site of Hippodrome. From north to south; Theodosius Obelisk (Dikilitas), Serpentine Column (Burmali Sutun, or Snake Tower), and Constantinus VII Column (Colossus). This obelisk once graced the Karnak Great Temple of Amun (Amon) in ancient Thebes (now, Luxor). It was one of two erected at the south of the 7th Pylon of the Great Temple by Tuthmosis III. No one knows who ordered its removal from Karnak, or whether it was still standing when it was taken. It was transported to Alexsandria under the orders of the Byzantine (Eastern Roman) Emperor Constantius II (reigned A.D. 337-361). He is different from Constantinus II, just one letter is different ("tius" vs. "tinus"), who transported an obelisk to Rome, which is now called "Lateran Obelisk"], and then finally transported to Constantinople (now Istanbul) by the Byzantine Emperor Theodosius I (reigned A.D. 379-395). It was erected in A.D. 390.

This Obelisk erected by Queen Hatshepsut (1473-1458BC)


It is 97 feet tall and weighs approximately 320 tons (some sources say 700 tons). An inscription at its base indicates that the work of cutting the monolith out of the quarry required seven months of labor. Nearby stands a smaller obelisk erected by Tuthmosis I (1504-1492 BC). It is 75 feet high, has sides 6 feet wide at its base, and weighs between 143 and 160 tons. Hatshepsut raised four obelisks at Karnak, only one of which still stands. The Egyptian obelisks were always carved from single pieces of stone, usually pink granite from the distant quarries at Aswan, but exactly how they were transported hundreds of miles and then erected without block and tackle remains something of a mystery. Of the hundreds of obelisks that once stood in Egypt, only nine now stand; ten more lay broken, victims of conquerors, or of the religious fanaticism of competing cults. The rest are buried or have been carried away to foreign lands to dwell in the central parks and museum concourses of New York, Paris, Rome, Istanbul and other cities.

The use of the obelisks is even more of a mystery than their carving and means of erection. While the obelisks are usually covered with inscriptions, these offer no clue to the function, but are instead commemorative notations indicating when and by whom the obelisk was carved. It has been suggested that the erection of the obelisk was a gesture symbolizing the 'djed' pillar, the Osirian symbol standing for the backbone of the physical world and the channel through which the divine spirit might rise to rejoin its source. John Anthony West notes that the obelisks were usually erected in pairs, one obelisk being taller than the other, and that the dimensions of the obelisk and the precise angles of its shaft and pyramidion cap (originally plated in electrum, an alloy of silver and gold) were calculated according to geodetic data pertaining to the exact latitude and longitude where the obelisk was set. "The shadows cast by the pair of unequal obelisks would enable the astronomer/priests to obtain precise calendrical and astronomical data relevant to the given site and its relationship to other key sites also furnished with obelisks." Readers interested in the fascinating subject of obelisks should consult The Magic of Obelisks by Peter Tompkins and the Orion Mystery by Bauval and Gilbert.

In Upper Egypt, on the eastern bank of the Nile, stand the remains of the most extensive temple complex of the Dynastic Egyptians. The entire site was called Wast by the Egyptians, Thebai by the Greeks, and Thebes by the Europeans (the word Thebai derives from the Egyptian word Apet, which was the name of the most important festival held each year at Luxor). A large proportion of the ruins of ancient Egypt are situated here, divided between the temples of Luxor (from the Arabic L'Ouqsor, meaning 'the palaces') and the temples of Karnak (this name deriving from the Arab village of Al-karnak). The ruins of both these temple complexes cover a considerable area and are still very impressive.

Nothing remains, however, of the houses, markets, palaces and gardens that must have surrounded the temples in ancient times. The principal feature in Egyptian social centers, and usually the only one to have survived, was the temple. Not a place for collective worship but rather a house of the gods, only the temple's priests and the high nobility were allowed to enter the inner sanctums. The temple did however, act as a cohesive focal point for the local community, who participated in the numerous pilgrimage festivals and processions to the temple. Recent excavations have pushed the history of Karnak back to around 3200 BC, when there was a small settlement on the bank of the Nile where Karnak now stands. The great temple complex at Karnak is, however, mostly a Middle Kingdom creation. Archaeological excavation reveals that the complex was in a near constant state of construction and deconstruction, and that almost every king of the Middle Kingdom left some mark of his presence at Karnak.

The central temple at Karnak was dedicated to the state god, Amon, and is so oriented to admit the light of the setting sun at the time of summer solstice. Just north of this temple are the foundations of an earlier, but also central and primary, temple dedicated to the god Montu. Little remains of this temple, not because it was weathered by the elements, but rather because it was systematically deconstructed and its building stones used in the construction of other temples. According to Schwaller de Lubicz, this mysterious dismantling of temples, found at Karnak and numerous other places in Egypt, has to do with the changing of the astrological cycles. The supplanting of the bull of Montu with the ram of Amon coincides with the astronomical shift from the age of Taurus, the bull, to the age of Aries, the ram; the earlier temple of Montu had lost its significance with the astronomical change and thus a new temple was constructed to be used in alignment with the current configuration of the stars.

Washington Monument: (Obelisk)

Check out the Washington Obelisk at night with the lights on at the top. It looks very evil with the red lights looking at you as eyes
 The Washington Monument is the most prominent, as well as one of the older, attractions in Washington, D.C. It was built in honor of George Washington, who led the country to independence, and then became its first President. The Monument is shaped like an Egyptian obelisk, 555’ 5/8” high, and averages 30 to 40 miles visibility in clear weather. It was finished on December 6, 1884.
Check out the Washington Obelisk at night with the lights on at the top. It looks very evil with the red lights looking at you as eyes. Baal is identified as Satan by Jesus himself in Matthew 10:25, Mark.3:22-26, and Luke 11:15-19.

Below is a map with locations of all the Obelisks in the world.


Christians should know the steeples on churches are from the old Obelisk and is Baal worship.

The Egyptians worshipped the sun, also known as Baal and the Obelisk was their tool to do so. Now ask yourself, why would an ancient symbol right out of Baal worship be placed as an official statue in the capital city of a Nation that professes the creator God and His Son Jesus as the Savior? Have you ever seen the Washington Obelisk with the lights on at the top? Baal is identified as Satan by Jesus himself in Matthew 10:25, Mark.3:22-26, and Luke 11:15-19. The endtime book of Revelation is written to warn us to repent. If we don't repent we will receive the wrath of God!


This research is the work of: Timothy M. Youngblood
Author/Webmaster of: The Master's Table

Obelisk Fir’aun

The Washington Monument _Obelisk Fir'aun
Hampir seluruh presiden Amerika Serikat (AS) ketika dilantik berdiri di sebuah podium yang menghadap lurus ke sebuah obelisk yang menjulang tinggi. Obelisk tersebut bernama The Washington Monument. Tahukah Anda jika obelisk tersebut merupakan obelisk asli yang diambil dari Giza Mesir, warisan dari zaman Firaun. Sekarang ini, hanya ada tiga obelisk asli era Firaun: Pertama, didirikan di tengah lapangan Katedral Saint Peter di Vatikan, di mana setiap Paus baru yang dilantik dan diambil sumpahnya pasti menghadap obelisk tersebut (Peter Tomkins: The Magic of Obelisk; NY, 1982). Yang kedua, pada tahun 1881 dikirim ke Amerika dari Iskandariyah-Mesir dan ditempatkan di Central Park-NY. Dan obelisk yang ketiga, didirikan di Washington DC tepat di titik pertemuan White House dengan Gedung Capitol.

Obelisk sendiri merupakan simbolisasi nyala api yang mengarah ke atas, ke arah pemujaan terhadap Dewa Matahari (Helios atau Ra Goddes). Matahari merupakan tuhan tertinggi kaum pagan yang tetap lestari hingga kini. Sunday merupakan hari penyembahan terhadap Dewa Matahari, di mana sekarang diwarisi oleh kalangan Kristen di dalam menunaikan kebaktiannya. Padahal Nabi Isa a.s. selalu beribadah setiap hari dan tidak mengistimewakan hari Minggu. Sebab itu, Obelisk juga dimaksudkan sebagai penyembahan terhadap Dewa Matahari.

Obelisk yang berdiri di Washington DC ini sungguh menyimpan banyak simbol pagan Kabbalah berupa numerology yang diyakini memiliki daya magis tertentu bagi kaum Luciferian (Illuminaty). Di antaranya adalah:
  • Obelisk tersebut tersusun dari 36.000 blok batu granit. Angka 36 merupakan penjelmaan dari Triple 13, angka penting Kabbalah yang memiliki arti “The Extreme Rebellion” dan disucikan.
  • Berat puncak obelisk tepat 3.300 pounds. Angka 33 merupakan penjelmaan Triple 11, “The Twin Pillars”. Menara kembar WTC juga memiliki arti yang sama dengan angka 11. Ini merupakan simbol bagi gerbang atau pintu masuk Haikal Sulaiman.
  • Obelisk ini memuat 188 batu masonik yang khusus disumbangkan secara pribadi atau atas nama yayasan dan negara dari tokoh-tokoh Mason seluruh dunia. Selain itu terdapat 35 buah batu masonik yang masing-masing merupakan sumbangan khusus dari 35 Loji Mason (Masonic Lodge) seluruh dunia. Ke-35 batu mason ini tidak diletakkan di sembarang tempat, namun dikumpulkan di bagian khusus yang berada di ketinggian 330 kaki (Triple 11).
  • Jumlah total biaya untuk mendirikan Washington Monument ini dilaporkan menelan dana US$ 1.300.000. Angka ini sekali lagi menunjuk sebuah angka keramat Mason yakni 13.
  • Monumen ini dihiasi dengan jendela 8 buah. Angka 8 memiliki arti sebagai “The New Beginning”. Jendela-jendela tersebut bila dihitung keseluruhan luasnya maka akan didapat ukuran luas sebesar 39 kaki persegi (Triple 13).
  • Kabbalah sebagai dasar kepercayaan mistis kaum Zionis sangat mempercayai numerologi. Sebab itu, kaum Yahudi juga disebut sebagai kaum Geometrian. Semua ilmu sihir dunia berasal dari sini. Semua monumen dan gedung bersejarah, juga arsitektur kota Washington DC dibangun berdasarkan perhitungan geometrian ini. 

http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/inaugurasi-obama-masonic-bible-dan-obelisk-fir-aun.htm

Jangan Pandang Sebelah Mata “Kekasih” Nabi

SUATU hari Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam kedatangan seorang utusan kaum fuqara. Kepada baginda Nabi SAW dia berkata.”Ya Rasulullah, kami atas nama wakil para fuqara menghadapmu,” Jawab Nabi, ”Selamat datang bagimu dan mereka, engkau datang mewakili orang-orang yang disenangi Allah.” Selanjutnya utusan itu bertanya, ”Wahai Rasul pendapat di kalangan kami mengatakan, bahwa orang-orang kaya mampu melakukan segala amal baik: Ibadah hari dapat, sedangkan kami tidak; sedekah oke sedangkan kami untuk makan saja pas-pasan…

Rasul pun menjawab, ”Sampaikanlah kepada mereka, bahwa jika mereka bersabar atas kefakiran maka akan memperoleh 3 pahala yang tidak diperoleh orang-orang kaya:

Pertama; kamar merah di surga, para penghuni surga melihatnya seperti masyarakat dunia melihat bintang di langit. Siapapun tidak boleh masuk ke dalamnya, kecuali Nabi, fakir, syuhada fakir, dan mukmin fakir.

Kedua, para fuqara-masakin lebih dulu masuk surga 500 tahun (waktu dunia) sebelum orang-orang kaya. Mereka bebas bergembira dan bersenan-senang di dalamnya.

Ketiga, bacaan tasbih, tahmid, takbir dan tahlil para fuqara-masakin jauh lebih unggul dibandingkan dengan bacaan orang-orang kaya, sekalipun mereka tambah dengan 1000 dirham. Demikian pula amal kebaikan lainnya. Kemudian wakil dari fuqara itu pulang dan menyambaikan kabar gembira dari Nabi SAW tersebut kepada rekan-rekan mereka.

Jawab mereka,” Kami rela ya Tuhan, dan kami sangat lega hati. “
Rasulullah bersabda, "Setiap orang memiliki hobi, sedang hobiku fakir dan jihad, barangsiapa senang keduanya berarti senang kepadaku, dan yang membencinya berarti pula membenciku.” (Riwayat Anas bin Malik)

Dalam satu kesempatan, tokoh dari Bani Fazarah, Uyainah Hishin, bertamu ke rumah Rasul. Secara kebetulan saat itu di sana ada tiga orang shahabt Nabi yakni: Salman Al Farisi, Shuhaib Sinan Ar Rummy dan Bilan Bin Rabbah. Ketiga orang tersebut mengenakan pakaian—yang menurut Fazarah buruk dan bau.

Uyainah berkata, ”Kami adalah bangsawan yang punya harga diri, lalu kami masuk. Mereka hendaknya dikeluarkan, karena bau mereka mengganggu kami.”

Lalu Allah menurunkan firman-Nya.

Bersabarlah kamu bergaul dengan orang-orang yang selalu berdoa kepada Tuhan pagi-sore semata-mata hanya mengharap kerihdaan-Nya.” (Al-Kahfi: 28).

Dalam ayat tersebut Allah melarang orang berlaku seenaknya terhadap orang-orang yang sholeh walau kurang harta. Janganlah pandanganmu berpaling dari mereka, hanya karena menginginkan kemewahan dunia atau lantaran merasa diri kaya dan mampu. Bahkan setiap Muslim—sebagaimana hadits di atas—wajib menyenangi dan berbuat baik kepada fuqoro masakin, karena Allah dan Rasulnya telah menempatkan mereka pada tempat yang mulia.

Pada hari kiamat, seseorang dipanggil dan Allah berkata ramah/lunak kepadanya, seperti orang minta maaf, lalu firman-Nya,” Demi kemenangan dan keagungaan-Ku, harta dunia Ku-jauhkan darimu, bukan karena aku memandang hina kepadamu.

Tetapi hanya karena telah aku sediakan kemuliaan dan karunia bagimu. Keluarlah ke baarisan itu, cari orang yang pernah membantumu secara tulus ikhlas. Ajaklah mereka bersamamu, lalu ia mencarinya hingga ketemu orang-orang yang pernah membantunya dulu, dan mereka diajak bersama-sama masuk surga,” (Riwayat Hasan RA)

Masih dalam riwayat yang sama Rasulullah bersabda,”Bergaullah dengan fakir miskin sebanyak-banyaknya, bersikap sopanlah terhadap mereka, karena mereka akan diberi kekuasaan kelak.” Seseorang bertanya, ”Kekuasaan apa yang dimaksud,” Jawab Nabi, ”Kelak di hari kiamat diserukan kepada mereka: Perhatikan orang yang dahulu memberi makan dan minum kepadamu sekalipun hanya seteguk air, serta yang memberi pakaian sekalipun hanya sehelai kain, lalu ajaklah dan gandenglah tangan mereka menuju surga.” (Riwayat Hasan RA).

Lima Kemuliaan Fuqoro-Masakin

1. Pahala shalat, sedekah dan lain-lain melebihi orang kaya
2. Pahala dari keinginan yang tidak dipenuhi. Seorang bertanya kepada Nabi.” Jika kami menginginkan sesuatu, lalu tidak terpenuhi, berpahalakah kami?” Jawab Nabi,” Dengan amalah manal lagi kamu beroleh pahala jika tidak dengan demikian?” (Riwayat Hasan RA)
3. Masuk surga lebih dahulu
4. Ringan hizabnya
5. Tidak menyesal, sebab para orang kaya kelak ingin seperti orang miskin.

Meurut Al Faqih Abu Laits Samarqandi, ada beberapa fungsi fakir miskin yaitu:

1. Berfungsi sebagai dokter bagi orang kaya, karena jika sakit ia diperintahkan sedekan kepada fakir miskin.
2. Berfungsi sebagai pembersih, karena dengan sedekah dosa-dosa orang kaya lenyat, atau sebagai pembersih hartanya dengan memberikan zakat.
3. Sebagai pesuruh, karena ketika orang kaya akan bersedekah untuk bakti kepda orang tuanya yang sudah wafat, mereka mengundang orang fakir miskin dan memberikan sedekah kepada mereka.
4. Penjaga harta kekayaan, sebab harta yang dikeluarkan zakatnya(sedekahnya) akan dipelihara dari aneka bala(bencana).
Ibnu Abbas RA berkata,” Terkutuk orang yang memuliakan seseorang karena hartanya, dan menghina orang karena kemiskinannya.”

Satu saat iblis datang dalam ujud orangtua menemui Nabi Sulaiman Alaihis Salam. Kemudian beliau (Nabi Ssulaiman) bertanya, “Apa yang kau lakukan terhadap ummat Nabi Isa AS? Jawab iblis, ”Kuajak mereka menyembah dua tuhan selain Allah, lalu kepada ummat Muhammad, kubujuk mereka dengan emas dan perak, hingga kecintaan mereka terhadap keduanya melebihi “Lailaha illallah”. Kata Nabi Sulaiman, ”Aku berlindung kepada Allah dari godaanmu.” ( Riwayat Abddul Mun’im, Idris dari ayahnya, Wahb Manbah).

Fakir miskin wajib mengerti karunia Allah yang diberikan kepadanya, bahwa Allah menjauhkan harta, karena dimuliakan-Nya kelak di sisi-Nya. Karenanya janganlah mengeluh. Bersabarlah menghadapi kesulitan dunia, hal itu niscaya lebih baik daripada dunia.*/atw

http://hidayatullah.com/read/17497/14/06/2011/jangan-pandang-sebelah-mata-%E2%80%9Ckekasih%E2%80%9D-nabi-.html

12.6.11

(data) Endemol, pemegang lisensi acara "Big Brother" di TransTV...


Chairman and Chief Executive Officer
Ynon Kreiz
Ynon Kreiz
Prior to joining Endemol, Mr. Kreiz worked as an investor in the media industry. Between 2005-2007, Mr. Kreiz was a General Partner at Balderton Capital (formerly Benchmark Capital Europe), a leading venture capital firm, where he served on the boards of Setanta Sports and Codemasters.

Between 1997-2002 Mr. Kreiz was Chairman and CEO of Fox Kids Europe N.V. (FKE), which he co-founded with Mr. Haim Saban in October 1996. Under Mr. Kreiz's management, Fox Kids became one of the fastest growing pay-TV channel in Europe and the Middle East.

FKE was listed on the Euronext Stock Exchange in Amsterdam in November 1999. The majority shareholding in the company was subsequently sold to the Walt Disney Company in October 2001.

Mr. Kreiz was born in Israel in 1965. He is a graduate of UCLA's Anderson School of Management (MBA, 1993) and Tel Aviv University (BA, Economics and Management, 1991).



http://www.endemol.com/who/team-management-board.html#YnonKeriz 
http://www.endemol.com/news/endemol-s-global-hit-big-brother-wins-first-commis

4.6.11

Dengan Islam Kupinang Cinta: Melihat Dan Menangani Cinta Dengan Psikologi Islam


“Ketika kau terpikat cinta, Islamikanlah dia. Ketika sayapnya merengkuhmu, serahkanlah dia pada Al-Qur’an. Jadikanlah virus yang tersembunyi di balik sayapnya dan vaksin di hatimu.

Seumpama kita sesak napas terdekap olehnya, Al-Qur’an akan melapangkan kita, hingga kita menjadi sabar dan tegar. Dan kemudian, Allah akan menyinari pelayaran cinta kita dengan cahaya-Nya, hingga kita siap menjadi penyelam suci yang memancarkan kekudusan Tuhan.”

Kita tidak pernah mengerti, bagaimana cinta bisa hadir dalam diri. Cinta serasa datang begitu saja, tanpa aba-aba, tanpa rencana matang, lantas dengan polos cinta mengetuk pintu hati kita memberi kabar yang membuat kita kelu tak tentu arah.


Namun, makna cinta yang tersimpul dari kajian psikologi selama ini, telah menghadapkan kita pada dua jalan: Jalan kedewasaan ataupun gairah, serasa tidak ada Islam di dalamnya. Karena itu Freud pernah berujar bahwa libido adalah roda yang menggerakkan jati diri.

Selain itu, dengan triangular of love-nya, Sternberg pun mengalami benturan. Rasa-rasanya Triangular of Love ala J. Sternberg belum mampu menjelaskan konsep cinta antara anak dan orangtuanya, adik dan ayahnya. Sebab pada esensinya Konsep cinta Sternberg mengacu kepada cinta kepada pasangan dan komitmen mempertahankannya, belum lah menyertakan makna keislaman yang mendalam.

Cinta Dalam Islam
Sekarang problemnya adakah payung ilmu yang bisa menahan arti cinta secara menyeluruh. Apakah ada penjelasan cinta komperhensif dan bisa dibaca dari segala arah bagi kita sebagai umat muslim? Jawabannya? Mari kita lihat bagaimana Islam sebagai agama kita menjelaskan tentang tauhidi makna cinta yang amat mendalam.

Kata cinta dalam Al Qur’an disebut Hubb (mahabbah) dan Wudda (mawaddah), keduanya memiliki arti yang sama yaitu menyukai, senang, menyayangi.

Sebagaimana dalam QS Ali Imron : 14 “Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” Dalam ayat ini Hubb adalah suatu naluri yang dimiliki setiap manusia tanpa kecuali baik manusia beriman maupun manusia durjana.

Adapun Wudda dalam QS Maryam : 96 “ Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal sholeh, kelak Allah yang maha pemurah akan menanamkan dalam hati mereka kasih sayang.” Jadi Wudda (kasih sayang) diberikan Allah sebagai hadiah atas keimanan, amal sholeh manusia.

Dipertegas lagi dalam QS Ar Rum: 21 ketika Allah berfirman, “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah ia menciptakan untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Dalam ayat inipun Allah menggambarkan ‘cenderung dan tentram’ yang dapat diraih dengan pernikahan oleh masing-masing pasangan akan diberi hadiah (ja’ala) kasih sayang dan rahmat.

Dalam fil gharibil Qur’an dijelaskan bahwa hubb sebuah cinta yang meluap-luap, bergejolak. Sedangkan Wudda adalah cinta yang berupa angan-angan dan tidak akan terraih oleh manusia kecuali Allah menghendakinya, hanya Allah yang akan memberi cinta Nya kepada hamba yang dkehendakiNya.

Allah yang akan mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu belanjakan seluruh kekayaan yang ada di bumi, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kebahagiaan cinta jika Allah tidak menghendakiNya. Oleh karena itu terraihnya cinta—wudda pada satu pasangan itu karena kualitas keimanan ruhani pasangan tersebut. Semakin ia mendekatkan diri kepada sang Maha Pemilik Cinta maka akan semakin besarlah wudda yang Allah berikan pada pasangan tersebut.

Cinta inilah yang tidak akan luntur sampai di hari akhir nanti sekalipun maut memisahkannya, cinta atas nama Allah, mencintai sesuatu atau seseorang demi dan untuk Allah.

Problematika Cinta
Kita mungkin pernah sama-sama merasakan, ada suatu fase dalam hidup kita saat dimana pikiran, hati, kaki, tangan, dan jiwa kita ditentukan oleh cinta, bagaimana segala kebahagiaan itu ditentukan dari kesuksesan cinta dalam balutan standar manusia. Pada konten ini kemudian cinta berubah menjadi sayembara yang kerap melontarkan kata-kata penjara jiwa seperti “Hidupku akan mati jika diputus oleh kekasih” atau “Kita tidak bisa hidup tanpa kekasih”. Sedangkan, remaja kerap berkata, “Jika mempunyai kekasih, belajar akan lebih termotivasi”. Malah bisa jadi ada sumpah serapah yang terlontar kepada laki-laki atau perempuan yang telah mengkhianati cinta? Dan sebelum itu ketika saya kuliah, ada kawan berujar serius .”Akhi, pacaran adalah keniscayaan untuk merasakan cinta. Lo harus nyoba, kalau memang mau paham cinta”.

Saat itu saya tertegun, meretas senyum kepadanya, dan melambungkan mata ke atas untuk mengeri arti cinta sejati. Tanpa disadari kita sudah meletakkan sesuatu yang pasti kepada manusia yang lemah, individu yang tak tahu masa depan itu sendiri

Ketika kita mulai menjajakan cinta dan pada akhirnya kita gantungkan harapan cinta itu kepada manusia, pasti yang ada kekecewaan, karena kemampuan manusia terbatas. Ia tidak bisa memastikan, ia tidak bisa menjadi penentu pasti, manusia tetaplah manusia dengan segala kelemahannya. Adagium, sepandai-padaninya tupai melompat akhirnya jatuh juga, tidak bias makhluk, dan bukan sekedar pepatah dalam rangka mengingatkan ikhtiar manusia, karena pada kenyatannya, Allah telah menggariskan kemampuan manusia jauh sebelum adagium itu hadir. Sehubungan ini Allah SWT berfirman:

“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.”(QS. An-Nisa, 28).

“Allah telah menciptakan kalian lemah, kemudian menjadi kuat, lalu setelah kuat kalian menjadi lemah dan tua.” (QS. Rum, 54).

Masih banyak ayat lainnya yang menjelaskan hal serupa, mirip, dan memiliki kesamaan. Bahkan jauh melompat dari kedua ayat di atas, pada momentum ayat yang lainnya, Allah terang-terangan mengidentifikasikan manusia dalam keadaan yang begitu rentan terhadap hati. Dalam surah ke 70 ayat 19, Allah berfirman: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir”,

Tidak berakhir disitu, kemudian Allah menjelaskan lagi perihal makhluk hidup ini yang akan membuat kita terangsang untuk lekas mengintropeksi diri, muhasabah, dan kembali kepada khittah kehidupan cinta, yakni firman yang berbunyi selang dua ayat berikutnya, “dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”.

Problematika cinta manusia, sudah jauh di lukiskan dengan amat baik oleh Ibnu Qayyim. Dikaji mendalam oleh Imam ghazali, dan mundur ke belakang di tulis dengan amat menyentuh oleh Ibnu Taimiyyah. Tentu kapasitas penulis teramat jauh dengan kemampuan ulama besar itu yang kerap dikaji pada tiap malam di sebuah mesjid indah di Depok, dengan kitab Fenomenal Tazkiyatunnufus.

Ada banyak varian dari timbulnya problematika cinta, salah satunya bagaimana kita salah mengelola qalbu dalam cinta. Qolbu adalah wilayah yang urgen dalam kehidupan, hingga Rasulullah pernah mengeluarkan hadisnya yang menyentuh,

Ketahuilah sesungguh dalam jasad ada segumpal darah. Jika ia baik seluruh jasad akan baik pula. Jika ia rusak maka seluruh jasad akan rusak. Ketahuilah bahwa itu adalah qalbu.

Banyaknya manusia yang terpuruk dalam cinta dan dikuasai hawa nafsu tak lepas karena kita mengingkari kesucian qolbu, hati, dan nilai-nilai fitrah dalam diri. Wilayah sensitif ini menjadi lupa untuk kita perhatikan karena sudah demikiannya kita jauh dari Allah, dan merasa diri sombong dengan meletakkan ayat-ayat ilahi sebagai prioritas kedua dalam mengarungi cinta. Naudzubillah.

Kekuatan Hati
Saudaraku, percayalah, hati yang cemas, kikir, gelisah, kotor, dan merasa lelah menjalani hidup, dikarenakan kita sudah meletakkan standar-standar duniawi sebagai syarat kebahagiaan hakiki. Kita rela menyiksa hidup dengan syarat-syarat wahn yang sebenarnta tak bisa kita lakukan. Kalau kita mau jujur saja, secara hakiki, kesemua itu malah jauh dari sumber kebahagiaan yang sebenarnya, yakni ketenangan batin bagaimana kita selalu dekat dengan Allah.

Saudaraku, Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu pernah berkata bahwa “Tidak sempurna keselamatan qalbu seorang hamba melainkan setelah selamat dari lima perkara: syirik yg menentang tauhid bid’ah yang menyelisihi As-Sunnah, syahwat yg menyelisihi perintah kelalaian yg menyelisihi dzikir dan hawa nafsu yang menyelisihi ikhlas.” Hamba yg memiliki qalbun salim akan selalu mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia yg mana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempersiapkan tempat di surga.

Saudaraku, salah satu kunci kenyamanan hidup dimulai dari bagaimana kita mampu membangun suasana hati. Jika hati kita ikhlash dan bersih dengan penuh ketawadhuan, sesuatu yang kita pandang hina jadi sedemikian mulia, yang tadinya kita pandang kurang ternyata teramat cukup, sesuatu yang kita lihat kecil dan tak berdaya berubah jadi sangat besar dan penuh makna, dan apa yang kita lihat sedikit, dan ternyata terlampau banyak. Dan itu di mulai dari hati.

Sekarang apakah kita mau melepaskan segala ego, kesombongan, dan sebongkah egoisme besar dalam diri kita. Kini, apakah kita juga rela berhenti sejenak melepas atribut keduniawian kita untuk menghadap one by one dengan Allah dengan berkata jujur di depan SinggasanaNya. Jika kita berani, rasakanlah ada aliran kesejukan dan ketenangan yang sebelumnya tidak kita rasakan. Ia menetramkan. Ia pun mampu merubah paradigma kita tentang cinta, hidup, dunia, ujian, psikologis, dan sebagainya.

Jika tidak itu kembali kepada diri pribadi, apakah kita masih ingin bertahan lama pada topeng-topeng yang khusus diciptakan Allah untuk menguji keimanan kita? Demi Hidup yang digenggam olehNya, peracayalah itu kembali kepada kita.

Maka apabila hari kiamat telah datang. Pada hari ketika manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya. Dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada tiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia maka sesungguh nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Rabb dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu maka sesungguh surgalah tempat tinggalnya.” (An Naziat ayat 34-42).

Allahua'lam. (pz)

3.6.11

Mewaspadai Islam Jamaah (IJ) Dan LDII Paradigma Baru

Koran Republika edisi 7 April 2011, memuat berita dari Kepala Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama (Kemenag) tentang meningkatnya jumlah aliran sempalan di Indonesia. Hal ini juga diakui oleh Majelis Ulama Indonesia ( MUI ).

Ketua Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI, Utang Ranuwijaya, menyatakan bahwa ditingkat Pusat MUI telah mengeluarkan fatwa sesat bagi sekitar 10 kelompok pemain lama, terutama kelompok yang telah memiliki jaringan transprovinsi dan transnasional diantaranya adalah Islam Jamaah ( IJ ).

Utang menghimbau masyarakat untuk mewasdai aliran-aliran baru. Jangan mudah terpancing dengan berbagai iming-iming, baik iming-iming materi ataupun ajaran.

Tulisan ini ditulis oleh para mantan warga IJ yang pernah menjadi warga IJ selama lebih dari 30 tahun ( 1978 – 2010 ), dimaksudkan untuk memperkuat himbauan MUI, khususnya tentang IJ sehingga himbauan MUI tersebut lebih spesifik dengan kelengkapan informasi dari internal IJ sehingga masyarakat lebih mudah untuk mengenali dan mewaspadai IJ. Himbauan ini kami perluas kepada MUI pusat dan daerah, kepada ormas, dan kepada parpol agar mewaspadai upaya pertemanan/ pendekatan LDII ( Paradigma Baru ), karena menurut imam IJ, LDII adalah organisasinya IJ yang tugasnya untuk melindungi dan menutupi bithonah jamaah ( IJ ), termasuk diantaranya keimaman, benda sabilillah, infaq dan lain-lain. Pernyataan imam IJ ini ditulis pada dokumen internal IJ yang disebut teks daerahan, yang dibacakan dan dibagikan pada pertemuan bulanan antara imam IJ pusat dengan imam-imam IJ tingkat daerah, di Kediri dan di Jakarta pada bulan Februari 2007

A. Apa, Siapa dan Apa Ajaran Islam Jamaah ?
Islam Jamaah ( IJ ) adalah sebutan yang ditujukan kepada kelompok umat Islam, yang awalnya dipimpin oleh H. Nurhasan Ubaidah ( HNU ) sejak pembaiatannya sebagai imam IJ yang diakuinya pada tahun 1941. Organisasi yang pertama kali dibentuk oleh pimpinan IJ adalah Yayasan Pengajian Islam Djamaah (YPID), yang kemudian beberapa kali berubah nama, dan nama organisasi IJ yang sekarang adalah Lembaga Dakwah Islam Indonesia ( LDII ). MUI telah mengeluarkan fatwa sesat terhadap ajaran Islam Jamaah sejak lama sejalan dengan larangan Pemerintah RI terhadap ajaran Islam Jamaah dengan nama apapun melalui Surat Keputusan Jaksa Agung RI No: 089/DA/10/1971. Namun Islam Jamaah nyatanya masih aktif meneruskan ajaran HNU.

Kegiatan warga IJ yang nampak dimasyarakat adalah pengajian al- Qur’an dan Al-Hadits yang terjadwal dengan intensitas tinggi. Sampai disini nyaris tidak ada kemusykilan, namun kalau anda mampu mencermati lebih jauh, maka akan nampak bahwa yang menjadi landasan kegiatan mereka adalah ajaran-ajaran rahasia ( bithonah ) imam mereka, diantaranya yaitu :
  1. Ber-Baiat Kepada Imam IJ : warga IJ harus yakin bahwa dengan berbaiat kepada imam IJ dan menta’ati ajarannya hidupnya halal dan matinya wajib masuk surga, sedangkan diluar IJ Islamnya tertolak dan matinya wajib masuk neraka.
  2. Ilmu Manqul : bahwa ilmu agama harus diambil ( manqul) dari jalur HNU, kalau tidak, maka ilmunya tidak sah, ibadahnya tidak sah dan Islamnya tidak sah alias belum/ tidak Islam
  3. Infaq Persenan Wajib : wajib infaq sampai 10% dari penghasilan disetor kepada imam Pusat sebagai tanda sambung dengan imam. Ditambah infaq dan sodaqoh lain untuk Pusat, Daerah, Desa dan Kelompok
  4. Praktek Pengkafiran : Warga IJ mempraktekkan pengkafiran muslim lainnya dalam hal a) tidak makmum sholat kepada imam sholat non warga IJ, kalau terpaksa harus makmum maka niatnya sholat munfarid/ sholat sendiri, b) tidak menyolati atau mendoakan jenazah muslim non warga IJ walaupun orang tua sendiri, c) anak-anak warga IJ yang tidak mau masuk IJ tidak mendapat haq waris d ) tidak boleh nikah dengan orang Islam diluar IJ, dan sahnya nikah harus Nikah Dalam ( ND ) dulu, nikah di KUA hanya formalitas untuk mendapatkan surat nikah, e) warga IJ yang keluar atau dikeluarkan dari IJ dihukumi murtad dari Islam, f) dll.
  5. Nasehat Pokok Imam IJ Kepada Warga IJ pada teks daerahan bulanan berbunyi : Barang siapa yang mau tetap menetapi, memerlukan dan mempersungguh Qur’an, Hadits, Jama’ah CARA LIMA BAB karena Allah sampai pol tutug ajal matinya masing-masing WAJIB MASUK SURGA ( dalilnya Surat ANNISA ayat 13 dan hadits Tirmidzi juz 3 hal 315 ). Sebaliknya barang siapa yang tidak mau tetap menetapi memerlukan dan mempersungguh Qur’an Hadits Jamaah CARA LIMA BAB karena Allah sampai tutug pol ajalnya masing-masing WAJIB MASUK NERAKA ( dalilnya Surat ANNISA ayat 14 dan hadits Tirmidzi juz 3 hal 315 )

    Yang dimaksud cara 5 Bab adalah program ibadah IJ yaitu 1) ngaji, 2) ngamal, dan 3) membela Qur’an Hadits, 4) sambung jamaah , dan 5) to’at Allah, Rosul, imam secara Qur’an Hadits. Nasehat ini merupakan klaim IJ bahwa yang WAJIB MASUK SURGA hanya warga IJ karena hanya mereka yang menetapi Islam dengan cara 5 Bab yang spesifik ajaran HNU, sedangkan muslim lainnya yang menetapi agama Islam tidak secara 5 Bab IJ, WAJIB MASUK NERAKA. Doktrin ini menjadi pengikat warga IJ tetap dalam IJ, sebab kalau keluar diancam matinya WAJIB masuk neraka. Ini satu bukti kedustaan memaknai al-Qur’an surat AnNisa ayat 13 dan 14 untuk kepentingan kelompoknya
B. Apa Pendapat Para Ulama Tentang Ajaran- Ajaran Bithonah IJ ?

  1. MUI telah mengeluarkan fatwa sesat terhadap Islam Jamaah berdasarkan penelitian pengkajian dari Komisi Fatwa MUI dan menyatakan ajaran- ajaran IJ sangat bertentangan dengan ajaran Islam sebenarnya.
  2. Para ulama ahlu sunnah Mekkah dan Medinah diantaranya Sheikh DR. Muhammad bin Umar Bazmul dosen Universitas Ummul Quro Mekkah yang berkunjung ke Indonesia pada bulan Juli 2010, menyatakan bahwa ajaran-ajaran H. Nurhasan Ubaidah bukan dari ulama –ulama ahlu sunnah yang diakuinya sebagai guru-gurunya ( diantaranya Sheikh Umar Hamdan dll ), bukan dari para ulama ahlu sunnah terdahulu, bukan dari shahabat, dan bukan pula dari Rosullulohi shallallohu alaihi wasallam. Ajaran – ajaran ini, termasuk pengakuan H. Nurhasan sebagai amir adalah bathil, bahkan merupakan kedustaan kepada manusia yang jahil tentang Islam
  3. Kalau dikatakan landasan ajaran-ajaran tersebut dari ijtihad imam, maka inipun bathil karena imam ( kalaupun dia imam yang haq ) tidak punya haq sama sekali untuk membuat syariat baru dalam agama
C. Paradigma Baru LDII Mengecoh MUI :

  1. Sikap MUI terhadap ajaran Islam Jamaah/ Darul Hadits sejak tahun 1971 tetap konsisten bahwa ajaran – ajaran IJ sesat, dan yang terakhir adalah seperti yang dikatakan bapak Utang Ranuwijaya pada berita koran Republika diatas. Sebelum itu pada Musyawarah Nasional MUI 21- 29 Juli 2005, MUI merekomendasikan kepada Pemerintah untuk menindak tegas dan membubarkan aliran sesat seperti LDII ( Lembaga Dakwah Islam Indonesia ) dan Ahmadiyah, dan K.H. Ma’ruf Amin menegaskan lagi dalam wawancaranya dengan majalah Sabili bahwa LDII dinyatakan sesat karena LDII merupakan penjelmaan Islam Jamaah ( Sabili No.21 Th VIII 4 Mei 2006 )
  2. Namun kami melihat beberapa pimpinan MUI mulai bergeser/ terkecoh pandangannya terhadap LDII setelah ketua umum LDII datang ke kantor MUI dan menyatakan dengan sumpah demi Allah bahwa LDII sudah meninggalkan ajaran Islam Jamaah / H. Nurhasan Ubaidah. Padahal kami para mantan yang saat itu masih berada didalam IJ, tahu betul bahwa Paradigma Baru hanyalah siasat baru, dalam upaya untuk mendapat pengakuan dari MUI bahwa LDII/IJ sudah tidak sesat lagi. Maka ketika bapak K.H. Ma’ruf Amin berkunjung ke Pondok Kediri sekitar bulan Maret 2007 kami telah siap dengan praktek siasat paradigma baru kepada beliau
  3. Didorong oleh kepedulian kami kepada saudara-saudara dan sahabat- sahabat kami yang masih jadi warga IJ, kami datang ke MUI untuk presentasi dan menyampaikan persaksian tertulis tertanggal 20 Juni 2010 dengan bukti-bukti tentang LDII Paradigma Baru /IJ yang tidak berubah dari akidah dan ajaran H. Nurhasan Ubaidah. Kemudian atas pertanyaan/ permintaan Sekjen MUI bapak Drs. H.M.Ichwan Syam tentang perintah bithonah IJ, kamipun telah mengirimkan bukti-bukti perintah bithonah imam IJ tersebut berupa teks daerahan Feb- 2007, bersama surat kami tertanggal 08 April 2011. Perintah imam IJ tersebut singkatnya bisa dilihat dibawah ini
D. Bukti Perintah Rahasia Imam IJ Kepada LDII :

  1. Perintah pada teks daerahan bulan Feb 2007 ( teks daerahan sifatnya rahasia ) pada halaman 12-15 : ” 1) Seluruh anggota organisasi adalah orang jamaah, orangnya imam, 2) Seluruh harta benda organisasi adalah milik jamaah/ imam, 3) Segala kegiatan organisasi harus dibawah kendali imam, selanjutnya, salah satu tugasnya ( organisasi ) adalah melindungi dan menutupi segala sesuatu yang ada dalam jamaah yang memang harus ditutupi ( bithonah ), termasuk keimaman, benda sabilillah, infaq dan lain-lain”. bahwa : satu-satunya jamaah yang sah di Indonesia adalah jamaah kita ini, tidak ada lainnya. Dalam bidang keormasan dibentuk organisasi LDII yang berfungsi sebagai alat perjuangan jamaah ( IJ ).
  2. Dengan perintah imam ini jelas bagi kita bahwa sumpah Ketua Umum LDII yang mengatakan LDII sudah Paradigma Baru, adalah satu kedustaaan untuk menutupi kedustaan lebih besar yaitu bithonah IJ. Perintah imam kepada LDII pada teks daerahan Feb 2007, dikeluarkan sekitar 4 bulan setelah pergantian imam IJ ke-2 yaitu H. Abdudhohir Muhammad Suweh yang meninggal bulan September 2006, kepada imam IJ ke -3 H. Abdul Aziz Sulthon Aulia. Perintah ini untuk menjelaskan kepada semua warga IJ agar jangan salah mengerti bahwa pernyataan ketua umum LDII tentang Paradigma Baru hanya untuk pihak luar, sedang kedalam tidak ada perubahan, tetap QHJ= Qur’an Hadits Jamaah , tetap 5 Bab sampai pol ajal matinya masing-masing
E. Nasehat Kepada Imam IJ ke - 3 Bapak H. Abdul Aziz Sulthon Aulia

  1. Kepada bapak H. Abdul Aziz Sulthon Aulia kami ajak agar mau membaca nasehat ini dengan hati terbuka, ridlo karena Allah, bahkan sebaiknya bersyukur masih ada mantan warganya yang berani memperingatkan tentang bahaya kedustaan dalam agama yang berat hukumnya disisi Allah, kepada mantan imamnya ketika masih hidup,
  2. Bapak H. Abdul Aziz tidak perlu rahasia-rahasiaan lagi karena para imam di zaman shahabat, tabi’in, dan yang selajutnya tidak merahasiakan keimamannya seperti bapak, karena bagaimana bapak bisa menjadi pelindung umatnya kalau keadaan bapak juga dirahasiakan bahkan minta perlindungan kepada Instansi Pemerintah yang orang-orangnya oleh bapak dikategorikan sebagai orang –orang yang WAJIB MASUK NERAKA
  3. Kalau tulisan kami diatas dianggap sebagai fitnah maka bapak bisa membantah sekaligus berdakwah didepan para ulama, pimpinan MUI, pimpinan ormas Islam, masyarakat umum, dengan diliput media masa secara luas, dan bapak bisa buktikan apakah ajaran – ajaran bithonah IJ itu cocok dengan dalil-dalil Al -Qur’an dan Al-Hadits yang shahih dan sesuai dengan pemahaman dan praktek ibadahnya para sahabat !!!
  4. Bapak bisa bayangkan apabila bapak berani dakwah secara terbuka dan hujjah bapak berhasil dan diterima oleh para ulama, insya Allah manusia akan berbondong- bondong berbaiat kepada bapak dan mereka akan sangat ridlo untuk infaq 10 %, dan toat kepada bapak dengan imbalan WAJIB MASUK SURGA
  5. Sebaliknya kalau bapak tidak mau, atau tidak mampu membuktikan kebenarannya, padahal MUI telah menyesatkan IJ dan pemerintah RI telah melarang ajaran IJ, diperkuat lagi oleh ulama ahlu sunnah di Mekkah- Medinah seperti sudah dikatakan diatas yang menyatakan bahwa semua ajaran bithonah itu bathil bahkan merupakan kedustaan, maka kami ajak sebaiknya bapak mengaku salah saja secara terbuka, lalu bubarkan ajaran-ajaran Islam Jamaah/ LDII yang menyimpang dari pemahaman Al-Quran dan Al-Hadits yang sebenarnya, dan kemudian bapak beserta staff bertobat kepada Allah. Tapi jangan lupa harta kekayaan IJ yang bukan milik bapak dikembalikan atau digunakan sebanyak-banyaknya untuk umat Islam Indonesia
F. Nasehat Kepada Warga IJ Yang Masih Didalam:

  1. Setelah anda- anda sekalian membaca tulisan ini, apakah hati nurani anda sekalian masih meyakini bahwa ajaran-ajaran IJ benar ? padahal imam anda tidak mampu menunjukkan bukti- bukti kebenaran ajaran – ajaran bithonah itu ?
  2. Apakah anda sekalian masih yakin dengan menta’ati ajaran takfir, infaq persenan wajib, dan ajaran bithonah lainnya akan menjadi pahala disisi Allah dan wajib masuk surga ?? padahal para ulama ahli hadits mengatakan semua ajaran itu bathil, dan kalau anda tetap menta’atinya bukan pahala atau surga yang anda peroleh bahkan dosa atau mampir ke neraka akibat dosa-dosa itu !!!
  3. Bertanyalah kepada para ulama dan para ustadz yang kompeten dalam bidangnya, dan yang amanah dalam menyampaikan ilmu agama, bukan bertanya kepada mubaligh dan pengurus IJ yang umumnya tidak mampu menjawab dengan benar kecuali : “ manqulnya dari bapak imam begitu “ atau bahkan jawaban yang merekayasa dalil
G. Himbauan Kepada Masyarakat, MUI, Ormas- Ormas Islam Dan Parpol

  1. Kepada Masyarakat : Rambu – rambu diatas sudah cukup jelas bagi warga masyarakat untuk menidentifikasi dan menghindari ajaran IJ/LDII Paradigma Baru. Juga kami himbau agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak tertentu yang mengajak berbuat anarkis kepada sesama muslim
  2. Kepada MUI Pusat : Perintah Imam IJ pada teks daerahan Feb 2007 jelas mengatakan bahwa LDII itu tidak punya massa, tidak punya kekayaan, dan tidak punya wewenang, semua tindakan LDII dibawah kendali imam, dan LDII adalah instrumen perjuangan IJ yang salah satu tugasnya untuk menutupi ajaran bithonah IJ. Maka artinya LDII Lama =LDII Paradigma Baru = Suruhan imam IJ. Sehingga niat baik MUI untuk membina LDII perlu ditinjau ulang, karena bagaimana mungkin suatu pembinaan berhasil kalau yang dibina mem-bithonahi yang membina ??. Lalu opsi apa yang tersedia sehingga masalah IJ/ LDII bisa diselesaikan dengan baik dan adil ?? Mari kita lihat opsi dibawah ini :
    • Opsi 1 : Apabila MUI kembali ke status rekomendasi Munas MUI 2005 untuk membubarkan LDII, menurut kami opsi ini tidak efektif sebab kalau LDII dibubarkan, IJ beserta ajarannya tetap utuh, bahkan warga IJ terpaksa harus menetapi ajaran IJ dengan tiarap ( sembunyi-sembunyi )
    • Opsi 2 : Apabila MUI mengakui/ melegalisir LDII, opsi ini kontradiksi dengan kenyataan karena MUI tahu bahwa LDII adalah bagian IJ yang difatwakan sesat sejak lama, dan kontradiksi dengan SK Jaksa Agung, dan tidak adil terhadap warga IJ yang seyogianya diberi keterangan berimbang tentang kesesatan ajaran IJ, bahkan mereka menjadi lebih nyaman dalam IJ karena mereka tidak pernah tahu tentang kesesatan IJ
    • Opsi 3 : Menurut kami apa yang lebih mungkin dikerjakan oleh MUI adalah pembinaan yang efektif langsung kepada akar masalah yaitu membina warga IJ, sehingga mereka menyadari bahwa ajaran-ajaran bithonah IJ adalah pemahaman agama Islam yang tidak benar, dan sebagai langkah awal kami usulkan agar MUI memberi kesempatan kepada imam IJ bapak H. Abdul Aziz, dan ketua umum LDII untuk menyampaikan hujjah yang menjadi landasan semua ajaran bithonah IJ didepan para ulama, pimpinan ormas Islam, dan pihak lain yang dianggap perlu, dan diliput oleh media cetak maupun elektronik secara luas.
  3. Kepada MUI Provinsi dan Daerah : Harap menahan diri untuk tidak mudah merekomendasi bahwa LDII sudah positip/ baik hanya dengan dasar bahwa MUI daerah/ provinsi pernah mengimami sholat di mesjid LDII, dan mereka mau makmum, atau hanya karena LDII sering sowan kepada MUI. Ingat siasat bithonah LDII cukup canggih, sehingga bapak-bapak tidak merasa sedang di-bithonah-in oleh LDII
  4. Kepada Ormas : Harap upaya pertemanan LDII diterima secara wajar saja, karena usaha merapatnya LDII kepada ormas tidak lepas dari mencari dukungan dalam menjalankan perintah imamnya untuk menutupi bithonah IJ
  5. Kepada Parpol : Pada Munas LDII IV di Surabaya 8/3/2011, Ketua Umum LDII mengklaim bahwa anggota LDII seluruh Indonesia saat ini berjumlah sekitar 14.5 juta. Tentu angka ini sangat signifikan untuk pemenangan pemilu di Indonesia, namun menurut kami angka ini jauh dari akurat, sebab pada tahun 2008 jumlah keimamam IJ tingkat daerah se Indonesia sekitar 250, dan rata- rata warga IJ per daerah berkisar antara 3000-6000 jiwa, sehingga dengan asumsi bahwa pada tahun 2011 jumlah daerah ada 300 dan rata-rata per daerah 5000 jiwa, maka anggota LDII/ warga IJ sekitar 1.5 juta, dan yang punya hak pilih tentu lebih kecil dari itu. Pada pemilu yang lalu imam IJ pada hari-hari terakhir sebelum coblosan memerintahkan untuk membagi suara kepada beberapa calon dari parpol besar, dan masing – masing daerah mencoblos caleg dan capres tertentu sesuai arahan imam IJ. Maka dari itu sebaiknya parpol maupun calon- calon pemimpin perlu memeriksa kebenaran potensi suara dari LDII sebelum merangkulnya sebagai pendukung , dan jangan lupa supaya mempertimbangkan kemungkinan dampak negatif misi bithonah LDII/ IJ terhadap partai.
  6. Kepada Semua Pihak, Jauhilah Makan Harta Islam Jamaah !!: Kekayaan IJ diambil dari harta orang Islam warga IJ yang secara dalil tidak halal, diantaranya dari infaq persenan wajib. Oleh karena itu bagi kaum muslimin yang takut kepada Allah dan hisaban di akhirat, agar menjauhi pemberian, hadiah, makan minum dari LDII, karena dikuatirkan paparan keharamannya dapat merusak harta, diri dan keluarga yang bersangkutan, bahkan diakhirat pemberian itu akan diteliti dihadapan Allah yang Maha Mengetahui
Demikian tulisan ini, kami niatkan untuk memberi informasi yang berimbang tentang LDII dan Islam Jamaah, dengan harapan tulisan ini dapat memberi faedah kepada individu- individu umat Islam yang peduli untuk mengingatkan sebagian umatnya yang masih berada didalam ikatan kebithonahan ajaran Islam Jamaah
Wa Billahittaufiq Walhidayah. Assalaamu Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

Abdurrahiim
Mantan Wakil Imam Daerah Jakarta Selatan

Inilah Bukti-bukti Kesesatan Islam Jama’ah - LDII

 


Bukti-bukti kesesatan LDII, Fatwa-fatwa tentang sesatnya, dan pelarangan Islam Jama’ah dan apapun namanya yang bersifat/ berajaran serupa:
  1. LDII sesat. MUI dalam Musyawarah Nasional VII di Jakarta, 21-29 Juli 2005, merekomendasikan bahwa aliran sesat seperti LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) dan Ahmadiyah agar ditindak tegas dan dibubarkan oleh pemerintah karena sangat meresahkan masyarakat. Bunyi teks rekomendasi itu sebagai berikut: “Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah. MUI mendesak Pemerintah untuk bertindak tegas terhadap munculnya berbagai ajaran sesat yang menyimpang dari ajaran Islam, dan membubarkannya, karena sangat meresahkan masyarakat, seperti Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan sebagainya. MUI supaya melakukan kajian secara kritis terhadap faham Islam Liberal dan sejenisnya, yang berdampak terhadap pendangkalan aqidah, dan segera menetapkan fatwa tentang keberadaan faham tersebut. Kepengurusan MUI hendaknya bersih dari unsur aliran sesat dan faham yang dapat mendangkalkan aqidah. Mendesak kepada pemerintah untuk mengaktifkan Bakor PAKEM dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya baik di tingkat pusat maupun daerah.” (Himpunan Keputusan Musyawarah Nasional VII Majelis Ulama Indonesia, Tahun 2005, halaman 90, Rekomendasi MUI poin 7, Ajaran Sesat dan Pendangkalan Aqidah).
  2. Menganggap kafir orang Muslim di luar jama’ah LDII. Dalam Makalah LDII dinyatakan: “Dan dalam nasehat supaya ditekankan bahwa bagaimanapun juga cantiknya dan gantengnya orang-orang di luar jama’ah, mereka itu adalah orang kafir, musuh Allah, musuh orang iman, calon ahli neraka, yang tidak boleh dikasihi,” (Makalah LDII berjudul Pentingnya Pembinaan Generasi Muda Jama’ah dengan kode H/ 97, halaman 8).
  3. Surat 21 orang keluarga R. Didi Garnadi dari Cimahi Bandung menyatakan sadar, insyaf, taubat dan mencabut Bai’at mereka terhadap LDII, Oktober 1999. Dalam surat itu dinyatakan di antara kejanggalan LDII hingga mereka bertaubat dan keluar dari LDII, karena: Dilarang menikah dengan orang luar Kerajaan Mafia Islam jama’ah, LEMKARI, LDII karena dihukumi Najis dan dalam kefahaman Kerajaan Mafia Islam Jama’ah, LEMKARI, LDII bahwa mereka itu BINATANG. (Lihat surat 21 orang dari Cimahi Bandung yang mencabut bai’atnya terhadap LDII alias keluar ramai-ramai dari LDII, surat ditujukan kepada DPP LDII, Imam Amirul Mu’minin Pusat , dan pimpinan cabang LDII Cimahi Bandung, Oktober 1999, dimuat di buku Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 276- 280).
  4. Menganggap najis Muslimin di luar jama’ah LDII dengan cap sangat jorok, turuk bosok (vagina busuk). Ungkapan Imam LDII dalam teks yang berjudul Rangkuman Nasehat Bapak Imam di CAI (Cinta Alam Indonesia, semacam jamboree nasional tapi khusus untuk muda mudi LDII) di Wonosalam Jombang tahun 2000. Pada poin ke-20 (dari 50 poin dalam 11 halaman): “Dengan banyaknya bermunculan jamaah-jamaah sekarang ini, semakin memperkuat kedudukan jamaah kita (maksudnya, LDII, pen.). Karena betul-betul yang pertama ya jamaah kita. Maka dari itu jangan sampai kefahamannya berubah, sana dianggap baik, sana dianggap benar, akhirnya terpengaruh ikut sana. Kefahaman dan keyakinan kita supaya dipolkan. Bahwa yang betul-betul wajib masuk sorga ya kita ini. Lainnya turuk bosok kabeh.” (CAI 2000, Rangkuman Nasehat Bapak Imam di CAI Wonosalam. Pada poin ke-20 (dari 50 poin dalam 11 halaman).
  5. Menganggap sholat orang Muslim selain LDII tidak sah, hingga dalam kenyataan, biasanya orang LDII tak mau makmum kepada selain golongannya, hingga mereka membuat masjid-masjid untuk golongan LDII.

    Bagaimanapun LDII tidak bisa mengelak dengan dalih apapun, misalnya mengaku bahwa mereka sudah memakai paradigma baru, bukan model Nur Hasan Ubaidah. Itu tidak bisa. Sebab di akhir buku Kitabussholah yang ada Nur Hasan Ubaidah dengan nama ‘Ubaidah bin Abdul Aziz di halaman 124 itu di akhir buku ditulis: KHUSUS UNTUK INTERN WARGA LDII. Jadi pengakuan LDII bahwa sekarang sudah memakai paradigma baru, lain dengan yang lama, itu dusta alias bohong.
  6. Penipuan Triliunan Rupiah: Kasus tahun 2002/2003 ramai di Jawa Timur tentang banyaknya korban apa yang disebut investasi yang dikelola dan dikampanyekan oleh para tokoh LDII dengan iming-iming bunga 5% perbulan. Ternyata investasi itu ada tanda-tanda duit yang telah disetor sangat sulit diambil, apalagi bunga yang dijanjikan. Padahal dalam perjanjian, duit yang disetor bisa diambil kapan saja. Jumlah duit yang disetor para korban mencapai hampir 11 triliun rupiah. Di antara korban itu ada yang menyetornya ke isteri amir LDII Abdu Dhahir yakni Umi Salamah sebesar Rp 169 juta dan Rp 70 juta dari penduduk Kertosono Jawa Timur. Dan korban dari Kertosono pula ada yang menyetor ke cucu Nurhasan Ubaidah bernama M Ontorejo alias Oong sebesar Rp22 miliar, Rp 959 juta, dan Rp800 juta. Korban bukan hanya sekitar Jawa Timur, namun ada yang dari Pontianak Rp2 miliar, Jakarta Rp2,5 miliar, dan Bengkulu Rp1 miliar. Paling banyak dari penduduk Kediri Jawa Timur ada kelompok yang sampai jadi korban sebesar Rp900 miliar. (Sumber Radar Minggu, Jombang, dari 21 Februari sampai Agustus 2003, dan akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah karya H.M.C. Shodiq, LPPI Jakarta, 2004. ).
  7. Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat: Bahwa ajaran Islam Jama’ah, Darul Hadits (atau apapun nama yang dipakainya) adalah ajaran yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya dan penyiarannya itu adalah memancing-mancing timbulnya keresahan yang akan mengganggu kestabilan negara. (Jakarta, 06 Rabiul Awwal 1415H/ 13 Agustus 1994M, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, Ketua Umum: K.H. Hasan Basri, Sekretaris Umum: H.S. Prodjokusumo.
  8. Fatwa Majelis Ulama DKI Jakarta: Bahwa ajaran Islam Jama’ah, Darul Hadits (atau apapun nama yang dipakainya) adalah ajaran yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya dan penyiarannya itu adalah memancing-mancing timbulnya keresahan yang akan mengganggu kestabilan negara. (Jakarta, 20 Agustus 1979, Dewan Pimpinan Majelis Ulama DKI Jakarta, K.H. Abdullah Syafi’ie ketua umum, H. Gazali Syahlan sekretaris umum.
  9. Pelarangan Islam Jama’ah dengan nama apapun dari Jaksa Agung tahun 1971: Surat Keputusan Jaksa Agung RI No: Kep-089/D.A./10/1971 tentang: Pelarangan terhadap Aliran- Aliran Darul Hadits, Djama’ah jang bersifat/ beradjaran serupa. Menetapkan: Pertama: Melarang aliran Darul Hadits, Djama’ah Qur’an Hadits, Islam Djama’ah, Jajasan Pendidikan Islam Djama’ah (JPID), Jajasan Pondok Peantren Nasional (JAPPENAS), dan aliran-aliran lainnya yang mempunyai sifat dan mempunjai adjaran jang serupa itu di seluruh wilajah Indonesia. Kedua: Melarang semua adjaran aliran-aliran tersebut pada bab pertama dalam keputusan ini jang bertentangan dengan/ menodai adjaran-adjaran Agama. Ketiga: Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan: Djakarta pada tanggal: 29 Oktober 1971, Djaksa Agung R.I. tjap. Ttd (Soegih Arto).
  10. Kesesatan, penyimpangan, dan tipuan LDII diuraikan dalam buku-buku LPPI tentang Bahaya Islam Jama’ah, Lemkari, LDII (1999); Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah (2004).
  11. LDII aliran sempalan yang bisa membahayakan aqidah umat, ditegaskan dalam teks pidato Staf Ahli Menhan Bidang Ideologi dan Agama Ir. Soetomo, SA, Mayor Jenderal TNI bahwa “Beberapa contoh aliran sempalan Islam yang bisa membahayakan aqidah Islamiyah, yang telah dilarang seperti: Lemkari, LDII, Darul Hadis, Islam Jama’ah.” (Jakarta 12 Februari 2000, Staf Ahli Menhan Bidang Ideologi dan Agama, Ir. Soetomo, SA, Mayor Jendral TNI).
  12. LDII dinyatakan sesat oleh MUI karena penjelmaan dari Islam Jamaah. Ketua Komisi fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) KH Ma’ruf Amin menyatakan, Fatwa MUI: LDII sesat. Dalam wawancara dengan Majalah Sabili, KH Ma’ruf Amin menegaskan: Kita sudah mengeluarkan fatwa terbaru pada acara Munas MUI (Juli 2005) yang menyebutkan secara jelas bahwa LDII sesat. Maksudnya, LDII dianggap sebagai penjelamaan dari Islam Jamaah. Itu jelas!” (Sabili, No 21 Th XIII, 4 Mei 2006/ 6 Rabi’ul Akhir 1427, halaman 31).
Sistem Manqul
LDII memiliki sistem manqul. Sistem manqul menurut Nurhasan Ubaidah Lubis adalah “Waktu belajar harus tahu gerak lisan/badan guru; telinga langsung mendengar, dapat menirukan amalannya dengan tepat. Terhalang dinding atau lewat buku tidak sah. Sedang murid tidak dibenarkan mengajarkan apa saja yang tidak manqul sekalipun ia menguasai ilmu tersebut, kecuali murid tersebut telah mendapat Ijazah dari guru maka ia dibolehkan mengajarkan seluruh isi buku yang telah diijazahkan kepadanya itu”. (Drs. Imran AM. Selintas Mengenai Islam Jama’ah dan Ajarannya, Dwi Dinar, Bangil, 1993, hal.24).

Kemudian di Indonesia ini satu-satunya ulama yang ilmu agamanya manqul hanyalah Nurhasan Ubaidah Lubis.

Ajaran ini bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. yang memerintahkan agar siapa saja yang mendengarkan ucapannya hendaklah memelihara apa yang didengarnya itu, kemudian disampaikan kepada orang lain, dan Nabi tidak pernah mem berikan Ijazah kepada para sahabat. Dalam sebuah hadits beliau bersabda:

نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا، ثُمَّ أَدَّاهَا كَمَا سَمِعَهَا .
Artinya: “Semoga Allah mengelokkan orang yang mendengar ucapan lalu menyampaikannya (kepada orang lain) sebagaimana apa yang ia dengar.” (Syafi’i dan Baihaqi)

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kepada orang yang mau mempelajari hadits-haditsnya lalu menyampaikan kepada orang lain seperti yang ia dengar. Adapun cara bagaiman atau alat apa dalam mempelajari dan menyampaikan hadits-haditsnya itu tidak ditentukan. Jadi bisa disampaikan dengan lisan, dengan tulisan, dengan radio, tv dan lain-lainnya. Maka ajaran manqulnya Nurhasan Ubaidah Lubis terlihat mengada-ada. Tujuannya membuat pengikutnya fanatik, tidak dipengaruhi oleh pikiran orang lain, sehingga sangat tergantung dan terikat denga apa yang digariskan Amirnya (Nurhasan Ubaidah). Padahal Allah SWT menghargai hamba-hambanya yang mau mendengarkan ucapan, lalu menseleksinya mana yang lebih baik untuk diikutinya. Firman-Nya:

وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا الطَّاغُوتَ أَنْ يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوا إِلَى اللَّهِ لَهُمُ الْبُشْرَى فَبَشِّرْ عِبَادِ(17)
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ(18)
Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal. (QS Az-Zumar [39] : 17-18)

Dalam ayat tersebut tidak ada sama sekali keterangan harus manqul dalam mempelajari agama. Bahkan kita diberi kebebasan untuk mendengarkan perkataan, hanya saja harus mengikuti yang paling baik. Itulah ciri-ciri orang yang mempunyai akal. Dan bukan harus mengikuti manqul dari Nur Hasan Ubaidah yang kini digantikan oleh anaknya, Abdul Aziz, setelah matinya kakaknya yakni Abdu Dhahir. Maka orang yang menetapkan harus/wajib manqul dari Nur Hasan atau amir itulah ciri-ciri orang yang tidak punya akal. (Lihat Buku Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI, Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 258- 260).
Intinya, berbagai kesesatan LDII telah nyata di antaranya:
  1. Menganggap kafir orang Muslim di luar jama’ah LDII.
  2. Menganggap najis Muslimin di luar jama’ah LDII dengan cap sangat jorok, turuk bosok (vagina busuk).
  3. Menganggap sholat orang Muslim selain LDII tidak sah, hingga orang LDII tak mau makmum kepada selain golongannya.
Bagaimanapun LDII tidak bisa mengelak dengan dalih apapun, misalnya mengaku bahwa mereka sudah memakai paradigma baru, bukan model Nur Hasan Ubaidah. Itu tidak bisa. Sebab di akhir buku Kitabussholah yang ada Nur Hasan Ubaidah dengan nama ‘Ubaidah bin Abdul Aziz di halaman 124 itu di akhir buku ditulis: KHUSUS UNTUK INTERN WARGA LDII. Jadi pengakuan LDII bahwa sekarang sudah memakai paradigma baru, lain dengan yang lama, itu dusta alias bohong.
***

Diskrispi tentang LDII
LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia)
Pendiri dan pemimpin tertinggi pertamanya adalah Madigol Nurhasan Ubaidah Lubis bin Abdul bin Thahir bin Irsyad. Lahir di Desa Bangi, Kec. Purwoasri,. Kediri Jawa Timur, Indonesia, tahun 1915 M (Tahun 1908 menurut versi Mundzir Thahir, keponakannya).

Faham yang dianut oleh LDII tidak berbeda dengan aliran Islam Jama’ah/Darul Hadits yang telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971 (SK Jaksa Agung RI No. Kep-089/D.A/10/1971 tanggal 29 Oktober 1971). Keberadaan LDII mempunyai akar kesejarahan dengan Darul Hadits/Islam Jama’ah yang didirikan pada tahun 1951 oleh Nurhasan Al Ubaidah Lubis (Madigol). Setelah aliran tersebut dilarang tahun 1971, kemudian berganti nama dengan Lembaga Karyawan

Islam (LEMKARI) pada tahun 1972 (tanggal 13 Januari 1972, tanggal ini dalam Anggaran Dasar LDII sebagai tanggal berdirinya LDII. Maka perlu dipertanyakan bila mereka bilang bahwa mereka tidak ada kaitannya dengan LEMKARI atau nama sebelumnya Islam Jama’ah dan sebelumnya lagi Darul Hadits.). Pengikut tersebut pada pemilu 1971 mendukung GOLKAR.

Nurhasan Ubaidah Lubis Amir (Madigol) bertemu dan mendapat konsep asal doktrin imamah dan jama’ah (yaitu : Bai’at, Amir, Jama’ah, Taat) dari seorang Jama’atul Muslimin Hizbullah, yaitu Wali al-Fatah, yang dibai’at pada tahun 1953 di Jakarta oleh para jama’ah termasuk sang Madigol sendiri. Pada waktu itu Wali al-Fatah adalah Kepala Biro Politik Kementrian Dalam Negeri RI (jaman Bung Karno). Aliran sesat yang telah dilarang Jaksa Agung 1971 ini kemudian dibina oleh mendiang Soedjono Hoermardani dan Jenderal Ali Moertopo. LEMKARI dibekukan di seluruh Jawa Timur oleh pihak penguasa di Jawa Timur atas desakan keras MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jatim di bawah pimpinan KH. Misbach. LEMKARI diganti nama atas anjuran Jenderal Rudini (Mendagri) dalam Mubes ke-4 Lemkari di Wisma Haji Pondok Gede, Jakarta, 21 November 1990 menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia). (Lihat Jawa Pos, 22 November 1990, Berita Buana, 22 November 1990, Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 265, 266, 267).

Semua itu digerakkan dengan disiplin dan mobilitas komando “Sistem Struktur Kerajaan 354″ menjadi kekuatan manqul, berupa: “Bai’at, Jama’ah, Ta’at” yang selalu ditutup rapat-rapat dengan system: “Taqiyyah, Fathonah, Bithonah, Budi luhur Luhuring Budi karena Allah.” (lihat situs: alislam.or.id).

Penyelewengan utamanya: Menganggap Al-Qur’an dan As-Sunnah baru sah diamalkan kalau manqul (yang keluar dari mulut imam atau amirnya), maka anggapan itu sesat. Sebab membuat syarat baru tentang sahnya keislaman orang. Akibatnya, orang yang tidak masuk golongan mereka dianggap kafir dan najis (Lihat surat 21 orang dari Bandung yang mencabut bai’atnya terhadap LDII alias keluar ramai-ramai dari LDII, surat ditujukan kepada DPP LDII, Imam Amirul Mu’minin Pusat , dan pimpinan cabang LDII Cimahi Bandung, Oktober 1999, Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001, halaman 276- 280).

Itulah kelompok LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang dulunya bernama Lemkari, Islam Jama’ah, Darul Hadits pimpinan Nur Hasan Ubaidah Madigol Lubis (Luar Biasa) Sakeh (Sawahe Akeh/sawahnya banyak) dari Kediri Jawa Timur yang kini digantikan anaknya, Abdu Dhohir. Penampilan orang sesat model ini: kaku–kasar tidak lemah lembut, ada yang bedigasan, ngotot karena mewarisi sifat kaum khawarij, ada doktrin bahwa mencuri barang selain kelompok mereka itu boleh, dan bohong pun biasa; karena ayat saja oleh amirnya diplintir-plintir untuk kepentingan dirinya. (Lihat buku Bahaya Islam Jama’ah Lemkari LDII, LPPI Jakarta, cetakan 10, 2001).

Modus operandinya: Mengajak siapa saja ikut ke pengajian mereka sacara rutin, agar Islamnya benar (menurut mereka). Kalau sudah masuk maka diberi ajaran tentang shalat dan sebagainya berdasarkan hadits, lalu disuntikkan doktrin-doktrin bahwa hanya Islam model manqul itulah yang sah, benar. Hanya jama’ah mereka lah yang benar. Kalau menyelisihi maka masuk neraka, tidak taat amir pun masuk neraka dan sebagainya. Pelanggaran-pelanggaran semacam itu harus ditebus dengan duit. Daripada masuk neraka maka para korban lebih baik menebusnya dengan duit.

Dalam hal duit, bekas murid Nurhasan Ubaidah menceritakan bahwa dulu Nurhasan Ubaidah menarik duit dari jama’ahnya, katanya untuk saham pendirian pabrik tenun. Para jama’ahnya dari Madura sampai Jawa Timur banyak yang menjual sawah, kebun, hewan ternak, perhiasan dan sebagainya untuk disetorkan kepada Nurhasan sebagai saham. Namun ditunggu-tunggu ternyata pabrik tenunnya tidak ada, sedang duit yang telah mereka setorkan pun amblas. Kalau sampai ada yang menanyakannya maka dituduh “tidak taat amir”, resikonya diancam masuk neraka, maka untuk membebaskannya harus membayar pakai duit lagi.

Kasus tahun 2002/2003 (disebut kasus Maryoso) ramai di Jawa Timur tentang banyaknya korban apa yang disebut investasi yang dikelola dan dikampanyekan oleh para tokoh LDII dengan iming-iming bunga 5% perbulan. Ternyata investasi itu ada tanda-tanda duit yang telah disetor sangat sulit diambil, apalagi bunga yang dijanjikan. Padahal dalam perjanjian, duit yang disetor bisa diambil kapan saja. Jumlah duit yang disetor para korban mencapai hampir 11 triliun rupiah. (Sumber Radar Minggu, Jombang, dari 21 Februari sampai Agustus 2003, dan akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah karya H.M.C. Shodiq, LPPI Jakarta, 2004. ).

Lihat pula nahimunkar.com, Keluar dari Kubangan Sesat Jamaah Galipat Burengan 

Kediri, April 25, 2010 8:54 pm, http://www.nahimunkar.com/keluar-dari-kubangan-sesat-jamaah-galipat-burengan-kediri/#more-2349. (nahimunkar.com)