24.1.11

WIKILEAKS: Cina Ingin Menjadikan Muslim Indonesia Sekuler

Cina menginginkan muslim yang merupakan 85 persen dari 240 juta penduduk Indonesia menjadi sekuler. Sekulerisasi itu bertujuan agar tidak membuat muslim di Indonesia membahayakan kepentingan Cina yang sekarang sudah hampir menguasai Indonesia.

WikiLeaks merilis sebuah kawat rahasia Kedubes AS di Beijing yang berisi pertemuan Kemlu China dan AS. Dalam kawat disebutkan China berencana untuk membuat umat Muslim Indonesia menjadi sekuler.

WikiLeaks melansir dari situsnya, Rabu (15/12/2010), sebuah kawat rahasia dari Kedubes AS di Beijing tertanggal 5 Maret 2007 dengan kode referensi Beijing 1448. Di mana saat itu berlangsung pertemuan antara Wakil Menlu China Cui Tiankai dan Dirjen Urusan Asia Kemlu China Hu Zhengyue dengan fihak pejabat Kemlu AS Eric John.

Dalam pertemuan itu mereka membahas sejumlah negara Asean. Khususnya, Indonesia diantara negara yang mendapat perhatian yang utama. Eric John bertanya pada Hu, bagaimana pemerintah China melihat pemerintah Indonesia sekarang?

"Beijing tidak terkesan dengan presiden Indonesia pasca krisis ekonomi di akhir 1990-an. Tapi Beijing terkesan dengan perkembangan yang ditujukan Presiden SBY yang berkuasa sejak 2004," demikian kata Hu seperti dikutip WikiLeaks.

Menurut Hu, China memantau betapa ada peningkatan gesekan antar etnis dan agama di Indonesia. Pemerintah China pun ingin mendorong sekularisasi muslim di Indonesia. "Beijing ingin mempromosikan Islam sekuler di Indonesia," kata Hu kepada John.

Bagaimana cara Beijing mensekulerkan muslim Indonesia? Menurut Hu, hal itu dilakukan dengan mendorong hubungan muslim Indonesia dengan muslim Cina. Dengan demikian, muslim Indonesia bisa terpengaruh dengan sifat muslim Cina, di mana di China memang sekuler, karena pemerintah Cina yang komunis itu, sangatlah ketat terhadap para pemeluk agama, khususnya Islam.

Bahkan, Cina tidak segan-segan melakukan repressif terhadap kaum muslimin, seperti yang terjadi di Propinsi Uigur. [berbagai sumber]



http://www.eramuslim.com/editorial/proyek-menghancurkan-islam-dan-umat-islam-indonesia.htm#.UczAGdgubXR
Proyek Menghancurkan Islam dan Umat Islam Indonesia

Wikileaks membuka kedok Cina yang ingin mensekulerkan umat Islam Indonesia. Tujuannya untuk menghilangkan ‘ghirah’ (kecemburuan terhadap agamanya), dan umat Islam bersikap toleran terhadap apa saja, dan siapa saja, yang ingin memperbudak mereka. Dengan sekulerisasi itu akan memudahkan penguasaan terhadap Indonesia, negeri yang mayoritas muslim ini.

Sekulerisasi tidak lain menjadikan kehidupan duniawi menjadi keyakinan, tujuan, landasan hidup. Bukan lagi Islam. Bukan haq dan bathil. Bukan baik dan buruk yang menentukan, tetapi hanya kepentingan duniawi. Halal dan haram tidak ada lagi. Tidak ada lagi mukmin dan kafir.

Semuanya menjadi legal. Agama tidak lagi menjadi timbangan (mizan). Kemudian, yang akan menjadi timbangan manusia, semata-mata kepentingan duniawi. Kepentingan sesaat. Inilah yang akan dituju Cina, yang bertujuan melakukan sekelurisasi terhadap muslim di Indonsia.

Cina ingin agama tidak penting lagi. Agama tidak lagi menjadi landasan hidup kaum muslim. Nlai-nilai Islam tidak penting. Karena hanya akan menghalangi kepentingan bangsa Cina, yang ingin menjajah dan menguasai Indonesia. Agama Islam hanya sebatas sebuah ritual agama yang tidak mempunyai makna apa-apa.

Toleransi bagian yang paling asas dalam ideologi sekuler, dan tidak ada lagi agama, yang akan mendominasi kehidupan. Menghargai kemajemukan, dan perbedaan agama. Tidak ada yang bersifat mutlak.

Orang Islam harus toleran dengan pelacuran, perjudian, minuman keras, sogok-suap, korupsi, makanan haram, segala bentuk kesesatan yang merusak dan menghancurkan karakter dan watak umat Islam. Padahal, ini semua tidak lain merupakan bentuk kegiatan yang dilarang dalam Islam, yang sekarang ini ingin direduksi dengan projek sekulerisasi.

Kaum Cina Perantauan (Chinese Overseas), yang ada di Asia telah menggilas habis kaum pribumi, melalui sindikasi dan kerjasama dengan para pejabat yang rakus. Hanya dengan sogok dan suap, sebagai modus operandi mereka, berhasil menekuk para pejabat, dan kemudian para pejabat itu, menyerahkan kekayaan negara kepada mereka.

Seorang ilmuwan dari Tokyo Univesity, Konyo Yoshihara, yang menulis buku, "Kapitalism Ersatz", menggambarkan di Asia, sesungguhnya tidak ada kaum kapitalis yang sejati. Para orang kaya di Asia, tidak lain, mereka awalnya adalah para ‘gundik’ penguasa, yang mendapatkan lisensi, proteksi, dan modal, yang kemudian mereka menjadi kuat, dan menguasai negara.

Ini terjadi di Thailand, Malaysia, Singapura, Philipina dan Indonesia. Mereka menjadi kaya raya, awalnya bukan dengan kerja keras dan tetesan keringat, tetapi mereka hanya memanfaatkan penguasa yang lemah, kemudian dengan melakukan sogok-suap, dan berhasil menekuk para pejabat, yang selanjutnya bersedia menjadi ‘begundal’ mereka.

Ingat. Awalnya penguasaan orang Cina terhadap Indonesia, ketika perubahan politik di zaman Soeharto, yang berkomplot dengan pengusaha-pengusaha Cina. Mereka lah yang menjadi ‘kroni’ sejati dari Soeharto. Mereka menikmati berbagai fasilitas negara, mulai mendapatkan lisensi, proteksi, modal, dan kemudian mereka menguasai industri dari hulu sampai ke hilir. Seperti PT. Bogasari yang dulunya milik dari Lim SiewLiong, yang sekarang hidup di Singapura.

Di zaman Soeharto 200 pengusaha Cina menjadi pilar kekuasaan, dan mereka yang dipercaya mengelola ekonomi negara. Kemudian, mereka mendapatkan lisensi, seperti diberikan izin HPH (Hak Pengelolaan Hutan), dan mengakibatkan hutan-hutan di Indonesia habis. Mereka juga mendapatkan lisensi lainnya, seperti dibidang pertambangan, perdagangan, dan lainnya.

Tak heran menjelang tumbangnya Soeharto mereka telah menguasai 70 persen ekonomi Indonesia yang nilainya bermilyar-milyar dolar. Sekarang kekayaan mereka berada di Singapura, yang tidak dapat dijamah oleh pemerintah Indonesia.

Laporan dari majalah Forbers, yang menjelaskan tentang 10 orang terkaya di Indonesia, diantaranya dari 10 orang yang terkaya itu, 9 orang keturunan Cina. Peringkat pertama R. Budi dan Michel dengan kekayaan mencapai $ 11 miliar dolar. Sedangkan nomor 10, Aburizal Bakrie, yang nilai kekayaannya hanya $ 2 miliar dolar.

Orang-orang kaya yang jumlahnya hanya 10 orang itu, menguasai asset penting di Indonesia. Seperti kebun kelapa sawit, batu bara, minyak, dan berbagai sektor perdagangan. Sementara itu, umat Islam dan bangsa ini, hanya menjadi kuli dan budak, di kebun dan pabrik-pabrik, dan hanya dengan imbalan yang sedikit.

Zaman Soekarno golongan Cina tidak diberi kesempatan mengelola okonomi secara masif, seperti zaman Soeharto. Bahkan, mereka dilarang tinggal di daerah tingkat dua, kabupaten/kecamtan, melalui PP No.10. Tetapi, sekarang orang-orang Cina dari Jakarta, sampai ke kampung-kampung, dan menguasai jaringan perdagangan yang mereka ciptakan. Sementara itu, kaum pribumi hanya menjadi pembelinya. Perusahaan yang menjadi milik pribumi sudah habis ludes, pindah tangan orang Cina, di zaman Soeharto.

Orang Islam di Indonesia menghadapi projek penghancuran yang dilakukan Cina dan AS. Mereka melakukan kelaborasi dengan menciptakan situasi yang terus-menerus, yang mendiskreditikan umat Islam. Menciptakan ketakutan yang luar biasa terhadap bangsa. Seakan umat Islam dengan ajarannya merupakan ancaman yang maha dahsyat bagi kehidupan. Mereka harus ditumpas.

Menciptakan opini orang-orang yang ditangkap sebagai pelaku ‘teroris’ sebagai yang sangat membahayakan. Mereka menjadi ancaman global. Mereka menjadi ancaman keamanan nasional. Bangsa Indonesia dibuat gemetar dengan isu ‘teroris’.

Semuanya ini tak lain lain, sebuah kerjasama antara berbagai kepentingan yang ingin menghancurkan umat Islam, jiga jaringan media masa yang sudah menjadi alat para penjajah yang ingin menghancurkan umat Islam. Termasuk dengan LSM-LSM, yang mereka tak lain, orang-orang yang ‘jualan’ isu Islam radikal, yang mereka sebut sebagai ancaman.

Aktivis LSM itu mengatakan, sekarang meningkat adanya kekerasan dengan menggunakan agama. Padahal, faktanya tidak ada. Semuanya itu sengaja di ‘create’ (diciptakan), yang tujuannya untuk mendapatkan ‘fulus’, sembari mengorbankan umat Islam. Banyak para lembaga yang mengaku memiliki data tentang gerakan Islam, yang sejatinya hanyalah palsu.

Tak heran sekarang ada projek de-radikalisasi, yang menginginkan umat Islam ini tidak lagi memiliki ‘ghirah’. Mereka bekerjasama dengan para ulama. Tujuannya untuk menelanjangi aqidah umat Islam. Sehingga, mereka menjadi ‘tasamuh’ (toleran) terhadap apa saja, dan siapa saja. Inilah projek penghancuran terhadap umat Islam.

Jika umat Islam sudah tersekulerisasi dan tidak lagi memiliki ‘ghirah’ agama lagi, maka para penjajah itu dengan sangat mudah mereka akan menguasai Indonesia. Apalagi, jika mereka sudah berhasil mempenetrasi pusat kekuasaan dengan bentuk melakukan ‘investasi’ di berbagai bidang, maka tamatlah republik ini.

Umat Islam yang masih memiliki ‘ghirah’ merupakan benteng terakhir untuk mempertahankan Republik ini, bila benteng ini sudah roboh, tak ada lagi, yang akan mempertahankan Republik ini. Indonesia akan menjadi daerah jajahah dengan bentuk yang baru. Wikileaks telah membuak tabir semuanya itu. Wallahu’alam. 

Baca juga:
Memahami Propaganda Iblis... (Hary Tanoe & Kontes Miss World)

12.1.11

Genosida di Bosnia - Herzegovina

Konflik di Bosnia - Herzegovina yang berlangsung selama April 1992-November 1995, merupakan sebuah bentuk pembersihan etnis yang paling pahit pasca Perang Dunia II di Eropa, yang melibatkan Negara-negara seperti Bosnia, Serbia, dan Yugoslavia. Sekitar 8000 pria dan pemuda muslim di Bosnia terbunuh pada pembersihan etnis tersebut, dimana Pasukan tentara Serbia bertanggungjawab atas pemusnahan massal ini, walaupun pihak Serbia menganggap hal ini hanyalah perang saudara di wilayah Balkan, bukan merupakan bentuk agresi apapun atas Bosnia. Perang yang berakhir dengan pemusnhan massal ini dianggap merupakan pertanggungjawaban para pemimpinnya yaitu Radovan Karadzic dan Ratko Mladic.

Kasus ini telah sampai di meja putusan Internasional Court Justice (ICJ) namun menurut pengamatan ICJ, Serbia tidak bertanggungjawab atas pemusnahan massal ini, serta tuntutan Bosnia agar Serbia bertanggungjawab menganti rugi kepada para muslim korban di desa-desa Bosnia Timur tidak disetujui oleh pihak ICJ, ICJ hanya memutuskan bahwa Serbia melakukan kealfaan dengan membiarkan terjadinya genosida di daerah negaranya sendiri.

Walaupun hingga kini belum terdapat kejelasan atas kasus ini namun ICJ telah menemukan beberapa bukti yaitu: pembunuhan benar-benar terjadi secara massif di kamp-kamp konsentrasi di wilayah yang terjadi konflik, serta tidak hanya pembunuhan massal saja yang terjadi namun juga pemerkosaan, serta pencacatan fisik secara sengaja, namun hal ICJ belum menemukan bukti kuat kejadian ini terjadi atas dasar keinginan Serbia untuk menghilangkan etnis Muslim Bosnia.

Peristiwa Genosida ini tidak hanya terjadi pada konflik Balkan di Srebenica saja namun juga pembantaian etnis yang terjadi di Jerman yang dikenal dengan nama Holocaust pada masa pemerintahan Hitler dan NAZY. Peristiwa ini pun hingga saat ini masih kasat mata, walaupun telah jelas ditemukan kamp-kamp konsentrasi di pegunungan antara jerman dan Perancis, namun pelaku dari pembunuhan etnis Yahudi ini tidak dapat diberatkan siapa pelakunya.

Selain di Bosnia dan Jerman pembunuhan massal pun erjadi di perbtasan Palestina dan Israel yaitu Gaza. Dimana konflik perebutan wilayah menyebabkan ribuan orang mati. Disinyalir Israel melakukan pembunuhan bagi muslim Palestina di sekitar Gaza dan yang berada di Israel. Pemboman yang menewaskan wanita dan anak-anak yang dilakukan oleh Israel kepada Palestina merupakan tindakan yang sangat kejam.

Genosida merupakan sebuah pembunuhan besar-besaran terhadap suatu etnis kelompok agama, atau kelompok ras tertentu dengan maksud untuk memusnahkan etnis tersebut. Genosida merupakan suatu pelanggaran HAM berat yang berada dibawah yuridiksi International Criminal Court. Peristiwa Genosida ini sudah sering terjadi dsetiap kawasan yang diperebutkan dan menimbulkan konflik. Selain Genosida yang terjadi di Bosnia, Jerman serta Palestina, Genosida pun terjadi hampir disetiap wilayah di dunia, seperti: Pembantaian bangsa Aborijin Australia oleh Britania Raya pada tahun 1788 serta masih banyak pembantaian-pembataian yang terjadi lainnya.

Genosida diipicu dari ketidaknyaman suatu bangsa atas bangsa atau kelompok lainnya disuatu Negara. Kejadian ini bisanya terjadi antara penduduk asli dengan pendatang yang akhirnya menjadi konflik perebutan wilayah dan kekuasaan. Seperti yang terjadi di Jerman, pembantaian tidak hanya mengarah kepada etnis Yahudi namun juga etnis Gypsi dan etnis-etnis lainnya selain etnis Arya, karena etnis Arya menganggap tanah Jerman tidak boleh tercemar oleh etnis lainnya yang hanya akan mengotori tanah mereka.

Genosida apabila mengikuti zaman ke masa kini, tentunya genosida akan diartikan pelarangan penggunaan bahasa nya sendiri bagi suatu bangsa serta menghambat peradabannya, menghancurkan dan memusnahkan simbol-simbol sejarahnya.

http://www.genocidepreventionmonth.org/bosnian-genocide.html


Membantai Ratusan Ribu Muslim, Berdalih Membela Rakyat

Hidayatullah.com–Mantan panglima militer Serbia-Bosnia Jenderal Ratko Mladic untuk pertama kali hadir di sidang mahkamah kejahatan perang di Den Haag, Belanda, dengan mengatakan tidak akan mengajukan pembelaan terhadap dakwaan sebagai orang yang “tak bermoral” dan “menakutkan”.

Pembantai ratusan ribu kaum Muslim Bosnia itu didakwa menjadi otak pembantaian hampir 8.000 pria dewasa dan bocah laki-laki muslim Bosnia di Srebrenica pada tahun 1995.

Penjagal kaum Muslim itu mengatakan kepada mahkamah bahwa dia melakukan pembantai dengan dalih “membela rakyat dan negara saya”.

Mladic ditangkap di Serbia pekan lalu setelah dicari-cari selama 16 tahun.

Pengacara dan keluarganya menyatakan dia terlalu sakit untuk diadili, tapi tim dokter sejauh ini menyatakan dia sehat untuk dihadirkan di sidang pengadilan.

Berkas perkaranya memuat dakwaan genosida, penganiayaan, pemusnahan, pembunuhan, pengusiran, tindak-tindakan tidak manusiawi, teror, deportasi dan penyanderaan berkaitan dengan tuduhan bahwa dia berperan dalam rencana untuk mewujudkan ”pembersihan atau pengusiran selamanya” warga muslim dari banyak bagian Bosnia untuk mendirikan ”Serbia Raya”.

Dalam sidang pertama di Mahkamah Internasional untuk bekas Yugoslavia, Jenderal Mladic ditanya apakah dia bisa memahami proses hukum kasusnya dan dia menjawab bisa.

Dia menyebutkan nama dan tanggal lahir, meski tanggal yang dia sebutkan berbeda dengan catatan pengadilan.

Mahkamah menunjuk pengacara Serbia, Aleksandar Aleksic, sebagai pengacara Jenderal Mladic untuk sidang pendahuluan.

Jenderal itu bisa memilih pembela tetap untuk pengadilan kasusnya, atau memilih untuk membela dirinya sendiri di persidangan.

Hakim Alphons Orie menyatakan sidang awal bertujuan untuk mengumumkan daftar dakwaan terhadap Jenderal Mladic dan meminta dia menyatakan sikap atas dakwaan tersebut.

Jika Jenderal Mladic tidak menyatakan sikap dalam 30 hari, hakim akan menyatakan dia mengaku tidak bersalah atas dakwaan.

Pengacara yang mendampingi Mladic sebelum diekstradisi hari Selasa (31/5), Milos Saljic, mengatakan Jenderal Mladic tidak akan menyatakan sikap dalam sidang.

Korban Muslim Bosnia

Dikabarkan lebih 200.000 Muslim Bosnia menjadi korban kekejaman pasukan Kristen Serbia selama upayanya pelenyapan etnis Muslim Bosniaberlangsung. Lebih dari 20.000 Muslimah juga dikabarkan menjadi korban perkosaan yang dilakukan secara sistematis oleh pasukan Serbia.

Mladic juga dipersalahkan atas pembantaian 8.000 lelaki dan remaja Muslim di Srebrenica akibat ketidakmampuan pasukan dari Belanda yang diberi mandat PBB untuk menjaga kamp pengungsi di Srebrenica. Setelah pasukan Serbia berhasil menguasai Srebrenica, mereka mulai memisahkan laki-laki berusia 12-77 tahun hingga terjadi pembantaian terhadap warga Muslim. Selama lima hari, pasukan Serbia dipimpin Jenderal Ratko Mladic dengan bantuan pasukan paramiliter Serbia yang dikenal sebagai pasukan Scorpion, dan dengan leluasa melakukan pembantaian terhadap lelaki dewasa dan anak-anak lelaki Muslim.

Kasus genosida terhadap etnis Muslim Bosnia ini diakui banyak pengamat sebagai kasus pembantai paling kejam dan buruk setelah kasus Nazi oleh pasukan Hitler.*


Ket. Foto
  • (Kiri) Sisa-sisa mayat Muslim Bosnia yang hamil bersama bayi dalam dikandungnya usai penemuan kuburan massal di Suha, Srebrenica, dekat Bratunac. Kepala, jari, dan kaki sang bayi masih terlihat jelas. Temuan menunjukkan, wanita ini dikurung di sebuah rumah kosong kemudian dibakar habis oleh tentara Serbia. Ketika mencoba melarikan diri, ia ditembak dengan peluru diperutnya. Korban kasus genosida di Bosnia terhadap Muslim Bosnia tahun 1995 hanya diakui puluhan ribu. Namun sumber-sumber akurat lain, korban mencapai 200 ribu Muslim.
  • (Kanan) Temuan kuburan massal