29.12.11

Bernyanyi Saja Dapat Cegah Kepikunan, Apalagi Ngaji!

Hidayatullah.com—Sebuah temuan terbaru menunjukkan aktivitas sederhana seperti bernyayi, bermain teka-teki dan bowling bisa menghambat penurunan fungsi otak (demensia) alias kepikunan.

Dalam penelitia ini ditemukan, mereka yang rutin melakukan aktivitas ini diduga bisa membuat otak lebih 'awet muda' dibandingkan dengan orang yang hanya mengandalkan obat anti-demensia saja.

Aktivitas yang dilakukan selama dua jam ini bisa sebagai alternatif terapi penderita demensia ringan sampai sedang. Para peneliti mengambil kesimpulan ini setelah mempelajari efek dari program yang dirancang khusus pada penduduk dengan berbagai tingkat demensia di panti jompo di Bavaria. Mereka membandingkan orang-orang yang rutin melakukan aktivitas ini dan mereka yang biasa mengkonsumsi obat anti demensia. Dampak aktivitas ini cukup membawa perubahan yang signifikan.

Menurut sang peneliti Profesor Elmar Graessel, aktivitas dilakukan secara rutin, akan membawa efek yang sama baiknya dengan mengonsumsi obat pencegah pikun. Seperti Aricept dan Exelon. Demikian hasil penelitian yang diterbitkan di Jurnal BioMed Central Medicine.

Sementara itu, Dr Marie Janson, direktur perkembangan Alzheimers Research Inggris, mengatakan, "Jika kesimpulan ini bisa ditiru di studi besar-besaran, ini sangat bisa memperbaiki jiwa orang dengan dementia." .

“Jika temuan ini dapat direplikasi dalam studi beskala besar, ini bisa sangat meningkatkan kehidupan orang-orang dengan demensia," ujarnya dikutip Independent Online, (06/12/2011).

Hal itu menegaskan teori bahwa menjaga otak tetap aktif merupakan cara efektif membantu menjaga kesehatan. Aktivitas ini bisa menghambat demensia setidaknya hingga satu tahun. "Efek kemampuan mereka untuk melakukan tugas sehari-hari dua kali lebih baik dibandingkan dengan orang yang hanya mengonsumsi obat pencegah demensia," ujar dia.

Keutamaan al-Quran

Belum lama ini, sebuah hasil penelitian ilmiah di Universitas al-Imam Muhammad bin Sa'ud al-Islamiyyah membuktikan ketika semaki banyak kadar hafalan al-Qur'an siswa meningkat maka akan meningkat pula kesehatan jiwanya.

Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Shalih bin Ibrahim, professor ilmu Kesehatan Jiwa, terdiri dari dua kelompok. Kelompok pertama, para mahasiswa-mahasiswi Universitas Malik abdul Aziz di Jeddah. Dan kelompok kedua, mahasiswa-mahasiswi di Ma'had al-Imam asy-Syatibi li ad-Dirasah al-Qur'aniyyah, Jeddah. Hasilnya, mahasiswa yang memiliki hafalan yang bagus memiliki kesehatan jiwa yang jauh lebih tinggi.

Sebelum adanya penelitian ini, Nabi kita Muhammad Salallahu ‘alaihi Wassalam pernah mengatakan, "Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya." [HR. Bukhari]

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, ’’Barangsiapa membaca al-Quran dan menghafalnya, menganggap halal apa yang di halalkan di dalam al-Quran, dan menganggap haram apa yang di haramkannya,maka Allah Subhanahu wata’ala akan memasukkannya kedalam Surga dan Allah menjaminnya untuk memberi syafa’at kepada sepuluh orang ahli keluarganya yang akan dicampakkan ke dalam api neraka.’’ [HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi].

Rasulullah saw bersabda, ’’Wahai ahli- ahli al-Quran, janganlah kalian menggunakan Al Quran sebagai bantal tetapi hendaknya kamu membacanya dengan teratur siang dan malam,sebarkanlah kitab suci itu, bacalah dengan suara yang merdudan pikirkanlah isi kandungannya! Dengan begini kamu akan mendapat kejayaan, janganlah kamu minta di segerakan ganjarannya (dalam dunia) karena ia mempunyai ganjaran (yang sangat besar di akhirat)." [HR.Imam Baihaqi].

Nah, jika menyanyi kan lagu saja bisa membantu kepikunan, apalagi membaca sekaligus menghapal al-Quran yang jauh lebih luas dampaknya. *

foto: Ribuan santri ikut acara "Pekan khataman al-Quran" di Kelantan, Malaysia

Kapitalis Membunuh Peran Ibu!


KEBANYAKAN wanita yang hidup di zaman kapitalis seperti saat ini, lebih banyak memilih bekerja di luar rumah daripada mengurus rumah tangganya dan anak-anaknya dirumah. Status ibu yang disandangnya hanya sebatas gelar karena telah melahirkan anak-anaknya, sementara perannya sebagai seorang ibu diserahkan kepada para baby sister atau para pembantu. Bahkan ada anak yang lebih dekat dengan baby sitter-nya daripada ibunya.

Semua ini terjadi karena pada sistem kapitalis seperti saat ini, uang adalah segalanya. Materilah tujuan utama hidupnya.

Bukan cuma ayah yang bekerja diluar rumah, seorang ibu pun berlomba-lomba mencari harta dengan bekerja meninggalkan anak-anaknya di rumah. Mereka merasa cukup menjadi ibu yang baik ketika dapat memenuhi semua kebutuhan anaknya dengan materi.

Padahal tugas ibu yang sesungguhnya bukan sekedar menyediakan materi bagi anak.

Tugas ibu adalah sebagai ummu warobatul bait (ibu pengatur rumah tangga). Yang memelihara keluarga, suami dan juga anak.

Ibu adalah orang pertama yang memberikan pendidikan pada anak-anaknya.

Dengan didikan ibu yang sholehah akan melahirkan anak-anak yang berakhlah baik, dimana anak adalah generasi penerus bangsa.

Jika generasi mudanya bermutu maka negara tersebut akan menjadi negara yang kuat. Dan dengan sistem Islam-lah peran ibu akan dihidupkan kembali sebagaimana fitrahnya, yaitu pencetak generasi-generasi muda yang berakhlak mulia dan bermutu, sehingga dapat meneruskan kembali kehidupan Islam di dunia.

Dengan “Hari Ibu”, semoga para wanita sadar dan disadarkan akan peran dan tugasnya yang mulia yaitu sebagai ummu warobatul bait.

Ny Warsiti – Graha Pemda Cikarang

Doa Agar Mendapat Keturunan

Assalamu'alaikum wr wb ustad.

saya baru menikah 7 bulan, tapi saya seperti putus asa, keinginan untuk menimang momongan blm juga datang. kata dokter saya kena pcos, istilah untuk sel telur yang tidak mau berkembang, gak matang, jadi susah untuk dibuahi (atau istilah lainnya kista kecil2 dan banyak). di Alquran pasti ada suatu doa untuk penyakit saya kan ustad, saya mohon saya bisa mengamalkan doa itu ustad, sekarang saya juga lagi gelisah, sepertinya iman saya lagi kurang banget. gimana caranya kuatkan iman saya ya ustad?? terimakasih banyak ustad.. assalamu'alaikum.

cia

Jawaban:
Wa'alaikumsalam wr wb

Saudara Cia yang dimuliakan Allah SWT
Kami berharap semoga Allah SWT memberikan rezeki kepada anda keturunan yang shaleh dan menjadikannya penyejuk hati anda di dunia dan akhirat.

Adapun doa-doa yang bisa dibaca bagi seorang muslim agar diberikan kehamilan dan keturunan, diantaranya: Doa Nabi Zakaria alaihi as Salam:

رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ (38)

Artinya: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". (QS. Ali Imran : 38)

رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ (89)

Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Tuhannya: "Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah waris yang paling Baik.” (QS. Al Anbiya : 89)

Serta doa Nabi Ibrahim ‘Alaihi as Salam:

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ (100)

Artinya: “Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang Termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. Ash Shafat : 100)

Juga doa-doa yang bermanfaat dalam setiap situasi dan keinginan, diantaranya:

1. Doa Nabi Yunus ‘Alaihi as Salam, Rasulullah SAW bersabda,” "Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah; LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya). Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya." (HR. at Tirmdzi, an Nasai, al Hakim dan dia mengatakan: shahih sanadnya)

2. Memperbanyak istighfar
Firman Allah SWT :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

Artinya : “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuuh : 10 – 12)

Sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam,"Barang siapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka." (HR. Ahmad Abu Daud dan Hakim dia berkata : Shahih sananya. ) – (Markaz al Fatwa No. 15268)

Wallahu A’lam

Pesan Pluralisme dalam Perayaan Natal

Selasa, 27 Desember 2011

Oleh: Mohammad Ismail

Marry Cristmas,” itulah ungkapan selamat yang merupakan bagian dari budaya umat Kristen yang akhir-akhir ini mulai ikut menular dalam diri umat Islam.

Sepintas kalimat tersebut tidak lain seperti kalimat-kalimat ucapan selamat lainnya. Tapi jika ditelaah lebih dalam ucapan selamat yang satu ini tentu berbeda dengan ungkapan “Selamat Hari Raya Idhul Fitri”, “Selamat Hari Raya Idhul Adha”, “Selamat Tahun Baru Hijriah”. Berbeda karena kita melihat ungkapan “Marry Cristmas” itu menggunakan cara pandang (worldview) Islam yang sebenarnya.

Hari Natal yang identik dirayakan pada tanggal 25 Desember 2011 adalah hari kelahiran Yesus, namun Natal menjadi kepercayaan sebagian kaum Kristen khususnya keyakinan gereja Barat. Akan tetapi, gereja Timur menyangsikan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember.

Paus Yohanes Paulus II pernah mengumumkan kepada umat Kristen bahwa Yesus sebenarnya tidak dilahirkan pada 25 Desember. Tanggal tersebut dulu dirayakan sebab hari tersebut merupakan perayaan tengah musim dingin kaum pagan Roma Kuno (Romana) atau lebih tepatnya adalah hari kelahiran banyak dewa pagan seperti Osiris, Attis, Tammuz dan lain-lain.

Perayaan Hari Natal juga menjadi polemik di masyarakat, khususnya Islam. Bagi siapa saja yang tidak ikut merayakannya berarti ia dianggap "tidak toleran". Untuk itulah pusat-pusat perbelanjaan hampir di seluruh daerah kini turut merayakan hari Natal sebagai bentuk toleransi dalam beragama.

Natal dan Doktrin Pluralisme

Dalam “The Passion of The Christ” menerangkan bahwa perdebatan mengenai konsep teologi Kristen masih berpangkal pada konsep ‘Ketuhanan Yesus’. Dengan kata lain, dasarnya saja dianggap ada yang bermasalah.

Oleh karena banyaknya kejanggalan para pemikir Ketuhanan Yesus, sebut saja Arthur Drews (1865-1935) beserta seorang pengikutnya Willian Benjamin Smith (1850-1934) yang bersikap kritis hingga mereka berani mengajukan pertanyaan, “Apakah Yesus itu benar-benar ada, atau hanya sekedar tokoh fiktif dan simbolik saja?”.

Pertanyaan tersebut ternyata ditanggapi oleh Greonen dengan argumen bahwasannya persoalan yang terjadi sebenarnya bukan pada diri Yesus. Tapi yang menjadi masalah bagi manusia adalah bagaimana mereka memahami Yesus, sebab pada dasarnya Tuhan tetaplah Tuhan dan bukan makhluk yang diciptakan.

Atas nama “toleransi”, kini keyakinan umat Islam mulai ikut bercampur-aduk. Akibatnya, konsep kufur dan iman menjadi kabur. Agama saat ini rela “digadaikan” hanya dengan alasan "toleransi". Sekarang Islam, besok Kristen, mungkin besoknya lagi Hindu atau yang lainnya secara tidak terasa.

Keberhasilan paham liberal dengan doktrin pluralisme (menganggap semua agama sama, red) tidak lain menjadikan orang Islam tidak paham ilmu dan kaidah Islam. Mereka beranggapan, seolah agama itu seperti baju yang bisa dipakai sesuka hati. Hari ini berpakaian biru, besok hitam, besoknya lagi abu-abu. Tentu ini pemikiran yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Bagaimanapun, konsep pluralisme merupakan proyek Orientalis. Fakta ini dapat dibuktikan melalui pernyataan Peter Ludwig Berger, seorang sosiolog Amerika dan juga teolog Lutheran. Dalam bukunya “The Desecularization of the World”, yang menyatakan bahwa sekularisasi telah gagal, sebab praktek keagamaan ternyata justru bertambah subur dan desekularisasi malah dominan. Oleh sebab itu dalam “The Social Construction of Reality” ia mengusulkan untuk mengganti sekularisasi dengan penyebaran paham pluralisme.

Tentang pluralisme agama, mereka kini berani angkat suara. Mulai William Liddle (Ohio State University dan Diana Eck (Harvard University) hingga Franz Magnis Suseno (STF Driyarkara), dan yang paling terakhir seorang pendeta Jesuit yang berusaha mengaburkan makna pluralisme agama dengan memisahkannya dari relativisme kemudian menyamakannya dengan toleransi.

“Hanya seorang pluralis sejati yang toleran,” begitulah ungkap Jesuit yang menganggap siapa saja yang tidak pluralis maka ia tidak toleran. Termasuk umat Islam.

Tak Berarti Membenarkan Kebatilan

Toleransi tidak berarti harus menjadi pluralis. Saling menghormati dan menghargai tidak berarti membenarkan yang batil dan sesat. Antara haq dan batil sudah jelas.

Nabi Muhammad Shallallahu “alaihi Wa Sallam bertetangga dengan orang Yahudi, bersikap ramah dan toleran, namun beliau tetap mengatakan mereka kafir, jika tidak mau memeluk Islam, apalagi jika memusuhi kaum Muslim.

Meminjam pernyataan Dr Hamid Fahmi, pluralisme adalah proyek postmodernisme. Sama halnya dengan argumen Prof Attas yang menganggap sekularisme sebagai program orientalis yang dilaksanakan dengan strategi, dana serta agen pada setiap negara dan agama.

Untuk mengegolkan proyek peradaban tersebut memang tidak mudah. Oleh sebab itulah makna pluralisme dibuat ambigu. Misi umumnya yaitu menghancurkan fundamentalisme, tapi makna istilahnya dibuat bersayap. Terkadang bermakna toleransi dan di waktu yang berbeda berarti relativisme.

Nicholas F. Gier, dari University of Idaho, Moscow, Idaho menyimpulkan karakteristik pemikiran tokoh-tokoh liberal Amerika Serikat (AS) salah satunya yaitu percaya penuh pada kebebasan dan toleransi beragama.

Pada mulanya toleransi dibatasi hanya pada sekte-sekte dalam Kristen, namun toleransi dan kebebasan penuh bagi kaum ateis dan pemeluk agama non-Kristen hanya terjadi pada masa Benyamin Franklin, Jefferson dan Madison. Kebebasan beragama sepenuhnya berarti bukan hanya kebebasan dalam beragama tapi bebas dari agama juga, artinya bebas beragama dan bebas untuk tidak beragama.

Di lain sisi, Diana L. Eck dalam “The Challenge of Pluralism”, secara tegas menyatakan bahwa pluralisme bukan sekedar toleransi antar umat beragama, bukan juga sekedar menerima pluralitas (diversity). Dalam bukunya “From Diversity to Pluralism” ia “menghayal” bahwa pluralisme adalah “peleburan” agama-agama menjadi satu wajah baru yaitu realitas keagamaan yang plural.

Hayalan Diana tersebut mencerminkan akan kegalauan hatinya yang benar-benar kacau sebagai akibat dari kesalahan konsep yang ada dalam pikirannya. Bagaimana mungkin agama-agama yang konsep ketuhanannya jelas berbeda bisa melebur jadi satu. Suatu hal yang mustahil dan tidak bisa diterima oleh akal sehat.

Sebagai kesimpulan dari paparan di atas, bahwa perayaan Natal sarat akan doktrin pluralisme. Paham ini bertujuan untuk menyamakan seluruh agama. Apapun agamanya tidak berhak mengatakan bahwa agamanya yang paling benar dan jika ingin hidup damai hormatilah kepercayaan orang lain dengan cara mempercayai keyakinan mereka sama benarnya.

Untuk itu, sudah sepatutnya umat Islam memahami hal ini dan terus berusaha membendung doktrin-doktrin pluralisme seperti halnya ikut-ikutan dalam merayakan hari Natal yang seharusnya tidak dilakukan oleh umat Islam.

Tolerannya Nabi

Sebagai penutup, di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”

... Setelah wafatnya Rasulullah Salallahu “Alaihi Wassalam, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi, yang biasa menyuapin si pengemis Yahudi buta tersebut.

Suatu hari, sahabat Rasulullah yakni Abubakar Radhiallahu Anhu berkunjung ke rumah anaknya Siti Aisyah (isteri Rasulullah) dan bertanya tentang kebiasaan Nabi belum ia kerjakan.

Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja. Apakah Itu?, tanya Abu bakar RA. Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,“ kata Aisyah RA.

Keesokan harinya Abubakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk disuapkan si pengemis Yahudi yang buta. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu?”, Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa (mendatangi engkau)."

"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," bantah si pengemis buta itu.

"Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku," pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah Shallalu “Alaihi Wassalam."

Pengemis Yahudi buta itu terkaget-kaget, sebab selama itu orang yang difitnah, diumpat dan dicaci itu tak lain Muhammad yang mulia, yang setiap pagi menyuapinya dengan sabar. Setelah peristiwa itu, sang Yahudi buta akhirnya bersyahadat dan menjadi Muslim.

Banyak orang seolah sudah pintar, seolah ingin mengajari “toleransi” melebihi hebatnya Nabi kita bertoleransi. Rasulullah yang mulia begitu hebat memperlakukan Yahudi melebihi kita, namun tetap saja tak mencampurkan akidah dan menganggap semua agama sama.

Wa’Allahu a’lam bi as-Showab.*

Penulis adalah alumni Institut Studi Islam Darussalam ISID Gontor Ponorogo

Sikap Bahtsul Masail NU terhadap Ucapan Natal dan Menjaga Gereja

Selasa, 27 Desember 2011

Oleh: Muhammad Idrus Ramli

Umat Islam tentu meyakini misi rahmatan lil-‘alamin, sebab istilah rahmatan lil-‘alamin telah dinyatakan oleh al-Qur’an. Istilah rahmatan lil-‘alamin dipetik dari salah satu ayat al-Qur’an;

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

Ma maa arsalnaaka illaa rahmatan lil-‘aalamiin (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam).” (QS al-Anbiya’ : 107).

Dalam ayat itu, “rahmatan lil-‘alamin” secara tegas dikaitkan dengan kerasulan Nabi Muhammad saw. Artinya, Allah tidaklah menjadikan Nabi saw sebagai rasul, kecuali karena kerasulan beliau menjadi rahmat bagi semesta alam. Karena rahmat yang diberikan Allah kepada semesta alam ini dikaitkan dengan kerasulan Nabi saw, maka umat manusia dalam menerima bagian dari rahmat tersebut berbeda-beda. Ada yang menerima rahmat tersebut dengan sempurna, dan ada pula yang menerima rahmat tersebut tidak sempurna.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, sahabat Nabi Salallahu 'Alaihi Wa Sallam, pakar dalam Ilmu Tafsir menyatakan: “Orang yang beriman kepada Nabi saw, maka akan memperoleh rahmat Allah dengan sempurna di dunia dan akhirat. Sedangkan orang yang tidak beriman kepada Nabi saw, maka akan diselamatkan dari azab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu ketika masih di dunia seperti dirubah menjadi hewan atau dilemparkan batu dari langit.”

Demikian penafsiran yang dinilai paling kuat oleh al-Hafizh Jalaluddin al-Suyuthi dalam tafsirnya, al-Durr al-Mantsur.

Penafsiran di atas diperkuat dengan hadits shahih yang menegaskan bahwa rahmatan lil-‘alamin telah menjadi karakteristik Nabi saw dalam dakwahnya. Ketika sebagian sahabat mengusulkan kepada beliau, agar mendoakan keburukan bagi orang-orang Musyrik, Nabi saw menjawab: “Aku diutus bukanlah sebagai pembawa kutukan, tetapi aku diutus sebagai pembawa rahmat.” (HR. Muslim).

Penafsiran di atas memberikan gambaran, bahwa karakter rahmatan lil-‘alamin memiliki keterkaitan sangat erat dengan kerasulan Nabi saw. Dalam kitab-kitab Tafsir, tidak ditemukan keterkaitan makna rahmatan lil-‘alamin dengan sikap toleransi yang berlebih-lebihan dengan komunitas non-Muslim. Ini berangkat dari kenyataan bahwa rahmatan lil-‘alamin sangat erat kaitannya dengan kerasulan Nabi saw, yakni penyampaian ajaran Islam kepada umatnya.

Maka seorang Muslim, dalam menghayati dan menerapkan pesan Islam rahmatan lil-‘alamin tidak boleh menghilangkan misi dakwah yang dibawa oleh Islam itu sendiri. Misalnya, memberikan khotbah dalam acara kebaktian agama lain, menjaga keamanan tempat ibadah agama lain dan acara ritual agama lain, atau doa bersama lintas agama dengan alasan itu adalah “Islam rahmatan lil-‘alamin”. Kegiatan-kegiatan semacam itu justru mengaburkan makna rahmatan lil-‘alamin yang berkaitan erat dengan misi dakwah Islam.

Sebagaimana dimaklumi, selain sebagai rahmatan lil-‘alamin, Nabi saw diutus juga bertugas sebagai basyiiran wa nadziiran lil-‘aalamiin (pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh alam).

Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. al-Furqan : 1).

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan (basyiiran wa nadziiran), tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’ : 28).

Sebagai pengejawantahan dari ayat-ayat ini, seorang Muslim dalam interaksinya dengan orang lain, selain harus menerapkan watak rahmatan lil-‘alamin, juga bertanggungjawab menyebarkan misi basyiran wa nadziran lil-‘alamin.

Islam tidak melarang umatnya berinteraksi dengan komunitas agama lain. Rahmat Allah yang diberikan melalui Islam, tidak mungkin dapat disampaikan kepada umat lain, jika komunikasi dengan mereka tidak berjalan baik.

Karena itu, para ulama fuqaha dari berbagai madzhab membolehkan seorang Muslim memberikan sedekah sunnah kepada non Muslim yang bukan kafir harbi. Demikian pula sebaliknya, seorang Muslim diperbolehkan menerima bantuan dan hadiah yang diberikan oleh non Muslim.

Para ulama fuqaha juga mewajibkan seorang Muslim memberi nafkah kepada istri, orang tua dan anak-anak yang non Muslim.

Di sisi lain, karena seorang Muslim bertanggungjawab menerapkan basyiran wa nadziran lil-‘alamin, Islam melarang umatnya berinteraksi dengan non Muslim dalam hal-hal yang dapat menghapus misi dakwah Islam terhadap mereka.

Mayoritas ulama fuqaha tidak memperbolehkan seorang Muslim menjadi pekerja tempat ibadah agama lain, seperti menjadi tukang kayu, pekerja bangunan dan lain sebagainya, karena hal itu termasuk menolong orang lain dalam hal kemaksiatan, ciri khas dan syiar agama mereka yang salah dalam pandangan Islam.

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُواْ اللّهَ إِنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. al-Ma’idah : 2).


Doa Lintas Agama

Doa bersama lintas agama, dewasa ini juga agak marak dilakukan. Sebagian beralasan Islam rahmatan lil-‘alamin. Padahal, karakter rahmatan lil-‘alamin, sebenarnya tidak ada kaitannya dengan doa bersama lintas agama. Sebagaimana dimaklumi, doa merupakan inti dari pada ibadah (mukhkhul ‘ibadah), yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Tuhan.

Tidak jarang, seorang Muslim berdoa kepada Allah, dengan harapan memperoleh pertolongan agar segera keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi. Tentu saja, ketika seseorang berharap agar Allah segera mengabulkan doanya, ia harus lebih berhati-hati, memperbanyak ibadah, bersedekah, bertaubat dan melakukan kebajikan-kebajikan lainnya. Dalam hal ini, semakin baik jika ia memohon doa kepada orang-orang saleh yang dekat kepada Allah. Hal ini sebagaimana telah dikupas secara mendalam oleh para ulama fuqaha dalam bab shalat istisqa’ (mohon diturunkannya hujan) dalam kitab-kitab fiqih.

Ada dua pendapat di kalangan ulama fuqaha, tentang hukum menghadirkan kaum non Muslim untuk doa bersama dalam shalat istisqa’.

Pertama, menurut mayoritas ulama (madzhab Maliki, Syafi’i dan Hanbali), tidak dianjurkan dan makruh menghadirkan non Muslim dalam doa bersama dalam shalat istisqa’. Hanya saja, seandainya mereka menghadiri acara tersebut dengan inisiatif sendiri dan tempat mereka tidak berkumpul dengan umat Islam, maka itu tidak berhak dilarang.

Kedua, menurut madzhab Hanafi dan sebagian pengikut Maliki, bahwa non Muslim tidak boleh dihadirkan atau hadir sendiri dalam acara doa bersama shalat istisqa’, karena mereka tidak dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa. Doa istisqa’ ditujukan untuk memohon turunnya rahmat dari Allah, sedangkan rahmat Allah tidak akan turun kepada mereka. Demikian kesimpulan pendapat ulama fuqaha dalam kitab-kitab fiqih. Maka, jika doa diharapkan mendatangkan rahmat dari Allah, sebaiknya didatangkan orang-orang saleh yang dekat kepada Allah, bukan mendatangkan orang-orang yang yang jauh dari kebenaran.

Forum Bahtsul Masail al-Diniyah al-Waqi’iyyah Muktamar NU di PP Lirboyo Kediri, 21-27 November 1999, menyatakan, bahwa Doa Bersama Antar Umat Beragama” hukumnya haram. Diantara dalil yang mendasarinya: Kitab Mughnil Muhtaj, Juz I hal. 232: “Wa laa yajuuzu an-yuammina ‘alaa du’aa-ihim kamaa qaalahu ar-Rauyani li-anna du’aal kaafiri ghairul maqbuuli.” (Lebih jauh, lihat: Ahkamul Fuqaha, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam: Keputusan Muktamar, Munas, dan Konbes Nahdlatul Ulama (1926-2004), penerbit: Lajtah Ta’lif wan-Nasyr, NU Jatim, cet.ke-3, 2007, hal. 532-534).
 
Wallahu a’lam.*

Penulis adalah Pengurus Lajnah Ta’lif wan Nasyr PWNU Jawa Timur. Tulisan ini sudah dimuat di Jurnal Islamia-Republika, Kamis 15 Desember 2011 dengan judul “Rahmatan Lil-‘Alamin dan Toleransi”

Keterangan: Perwakilan barisan Anshor Sebagunua (Banser) NU, menunjukkan cinderamata yang berasal dari jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton di Solo/ant

Kristenisasi di Indonesia dan Rekayasa Snouck Hurgronje

Oleh Hartono Ahmad Jaiz*

Kemenangan partai agama (Kristen) pada pemilihan di Belanda tahun 1901 merubah wajah politik di sana. Partai Liberal --yang telah menguasai politik selama 50 tahun-kehilangan kekuasaannya; sedangkan golongan agama semakin kuat dan membawa pemerintahan ke prisnsip Kristen. Pidato tahunan raja pada bulan September 1901 --yang menggambarkan jiwa Kristen --menyatakan mempunyai kewajiban etis dan tanggung jawab moral kepada rakyat Hindia Belanda (Nusantara), yakni memberikan bantuan lebih banyak kepada penyebaran agama Kristen. Dukungan terhadap kristenisasi Hindia Belanda dipertegas, sejalan dengan politik hutang budi yang dicanangkan.[1]

Snouck Horgronje Contoh Nyata

Snouck Hurgrunje bermaksud menukar Islam dengan kebudayaan Eropa, sehingga upaya kepentingan politik dan agama (Kristen) menjadi gampang.

To bring about a cultural unity string enough to void the difference of religious denomination from its political and social significance.”
(Menjadikan ikatan kesatuan budaya dapat melenyapkan perbedaan agama dari kepentingan politik dan kemasyarakatan).[2]

Taktik Penjajah Belanda

Munculnya para orientalis Belanda itu perlu disimak pula latar belakang politik penjajah Belanda yang menguasai Indonesia selama tiga setengah abad. Dr Aqib Suminto menggambarkan strategi penjajah Belanda, di antaranya diungkapkan sebagai berikut:
Usaha Belanda untuk mengkonsolidasi kekuatannya mendapat perlawanan dari raja-raja Islam, dan di tingkat desa, dari para guru serta ulama Islam. Meskipun Belanda berhasil mengontrol sebagian besar daerah Nusantara yang ditaklukkannya, namun Islam tetap melebarkan sayapnya; bahkan sejak abad ke-19 Islam mendapatkan daya dorong, berkat semakin meningkatnya hubungan dengan Timur Tengah.[3]

Kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda dalam menangani masalah Islam ini, sering disebut dengan istilah Islam Politiek, dimana Prof Snouck Hurgronje dipandang sebagai peletak dasarnya. Sebelum itu kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda terhadap Islam hanya berdasarkan rasa takut dan tidak mau ikut campur, karena Belanda belum banyak menguasai masalah Islam.

Berkat pengalamannya di Timur Tengah dan Aceh, Snouck Hurgronje, sarjana sastra Smith yang mempunyai andil sangat besar dalam penyelesaian perang Aceh ini kemudian berhasil menemukan suatu pola dasar bagi kebijaksanaan menghadapi Islam di Indonesia.[4]

Siapa Snouck Hurgronje Itu?

Christian Snouck Hurgronje lahir pada tahun 1857. Ayahnya seorang pendeta. Dia belajar teologi dari guru Taurat, Abraham Kuenen, kemudian mulai belajar bahasa Arab dan Islam pada M J de Goeje. Atas bimbingan de Goeje, dia berhasil menyusun disertasi Het Mekkaansche Feast (Berhaji ke Makkah) pada tahun 1880. Ketika dilangsungkan konferensi para orientalis di Leiden pada tahun 1883, hadir pula Amin Al-Madani Al-Halwani yang membawa sekumpulan manuskrip berharga dan menjualnya kepada penerbit E.J. Brill. Beberapa bagian manuskrip dibeli oleh Universitas Leiden.

Pada konferensi itu, Snouck Hurgronje berkenalan dengan Amin Al-Madani. Setelah Amin Al-Madani menulis kesan-kesannya tentang konferensi itu dalam surat kabar Al-Burhan terbitan Kairo, Snouck segera menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab (Belanda?, pen). Setelah konferensi itu, Amin bin Hasan Al-Halwani Al-Madani berangkat ke India tempat menerbitkan buku al-Qurb fi mahabbat al- Arab (Pendekatan dalam mencintai orang-orang Arab) oleh Abdur Rahim Al-Iraqi pada bulan Shafar 1302H (1884M). Dia menyebut dirinya sebagai guru di Raudhatul Muthahharah. Setahun setelah konferensi orientalis itu, Snouck dengan ditemani Konsul Belanda, Kruyt, berangkat ke Jeddah. Pertanyaan yang muncul ialah apakah ada hubungan antara perkenalan Snouck Hurgronje dan Amin Al-Madani dengan keberangkatan Snouck ke Jeddah, kemudian pernyataan masuk Islamnya dan masuknya ke Makkah al-Mukarromah.

Sebahagian besar surat pribadinya masih tertutup bagi para peneliti berdasarkan wasiat puterinya sampai tahun 1894. Jadi, jawaban pertanyaan tadi masih sangat tergantung pada orang lain. Namun demikian, mungkin sekali Amin Al-Madani sudah melapangkan jalan bagi Snouck Hurgronje untuk memasuki Makkah Al-Mukarramah. Data sejarah menyebutkan bahwa Snouck menyatakan Islam di hadapan orang banyak dan saksi-saksi secara tipu muslihat.

Dia terus memainkan peran di tengah kaum Muslimin Makkah, kemudian di Indonesia selama hidupnya. Menurut responden yang dapat dipercaya dari Indonesia disebutkan bahwa Snouck menipu seorang camat dengan pengakuan keislamannya dan mengawini puteri camat itu. Dari isterinya dia memperoleh beberapa orang anak dan yang sulung bekerja pada satu jabatan penting dalam kepolisian di Indonesia. Kami yakin akan kebenaran informasi itu ketika bertemu seorang cucu Snouck secara pribadi dengan ditemani Sjord van Koningsveld di Leiden. Tidak ada keraguan bahwa Snouck pandai memainkan peran di hadapan isteri dan anak-anaknya, seperti kepandaiannya memainkan peran di tengah kebanyakan umat Islam yang menganugerahkan kepadanya kecintaan lalu dikhianatinya sendiri.[5]

Snouck menetap selama enam setengah bulan di Makkah dengan memakai nama Abdul Ghaffar. Dia mendatangi majelis-majelis ulama dan kiyai-kiyai pemimpin pengajian hingga dia berhasil menjalin hubungan erat dengan banyak ulama Makkah dan sejumlah ulama dari Jawa, Sumatera, dan Aceh yang berdatangan ke Makkah, khususnya kepada Syekh Makkah dan muftinya, Syekhnya para ulama, Ahmad bin Zaini Dahlan. Tampaknya, Syekh yang baik membolehkan kepadanya atau membekalinya surat rekomendasi-rekomendasi agar rencana Snouck menjadi lebih sempurna dalam membuka jalan di Indonesia, khususnya di daerah Aceh yang memberontak terhadap pemerintah Belanda.

Dia juga menjalin hubungan baik dengan Habib Abdur Rahman al-Zahir yang tampaknya berambisi agar dijadikan Sultan oleh Belanda untuk daerah Aceh. Gagasannya tentang cara terbaik untuk menghancurkan pemberontakan kaum muslimin di Aceh disampaikan kepada Konsul Belanda, Kruyt, dan Snouck Hurgronje. Untuk mencapai tujuan itu, dia memberatkan pemerintah Belanda, tetapi akhirnya dia merasa puas dengan gaji besar yang diperolehnya dari Konsulat Belanda di Jeddah seumur hidupnya. Jadi, tidak aneh jika kaum muslimin di Aceh mengecap Habib Abdur Rahman al- Zahir dan Snouck Hurgronje sebagai pengkhianat hingga sekarang ini.[6]

Hubungan Snouck dengan Missi Kristen dan Penyamarannya

Adapun hubungan Snouck dengan misi kristenisasi, kembali pada asal usul lingkungan kelahirannya sendiri pada masa dia hidup dan belajar, serta fakultas tempat dia menimba ilmu. Dia adalah putra penganut gereja Protestan Calvinisme yang terkenal akan ajaran-ajaran dan kekerasan teologinya, kemudian belajar teologi pada fakultas yang didirikan khusus untuk menyiapkan para pendeta.

Dia hidup pada masa Eropa menguasai sebahagian besar penduduk dunia, termasuk di dalamnya kaum Muslimin. Dia belajar bahasa Arab pada de Goeje, ilmuwan ulung yang memiliki sikap ilmiah obyektif dan mentalitas mulia, serta kesungguhan luar biasa dalam penelitian dan penerbitannya. Kenyataan itu menonjol pada muridnya, Van Fluton (w. 1902), dan keilmiahannya pada teks-teks yang diterbitkannya Miftah al-’Ulum oleh Al-Khawarizmi serta Al-Mahasin wa Al-Adhdan yang dinisbahkan kepada Al-Jahiz dan lain-lain.[7]

Sikap Snouck terhadap Islam, Ulama, dan Muslimin

Fakta sejarah menunjukkan kedustaan Snaouck Hurgronje dan rencana penyamarannya itu bukan tidak mungkin menunjukkan bahwa masuk Islamnya di Jeddah serta hubungannya dengan orang-orang Aceh di Mekkah al-Mukarramah pun termasuk perbuatan pura-puranya. Namun, dusta tersebut telah memberinya jalan memasuki daerah Aceh, tempat dia akan mengumpulkan informasi-informasi yang dapat memberi saham dalam mewujudkan pemecahan masalah atas daerah Aceh bagi Belanda. Untuk itu Snouck Hurgronje menerima pekerjaan di Batavia.

Dalam perjalanan mata-matanya itu, orang-orang Aceh, termasuk beberapa ulama, menaruh kepercayaan penuh kepadanya. Mereka memberi sambutan hangat dan menerima kedatangannya. Laporan-laporannya (kepada pemerintah Belanda, pen) berisi kebencian, dendam, pemutarbalikan, dan kebohongan, khususnya terhadap para ulama yang dianggap sebagai kendala penghambat tunduknya daerah Aceh kepada pemerintah Belanda.

Para ulama merupakan motor penggerak spitritual masyarakat dalam membela daerah itu sehingga di dalam laporan-laporan spionasenya, para ulama itu berpuluh-puluh kali dijuluki gerombolan ulama. Selain itu, diapun menyampaikan usul kepada pemerintah kolonial untuk menempuh cara politik kekerasan dan penumpasan terhadap para ulama dengan menyatakan:

Sesungguhnya musuh utama dan yang giat adalah para ulama dan para petualang yang menyusun gerombolan-gerombolan yang kuat. Sekalipun jumlah mereka sedikit dan tumbuh di antara lapisan-lapisan masyarakat yang bermacam-macam, mereka mendapat tambahan dari sebagian penduduk dan pemimpin-pemimpinnya. Tidak mungkin akan diperoleh manfaat dalam perundingan dengan partai musuh ini karena akidah dan kepentingan pribadi mereka mengharuskan mereka untuk tidak tunduk, kecuali dengan penggunaan kekerasan terhadap mereka. Sesungguhnya persyaratan yang paling mendasar untuk mengembalikan peraturan di daerah Aceh haruslah mengkaunter para ulama dengan kekerasan sehingga ‘ketakutan’ menjadi faktor yang menghalangi orang-orang Aceh untuk bergabung dengan pemimpin-pemimpin gerombolan agar terhindar dari bahaya. Menurut pendapat saya, mesti dipersiapkan rencana mata-mata yang efektif dan terorganisasi untuk memata-matai Tuanku Kuta Karang (pemimpin ulama pada tahun 1892) dan gerombolannya. Pasti akan ada hasil awalnya. Biarpun saya tidak mampu menjelaskan seluruh rinciannya, namun saya berani berkata bahwa pekerjaan mata-mata itu adalah suatu kemungkinan.” [8]

Demikianlah faktanya. Snouck telah melibatkan dirinya untuk kepentingan penjajahan dengan bukti pernyataan dan laporannya kepada Jendral Van Houts untuk memerangi kaum muslimin di seluruh wilayah jajahan Belanda. Dengan kata lain ia mengusulkan untuk menggunakan kekerasan dalam menumpas kaum muslimin. Karena itu Jendral tadi mendapat julukan “pedang Snouck yang ampuh” karena keberhasilannya dalam memerangi umat Islam.

Di samping itu Snouck Hurgronya juga banyak membantu dalam pembinaan kader missionaris Belanda dan membuka sekolahan untuk mengkristenkan muslimin di seluruh wilayah jajahannya.

Terdapat fakta lain pula bahwa seorang tokoh missionaris kondang dan sangat disegani di kalangan kaum orientalis yang bernama Hendrick Kraemer adalah murid Snouck Hurgronje, dari tahun 1921 hingga tahun 1935. Hubungan di antara guru dan murid terus berkesinambungan tanpa putus. Snouck Hurgronje wafat pada tahun 1936.[9]

Dr Van Koningsveled berkata: “Tidak terputus surat menyurat antara Snouck Hurgronje dan muridnya, Hendrik Kraemer, misisionaris terkenal dan berpengaruh dalam lingkungan aktivis kristenisasi dari tahun 1921 sampai dengan 1935.

Menurut penjelasan Boland, buku Hendrik Kraemer, Misi Kristen di Dunia Non Kristen[10] mengungkapkan dengan jelas bahwa orang-orang Kristen mempunyai rencana untuk mengkristenkan dunia, khususnya Indonesia. Mereka bertujuan menundukkan dunia Islam.[11] Bahkan, Kraemer membandingkan Islam dengan Nazi.[12]

Snouck dan Kristenisasi di Indonesia

Meskipun data dan fakta sejarah telah jelas seperti tersebut di atas, namun di Indonesia sendiri pernah terjadi semacam kegoncangan di kalangan umat Islam yang banyak memperhatikan seluk beluk nasib ummat. Pada tahun 1985 Prof Dr HM Rasjidi yang dikenal sangat vokal terhadap pemikiran Barat walaupun beliau alumni Barat, dan vokal pula dalam hal kristenisasi, namun justru beliau jelas-jelas mengemukakan bahwa Dr Christian Snouck Hurgronje itu teman umat Islam Indonesa.

Beliau menyalahkan muslimin pada umumnya yang menganggap Snouck itu musuh, karena menurut beliau, Muslimin pada umumnya tidak membaca karya-karya orientalisme. Justru Snouck menurut HM Rasjidi, pernah berpolemik dengan anggota parlemen Belanda, karena Snouck tak membolehkan orang Islam di Indonesia untuk dikristenkan.

Berikut ini pendapat HM Rasjidi yang dituangkan H Subagijo AN dalam biografi HM Rasjidi:
Tiap kali Rasjidi mengamati kepribadian Massignon, tiap kali pula dia teringat tokoh di negaranya sendiri, Dr. Crhistian Snouck Hurgronje, seorang orientalis besar pada zamannya. Oleh kebanyakan orang di Indonesia, Snouck Hurgronje dianggap sebagai kaki tangan kaum imperalis; alat kaum penjajah; sehingga segala ulah dan sikapnya dinilai sangat menguntungkan kolonialis Belanda semata.

Namun bagi Rasjidi figur Snouck Hurgronje justeru merupakan teman ummat Islam Indonesia. Penilaian keliru terhadap Snouck itu, menurut Rasjidi disebabkan karena pada umumnya orang belum pernah membaca buku-buku karya orientalis tadi secara lengkap dan teliti. Sebagai cendekiawan yang sudah membaca seluruh karya Snouck Hurgronje secara tuntas, Rasjidi sampai pada kesimpulan, bahwa doktor (Snouck Hurgronje) tersebut pada hakekatnya adalah teman ummat Islam Indonesia.

Dr. Snouck, di kalangan orang Belanda sendiri dikenal sebagai seorang yang anti-zending dan anti-missi. Snouck pernah berpolemik dengan anggota parlemen Belanda yang menaruh simpati pada gereja. Ujar sang anggota parleman, “Kami ini tidak mengkristenkan orang Islam. Yang kami kristenkan adalah orang-orang Jawa yang tidak bersembahyang, Yang tidak membaca Al-Qur’an, yang hanya bisa mengucapkan syahadat pada waktu akan nikah saja”.

Ucapan itu ditanggapi Snouck dengan tegas jelas: “Kalau Anda sudah tahu bahwa orang Jawa mengaku Islam, itu sudah cukup. Bahwa mereka tidak mendirikan shalat, tidak paham bahasa Arab, itu sama sekali tidak mengurangi sifat keislamannya. Anda sendiri yang mengaku ummat kristen, apakah semua juga pernah membaca Injil? Dan juga pergi ke Gereja dengan teratur? Dan bila di dalam Injil disebutkan: Bila diminta bajunya, hendaknya Anda kasihkan jubahnya, apakah Anda pernah memberi jubah yang diminta orang lain?”

Demikian antara lain polemik antara Dr. Snouck Hurgronje dengan anggota parlemen Belanda yang membawakan suara kaum gerejani.[13]

(Komentar kami, penulis artikel ini): Apa yang dikemukakan Dr HM Rasjidi itu tidak bisa dijadikan landasan bahwa Snouck Hurgronje tidak menginginkan Umat Islam Indonesia jadi Kristen. Justru maksud dan tujuannya hampir sama dengan missionaris, hanya saja cara mengkristenkannya itu bukan lewat kristenisasi model missionaris, namun lewat budaya, agar umat Islam tergiring tanpa terasa. Kalau model missionaris, menurut pandangan Snouck, justru akan terjadi reaksi dari umat Islam, hingga apa yang dituju yaitu pengkristenan itu sendiri tidak akan tercapai.

Cara yang ditempuh Snouck itu bisa dibuktikan dengan apa yang ditulis oleh para peneliti sebagai berikut.

Deliar Noer menulis:
Asosiasi sebagai kebijaksanaan yang diperjuangkan ilmuwan Belanda Christian Snouck Hurgronje, mendapat tempat hanya pada beberapa gelintir orang Belanda dan Indonesia saja terutama mereka yang berafiliasi dengan perkumpulan Nederlandsch Indische Vrijzinningen Bond (Kesatuan Kaum Liberal Hindia Belanda).[14]

Lanjut Deliar, yang dipersoalkan oleh Snouck Hurgronje ialah bagaimana menghadapi soal Islam. Hal ini mudah difahami karena Islam telah memperlihatkan semangat perjuangannya di Indonesia dalam bentuk pemberontakan dan perlawanan terhadap penetrasi Belanda di berbagai wilayah negeri ini. Snouck Hurgronje mengamati bahwa walaupun Islam di Indonesia banyak tertutup oleh lapisan kepercayaan lain seperti kepercayaan animisme dan Hindu, orang-orang Islam di negeri ini pada waktu itu menganggap agama mereka sebagai alat pengikat yang kuat yang membedakan mereka dari orang-orang yang bukan Islam yang mereka anggap sebagai “orang asing”.

Walaupun begitu, demikian Snouck Hurgronje, orang Islam di Indonesia lebih memperhatikan persoalan Islam sebagai agama dalam pengertian yang sempit (seperti perkawinan, hubungan keluarga, peraturan berkenaan dengan waris) sedangkan aspek politik dan sosial dari agama Islam kurang mendapat perhatian.[15]

Snouck Hurgronje menasehatkan pemerintah Belanda agar memberikan perhatian yang sangat kepada pendidikan dan pengajaran orang Islam Indonesia tanpa menghubungkannya dengan persoalan pengkristenan. Cara ini, katanya, akan “memajukan {meng-emansipasi}” mereka “dari sistem Islam”. Cara ini akan menyampaikan orang Indonesia untuk menerima kebudayaan Belanda, yaitu kebudayaan Barat, dan menumbuhkan pula pengertian yang lebih baik di antara mereka terhadap orang-orang Belanda.

Katanya lagi, adalah dia dalam ”asosiasi penduduk pribumi dengan kebudayaan kita [Belanda] terletak pemecahan persoalan Islam”. Cara ini akan “menghapuskan perbedaan yang dijumpai dalam aspek politik dan sosial karena kepercayaan agama [yang berbeda]”.

Hurgronje menambahkan lagi bahwa asosiasi itu akan”menghilangkan cita-cita pan-Islam dari segala kekuatannya.” Secara tak langsung cara tersebut akan bermanfaat bagi penyebaran agama Kristen sendiri, katanya lagi, sebab pelaksanaan politik asosiasi itu akhirnya akan memudahkan pekerjaan missi, oleh sebab missi akan “dapat lebih menumbuhkan pengertian pada kalangan penduduk pribumi yang telah kena asosiasi itu terhadap mereka.”[16]

Tetapi Politik Etis tidaklah sesabar Snouck Hurgronje dalam hal pengkristenan. Politik Etis tidak mengendurkan kegiatan missionaris agar memberi jalan bagi proses asosiasi seperti yang disarankan ilmuwan Belanda tersebut. Dalam hubungan ini pernyataan kerajaan Belanda dalam tahun 1901 yang memperkenalkan Politik Etis itu merupakan suatu bukti nyata:

Sebagai bangsa Kristen, Belanda mempunyai kewajiban untuk memperbaiki keadaan orang-orang Kristen pribumi di daerah kepulauan Nusantara, memberikan bantuan lebih banyak kepada kegiatan missi Kristen, dan memberikan penerangan kepada segenap petugas bahwa Belanda mempunyai kewajiban moril terhadap penduduk wilayah itu.[17]
Jadi persoalannya jelas, bukan karena Snouck tak membolehkan pengkristenan umat Islam di Indonesia, namun hanya beda cara antara Snouck dengan pemerintahan penjajah Belanda. Sedangkan missionaris pun didatangkan secara resmi oleh pemerintahan Belanda, ditambah pula dana yang jauh sangat berlipat-lipat dibanding terhadap Islam. Bisa disimak data berikut:

Subsidi dalam tahun (jumlah dalam Gulden)
-------------------------------------------------------------------------------
Agama        |1936        | 1937       | 1938        | 1939
-------------------------------------------------------------------------------
Protestan    686.100    683.200    696.100    844.000
Katolik       286.500    290.700    296.400    335.700
Islam              7.500        7.500        7.500        7.600
___________________________________________________________

Sumber:
Staatsblad 1936: No. 355 hal 25, 26; 1937 No. 410, hal 25,26; 1938: No. 511, hal 27,28; 1939: No. 593, hal 32, dikutip Deliar Noer, hal 39.

Setelah tergambar bahwa pengkristenan Indonesia oleh Belanda itu memang disengaja oleh penjajah Belanda, dan sebenarnya didukung pula oleh penasihat ahlinya yaitu Snouck Hurgronje hanya saja beda cara, maka sikap Snouck itu akan tampak lebih jelas lagi dalam data dan kemudian pernyataan Snouck Hurgronje sendiri. Berikut ini data sejarahnya.

Orientasi Snouck Hurgronje tampak jelas dalam bantahannya yang keras kepada Menteri Belanda, Lohman, dalam surat yang ditulisnya kepada menteri pada 19 Desember 1913. Surat-surat kabar memuat penjelasan menteri bahwa Snouck Hurgronje mendukung semboyan “Hindia Belanda untuk pengikut-pengikut Muhammad (orang-orang Islam)”. Snouck Hurgronje menulis hal berikut ini:

“Saya amat bergembira sekiranya tanggung jawab kesalahpahaman ini terletak pada para redaktur suratkabar. Jika demikian, masalahnya menjadi mudah. Akan tetapi, jika yang terjadi ternyata para redaktur membuat tulisan itu berdasarkan ucapan Anda, maka saya bertanya kepada Anda dengan penuh sopan. Anda mesti memberitahukan saya, yang mana dari tulisan-tulisan saya yang tidak sedikit membahas Islam di Hindia Belanda yang membuat Anda salah paham tersebut? Barangkali Anda tidak tahu bahwa saya tanpa kepentingan pribadi, telah memberikan andil dalam pengkaderan para missionaris di Rotterdam. Karena ceramah-ceramah saya tentang Belanda dan Islam, saya menerima surat-surat penghargaan yang dikirim kepada saya secara langsung oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda, direktur Misi Kristenisasi, dan misionaris Adriani, dan dari Albert Kruyt, mantan Konsul di Jeddah. Mereka semua sudah menjalin hubungan persahabatan dengan saya sejak 25 tahun yang lalu. Karena itu, saya berhak menuntut agar jangan menilai kecuali pada apa yang saya katakan atau yang saya tulis sendiri. Yang saya inginkan, agar mereka yang tidak menguasai persoalan hendaklah berdiam diri dan tidak berbicara tentang saya, dan tentang pekerjaan saya dalam pertemuan-pertemuan orang banyak.” [18]

Dari perasaan superioritas itulah, Snouck Hurgronje menyerang syariat, karena seperti para orientalis lain pada masanya, dia percaya bahwa “kebudayaan Eropa” tidak mungkin memberantas “orang-orang bodoh Muslim”, kecuali jika mereka melepaskan diri dari agama “reaksioner”. Karena itu, dia tidak bersemangat atas pengiriman misi pekabaran Injil. Pada waktu yang sama, dia tidak memberi perintah untuk melarang pengiriman misi ke Hindia Belanda, kecuali jika mayoritas penduduknya menganut Islam, mereka diperintahkan menjalankan muslihat dan bujuk rayu. Di samping itu, dia pun menggalakkan pembukaan sekolah-sekolah misi dengan harapan agar penganut Islam secara berangsur beralih ke agama Kristen.[19]

Penjelasan tambahan dan kesimpulan
  1. Orientalis secara garis besar ada tiga kategori: a. mengabdi kepentingan penjajah, b. menjalankan misi Kristen/ Katolik, c. berupaya obyektif, tetapi ini sangat langka dan bahkan dimusuhi oleh dua kelompok lainnya.
  2. Orientalis tradisional adalah yang mengabdi kepada penjajah dan kepentingan misi. Sehingga bila ada orientalis yang mau obyektif maka dipengaruhi bahkan dimusuhi oleh para orientalis tradisional itu.
  3. Christian Snouck Hurgronje adalah orientalis Belanda terkemuka akhir abad 19 dan abad 20 (w 1936) yang menjadi penasihat khusus kolonial Belanda urusan (Islam) di Hindia Belanda.
  4. Untuk kepentingan kolonial Belanda itu Snouck menyamar sebagai orang Islam dan masuk ke Makkah selama 6,5 bulan dengan nama samaran Abdul Gaffar. Atas bantuan Raden Abu Bakar, bangsawan Indonesia di Jeddah, maka Snouck bisa menemui syekh-syekh di Makkah bahkan ulama tertinggi, Ahmad bin Zaini Dahlan. Atas bantuan Raden Abu Bakar itu Snouck mendapatkan rekomendasi dari Ahmad bin Zaini Dahlan, Mufti Makkah, untuk berhubungan dengan ulama-ulama di Jawa (Indonesia). Kepentingan itu tampaknya gayung bersambut, karena Mufti Makkah Ahmad bin Zaini Dahlan adalah orang yang paling keras menentang Wahabi bahkan memfatwakan bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab pendiri faham Wahabi sebagai Musailamah Al-Kaddzab baru, karena sama-sama dari Yamamah. Pengaruh Wahabi jangan sampai tumbuh di Jawa, maka rekomendasi untuk Snouck pun diberikan oleh Mufti Ahmad Zaini Dahlan demi memperlancar hubungannya dengan para ulama di Indonesia.
  5. Kelihaian Snouck di Aceh pun tak kurang “menguntungkan” bagi Belanda. Dengan adanya Snouck bisa mendekati Habib Abdur Rahman Ad-Dhohir yang menginginkan jadi Sultan di Aceh, Snouck mampu mengorek rahasia-rahasia yang “dijual” oleh Habib itu tentang ulama dan umat Islam Aceh.
  6. Setelah Snouck mendapatkan rahasia akurat dari pengkhianat Aceh yaitu Habib Abdur Rahman tersebut, maka Snouck mengusulkan kepada pemerintah Belanda bahwa tidak ada jalan lain kecuali menghancurkan para ulama Aceh.
  7. Meskipun sebegitu tegasnya untuk menghancurkan ulama dan Muslimin Aceh, namun Snouck tidak setuju kalau kristenisasi di Indonesia itu memakai cara-cara yang dilakukan missionaris selama ini. Snouck menyarankan agar kristenisasi dilakukan secara pendekatan dan sosialisasi budaya Eropa/ Belanda. Dengan cara pendekatan budaya itu menurut Snouck, umat Islam Indonesia tidak bereaksi, dan bahkan nantinya mereka masuk Kristen dengan sendirinya.
  8. Ide dan cara yang diusulkan Snouck itu ditentang oleh pihak missionaris yang memang ditugaskan secara resmi oleh kerajaan Belanda ke Indonesia, sehingga terjadi polemik antara Snouck dengan anggota parlemen, dan bahkan Menteri Belanda, Lohman. menuduh Snouck sebagai orang yang menghalangi kristenisasi di Indonesia.
  9. Tidak kurang dari itu, Prof HM Rasjidi intelektual Indonesia yang dikenal anti kristenisasi pun bahkan menilai Snouck sebagai teman umat Islam Indonesia, karena Snouck tak membolehkan umat Islam ini dikristenkan Belanda.
  10. Apa yang difahami HM Rasjidi itu tidak mendasar, karena justru Snouck sendiri menolak keras tuduhan Menteri Belanda, Lohman, yang menganggap Snouck tak menyetujui Kristenisasi di Hindia Belanda. Hingga Snouck menunjukkan bukti-bukti kegigihannya membantu pengkaderan misi Kristen di Rotterdam, dan penghargaan terhadap dirinya langsung dari Gubernur Jendral di Hindia Belanda atas upaya missi yang diemban Snouck.
  11. Meskipun demikian, Snouck sendiri mencatatkan dirinya di buku Bevolingsregister te Leiden sebagai orang yang ‘tidak beragama’.
Demikianlah sikap Christian Snouck Hurgronje terhadap Islam dan Muslimin di Indonesia, selaku penasihat ahli pemerintah kolonial Belanda. Orang yang suka bermisal-misal tentang musang berbulu ayam, mungkin bisa mengatakan: Snouck itu saking pandainya berbulu ayam, maka mssionaris dan menteri Belanda menuduhnya sebagai ayam.

Demikian pula Prof HM Rasjidi menganggap Snouck sebagai teman ayam. Tetapi Snouck sendiri mencak-mencak bahwa dirinya bukanlah ayam, tetapi pembina kader musang, dan mendapat penghargaan langsung dari Gubernur Jendral musang.

*Hartono Ahmad Jaiz penulis buku-buku Islam, pemimpin redaksi nahimunkar.com, tinggal di Jakarta.

Catatan kaki:

[1] H Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, Jakarta, 1985, h 20-21

[2] Dr Qasim As-Samra’i, Al-Istisyraqu bainal Maudhu’iyati wal Ifti’aliyah, terjemahan Prof. Dr Syuhudi Isma’il dkk, Bukti-bukti Kebohongan Orientalis, GIP, Jakarta, cetakan pertama 1417H/ 1996M, hl 139.

[3] H Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda, LP3ES, Jakarta, cetakan pertama, 1985, hal 1-2, mengutip Harry J Benda, “Christian Snouck Hurgronje and the Foundations of Dutch Islamic Policy in Indonesia,” dalam Contiunity and Change in Southeast Asia, (Yale University, 1972), hal 83.

[4] Aqib Suminto, hal 2.

[5] Dr Qasim As-Samra’i, Op cit, hal 142-143.

[6] Ibid hal 143-144.

[7] Ibid hal 154.

[8] K. Van de Maaten, Snouck Hurgronje en de Atjeh Oorlog, Leiden, 1948, hal 95, dikutip Dr Qasim Assamurai, hal 158.

[9] Dr Ahmad Abdul Hamid Ghurab, ru’yah Islamiyyah lil Istisyraq, terjemahan AM Basalamah, Menyingkap Tabir Orientalisme, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, I, 1992, hal 97-98.

[10] Hendrik Kraemer, the Crisitian Message in a non-Christian World, London, 1938, edisi kedua, 1947.

[11] B.J Boland, the Strugle of Islam in Modern Indonesia’s Gravenhage, 1970, hal 236, dikutip Qasim Assamurai hal 164.

[12] Kraemer, op cit, hal 353, bandingkan Boland, op cit, hal 240, no 146, dikutip Qasim, ibid, hal 164.

[13] Endang Basri Ananda (editor), 70 Tahun Prof. Dr. H.M Rasjidi, Harian Umum Pelita, Jakarta, 1985, hal.53-54

[14] Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, LP3ES, cetakan II, 1985, hal 182, mengutip Pangeran Aria chmad Djajadiningrat, Kenang-kenangan (Jakarta: Kolff-Buning/ Balai Pustaka, 1936), hal 385.

[15] Deliar Noer, hal 182-183, mengutip Hurgronje, Nederland en de Islam, edisi ke-2 (Leiden: E.J Brill, 1915), hal 59, 78.

[16] Hurgronje, ibid, hal 94, dikutip Deliar, hal 183.

[17] Deliar, hal 183-184, mengutip Handelingen der Staten Generaal, Pidato kenegaraan Raja, 18 September 1901 sebagai dikutip oleh van der Kroef, JM va der, Dutch Colonial Policy in Indonesia, hal. 53).

[18] Dr Qaim As-Samra’i, op. cit., hal 165-166, mengutip bagian-bagian surat Snouck Hurgronje kepada Menteri Lohman dari teks pidato van Koningsveld dengan izinnya.

[19] Dr qasim As-Samra’i, -- hal 168, mengutip Bevolkingsregister te Leiden.

28.12.11

Yesus tidak lahir pada 25 Desember

Author: www.RYKERS.org | Filed Under: New Age Religion |

Sungguh amat mustahil jika Yesus (Isa a.s.) dilahirkan pada musim dingin! (Di wilayah Yudea, setiap bulan Desember adalah musim salju dan hawanya sangat dingin) Sebab Injil Lukas 2:11 menceritakan suasana di saat kelahiran Yesus sebagai berikut:

"Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.. Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juru selamat, yaitu Kristus, di kota Daud."

Tidak mungkin para penggembala ternak itu berada di padang Yudea pada bulan Desember. Biasanya mereka melepas ternak ke padang dan lereng-lereng gunung. Paling lambat tanggal 15 Oktober, ternak tersebut sudah dimasukkan ke kandangnya untuk menghindari hujan dan hawa dingin yang menggigil. Bibel sendiri dalam Perjanjian Lama, kita Kidung Agung 2: dan Ezra 10:9, 13 menjelaskan bahwa bila musim dingin tiba, tidak mungkin pada gembala dan ternaknya berada di padang terbuka di malam hari.

Adam Clarke mengatakan:
"It was an ancient custom among Jews of those days to send out their sheep to the field and desert about the Passover (early spring), and bring them home at commencement of the first rain." (Adam Clarke Commentary, Vol.5, page 370, New York).
"Adalah kebiasaan lama bagi orang-orang Yahudi untuk menggiring domba-domba mereka ke padang menjelang Paskah (yang jatuh awal musim semi), dan membawanya pulang pada permulaan hujan pertama)."

Adam Clarke melanjutkan:
"During the time they were out, the sepherds watch them night and day. As…the first rain began early in the month of Marchesvan, which answers to part of our October and November (begins sometime in october), we find that the sheep were kept out in the open country during the whole summer. And, as these sepherds had not yet brought home their flocks, it is a presumptive argument that october had not yet commenced, and that, consequently, our Lord was not born on the 25th of December, when no flock were out in the fields; nor could He have been born later than September, as the flocks were still in the fields by night. On this very ground, the Nativity in December should be given up. The feeding of the flocks by night in the fields is a chronological fact…See the quotation from the Talmudists in Lightfoot."

"Selama domba-domba berada di luar, para penggembala mengawasinya siang dan malam. Bila…hujan pertama mulai turun pada bulan Marchesvan, atau antara bulan Oktober dan November, ternak-ternak itu mulai dimasukkan ke kandangnya. Kita pun mengetahui bahwa domba-domba itu dilepas di padang terbuka selama musim panas. Karena para penggembala belum membawa pulang domba-dombanya, berarti bulan Oktober belum tiba. Dengan demikian dapatlah diambil kesimpulan bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember, ketika tidak ada domba-domba berkeliaran di padang terbuka di malam hari. Juga tidak mungkin dia lahir setelah bulan September, karena di bulan inilah domba-domba masih berada di padang waktu malam. Dari berbagai bukti inilah, kemungkinan lahir di bulan Desember itu harus disingkirkan. Memberi makan ternak di malam hari, adalah fakta sejarah…sebagaimana yang diungkapkan oleh Talmud (kitab suci Yahudi) dalam bab 'Ringan Kaki'."

Di ensiklopedi mana pun atau juga di kitab suci Kristen sendiri akan mengatakan kepada kita bahwa Yesus tidak lahir pada tanggal 25 Desember. Catholic Encyclopedia sendiri secara tegas dan terang-terangan mengakui fakta ini.

Tidak seorang pun yang mengetahui, kapan hari kelahiran Yesus yang sebenarnya. Jika kita meneliti dari bukti-bukti sejarah dan kitab suci Kristen sendiri, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa Yesus lahir pada awal musim gugur - yang diperkirakan jatuh pada bulan September - atau sekitar 6 bulan setelah hari Paskah.

Jika Tuhan menghendaki kita untuk mengingat-ingat dan merayakan hari kelahiran Yesus, niscaya dia tidak akan menyembunyikan hari kelahirannya.

25.12.11

Yahudi dan Penghancuran Citra Para Utusan Tuhan

Oleh: Muh. Nurhidayat

BELUM lama ini, Organisasi Konferensi Islam (OKI) melayangkan protes resmi secara keras terhadap penghinaan majalah Prancis Charlie Hebdo yang telah melecehkan Islam. Majalah ini, dengan sengaja memasang kartun Nabi Muhammad sebagai gambar sampulnya. Selain itu, media ini juga telah mengolok-olok syariat Islam.

Selain kartun Nabi Muhammad, di sampul depan Charlie Hebdo memelesetkan nama majalahnya menjadi 'Charia Hebdo', Syariah Hebdo. Di sampul belakang, ditampilkan kartun Nabi Muhammad dengan hidung berwarna merah, ditambah tulisan berbunyi, "Ya, Islam kompatibel dengan humor."

Dalam sebuah pernyataannya, Sekjen OKI, Ihsanoglu mengatakan bahwa tindakan Charlie Hebdo tersebut keterlaluan dan melanggar kebebasan berekspresi.

Kemunculan kembali materi penerbitan yang mengandung pesan anti-Islam, menurut Ihsanoglu, menunjukkan fenomena islamofobia yang terus meningkat di Eropa, yang "dipicu oleh jurnalisme bermotivasi kebencian oleh organisasi-organisasi media tertentu, termasuk Charlie Hebdo."

Sebelum ini, d KTT Luar Biasa di Makkah-Arab Saudi pada Desember 2005 lalu, puluhan negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) melayangkan protes resmi kepada pemerintah Denmark, yang enggan menghukum para pelaku pelecehan Nabi Muhammad SAW dalam karikatur yang dimuat koran Jyllands Posten edisi 30 September 2005.

Setelah protes OKI, pada awal 2006, kaum muslimin di berbagai kota seluruh dunia melakukan demonstrasi besar-besaran untuk mengecam Jyllands Posten dan puluhan media Barat lainnya yang ikut-ikutan memuat ulang kartun pelecehan tersebut.

Penghancuran citra (character assasination) atas Nabi Muhammad SAW melalui kartun sebenarnya merupakan dosa turun-temurun masyarakat Yahudi dan Nasrani terhadap para nabi dan rasul-Nya sejak ribuan tahun silam.

Sejarah mencatat bahwa Paulus dkk., para tokoh Yahudi yang hidup pada abad ke-1 masehi adalah pelopor penghancuran citra para utusan Tuhan melalui melalui ayat-ayat fiktif yang disisipkan dalam modifikasi Injil (Bibel).

Beberapa tersebut antara lain bisa dilihat sebagai berikut:

1. Nabi Adam AS

Paulus dkk. menyebutkan bahwa seluruh manusia menanggung dosa Nabi Adam AS dan istri beliau—orang Kristen menyebutnya Hawa, yaitu dosa memakan buah terlarang di dalam surga. (Roma 5 : 1)

Kedua kakek dan nenek kita juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Namun Adam AS dan istri beliau telah bertaubat dan Allah SWT telah memberikan amnesti/ampunan bagi mereka berdua. (QS Al Baqarah 37)

Lagipula, jangankan nabi-Nya, kita sebagai manusia biasa juga akan diampuni jika bertaubat karena Allah SWT maha pengampun. Tidak kurang dari 85 ayat di dalam Al Qur’an yang menegaskan bahwa Allah SWT maha penerima taubat atas kesalahan hamba-Nya.

Sebenarnya, fitnah dosa warisan di atas menunjukkan bahwa Paulus dkk. telah melakukan keteledoran. Mereka lupa untuk merubah beberapa ayat kitab suci Injil yang menegaskan tidak adanya konsep dosa warisan (Yehezkiel 18 : 20; Ulangan 24 : 16; Matius 16 : 27; Yeremia 31 : 29-30; dan Tawarikh 25 : 4). Al Qur’an pun memperkuat bukti bahwa seseorang tidak dibebankan dosa orang lain (QS Al An’aam 164 dan QS Al Israa’ 15)

2. Nabi Nuh AS

Melalui Bibel, Paulus dkk. merusak citra Nuh AS dengan menuliskan bahwa utusan Tuhan yang telah berdakwah selama 950 tahun tersebut disebut sebagai orang pertama di dunia yang membuat miras, pernah mabuk-mabukan di dalam kemahnya hingga tidak sadar kalau—maaf—seluruh pakaian beliau terlepas. (Kejadian 9 : 20-22). Padahal Allah SWT membela reputasi rasul-Nya melalui Al Qur’an (QS Ash Shaaffaat 78-81 dan QS Al Israa’ 3)

3. Nabi Ismail AS

Nabi Ismail AS pun juga dirusak nama baiknya oleh Paulus dkk., dengan fitnahan bahwa beliau bukan anak dari Hajar, istri Nabi Ibrahim AS yang sah. (Kejadian 21 : 10).

Padahal setiap nabi dan rasul-Nya dipilih dari keluarga yang mulia di mata Allah SWT karena menjaga kehormatannya sehingga nasab mereka sangat jelas. Al Qur’an pun menegaskan tentang kemuliaan nasab Ismail AS. (QS Al An’aam 86-87)

Selain itu, Paulus dkk. Juga memanipulasi sejarah bahwa anak tunggal Ibrahim AS yang dikurbankan bukanlah Ismail AS, melainkan Ishaq AS. (Kejadian 22 : 2).

Pelecehan ini pun membuktikan bahwa Paulus dkk. Juga teledor dalam memodifikasi Injil, yang menyatakan Ismail AS dilahirkan Hajar ketika Ibrahim AS berumur 86 tahun (Kejadian 16 : 6), dan Ishak dilahirkan Sarah sewaktu usia Ibrahim 99 tahun. (Kejadian 17 : 16)

Dengan demikian, mustahil anak tunggal yang dikurbankan Ibrahim adalah Ishaq AS, karena beliau lahir 13 tahun setelah Ismail. Allah SWT pun membela reputasi pengorbanan Nabi Ismail AS (QS Ash Shaaffaat 102)


4. Nabi Luth AS

Terhadap Nabi Luth AS, Paulus dkk. memfitnah beliau telah melakukan incest dan menghamili kedua puterinya sendiri (Kejadian 19 : 30-38). Allah SWT pun membela reputasi Luth AS sebagai hamba-Nya yang tinggi derajatnya (QS Al An’aam 86); serta shaleh, dan dirahmati (QS Al Anbiyaa’ 74-75).

5. Nabi Ya’qub AS

Nabi Ya’qub AS termasuk utusan Tuhan yang banyak dilecehkan Paulus dkk. Dalam Bibel, beliau difitnah berkonspirasi dengan ibu kandung untuk menipu ayah kandungnya sendiri (Kejadian 27 : 1-46). Anak tertua Nabi Ya’qub AS -disebutkan bernama Ruben- melakukan pergaulan bebas dengan ibu tirinya yang bernama Bilha (Kejadian 35 : 22). Selain itu, anak beliau yang lainnya -disebutkan bernama Yehuda- menzinahi dan menghamili menantunya sendiri (Kejadian 38 :13-19).

Padahal dalam Al Qur’an, Allah SWT banyak memuji keutamaan Nabi Ya’qub AS beserta keturunannya (QS Al Anbiyaa’ 72 dan QS An Nisaa’ 163)

6. Nabi Musa AS

Paulus dkk. pun memfitnah Nabi Musa AS telah diangkat sebagai Tuhan oleh Allah SWT ketika hendak diutus mendakwahi Raja Fir’aun (lihat Keluaran 7 : 1). Padahal beliau hanyalah manusia biasa yang diangkat senagai utusan-Nya. (QS Az Zukhruf 46)

7. Nabi Harun AS

Paulus dkk. juga menjadikan Nabi Harun AS sebagai sasaran pelecehannya dalam Bibel. Beliau dituduh sebagai orang yang telah menyesatkan Bani Israel dengan membuat patung sesembahan dari emas berbentuk anak sapi. (Keluaran 32 : 2-4)

Padahal yang membuat berhala anak sapi untuk disembah sebagian Bani Israel yang terjerumus dalam kesesatan adalah Samiri, seorang Yahudi dari suku Assamirah, yang juga merupakan kakek moyang Paulus dkk. Allah SWT pun secara panjang lebar menceritakan pengkhianatan Samiri dan membela nama baik Harun AS dalam Al Qur’an (QS Thaahaa 85-91; QS Thaahaa 95-97; QS Ash Shaaffaat 119-122; serta QS Maryam 53)

8. Nabi Dawud AS

Nama baik Nabi Dawud AS banyak dinista Paulus dkk. dalam Bibel. Beliau difitnah menjalin hubungan gelap dengan Batsyeba, istri Una -salah satu perwira kerajaan Dawud. Bahkan beliau juga difitnah membunuh Una agar dapat menikahi Batsyeba yang tengah mengandung akibat perselingkuhan tersebut (Samuel 11 : 2-27 dan Mazmur 51 : 1-2).

Selain itu, fitnah dalam Bibel juga menyebutkan bahwa beliau -maaf- senang melakukan pergaulan bebas dengan perawan-perawan muda meskipun beliau telah lanjut usia (Raja-raja 1 : 1-3).

Penghancuran citra juga dialamatkan melalui fitnah atas putera-putera Dawud AS. Paulus dkk. mengumbar cerita dusta bahwa anak lelaki beliau -disebutkan bernama Absalom merusak kehormatan 10 orang ibu tirinya sendiri (Samuel 16 : 21-23). Lebih menyakitkan lagi, fitnah dialamatkan kepada seorang anak lelaki beliau lainnya -disebutkan bernama Amnon telah -maaf- memperkosa saudari kandungnya sendiri. (Samuel 16 : 7-14)

Padahal Allah SWT telah memuji beberapa keutamaan Nabi Dawud AS pada sekitar 19 ayat dalam Al Qur’an, yang salah satunya adalah, “…Dan ingatlah hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).” (QS Shaad 17)

9. Nabi Sulaiman AS

Paulus dkk. telah melecehkan Nabi Sulaiman AS dengan keji, dengan ayat fiktif yang menyatakan bahwa beliau memiliki 300 orang istri yang sah dan 700 orang gundik. Bahkan dituduhkan kalau beliau tidak mau tunduk kepada Allah SWT karena lebih mementingkan 1.000 orang wanitanya. (Raja-raja 11 : 13)

Beberapa ayat Al Qur’an mengokohkan citra Nabi Sulaiman AS, satu di antaranya adalah, “Dan Kami karuniakan kepada Daud, (anaknya yang bernama) Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS Shaad 30)

10. Nabi Isa AS

Nabi Isa AS dan ibunda beliau (Maryam) adalah utusan Tuhan yang mengalami penodaan citra paling banyak dan paling sadis dari Paulus dkk. Beliau difitnah sebagai -maaf- anak haram (Matius 1 : 18 dan Lukas 2 : 1-8).

Beberapa ayat suci Al Qur’an (QS Maryam 16-22) pun menjawab fitnah keji tersebut dengan firma Allah SWT yang membela kehormatan Isa AS dan Maryam. Bahkan pada surah yang lain, Allah SWT menegaskan, “…Mereka (kaum Yahudi dan Nasrani) tidak beriman kecuali sebahagian kecil dari mereka. Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa) dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina).” (QS An Nisaa’155-156)

Tuduhan keji atas Isa AS juga dilontarkan Paulus dkk. dalam Bibel yang menyatakan bahwa beliau -maaf- seorang yang emosional dan bodoh (Markus 11 : 12-14). Fitnah ini dijawab Allah SWT dengan firman yang membela utusan-Nya sebagai hamba yang cerdas dan shaleh (QS Ali ‘Imran 45-46)

Pelecehan tersadis yang dilakukan Paulus dkk. dalam Bibel adalah ketika menyatakan bahwa Nabi Isa AS sebagai anak Allah SWT. Yohanes 5 : 7-8; Yohanes 10 : 34-36; Matius 3 : 16-17; Lukas 3 : 38; serta beberapa ayat fiktif lainnya).

Dalam kasus ini, Paulus dkk. secara otomatis juga menyerang kehormatan Allah SWT, Dzat yang tidak beranak, tidak diperanakkan, dan tidak ada sekutu bagi-Nya (QS Al Ikhlash 1-4; QS Al Maa’idah 72; QS Al Maa’idah 116-117).

Berdasarkan data-data di atas, jelaslah bahwa pelecehan terhadap Nabi Muhammad SAW saat ini melalui media massa Barat, pada dasarnya adalah rangkaian dari upaya penghancuran citra para utusan Tuhan yang dilakukan secara keji oleh orang-orang Yahudi sejak 21 abad silam, yang banyak melakukan penyusupan di tengah-tengah umat Nasrani. Apalagi Yahudi secara realitas saat ini mendominasi media massa cetak maupun elektronik di seluruh dunia, terutama negara-negara Barat yang mayoritas warganya Nasrani.

Untuk menghentikan konspirasi jahat Yahudi dalam menghancurkan citra Nabi Muhammad SAW dan para nabi/rasul lainnya melalui media massa, umat Islam juga wajib menguasai media massa. Lantas, bagaimana caranya agar dapat menguasai media massa di tengah kuatnya dominasi Yahudi internasional atas sarana komunikasi cetak dan elektronik seperti sekarang ini?

Jawabannya sangat mudah! Kaum muslimin dapat memulai belajar untuk tidak lagi membeli/berlangganan media cetak pro-Barat, baik yang diterbitkan di negara-negara Barat, maupun yang diterbitkan di negara-negara muslim seperti Indonesia. Selain itu, umat Muhammad SAW juga tidak aktif mengakses/belangganan siaran media elektronik Barat maupun media elektronik lokal/nasional yang dimodali pengusaha penyokong Yahudi, seperti jaringan media milik George Soros dan Rupert Murdoch.

Selanjutnya, umat Islam secara mandiri perlu membangun jaringan media massa sendiri. Jaringan tersebut dapat dibangun dengan memperkuat media massa Islam yang telah ada maupun membuat jaringan media Islam yang baru. Memang membutuhkan modal yang banyak dan SDM yang tidak sedikit jumlahnya. Untuk itulah diperlukan ukhuwah dan kerjasama strategis antara ulama, umara, dan umat Islam di seluruh dunia. Wallahua’lam.*

Dosen dan Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Ichsan Gorontalo

Perayaan Natal 25 Desember Antara Dogma danToleransi

Oleh: Hj. Irena Handono

PENDAHULUAN
Perayaan Natal, sungguh wah dan gemerlap; dengan pohon-pohon cemara lengkap digantungkan hiasan-hiasan, kerlap-kerlip lampu, dan hadiah-hadiah di bawahnya. Malamnya, tepat pukul 24.00 dilakukan misa (kebaktian). Rumah-rumah pun dihias pohon cemara, juga toko dan plasa, gedung dan kantor. Acara-acara televisi marak oleh nuansa Natal. Instansi-instansi juga secara resmi merayakannya.

Begitu semaraknya perayaan tersebut, sampai-sampai, paling tidak, membawa tiga kesan: Pertama, perayaan Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember adalah sebuah ritus yang berlandaskan nilai kebenaran. Kedua, perayaan Natal telah mencapai maqam gengsi -simbol status sosial. Sebuah simbol yang membanggakan bagi orang yang merayakannya atau bagi mereka yang turut "berpartisipasi". Sebaliknya mereka yang tidak "menyambut" perayaan Natal, terkesan tidak prestisius. Ketiga, seolah-olah mayoritas penduduk negeri ini adalah kaum Nasrani. Padahal secara statistik, jumlah mereka tak lebih dari 15%.

Berbeda dengan realitas perayaannya yang gemerlap, sejarah Natal 25 Desember sendiri cukup buram. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak banyak kalangan - termasuk kaum Kristen sendiri - yang paham tentang sejarah perayaan Natal yang ditetapkan pada tanggal 25 Desember tersebut. Salah satu sebabnya adalah tidak adanya literatur yang membeberkan tentang Natal. Jikalau ada hanya memuat keterangan bahwa Natal adalah perayaan orang Nasrani yang jatuh pada tanggal 25 Desember sebagai peringatan hari kelahiran Yesus.

Langkanya literatur tentang Natal sebenarnya cukup menjadi alasan untuk bersikap kritis. Benarkah Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Desember? Jika jawabannya adalah ya, apa dasar hukumnya? Jika tidak bagaimana sejarah penetapan 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus, yang akhirnya diperingati sebagai perayaan Natal?

YESUS DALAM SEJARAH BANGSA YAHUDI
Sebelum membahas tentang perayaan Natal dan segala kontroversi yang menyertainya, terlebih dahulu perlu saya jelaskan latar belakang kesejarahan Yesus itu sendiri. Bahwa Yesus memang lahir dan hidup di kalangan bangsa Yahudi. Oleh karena itu, untuk bisa memahami sosok Yesus, harus paham terlebih dahulu bangsa Yahudi.

Bangsa Yahudi berkeyakinan bahwa mereka adalah "bangsa pilihan" Tuhan. Tuhan menciptakan alam semesta beserta isinya untuk kepentingan dan kesejahteraan mereka. Dan mereka merasa sebagai subjek, sedangkan bangsa lain cukup sebagai pelengkap penderita. Lebih lanjut hanya diri mereka yang dianggap "manusia", sedangkan bangsa lain hanyalah pembantu, budak, bahkan anjing.

Keyakinan seperti itulah yang membuat mereka lebih dari bangsa lain, sombong, pongah, keras kepala, bahkan kejam.

Pernyataan-pernyataan seperti tersebut diatas, bukan sebuah dramatisasi belaka, melainkan bersumber dari Bibel sendiri diantaranya:

"Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan iman dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel." (Keluaran 9:6).

"Engkau akan diberkati lebih daripada segala bangsa." (Ulangan 7:14).

"Engkau harus melenyapkan segala bangsa yang diserahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahhmu; janganlah engkau merasa sayang kepada mereka...." (Ulangan 7:16).

"Perempuan itu seorang Yunani bangsa Siro Fenesia. la memohon kepada Yesus untuk mengusir setan itu dan anaknya. Lalu Yesus berkata kepadanya: "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing. "Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar Tuhan. Tetapi anjing yang dibawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak. "Maka kata Yesus kepada perempuan itu: "Karena kata-katamu itu pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu." (Markus 7:26-29).

Pernyataan-pernyataan Bibel tersebut di atas menjelaskan betapa bangsa Yahudi menganggap diri mereka istimewa yaitu "bangsa pilihan Tuhan". Oleh karena itu mereka boleh berbuat apa saja terhadap bangsa lain, termasuk membantai (melenyapkan). Dan semua itu dilakukan atas nama Tuhan.

Namun adakah suatu bangsa yang rela terus menerus ditindas, dijajah, ataupun diperbudak? Demikian pula dengan bangsa Filistin (Palestina), penduduk asli negeri itu, yang setelah melalui perjuangan berat akhirnya bangsa Filistin menang. Kemenangan bangsa Filistin tersebut membuat keadaan menjadi terbalik. Bangsa Yahudi -sang penindas- kini dalam bayang-bayang tertindas. Maka mereka memohon agar Yahwe (Tuhan Israel) segera mengutus seorang Al Masih (Juru Selamat) agar mereka jaya dan berkuasa lagi.

Sederetan Al Masih
Dari Bibel, khususnya dalam Perjanjian Lama, akan kita dapatkan bahwa Al Masih itu bukan hanya Yesus. Mereka antara lain:

1. Saul Al Masih
Saul yang berhasil mengalahkan Filistin diangkat sebagai Al Masih,
"Bukankah Tuhan telah mengurapi engkau menjadi raja atas umatNya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat Tuhan, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagimu, bahwa Tuhan telah mengurapi engkau menjadi raja atas milikNya sendiri" (I Samuel 10:1).

2. Harun Al Masih
Setelah Saul menjadi Al Masih, maka Harun (saudara Musa) juga diangkat sebagai Al Masih.
"Kemudian dituangkannya sedikit dari minyak urapan itu ke atas kepala Harun dan diurapinyalah dia untuk menguduskannya." (Imamat 8:12).

3. Elisa Al Masih
Kehadiran seorang Al Masih untuk masa ini ternyata tidak cukup, maka setelah Harun menjadi Al Masih, Elisa pun diangkat menjadi Al Masih.
"Juga Yehu, cucu Nimzi, haruslah kau urapi menjadi raja atau Israel, dan Elisa bin Safat dari Abel Mehola, harus kau urapi menjadikan Nabi menggantikan Engkau." (7 Raja-raja 19:16).

4. Daud Al Masih
Setelah Saul meninggal dunia, maka sesepuh suku-suku Israel mengangkat Daud sebagai Al Masih.
"Maka datanglah semua tua-tua Israel menghadap raja lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron di hadapan Tuhan; kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel." (II Samuel 5:3).

5. Salomo Al Masih
Setelah Daud meninggal dunia, maka Salomo putra Daud diangkat sebagai Al Masih. Sebagaimana tercantum dalam I Raja-raja 1:39.
"Imam Zadok telah membawa tabung tanduk berisi minyak dari dalam kemah, lalu diurapinya Salomo. Kemudian sangkakala ditiup, dan seluruh rakyat berseru 'Hidup Raja Salomo'."

6. Koresy Al Masih
Raja Syrus penyembah berhala ini diangkat sebagai Al Masih setelah meninggalnya Salomo.
"Beginilah firman Tuhan: Inilah firmanKu kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresy yang tangan kanannya kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu gerbang tidak tinggal tertutup." (Yesaya 45:1).

Ayat ini dialamatkan kepada Raja Syrus yang pagan, untuk memenuhi kerinduan akan datangnya penyelamat, walaupun pada kenyataannya ayat tersebut adalah nubuat dari nabi Yesaya akan datangnya seorang Koresy (Quraisy) sebagai nabi akhir, yaitu Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Amatlah mustahil jika Tuhan menyayangi seorang kafir untuk diurapi. Apalagi ternyata bahwa belum lama bangsa Yahudi dipimpin oleh Al Masih yang kafir, situasi keamanan dan politik berubah kembali dengan datangnya serbuan pasukan Romawi. Maka kembali lagi seperti pada peristiwa sebelumnya, yakni ketika bangsa Israel menangis, meraung, dan memohon kepada Yahwe untuk diberi Al-Masih atau seorang Juru Selamat untuk membebaskan mereka dari cengkeraman bangsa Romawi. Maka mereka berangan-angan dan menyusun kriteria Al Masih.

Orang-orang Israel akhirnya mengadakan kesepakatan bahwa Al Masih adalah seorang yang merupakan:
  1. Raja-raja terdahulu yang dianggap "bangkit" dari kubumya, antara lain: Daud Yesekhiel, Yosafat, atau.
  2. Nabi yang "dibangkitkan", misalnya Elia atau Elisa.
  3. (Harus) Keturunan Daud dan Sulaiman.
Disamping tiga kriteria tersebut, bangsa Israel juga mempunyai penghayatan bahwa kelahiran seorang pahlawan (Juru Selamat) haruslah lahir dari seorang perawan, sebagaimana pahlawan-pahlawan bangsa terduhulu yang juga terlahir dari seorang perawan.

Yesus Keturunan Daud?
Bibel selalu mengatakan bahwa Yesus adalah anak Daud. Nubuat tentang keturunan Daud yang akan berkuasa antara lain: II Samuel 7:12-13 dan I Tawarikh 17:1 1-12:
"Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan tahta kerajaanya untuk selama-lamanya."

Demikian pula Kisah Para Rasul 2:30
"... Bahwa la akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas tahtanya" 8 9

Padahal, dengan garis keturunannya (silsilah), terbukti bahwa Yesus bukan keturunan Daud, karena Maryam bukan keturunan Daud. Yang merupakan keturunan Daud adalah Yusuf, yang oleh Bibel disebut sebagai tunangan Maria (Maryam), silsilah itu sendiri juga mengandung perbedaan. Matius (1:6-16) menurut 28 orang sedangkan menurut Lukas (3:23-31) 43 orang. Jadi terdapat selisih 15 generasi.

Lantas mengapa Bibel membuat kekeliruan seperti itu? Sejarah menyatakan bahwa bangsa Israel merasa dirinya sebagai "bangsa pilihan" telah berabad-abad mengalami penindasan dan penjajahan bangsa-bangsa Babilonia, Yunani, Siria dan Romawi. Oleh karena itu mereka selalu terkenang pada zaman keemasan di bawah kepemimpinan Daud dan berharap datangnya "Raja Israel" dari keturunan Daud yang akan melepaskan mereka dari kesengsaraan.

Jelas bahwa pengikatan Isa-Yusuf-Daud adalah rekayasa untuk melegitimasi bahwa Yesus adalah keturunan Daud, Al Masih yang dinanti-nantikan sebagai juru Selamat.

YESUS DAN KONTROVERSI KELAHIRANNYA
Yesus dalam tradisi sejarah umat Islam sebenarnya adalah Isa Al Masih putra Maryam. Sebutan "Isa" (dalam bahasa Arab) berasal dari bahasa Ibrani dari kata "Esau". Dalam bahasa Latin nama itu menjadi "Yesus". Munculnya nama Yesus terjadi pada peristiwa pengadilan Isa Al Masih oleh mereka yang hadir dengan menambahkan huruf "J" pada awal dan "S" pada akhir kata "Esau" sehingga menjadi Yesus. Nama Yesus baru populer pada abad ke-2. Populernya nama Yesus akhirnya menenggelamkan nama asli Esau di kalangan Kristen. Sedangkan Al Qur'an dan umat Islam tetap mempertahankan nama Esau (Isa dalam dialek Arab).

Sedangkan kata Masyiakh, Messiah, atau Mesyah berasal dari bahasa Arab dari kata masaha dengan tiga huruf mati yang dikandungnyayaitu: m-s-h yang berarti mengusap. Dalam perkembangan selanjutnya orang Yunani mengubah sebutan Messiah bagi Isa menjadi Kristos yang berarti yang disiram dengan minyak (diurapi). Oleh orang Eropa, Yesus disebut Christus atau Kristus, yaitu Sang Penyelamat atau Sang Penebus Dosa.

Perdebatan Seputar 'Ayah' Yesus
Keajaiban kelahiran Yesus ke dunia menjadi bahan aktual dalam diskusi. Sebagian ada yang mengatakan bahwa Yesus itu darah daging Yusuf tunangan Maria (Maryam). Oleh karena itu -seperti sudah saya jelaskan (kekeliruannya) di depan- Yesus memiliki silsilah dari Yusuf, dengan nenek moyang Daud. Bibel sendiri rupanya masih bingung terhadap status 'ayah' Yesus. Pada suatu kesempatan Yusuf itu diakui sebagai tunangan Maryam (Matius 1:18), tapi dilain kesempatan juga diakui sebagai suami Maryam (Matius 1:19). Terhadap persoalan ini, sebagian orang Yahudi sangat ekstrem dengan menuduh bahwa Yesus adalah anak haram, hasil hubungan gelap Maryam dengan Yusuf.

Sebagian lagi ada yang berpendirian bahwa Yesus itu dilahirkan secara murni suci, tanpa campur tangan (unsur jantan) manusia. Oleh karena itu Yesus adalah "anak Tuhan". Tetapi pihak yang berpendapat demikian juga bertentangan dalam memahami dan menafsirkan kata "anak Tuhan" tersebut. Di satu pihak memahaminya secara harfiyah (literal), bahwa Yesus adalah anak secara "biologis", yakni anak yang kejadiannya memerlukan campur tangan Tuhan secara langsung kepada Maryam melalui ruh yang suci. Pemikiran tersebut nantinya melahirkan konsep ketuhanan "Trinitas": Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Tuhan Roh Suci. Akan tetapi sebagian pihak memahaminya secara kiasan (metafora). Bahwa anak, bukan dalam pengertian "biologis" atau nasab, melainkan kiasan saja. Pendapat seperti ini didasarkan oleh adanya penyebutan anak yang bukan hanya kepada Yesus, sebagaimana penjelasan Bibel di bawah ini:

"Maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka." (Kejadian 6:2).

"Pada waktu itu orang-orang raksasa ada di bumi, dan juga pada waktu sesudahnya, ketika anak-anak Allah menghampiri anak-anak perempuan manusia dan perempuan-perempuan itu melahirkan anak bagi mereka." (Kejadian 6:4).

"Aku mau menceritakan tentang ketetapan Tuhan; la berkata kepadaku: "AnakKu engkau! Engkau telah kuperanakkan pada hari ini." (Mazmur 2:7).

"Dengan menangis mereka akan datang, dengan hiburan Aku akan membawa mereka; Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, dijalan yang rata, dimana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel. Efraim adalah anak sulungku." (Jeremia 31:9).

"Anak Eros, anak Set, Anak Adam, Anak Allah," (Lukas 3:38).

"Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah." (Roma 8:14).

"Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah." (Matius 5:9).

"Aku sendiri telah berfirman, 'Kamu adalah Allah, dan anak-anak yang Maha Tinggi kamu sekalian'." (Mazmur 82:6).

Dari paparan ayat-ayat tersebut diatas, jelaslah bahwa istilah "anak Alah" adalah ungkapan khas orang Yahudi kepada umatnya, dan jumlahnya banyak, bukan hanya Yesus.

Islam tentang Isa dan Maryam
Islam dengan tegas menolak semua tuduhan yang tidak benar mengenai Maryam dan putranya. Islam bahkan menjunjung tinggi keduanya. Marilah kita telaah penjelasan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam AI Qur'an:

"Dan ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al Qur'an, yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus ruh kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata; Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertaqwa. la (Jibril) berkata: Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci. Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorangpun manusia menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina. Jibril berkata: Demikianlah, Tuhanmu berfirman: Hal itu mudah bagiKu; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan. Maka Maryam mengandungnya, laiu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ketempat yang jauh." (QS Maryam 16-22)

"Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS Ali lmran 42)

"Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat munkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya, Mereka berkata: Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan? Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku Nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: Jadilah, makajadi ia. Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus." (QS Maryam 27-36).


SEJARAH NATAL
Kata natal berasal dari bahasa latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih -yang mereka sebut Tuhan Yesus.

Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325-354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April, atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal).

Kelahiran Yesus Menurut Bibel
Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, II (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).

Lukas 2:1-8:
Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.

Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing dikotanya sendiri.

Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galileo ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud - supaya didaftarkan bersamasama dengan Maria, tunangannya yang sedang mengandung.

Ketika mereka disitu tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya didalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka dirumah penginapan.

Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.

Jadi, menurut Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu yang sedang melaksanakan sensus penduduk (7M = 579 Romawi). Yusuf, tunangan Maryam ibu Yesus berasal dari Betlehem, maka mereka bertiga ke sana, dan lahirlah Yesus Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan (tempat makanan sapi, domba yang terbuat dari kayu).Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput.

Menurut Matius 2:1, 10, 11:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem.

Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka. Maka masuklah mereka kedalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibunya.

Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintah tahun 37 SM-4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur.

Cukup jelas pertentangan kedua Injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, II) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan Iangit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal tidak mustahil.

Bagi yang memiliki wawasan luas, hati terbuka dan lapang dalam mencari kebenaran, kitab suci Al Qur'an telah memberikan jawaban tentang kelahiran Yesus (Isa ‘alaihissalam).

"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan". Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu." (QS Maryam 3-25)

Jadi menurut Al Qur'an Yesus dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Untuk itu perlu kita cermati pendapat sarjana Kristen Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible -seperti dikutip buku Bible dalam Timbangan oleh Soleh A. Nahdi (hal. 23): Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan: Agustus-September.

Sementara itu Uskup Barns dalam Rise of Christianity -seperti juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi oerpendapat sebagai berikut:

There is, moreover, no authority for the belief than December 25 was the actual bithday of Jesus. If we can give any credence to the bith-story of Luke, with the shepherds keeping watch by night in the fields near Berhlehem, the birth of Jesus did not take place in winter, when the night temperature is so low in the hill country ofjudea that snow is not uncommon. After much argument our Christmas day seems to have been accepted abaut A.D.300.

(Kepercayaan, bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Bethlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pegunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 300 Masehi).

Pada Tahun Berapa Yesus Lahir?
Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun I, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun Injil Lukas 2:1 (telah dikutip sebelumnya) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus jadi antara tahun 27 Sebelum Masehi - 14 Sesudah Masehi. Sedangkan Matius 2:1 (juga telah dikutip) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes Agung: tahun 37 Sebelum Masehi - 4 sesudah Masehi.

Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus dengan berita yang disampaikan oleh Injil, Lukas maupun Matius, tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 Sebelum Masehi, tahun 6 Sebelum Masehi, tahun 4 sesudah Masehi. Antara lain kita kutip buku tulisan Rev. Dr. Charles Franciss Petter, MA., B.D., S.T.M. yang berjudul, The Lost Years of Jesus Revealed hal 119 sebagai berikut:

In the nineteenth century, when it became evident and was finally admitted that Herod died in the year 4 B.C., and it was recalled that, according to story in Matthew's Gospel (2:16), King Herod, in order to eliminate little Jesus as a possible "King of the Jews", had ordered all infants of two years old and under to be killed, the birth-date of Jesus obviously had to be moved back to 4 B.C. at least. Today, scholars prefer 5 to 6 B.C. as the date best accomodating the inconsistent and even contradictory traditions, legends, and gospels, although some historians push the date back to 8 and 10 B.C. The problem of the correct dating of Jesus' birth, life, and death has now been raised again (due to several statements in these Essene Scrolls) along with the related question on the deity.

(Pada abad ke-19 setelah terbukti dan akhirnya diakui bahwa Herodes telah mati 4 tahun sebelum masehi dan setelah ditetapkan, bahwa menurut cerita Matius (2:16) raja Herodes memerintahkan pembunuhan kanak-kanak umur/dibawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus yang masih bayi yang katanya bakal jadi raja orang-orang Yahudi, maka jelaslah tanggal lahir Yesus harus digeser ke belakang, paling sedikit 4 tahun sebelum masehi. Masa kini para sarjana lebih condong menggeserkan tanggal lahirnya Yesus itu 5 sampai 6 tahun ke belakang tahun Masehi. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya, dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran) malah soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanannya juga harus dibangkitkan kembali).

Jadi sampai hari inipun tidak ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan.

Asal Usul Perayaan Natal 25 Desember
Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.

Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad ke-4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-l sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium Romawi yang paganis politheisme.

Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katholik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun=matahari; day=hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.

Maka supaya agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan=Yesus).

Maka pada Konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan: Pertama, hari Minggu (Sunday=hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus untuk menggantikan patung Dewa Matahari.

Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Katolik pada abad ke- 4 M, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme nenek moyang.

Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang.

Darimana kepercayaan paganis politheisme mendapat ajaran tentang Dewa Matahari yang diperingati tanggal 25 Desember?

Mari kita telusuri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuno didalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud).

H.W. Armstrong dalam bukunya The Plain Truth About Christmas, Worldwide Church of God, Calofornia USA, 1994, menjelaskan:

Namrud cucu Ham, anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nimrod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kata "Marad" yang artinya: "Dia membangkang atau Murtad antara lain dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri bernama 'Semiramis'".

Namun usia Namrud tidak sepanjang ibu sekaligus istrinya. Maka setelah Namrud mati Semiramis menyebarkan ajaran, bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpaan pohon "Evergreen" yang tumbuh dari sebatang kayu mat's.

Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan tanggal 25 Desember. Inilah asal-asul pohon Natal.

Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai "Ratu Langit" oleh rakyat Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai "anak suci dari surga".

Putaran zaman menyatakan bahwa penyembah berhala versi Babilonia ini berubah menjadi "Mesiah palsu", berupa dewa "Ba-al" anak dewa matahari dengan obyek penyembahan "Ibu dan Anak" (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain: Di Mesir berupa "Isis dan Osiris", di Asia bernama "Cybele dan Deoius", di Roma disebut Fortuna dan Yupiter". Bahkan di Yunani, "Kwan Im" di Cina, Jepang, dan Tibet, India, Persia, Afrika, Eropa, dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa "Madonna" dan Iain-Iain.

Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan (tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercayasebagai Juru Selamat (Penebus Dosa):
  1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
  2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
  3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
  4. Ba-al yang disembah orang-orang Israel adalah dewa penduduk asli tanah Kana'an yang terkenal juga sebagai Dewa Kesuburan.
  5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besaran dan dijadikan sebagai pesta rakyat.
Demikian juga Serapsis, Attis, Isis, Horus, Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zorates (bangsa Persia) dan Fo Hi (bangsa Cina). Demikian pula pahlawanoahlawan Helenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Soluius, Aristonicus, Tibarius, Grocecus, Yupiter, Minersa, Easter.

Jadi, Konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib/dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba.

Konsep/dogma agama bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah kebohongan yang sengaja dibuatnya. Kata Paulus kepada jemaat di Roma:

"Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa?" (Roma 3:7).

Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu, Yesus telah mensinyalir lewat pesannya:

"Jawab Yesus kepada mereka: Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang". (Matius 24:4-5).

Pandangan Bibel Tentang Upacara Natal
Untuk mengetahui pandangan Bibel tentang perayaan Natal yang diwarisi dari tradisi paganisme, baiklah kita telaah Yeremia 10:2-4:

"Beginilah firman Tuhan: "Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang."

Demikianlah pandangan Bibel tentang upacara Natal, yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala.

Selanjutnya mari kita simak penjelasan dalam Yeremia 10:5.
"Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun. Tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun dia tidak dapat."

Sumber-sumber Kristen yang Menolak Natal
1. Catolic Encyclopedia, edisi 1911 tentang Christmas
"Natal bukanlah upacara gereja yang pertama ... melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus."

Dalam buku yang sama, tentang "Natal Day" dinyatakan sebagai berikut:
"Di dalam kitab suci tidak ada seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir'aun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini."

2. Encyclopedia Britanica, edisi 1946
"Natal bukanlah upacara gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bibel juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala."

3. Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944
"Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut..."

(Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus) ...Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke-4 M. Pada abad ke-5 M. Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari "Kelahiran Dewa Matahari". Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.


PANDANGAN TIGA AGAMA TENTANG YESUS

Yahudi
Yesus lahir dari perbuatan zina; mengaku menjadi Mesias yang dinantikan bani Israel.
Yesus layak mati disalib sebagai hukuman terhadap pengakuannya sebagai Mesias.

Kristen
Yesus adalah Tuhan putra, pribadi kedua Tuhan.
Yesus mengalami kematian di kayu salib untuk menebus dosa warisan umat manusia.

Islam
  1. Yesus lahir karena ketentuan Allah (kalimat Allah), dilahirkan ibundanya, Siti Maryam binti Imran dalam keadaan suci (fitrah).
  2. Yesus adalah salah seorang utusan Allah, bukan Tuhan, sebagaimana penjelasan surat Al Maidah 5:73. "Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah salah satu dari tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir diantara mereka akan tertimpa siksaan yang pedih."
  3. Yesus diselamatkan Allah dari kematian di kayu salib.

MENATA SIKAP
Dengan menyadari segala kekeliruan dogma seperti yang telah saya paparkan di atas, maka sepantasnya jika kita memperbaharui keyakinan kita.

Pertama, bahwa Yesus bukan "anak Tuhan" dan bukan "Tuhan" itu sendiri.

Kedua, Yesus (Isa Al Masih putra Maryam), tidak dilahirkan pada tanggal 25 Desember. Penetapan kelahiran beliau pada tanggal tersebut hanyalah hasil adopsi ajaran paganisme politheisme.

Ketiga, sikap toleransi terhadap agama-agama bukan berarti meyakini, apalagi mengikuti, ajaran agama-agama tersebut. Maka, selalu relevan untuk memahami Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Perayaan Natal Bersama.

Keempat, oleh karena itu, keyakinan bahwa "25 Desember adalah hari lahir Tuhan Yesus", yang terbukti batal itu, tidak sah dijadikan propaganda toleransi. Artinya arti toleransi menjadi salah jika masuk pada wilayah membenarkan keyakinan agama lain. Maka aplikasi dari sikap ini adalah bahwa umat Islam sama sekali tidak berhak ikut, bahkan menyambut atau berpartisipasi, terhadap perayaan Natal yang dibesar-besarkan gaungnya setiap Desember.




E-book: klik disini!
Terkait: Fatwa MUI mengenai Perayaan Natal Bersana
Baca juga: ZEITGEIST The Movie